Anda di halaman 1dari 37

Kecelakaan Kerja

Dadang kuswandi jalari


K3 DALAM PRESPETIF HUKUM

1. NORMA KESELAMATAN
Sarana atau alat untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja yang tidak kondusif.
Tujuan :
Menghilangkan kecelakaan kerja sehingga
mencegah terjadinya cacat atau kematian
terhadap pekerja.
Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan
hidup dan terhadap masyarakat di sekitarnya.
2. NORMA KESEHATAN KERJA
Menjadi instrument yang mampu
menciptakan dan memelihara derajat kesehatan
kerja setinggi- tingginya.
Tujuan :
Pencegahan thd peny.Akibat Kerja.
( Ketulian akibat kebisingan, Sinar Ultraviolet
mengakibatkan kanker, dll )
3. NORMA KERJA
Berkaitan dengan manajemen perusahaan.

K3 dalam konteks ini berkaitan dengan masalah


pengaturan jam kerja, Shift, Kerja Wanita,
Tenaga kerja anak2, pengaturan jam lembur,
Analisis dan pengelolaan lingkungan hidup.
Hal di atas mempunyai korelasi dengan
peristiwa kecelakaan kerja.
KECELAKAAN KERJA,

SUATU KEJADIAN YANG TIDAK


DIDUGA DAN TIDAK
DIKEHENDAKI YANG
MENGACAUKAN PROSES YANG
DIATUR DARI SUATU
AKTIVITAS.
4 FAKTOR TERJADINYA SUATU PERISTIWA
 Faktor Manusia ( Kurangnya keterampilan atau kurangnya
pengetahuan dari tenaga kerja )
 Faktor Material/Bahan/Peralatan ( Tidak tepatnya
penggunaan material/bahan/peralatan)
 Faktor Bahaya/Sumber Bahaya
a. Perbuatan Berbahaya ( Metode yg salah,
keletihan, sikap kerja yg tidak sempurna )
b. Kondisi berbahaya dari mesin/peralatan,
lingkungan, sifat pekerjaan
 Faktor yang dihadapinya ( Kurangnya pemeliharaan/
perawatan dari mesin/peralatan sehingga tdk bisa bekerja
dengan sempurna )
AKIBAT KECELAKAAN KERJA

KERUGIAN EKONOMIS

KERUGIAN NON EKONOMIS


Identifikasi Kecelakaan
Kerja/Bahaya
 Tujuan :
1. Mengidentifikasi,mengklarifikasi dan
mengendalikan bahaya serta risiko di setiap
kegiatan
2. Menetapkan target dan program K3 berdasarkan
hasil identifikasi bahaya
 Tiga Pertanyaan dasar untuk
mengidentifikasi kecelakaan kerja :

1. Apakah ada suatu sumber celaka ?


2. Siapa / apa yang dapat celaka ?
3. Bagaimana dapat terjadi ?
Cara Melakukan Identifikasi
Bahaya

 Mengidentifikasi seluruh proses/area yang ada


dalam segala kegiatan
 Mengidentifikasi sebanyak mungkin aspek K3
pada setiap proses/area
 Identifikasi K3 dilakukan pada suatu proses kerja
baik pada kondisi NORMAL, ABNORMAL,
EMERGENCY dan MAINTENANCE
KATAGORI BESARNYA
BAHAYA
 Mechanical
 Electrical
 Radiation
 Chemical
 Fire
 Explotion
DAFTAR POTENSI BAHAYA

 Terpeleset
 Jatuh dari ketinggian
 Kejatuhan benda asing
 Bahaya dari mesin
 Kebakaran
 Ledakan
 Zat yang terhirup
 Zat yang mengenai badan
 Bahaya listrik
 Radiasi
 Getaran
 Bising
 Pencahayaan
 Suhu yang panas
 Huru hara
Aspek K3

 Ceceran oli
 Limbah padat
 Debu
 Bau
 Zat Kimia
 Bising
 Getaran, dll
Dampak K3

 Terpeleset
 Kontaminasi Bahan kimia
 Pencemaran air
 Pencemaran udara
 Kebakaran
 Ketulian
 Tersengat listrik, dll
Prosedur Umum Identifikasi Bahaya,
Penilaian resiko dan Pengendalian rersiko

1. Pengumpulan Data :
a. Peta lokasi
b. Kebijakan K3
c. Struktur organisasi
d. Diagram alir proses
e. Prosedur / instruksi kerja
f. Komposisi tenaga kerja
g. Daftar mesin
h. Daftar fasilitas umum
i. Daftar alat berat
j. Daftar bahan baku
k. Daftar produk
l. Daftar sampah, limbah dan emisi yang dihasilkan
m. Laporan insiden sebelumnya
n. Dsb
2. Melaksanakan observasi lapangan

3. Melaksanakan identifikasi bahaya

4. Melaksanakan penilaian resiko

5. Menentukan pengendalian resiko


Hierarki Pengendalian bahaya

Eliminasi

Subsitusi

KEH
Perancangan PRO
AND
TEK
ALA
SI
N
Administrasi

AP
D
 HIERARKI PENGENDALIAN BAHAYA
Eliminasi Eliminasi Sumber Bahaya

Subsitusi Subsitusi Alat/Mesin/Bahan Tempat Kerja/Pekerjaan


Aman Mengurangi
Bahaya
Perancangan Modifikasi/Perancangan
Alat/Mesin/Tempat Kerja yang
lebih aman

Administrasi Prosedur,Aturan,Pelatihan,Durasi
Kerja,Tanda
Bahaya,Rambu,Poster
Tenaga Kerja Aman
APD Alat Pelindung Diri Mengurangi Paparan
 STATISTIK DALAM PENILAIAN KINERJA
PROGRAM K3
 Tujuan dan manfaat statistik dalam penerapan K3
adalah digunakan untuk menilai ‘Performance
Programs’. Dengan menggunakan statistik dapat
memberikan masukan ke manajemen mengenai
tingkat kecelakaan kerja serta berbagai faktor
yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
mencegah menurunnya kinerja K3.
 Konkritnya statistik dapat digunakan untuk :

1. Mengidentifikasi naik turunnya (trend) dari


suatu timbulnya kecelakaan kerja
2. Mengetahui peningkatan atau berbagai hal
yang memperburuk kinerja K3
3. Membandingkan kinerja antara tempat kerja
dan industri yang serupa (T-Safe Score)
4. Memberikan informasi mengenai prioritas
pengalokasian dana K3
5. Memonitor kinerja organisasi, khususnya
mengenai persyaratan untuk penyediaan
sistim/tempat kerja yang aman
Jenis-jenis penerapan Statistik dalam Aspek K3

1. Ratio Kekerapan Cidera (Frequency Rate)

Frekwensi Rate digunakan untuk mengidentifikasi jumlah


cidera yang menyebabkan tidak bisa bekerja per sejuta
orang pekerja.
Ada dua data penting yang harus ada untuk menghitung
frekwensi rate, yaitu jumlah jam kerja hilang akibat
kecelakaan kerja (Lost Time Injury /LTI) dan jumlah jam
kerja orang yang telah dilakukan (man hours).
 Angka LTI diperoleh dari catatan lama mangkirnya
tenaga kerja akibat kecelakaan kerja. Sedang jumlah
jam kerja orang yang terpapar diperoleh dari bagian
absesnsi atau pembayaran gaji.
 Bila tidak memungkinkan, angka ini dihitung dengan
mengalikan jam kerja normal tenaga kerja terpapar,
hari kerja yang diterapkan dan jumlah tenaga kerja
keseluruhan yang beresiko.
 Rumus :
Frekwensi Rate = (Jumlah cidera dgn hilang waktu
kerja x 1,000,000) / Total Person-hours Worked
 Contoh:
Organisasi dengan tenaga kerja 500 orang, jumlah jam
kerja yang telah dicapai 1,150,000 juta jam kerja orang.
Pada saat yang sama cidera yang menyebabkan
hilangnya waktu kerja sebanyak 46. Berapa frekwensi
ratenya ?
 Frekwensi Rate = 46 x 1,000,000 / 1,150,000 = 40
 Nilai frekwensi rate 40 berarti, bahwa pada periode
orang kerja tersebut terjadi hilangnya waktu kerja
sebesar 40 jam per-sejuta orang kerja. Angka ini tidak
mengindikasikan tingkat keparahan kecelakaan kerja.
Angka ini mengindikasikan bahwa pekerja tidak berada
di tempat kerja setelah terjadinya kecelakaan kerja.
2. Ratio Keparahan Cidera (Severity Rate)

Indikator hilangnya hari kerja akibat kecelakaan kerja


untuk per sejuta jam kerja orang.

Rumus :
Severity Rate = ( Jumlah hari kerja hilang x
1,000,000)/ Total Person-hours Worked
Contoh:
Sebuah tempat kerja telah bekerja 365,000 jam orang,
selama setahun telah terjadi 5 kasus kecelakaan kerja yang
menyebabkan 175 hari kerja hilang.
Tentukan rate waktu kerja hilang akibat kecelakaan kerja
tersebut?

 Frekwensi Rate = ( 5 x 1,000,000) / 365,000 = 13,70


Severity Rate = (175 x 1,000,000) / 365,000 = 479
 Nilai severity rate 479 mengindikasikan bahwa selama
kurun waktu tersebut berarti, pada tahun tersebut telah
terjadi hilangnya waktu kerja sebesar 479 hari per sejuta
jam kerja orang.
3. Rerata Hilangnya Waktu Kerja (Average Time Lost
Rate/ATLR)
Ukuran indicator ini sering disebut juga ‘Duration Rate’
digunakan untuk mengidikasikan tingkat keparahan suatu
kecelakaan. Dengan penggunaan ATLR yang dikombinasikan
denga Frekwensi Rate akan lebih menjelaskan hasil kinerja
program K3. ATLR dihitung dengan membagi jumlah hari yang
hilang akibat kecelakaan dengan jumlah jam kerja yang hilang
(LTI).

Rumus:
Average Time Lost Rate = (Number of LTI x 1,000,000) /
Total Person-hours Worked Atau Average Time Lost Rate = (
Frekwensi Rate) / Severity Rate
Contoh:

Organisasi dengan tenaga kerja 500 orang, jumlah jam kerja yang
telah dicapai 1,150,000 juta jam kerja orang dan Lost Time Injury-
nya (LTI) sebesar 46. Misalkan dari laporan Kecelakaan Kerja
selama 6 bulan diperoleh informasi sbb:

10 kasus hilang waktu kerja dalam 3 hari sekali = 30


8 kasus hilang waktu kerja dalam 6 hari sekali = 48
12 kasus hilang waktu kerja dalam 14 hari sekali = 168
4 kasus hilang waktu kerja dalam 20 hari sekali = 80
10 kasus hilang waktu kerja dalam 28 hari sekali = 280
2 kasus hilang waktu kerja dalam 42 hari sekali = 84

Total keseluruhan = 690 hari kerja hilang


Rerata Hilangnya Waktu kerja = 690 / 46 = 15

Dari informasi contoh diatas manajemen akan lebih


jelas memperoleh informasi bahwa organisasi
mempunyai hilang waktu kerja kecelakaan sebesar 40
tiap sejuta jam kerja orang dengan rata-rata
menyebabkan 15 hari tidak masuk kerja.
Dengan informasi ini cukup bagi manajemen untuk
membuat keputusan pencegahan lebih lanjut.
4. Incidence Rate
Incidence rate digunakan untuk menginformasikan kita
mengenai prosentase jumlah kecelakaan yang terjadi
ditempat kerja

Rumus: Incidence Rate = ( Jumlah Kasus x 100) / Jumlah


tenaga kerja terpapar

Contoh :
Masih melanjutkan kasus diatas
Incidence Rate = ( 46 x 100 ) / 500 = 9,2%
5. SAFE-T-SCORE

 Perhitungan statistik perbedaan 2 kelompok mean (angka rata-


rata ) berdasrkan “ t - test “ dengan rumus :

Safe-T score = FR sekarang – AFR masa lalu


--------------------------------------------
FR masa lalu
lama pemaparan 1000000 jam
sekarang
PENGERTIAN T-SAFE-SCORE

 Tidak mempunyai ukuran satuan


 Nilai positif dari T-Safe-Score berarti penurunan kualitas
pelaporan.
 Nilai negatif dari T – Safe – Score berarti peningkatan
kualitas dari pelaporan
INTERPRETASI HASIL DARI T-SAFE-SCORE

 Bila nilai T-Safe-Score berada diantara angka +2 dan -2,dianggap


perubahan kualitas pelaporan dari masa lalu dan sekarang , secara
statistik tidak ada perubahan kualitas pelaporan.variasi pelaporan hanya
berasal dari fluktuasi acak(random )

 Bila nilai T-Safe-Score lebih dari +2,maka kualitas pelaporan secara


signifikan lebih jelek dari pelaporan masa lalu ,mungkin sesuatu telah
terjadi pada sistim pelaporan yang sekarang

 Bila nilai T-Safe- Score -2,maka sistim pelaporan masa kini mempunyai
kualitas lebih baik dari pelaporan masa lalu ,mungkin terjadi perubahan
pada sistim pelaporan yang lebih baik

CONTOH PERHITUNGAN

LOKASI A LOKASI B
Tahun 2013 Tahun 2013
10 Kasus Kecelakaan 1.000 Kasus Kecelakaan
10.000 jam kerja orang 1.000.000 jam kerja orang
Frekuensi Rate = 1.000 Frekuensi Rate = 1.000

Tahun 2014 Tahun 2014


15 Kasus Kecelakaan 2000 Kasus Kecelakaan
10.000 jam kerja orang 1.000.000 jam kerja orang
Frekuensi Rate = 1.500 Frekuensi Rate = 1.100
 Lokasi A
STS = = 500/316 = + 1.58
Artinya peningkatan 50% jumlah kasus, termasuk
peningkatan yang tidak bermakna

 Lokasi B
STS = = 100/31,6 = + 3,16
Artinya peningkatan 10% jumlah kasus, termasuk ada
perbedaan yang bermakna. Artinya ada yang salah dan perlu
mendapatkan perhatian.
Sampai Ketemu
di Pertemuan Selanjutnya

Anda mungkin juga menyukai