Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PERAKTIK KERJA INDUSTRI

EVALUASI KEGIATAN PENGEBORAN DI KAWASAN


PT. TAMBANG BUMI SULAWESI

DISUSUN OLEH :
Nama : Suci
NISN : 0059085635
Kelas : XIII
Program keahlian : GP{Geologi pertambangan}
Tempat Prakering : PT. Tambang bumi sulawesi
Alamat industri : Desa Pongkalaeru Kec. Kabaena
Selatan Kab. Bombana

SMK NEGERI 3 BUTON TENGAH


JI.Poros Bungi Pangilia 2024
LEMBARAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
penulis dengan rendah hati mempersembahkan laporan Praktik Kerja
industri (prakering) ini sebagai gambaran komprehensif tentang
pengalaman belajar saya di PT.TAMBANG BUMI SULAWESI. Laporan ini
disusun sebagai bagian dari kewajiban akademis kami di Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) dan sekaligus sebagai persyaratan untuk lulus
sekolah
Praktik Kerja industri yang saya jalani telah menjadi wahana penting dalam
memahami dunia kerja sekaligus mengasah keterampilan yang telah saya
pelajari selama proses pendidikan di sekolah. Melalui laporan ini, saya
berusaha menyampaikan secara rinci proses kinerja, tantangan yang
dihadapi, serta hasil kontribusi yang saya berikan selama pelaksanaan
prakerin.
Tak lupa, pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan penghargaan
setinggi-tingginya kepada Tuhan Yang Maha Esa, orang tua, dan keluarga
yang senantiasa memberikan doa dan dukungan. Terima kasih yang tak
terhingga juga saya sampaikan kepada pihak sekolah, khususnya guru
pembimbing prakerin, yang telah memberikan arahan dan bimbingan
dengan penuh dedikasi.
Selain itu, penghargaan dan terima kasih saya tunjukan kepada seluruh
manajemen dan staf di PT. TAMBANG BUMI SLAWESI, yang telah
memberikan kesempatan berharga ini. Proses pembelajaran saya tidak
terlepas dari kerja sama dan bimbingan yang diberikan oleh rekan-rekan
kerja yang selalu membantu saya dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawab selama prakerin.
Dengan harapan bahwa laporan ini dapat memberikan gambaran yang
jelas tentang kontribusi dan prestasi yang saya raih selama Praktik Kerja
industri, saya sampaikan dengan penuh rasa hormat. Semoga laporan ini
tidak hanya menjadi kewajiban formal, tetapi juga dapat menjadi
dokumentasi yang bermanfaat dan inspiratif bagi pembaca yang hendak
menjalani pengalaman serupa di masa yang akan datang.
Akhir kata, segala kesalahan dan kekurangan yang terdapat dalam
laporan ini, saya sampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya, dan
saya bersedia menerima saran dan kritik yang membangun untuk
perbaikan di masa yang akan datang. Terima kasih atas perhatian dan
waktu yang telah diberikan. Semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat dan inspirasi bagi semua pihak yang membacanya.
Talaga, 27 Februari 2024

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Nikel merupakan mineral logam yang digunakan dalam industri baja karena
sifatnya yang anti korosi. Nikel biasanya digunakan sebagai campuran bersama
dengan krom dan besi untuk menghasilkan baja tahan karat. Nikel merupakan
unsur yang terdapat pada batuan ultramafik. Batuan ultramafik merupakan
batuan beku yang kaya akan mineral mafik (ferromagnesian). Batuan ini memiliki
komposisi mineral olivin, piroksen, hornblenda, dan mika yang sangat tinggi
(Ahmad, 2008). Keterdapatan batuan ultramafik ini sangat berperan penting bagi
mineralisasi nikel. Batuan ultramafik yang merupakan batuan asal banyak
mengandung mineral olivin yang merupakan mineral pembawa nikel primer
dengan komposisi nikel sekitar 0,3 - 0,5% . Hampir seluruh batuan ultramafik
merupakan batuan ultrabasa. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil
nikel terbesar di dunia. Cadangan nikel di Indonesia pada tahun 2016
diperkirakan mencapai 221 juta ton yang berasal dari nikel laterit dan nikel
sulfida . Sebagian besar nikel yang dihasilkan di Indonesia merupakan nikel
laterit. Nikel laterit terbentuk sebagai hasil pelapukan dari batuan ultramafik.
Kondisi iklim Indonesia yang tropis menyebabkan batuan ultramafik yang kurang
resisten mudah mengalami pelapukan sehingga menghasilkan endapan laterit
yang di dalamnya terdapat unsur nikel. Nikel tersebut mengalami pengayaan
unsur pada saat terjadinya pelapukan batuan dasar (bedrock) menjadi pelapukan
(laterit). Potensi nikel laterit di Indonesia tersebar di Sulawesi, Kalimantan,
Papua, dan Maluku.
Salah satu daerah yang memiliki potensi endapan nikel laterit adalah Pulau
kabaena Kabupaten bombana, sulawesi tenggara. Untuk dapat mengetahui
keberadaan nikel laterit pada daerah ini di lakukan Kegiatan eksplorasi. Kegiatan
eksplorasi pertambangan nikel pada daerah ini dimiliki oleh PT. Tambang Bumi
Sulawesi [TBS].

B. RUMUSAN MASALAH
 Bagaimana proses kegiatan Eksplorasi Pengeboran yang ada di
Tambang Bumi Sulawesi?
C. TUJUAN
 Untuk bisa mengetahui proses pengeboran yang ada di PT.
Tambang Bumi Sulawesi.
 Untuk menambah wawasan dan memperluas pengetahuan.
 Mengetahui apa saja tahapan kegiatan pengeboran di tempat
praktik kerja lapangan.
D. WAKTU DAN TEMPAT PKL
Lokasi praktik kerja lapangan berada di PT. Tambang Bumi Sulawesi
Kecamatan kabaena, Kabupaten bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Praktik kerja lapangan ini dilaksanakan selama tiga bulan dimulai dari
tanggal 06 Juli 2023 – 06 Oktober 2023.
E. VISI, MISI DAN TUJUAN SEKOLAH
 Visi Sekolah
a) Unggul dalam prestasi yang berwawasan kewirausahaan.
b) Memaksimalkan pelayanan kegiatan belajar mengajar untuk
mencapai kompetensi siswa yang berstandar nasional dan
internasional.
c) Mengembangkan karakter dan budaya sekolah yang berwawasan
kewirausahaan.
d) Menghasilkan lulusan yang kreatif, terampil, inovatif, dan
kompetitif.
 Tujuan sekolah
a) SMKN 3 BUTON TENGAH menjadi sekolah unggulan ditingkat
Kabupaten Buton Tengah.
b) Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif mampu
bekerja mandiri, mengisi lowongan kerja yang ada di dunia
sebagai tenaga kerja tingkatan menengah.
c) Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan teknologi, dan
seni agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari.
F. TUJUAN PKL [PRAKTIK KERJA LAPANGAN]
Tujuan dari kegiatan PKL adalah :
1. Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang
berharga, dan memperoleh masukan serta umpan balik guna
memperbaiki dan mengembangkan kesesuaian pendidikan dan
kenyataan yang ada di lapangan kerja industri.
2. Meningkatkan pengetahuan pada siswa/siswi pada aspek-aspek
usaha yang profesional dalam lapangan kerja antara lain struktur
organisasi, jenjang karier dan teknik
3. Untuk mencapai Visi dan Misi SMKN 3 BUTON TENGAH
4. Mengimplikasikan antara pendidikan disekolah dan di luar
sekolah.
5. Untuk memperkenalkan siswa/siswi pada dunia usaha
6. Menumbuhkan dan meningkatkan sikap profesional yang di
perlukan siswa dan siswi untuk memasuki dunia usaha.
7. Memperkukuh link and match antara SMK dan dunia kerja.
G. MANFAAT PKL
Adapun manfaat dari Praktik Kerja Lapangan[PKL] manfaatnya adalah
Sebagai berikut
1. Dapat mengenali suatu pekerja industri di lapangan sehingga
setelah selesai dari SMK NEGERI 3 BUTON TENGAH dan terjun
kelapangan kerja industri dapat memandang suatu pekerjaan yang
tidak asing lagi baginya.
2. Dapat menambah keterampilan dan wawasan dalam dunia usaha
yang profesional dan andal.
3. Untuk mengasah keterampilan yang telah di berikan disekolah dan
juga sesuai dengan Visi dan Misi SMK NEGERI 3 BUTON TENGAH.
4. Dapat menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas, yaitu tenaga
kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan, etos kerja
yang sesuai dengan tuntutan lapangan pekerjaan.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. GEOLOGI REGIONAL SULAWESI TENGGARA

1. Geomorfologi Lengan Tenggara Sulawesi

Gambar 2.1 Geomorfologi lengan tenggara sulawesi

Pulau Sulawesi, yang mempunyai luas sekitar 172.000 km2 (van


Bemmelen, 1949), dikelilingi oleh laut yang cukup dalam.Sebagian besar
daratannya dibentuk oleh pegunungan yang ketinggiannya mecapai
3.440 m (gunung Latimojong).
Seperti telah diuraikan sebelumnya, Pulau Sulawesi berbentuk
huruf “K” dengan empat lengan: Lengan Timur memanjang timur laut –
barat daya, Lengan Utara memanjang barat – timur dengan ujung
baratnya membelok kearah utara – selatan, Lengan tenggrara
memanjang barat laut – tenggara, dan Lengan Selatan mebujur utara
selatan. Keempat lengan tersebut bertemu pada bagian tengah Sulawesi.
Sebagian besar Lengan Utara bersambung dengan Lengan Selatan
melalui bagian tengah Sulwesi yang merupakan pegunungan dan
dibentuk oleh batuan gunung api. Di ujung timur Lengan Utara terdapat
beberapa gunung api aktif, di antaranya Gunung Lokon, Gunung Soputan,
dan Gunung Sempu. Rangakaian gunung aktif ini menerus sampai ke
Sangihe.Lengan Timur merupakan rangkaian pegunungan yang dibentuk
oleh batuan ofiolit.Pertemuan antara Lengan Timur dan bagian Tengah
Sulawesi disusun oleh batuan malihan, sementara Lengan Tenggara
dibentuk oleh batuan malihan dan batuan ofiolit.
Seperti yang telah di uraikan sebelumnya,pulau Sulawesi dan
daerah sekitarnya merupakan pertemuan tiga lempeng yang aktif
bertabrakan.Akibat tektonik aktif ini,pulau Sulawesi dan daerah
sekitarnya dipotong oleh sesar regional yang masih aktif sampai
sekarang.Kenampakan morfologi dikawasan ini merupakan cerminan
system sesar regional yang memotong pulau ini serta batuan penyusunya
bagian tenga Sulawesi,lengan tenggara,dan lengan selatan dipotong oleh
sesar regional yang umumnya berarah timur laut – barat daya(gambar
4.1).sesar yang masih aktif sampai sekarang ini umumnya merupakan
sesar geser mengiri.
Van bemmelen (1945) membagi lengan tenggara sulawesi
menjadi tiga bagian: ujung utara, bagian tengah,dan ujung selatan
(gambar 4.2), Ujung utara mulai dari palopo sampai teluk tolo; dibentuk
oleh batuan ofiolit, Bagian tengah ,yang
merupakan bagian paling lebar (sampai 162,5 km), didominasi
oleh batuan malihan dan batuan sedimen mesozoikum. Ujung selatan
lengan tenggara merupakan bagian yang relative lebih landai ; batuan
penyusunya didominasi oleh batuan sedimen tersier, uraian dibawah ini
merupakan berian morfologi dan morfogenesis lengan tengah Sulawesi.
Ujung utara lengan tenggara Sulawesi mempunyai cirri khas
de3ngan munculnya kompleks danau malili yang terdiri atas danau
matano,danau towuti,dan tiga danau kecil disekitarnya (danam
mahalona,danau lantoa, dan danau masapi; (gambar 4.2).pembentuka
kelima danau itu diduga akibat sistem system sesar matano,yang telah
diketahui sebagai sesar geser mengiri. Pembedaan ketinggian dari kelima
danau itu memungkinkan air dari suatu danau mengalir ke danau yang
terletak lebih rendah.

2. Stratigrafi Regional

Gambar 2.2 stratigrafi regional

a. Formasi Meluhu
Nama formasi meluhu diberikan oleh rusman dan
sukarma (1985) kepada satuan batuan yang terdiri atas batu pasir kuarsa,
serpih merah, batulanau dan batulumpur dibagian bawah, dan
perselingan serpih hitam, batu pasir, dan batu gamping dibagian atas.
Formasi meluhu menindih tak selaras batuan malihan dan ditindih tak
selaras oleh satuan batu gamping formasi Tampakura.
Formasi meluhu mempunyai penyebaran yang sangat
luas di Lengan Tenggara Sulawesi. Formasi ini telah dipublikasikan
secara luas; diantaranya oleh surono dkk (1992); Surono (1997b, 1999),
serta Surono dan Bachri (2002). Sebagian besar bahasan selanjutnya
merupakan terjemahan dan/ atau kompilasi dari publikasi tersebut.
 Surono (1997) membagi formasi Meluhu mennjadi tiga anggota
(dari bawah ke atas) :
 Anggota toronipa yang didominasi oleh batu pasir dan
konglomerat,
 Anggota watutaluboto didominasi oleh batulumpu, batulanau,
dan serpih.
 Anggota Tuetue dicirikan oleh hadirnya napal dan batu gamping

b. Anggota Toronipa
Anggota Toronipa, formasi Meluhu didominasi oleh batu
pasir dan konglomerat dengn sisipan serpih, batulanau dan batulempung.
Sisipan tipis legenit ditemukan setempat seperti disungai kecil dekat
mesjid Nurul Huda, kota kendari dan tebing tepi jalan diselatan Tinobu.
Lokasi tipe anggota Toronipa berada ditanjung Toronipa, sebelah
tenggara desa Toronipa. Penampang tegak hasil pengukuran hasil
stratigrafi terperinci di Tanjung Toronipa tersebut. Batupasir berlapis baik
berfasies St dan Sp telah ditemukan. Dibeberapa tempat, batupasir pejal
tersingkap baik, yang diduga merupakan hasil pengendapan grain flow.
Secara setempat, batupasir kerikilan Gh sering dijumpai diatas permukaan
bidang rosi. Ketebalan Anggota Toronipa pada lokasi tipe tersebut adalah
800 meter. Ketebalan maksimum anggota ini diduga ke arah timur
(Surono (1997)

3. Struktur Geologi Regional


Geologi struktur merupakan ilmu yang mempelajari berbagai
proses/gaya yang mempengaruhi bentuk permukaan bumi.Sebagaimana
yang kita ketahui bersama bahwa adanya arus konveksi di dalam lapisa
astenor bumi,mengakibatkan adanya gaya yang di lepaskan oleh arus
ini,terhadap lempeng – lempeng yang berada diatasnya,oleh karena itu
Adaya gaya-gaya inilah yang mengakibatkan bentuk dan struktur bumi
selalu mengalami perubahan dari bentuk primitive bumi. Secara singkat,
bagian dasar dari ilmuini yaitu para praktikan mampu menganalis bentuk-
bentuk struktur batuan di lapangan (singkapan) entah oitu gaya yang
mempengaruhi batuan sehingga terjadi perbedaan dengan batuan yang
lain. Adapun beberapa kenampakan yang perlu diperhatikan atau di analisa
di antaranya :
a. Ukuran strike dan dip pada batguan (batu sedimen dan
metamorf).
b. Terbentuk yang terjadi 9 analisa gaya yang menyebabkan
rekahan terjadi.
c. Mengnalisi secara keseluruhan bentuk struktur batuan dan
membandingkan nya pada peta topografi atau peta geologi.
Misalnya keberadaan sesar di sekitar pengamatan dan intrusi
batuan beku,dapat menkadi dasar. dari sumber gaya yang
mengakibatkan bentuk struktur batuan yang ada di sekitarnya.

Gambar. Penampang Tegak Anggota Toronipa, Formasi Meluhu dan Tipe


Lokasinya Tanjung Toronipa

Gambar. Stratigrafi Regional Lengan Tenggara Sulawesi


B. NIKEL LATERIK
Nikel laterit adalah residu tanah yang berkembang di atas
batuan ultramafik melalui proses pelapukan kimiawi dan pengayaan
supergen. Variasi ketebalan dari beberapa meter sampai 150 meter
tergantung periode laterit terbentuk. Endapan laterit umumnya
berkisar pada umur Palaeozoic-Recent dan sebagian besar endapan
pada trophical belt yang saat ini masih mengalami laterisasi. Endapan
sulfida alternatif telah habis atau tambang yang ada perlu ditambang
lebih dalam lagi untuk memanfaatkan sumber daya yang tersisa.
Nikel tergolong dalam grup logam besi-kobalt, yang dapat
menghasilkan paduan yang sangat berharga. Sumber nikel yang penting
secara ekonomi adalah bijih besi limonit, yang mengandung 1-2% nikel.
Mineral bijih nikel penting lainnya termasuk pentlandit dan campuran
silikat alami yang kaya nikel yang dikenal sebagai Garnierite. Nikel
merupakan unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki
simbol Ni dan nomor atom 28.
Nikel laterit juga merupakan prodak pelapukan kimia pada
batuan ultramafik dunit, peridotit dan serpentinit proses ini
berlangsung selama jutaan tahun dimulai dari adanya pelapukan pada
batuan ultramafik.
1. Faktor-faktor Pembentukan Nikel
 Batuan asal
Batuan asal pembentukan endapan nikel adalah batuan
ultrabasa terdapat elemen nikel dalam mineral olivin dan piroksin.
 Struktur
Struktur yang umum dijumpai pada zona laterit nikel adalah
struktur kekar atau joint. Air dapat masuk melelur retakan pada batuan
sehinga pelapukan akan jadi lebih insentif
 Iklim
Iklim tropis merupakan iklim yang cocok untuk pembentukan
nikel karena pergantian musim panas dan penghujan dapat
menyebabkan penaikan dan penurunan air tanah hinga dapat
menyebabkan pemisahan dan akomulasi unsur unsur .
Unsur-unsur kimia dan vegetasi Unsur-unsur dan senyawa senyawa
yang membantu mempercepat proses pelapukan dan air hujan yang
masuk melalui celah akar pohon membawa oksigen yang dapat
membantu mempercepat proses pelapukan.

 Topografi
Topografi yang landai akan menyebabkan air meresap lebih dalam
dan membuat pelapukan yang lebih baik daripada daerah yang
curam karena pada daerah yang curam air hujan tidak terlalu dalam
meresap.
 Waktu
Waktu yang cukup lama akan menyebabkan pelapukan lebih
insentif. karena semakain lama proses pelapukan semakin baik,
cadangan bahan galian juga semakin tebal
2. GENESA ENDAPAN NIKEL LATERIT
Laterit merupakan produk sisa dari pelapukan kimia batuan di atas
permukaan bumi dimana berbagai mineral primer mengalami
ketidakstabilan karena adanya air, kemudian larut dan pecah lalu
membentuk mineral baru yang lebih stabil, proses pembentukan endapan
nikel laterit dimulai dari adanya pelapukan yang intensif pada batuan
induk. Batuan induk akan mengalami perubahan menjadi serpentinit
disebabkan oleh larutan hidrotermal, proses itu disebut proses
serpentinisasi kemudian terjadi pelapukan kimia dan fisika.
Air resapan yang mengandung CO2 yang berasal dari udara luar
meresap melalui jalur akar pohon dan rekahan atau retakan pada
batuan kemudian melindih mineral-mineral primer seperti olivine, dan
piroksin kemudian larut dan pecah lalu membentuk mineral baru.
Untuk batuan-batuan yang sukar atau tidak mudah larut akan
tinggal pada tempatnya dan sebagian turun ke bawah bersama larutan
sebagai larutan koloid lalu unsur seperti Fe, Ni dan Co akan membentuk
konsentrasi residual dan konsentrasi cela pada zona yang disebut zona
saprolit berwarna kuning coklat kemerahan

3. PROFIL NIKEL LATERIT


Profil nikel laterit merupakan gambaran lapisan tanah
pembentukan nikel laterit dimana lapisan lapisan tanah tersebut memiliki
ciri dan karakteristiknya masing masing. Gambar profil nikel laterit dapat
di lihat pada gambar 2.2

Gambar 2.2 Profil Nikel Laterit (Darijanto, 1999)

 Top Soil
Zona Tanah Penutup atau Top Soil memiliki karakteristik
berwarna coklat tua kemerahan, dengan kekerasan lunak hinga sedang,
dengan ukuran butir halus. Pada bagian atas top soil memiliki karakter
gembur dan mengandung humus/lapisan organik. Tidak terlihat indikasi
adanya mineral. Gradasi ke arah zona Limonit ditunjukkan dengan
hilangnya material di atas, perubahan warna lebih cerah, coklat
kekuningan–coklat merah

 Limonit
Zona limonit memiliki karakteristik warna coklat kemerahan,
coklat kekuningan, merah, dengan kekerasan lunak hingga sedang,
tanah residu yang kaya akan besi dengan ukuran butir halus hinga kasar
sudah terdapat mineral. Tingkat elastisitas lebih tinggi dibandingkan
dengan yang lain. Sering dijumpai fragmen batuan asal seperti silica.
Kehadiran laterit dengan campuran tersebut diatas dapat merupakan
perselingan dengan laterit yang cenderung homogen. Mineral utama
(mayor mineral) pada zona ini, geotit (FeOH) dan mineral lempung
(clay) seperti kaolin. Minor mineral zona ini, adalah mineral-mineral
oksida seperti magnetit dan cromite.

 Saprolit
Zona Saprolit memiliki karakteristik berwarna coklat
kekuningan, coklat kehijauan, kuning kehijauan, dengan kekerasan
sedang hinga keras, dan ukuran butirnya sedang sampai kasar.
Cenderung heterogen, Sering dijumpai fragmen batuan asal, silika.
Perselingan antara Laterit dengan batuan asal (biasanya berukuran
boulder) sering dijumpai di zona ini, Semakin ke arah bawah terlihat
adanya gradasi ukuran butir menjadi lebih kasar. Kearah bawah kondisi
fracturing semakin intensif yang biasanya terisi oleh mineral-mineral
silika seperti garnierit dan crysopras. Mineral tambahan (minor mineral)
pada zona ini adalah lempung (clay) dan mineral oksida seperti geotit,
magnetit, cromite dan chrysotile asbestos.

 Zona batuan asal (bedrock)


Zona Bedrok memiliki karakteristik berwarna hitam keabuan,
hitam kehijauan, hijau, tergantung komposisi batuan asal, dengan
kekerasan keras, dan ukuran butirnya kasar. Komposisi terdiri atas
dunit, peridotit atau batuan ultrabasa lainnya. Pada bagian atas sering
dijumpai zona fracturing yang terisi oleh mineral silikat seperti
garnierit, serpentin, crysopras atau mineral silikat lainnya. Kondisi
bedrock yang fresh dan massive dijumpai pada bagian bawah dengan
zona fracturing tersebut di atas mineral utama olivin dan piroksen.

C. TAHAPAN EKSPLORASI
Eksplorasi tambang adalah kegiatan untuk mempelajari suatu
wilayah yang diharapkan memiliki potensi dalam menghasilkan Sumber
Daya Alam (SDA) tertentu. Biasanya kegiatan eksplorasi dilakukan
sebagai bentuk proses tindak lanjut dan kajian mendalam yang
sebelumnya pernah dilakukan. Tujuannya untuk memaksimalkan
potensi hasil tambang yang ada di wilayah tersebut.
Mengutip dari buku Geologi eksplorasi, tahapan eksplorasi
pertambangan memiliki 4 tahapan. Masing-masing tahapannya
menghasilkan kesempatan dan pengambilan keputusan untuk
penyempurnaan model eksplorasi serta mendapatkan petunjuk geologi.
Berikut adalah tahapannya
Tahapan Rencana Eksplorasi (Eksploration Design Stage)
Pada tahapan ini, umumnya dilakukan review literatur, geologi
regional, citra landsat, dan interprestasi foto udara. Tidak hanya itu,
ditahap ini juga akan dibahas model Eksplorasi untuk menentukan
strategi dan metode eksplorasi yang dilakukan secara tidak langsung.

1. Tahapan Eksplorasi Tinjau-Tingkat Strategis (Reconnaissance


Eksploration Stage-Stategis Phase)
Pada tahapan Eksplorasi tinjau-tingkat strategis, terdapat 3
tahap yang berlaku yakni penilaian regional (regional appraisal),
peninjauan daerah (area reconnaissance), dan pemilihan sasaran
(target selection).
Setiap tahapan tersebut memiliki cara berbeda. Tahapan
pertama, penilaian regional diambil berdasarkan data dan studi
pustaka. Tahapan kedua, peninjauan daerah dilakukan dengan cara
melakukan survei ke area tambang yang dituju. Sedangkan tahapan
ketiga, pemilihan sasaran, menjadi langkah terakhir berupa penindak
lanjutan terhadap peninjauan daerah yang akan dilakukan dengan
menggunakan beberapa sistem metode geologi.
2. Tahapan Eksplorasi Rinci-Tingkat Taktis (Detail Eksploration Stage-
Tactical phase)
Tahapan Eksplorasi rinci-tingkat taktis terdiri dari 3 bagian.
Pertama, penyelidikan permukaan (detail surface investigation)
mengenai survei pemetaan geologi dan pengambilan sampel batuan
dari hasil pengeboran. Kedua, penyelidikan bawah permukaan rinci
(detail subsurface investigation) yang berbicara tentang pembuatan
terowongan Eksplorasi seperti melakukan pengeboran, pengukuran,
penentuan cadangan pendahuluan, dan pengambilan contoh. Terakhir,
mengenai penemuan atau bukan penemuan (discovery/nondiscovery).
Pada tahapan ini, nantinya perusahaan tambang akan tahu prospek
atau tidaknya suatu wilayah sasaran
3. Tahapan Evaluasi dan Pra Produksi (Evaluation and Pre Production
Stage)
Evaluasi dan pra-produksi menjadi tahapan terakhir dalam
proses eksplorasi pertambangan sebelum kegiatan menambang
dilakukan. Sesuai dengan namanya, tahap ini menjadi bahan evaluasi
dari seluruh kegiatan produksi selama eksplorasi.
Selain menjadi langkah terakhir dari proses eksplorasi, pada
tahapan evaluasi dan pra-produksi juga nantinya perusahaan
merancang kegiatan.penunjang selama pertambangan berlangsung
seperti membuat jalan, membangun kantor dan mess pekerja, serta
membuat pelabuhan dan metal.

BAB III
PROFIL PERUSAHAAN

A. PROFIL PT. TAMBANG BUMI SULAWESI


PT. TAMBANG BUMI SULAWESI adalah salah satu perusahaan yang
bergerak pada kegiatan usaha pertambangan, dan pertambangan yang di
dirikan sejak tahun 2012, wilayah konsesi PT. Tambang Bumi Sulawesi
berada di 3 desa dan 1 kecamatan yaitu desa Batuawu, Puununu dan
Pongkalaero Kec. Kabaena selatan Kab. Bombana Provinsi Sulawesi
tenggara. Luas wilayah konvensi PT. TAMBANG BUMI SULAWESI 1.533
Ha. Perusahaan ini telah mendapatkan reputasi yang baik di industri
pertambangan untuk kualitas kerja dan keahlian tinggi. Dari proses awal
hingga akhir, baik di lapangan maupun di kantor, selalu mengukur
pekerjaan dengan standar tinggi. Dan juga faktor keamanan penting
sebagai penilaian kualitas pekerjaan yang telah dilakukan.

B. DATA TEMPAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN/PRAKTIK KERJA INDUSTRI


Nama Tempat Prakerin : PT. TAMBANG BUMI SULAWESI
Bidang usaha : PERTAMBANGAN
Satuan kerja : EKSPLORASI
Alamat Tempat Praktik kerja industri : Desa. Puununu Kec.
Kabaena selatan Kab. Bombana
Alamat Tempat Praktik Kerja Industri : Desa. Puununu Kec. Kabaena
Selatan Kab. Bombana
Nama-nama Pembimbing :

 Aris Munandar, ST
 Agus Lamaga, ST
 Zulkifli suleman, ST

C. VISI PT. TAMBANG BUMI SULAWESI


Sebagai perusahaan pertambangan nasional PT. TAMBANG BUMI
SULAWESI berkomitmen untuk selalu memberikan pelayanan terbaik
pada semua stake holder, Visi utama kami adalah:
“Menjadi perusahaan pertambangan nasional, memperhatikan tata kelola
pertambangan yang baik, yang berwawasan lingkungan, serta mampu
menciptakan lapangan kerja yang berkualitas”.

D. MISI PT. TAMBANG BUMI SULAWESI


Sebagai perusahaan pertambangan nasional yang mampu
menciptakan lapangan kerja yang berkualitas, dengan mengedepankan:

 Menyediakan pelayanan operasional dengan perangkat deras


berlatar belakang pertambangan terbuka dan pemindahan tanah
yang memungkinkan pelanggan mendapatkan keuntungan
terbaik.
 Pengembangan kompetensi karyawan secara berkelanjutan
 Mengupayakan pertumbuhan perusahaan yang konsisten serta
melakukan investasi kembali ke dalam bisnis yang di jalankan.
 Mempertahankan standar kode etik yang tinggi dalam aktivitas
bisnis.
 Berupaya terus menerus untuk menguasai teknologi dan
kemampuan rekayasa yang berwawasan lingkungan dan
keselamatan manusia untuk kemajuan bangsa dan negara.
 Selalu menjaga hubungan baik dengan semua stake holder.

BAB IV
PEMBAHASAN KEGIATAN PRAKERING

A. IDENTITAS SISWA/SISWI

Nama....................................:
NISN
Tempat Tanggal lahir
Umur
Agama
Jenis kelamin
Alamat
No. Hp
Bahasa sehari-hari
Nama Orang Tua/Wali
 Ayah
 Ibu
Pekerjaan Orang Tua
 Ayah
 Ibu
Alamat Orang Tua
No. HP

B. KEGIATAN PENGEBORAN
1. Pengeboran inti [Core Driling]

A. Tujuan
Pengeboran dilakukan untuk mendapatkan contoh [sample] bahan
tambang dikoordinat dan kedalaman tertentu secara benar, Contoh
[sample] yang di hasilkan dari proses pengeboran yang benar akan di
analisa untuk memastikan jumlah kandungan bahan tambang di daerah
yang di bor. Bila dalam proses pengambilan contoh [sample] tidak
memenuhi standar, maka analisa yang dihasilkan akan tidak benar.
Untuk mendapatkan kualitas contoh [sample] yang benar, maka
diperlukan prosedur pengeboran standar, yaitu:
1) Maksimum penetrasi [run] 1m untuk menghindari blok core, bila
terjadi swelling karena panjang inner tube 1,5m.
2) Core barrel harus menggunakan triple tup wire line untuk
meminimalkan kontaminasi [sample] yang di hasilkan.
3) Pada zona bedrock harus dibor sampai kedalaman 2 meter,
pengecualian pada zona silika di daerah bedrock.
4) pemisahan berdasarkan zonasi dengan asumsi bahwa analisa yang
nantinya diperoleh merupakan hasil dari contoh per zonasinya.
5) apa bila tiga meter berturut-turut di mana pada setiap meter Core
Recovery < 90% karena kelalaian atau ke tidak cukupan driller maka
akan digeser dan dibor ulang (sesuai arahan geoligist) kecuali pada
zona yang tidak mungkin untuk mendapatkan recovery > 90%
misalnya zona silika dan lumpur atau menurut pertimbangan
geologist tidak mempengaruhi kualitas data semuanya harus
berdasarkan kebenaran (justification) dari geologist.
6) apabila pada lubang kedua hasilnya mirip dan driller sudah
menunjukkan usaha yang maksimal untuk mendapat kan recovery
yang lebih baik dan menurut pertimbangan geologist akan
melakukan evaluasi dan apabila keputusannya adalah kesulitan
formasi bukan dari skill driller dan kemampuan mesin maka hole
tersebut akan dibayar sesuai core yang dihasilkan ( prorate ) dan
hasil dari lubang pertama dianggap tidak ada.
7) bila dalam suatu keadaan tertentu dalam rangka melakukan
pembuktian kesulitan pengeboran oleh mesin atau driller yang lain
dengan kontraktor yang sama ataupun berbeda pada titik tersebut
yang dianggap gagal.
8) kegagalan pengeboran karena terjepitnya pipa sehingga
pengeboran tidak dapat dilanjutkan, maka akan di geser dan dibor
ulang (re-drill) di titik terdekat dari titik bor pertama (sesuai arahan
geoligist) sehingga kedalaman pengeboran pada titik bor pertama
tidak dihitung.
9) core di tempatkan pada core box dari kiri ke kanan, dimulai dari
sudut kiri atas pada core box.
10) Setiap meter di berikan label.
11) Pada saat pemindahan core box [yang berisi core hasil driling] dari
titik pengeboran menuju sampel house terjadi kontaminasi
terhadap core [misalnya ; core box terjatuh dan isinya tertumpah]
maka akan dilakukan pengeboran ulang [re-drill].
12) Pengambilan foto core dilakukan setelah core dibelah, dan core
box ditempatkan dengan miring yang sebelumnya telah di beri
label nama prospek, no hole, no core box, range ke dalam pada box
tersebut, tanggal, hari, inisial longger.
13) Pengambilan foto dengan zoom/inzet dilakukan pada setiap core
box yang mewakili serta mempunyai arti penting untuk meng
informasikan gambaran secara jelas dari mineral, tekstur, struktur,
terjadinya core loss, kontaminasi, swelling core.
14) Proses pemotretan sebaiknya dilakukan di daerah yang mendapat
sinar matahari cukup karena akan memberikan cahaya yang baik
terhadap hasil pemotretan.
15) Setelan proses pengeboran selesai dilakukan, maka lubang bor
harus diberi keterangan dengan menggunakan patok kayu
[ukuran ; panjang 70 cm, lebar 10 cm] yang di beri tanda berupa
cat warna merah pada bagian atas patok kayu tersebut dan di
tambahkan dengan keterangan spidol permanen pada patok kayu
tersebut agar keterangannya dapat lebih tahan lama. Keterangan
yang tertulis pada patok kayu tersebut antara lain ; Hole-ID,
kedalaman stop pengeboran [EOH], tanggal stop bor, koordinat
titik pengeboran dan Nama atau inisial logger. Patok kayu akan
disiapkan oleh kontraktor pengeboran.

2. Pengeboran triple tube


A. Persiapan

1) Untuk crew pengeboran diwajibkan menyiakan P3K,


menggunakan helm, sepatu boots, sarung tangan, safety glass,
ear plug dan rambu safety pada saat kegiatan pengeboran. Pihak
pengeboran wajib untuk melaksanakan safety meeting
[dilaksanakan Divisi HSE 1x dalam seminggu].
2) Menggunakan pengeboran portable rig, dengan triple tube.
3) Siapkan perlengkapan tambahan seperti alat tulis dll.
4) Cek lokasi pengeboran [pad], yakinkan terbebas dari batang-
batang pohon yang berpotensi tumbang, tanah longsor, jatuhan
batu dll.
5) Untuk alasan keamanan driller berhak menolak melakukan
kegiatan di suatu tempat bila tempat tersebut tidak bisa dibuat
menjadi aman.
6) Persiapan, atur lokasi di sekitar rig sehingga pekerjaan mudah dan
aman.
7) Diperbolehkan melakukan pemotongan lereng pada rencana titik
bor yang berada di lereng untuk leveling mesin rig.
8) Penempatan lokasi bor harus sesuai dengan titik yang telah di
tentukan.
9) Pergeseran titik bor tidak lebih dari radius 1m wajib
dikoordinasikan dan ijin longger.
10) Periksa perlengkapan pengeboran meliputi perlengkapan standar,
antara lain pipa bor, core barrel, meteran, kunci-kunci, dll.

B. Pelaksanaan

1) Hanya operator dan asisten operator yang berhak untuk


mengoperasikan mesin bor.
2) Pasang patok pada sisi-sisi landasan mesin bor agar mesin tidak
bergerak atau bergoyang.
3) Dirikan menara, poros bor harus di buat tegak lurus [vertikal]
terhadap horizontal, dan jangan lupa memasang slot pengunci
menara.
4) Siapkan air yang di perlukan dalam kegiatan pengeboran. Dan
buat saluran pembuangan untuk lumpur pengeboran dan air sisa
pengeboran sehingga lingkungan rig tetap kering.
5) Pengeboran dengan system full coring. Apabila panjang rod
batang bor tidak sama, dianjurkan untuk membuat susunan rod
dan diinformasikan kepada longger.
6) Pada meteran awal diperkenankan menggunakan tabung penginti
maksimal 1 (satu) meter, pengeboran selanjutnya dilakukan
dengan sistem full coring dengan menggunakan triple tube.
7) Pada material lunak (Overburden/Limonit), pengeboran dilakukan
dengan cara tekanan lebih besar dari pada putaran untuk
menghindari core yang hilang karena putaran rotary,
8) Pengeboran dilakukan dengan sistem run maksimal 1 m kecuali
pasa kontak antara material lunak dan material keras seperti
boulder. Wajib menyiapkan polymer pada setiap kegiatan
pengeboran.
9) Air yang digunakan dalam proses pengeboran tidak boleh
digunakan kembali atau harus dibuang.
10) Sebelum pipa dibuka yakinkan bahwa sample sudah masuk ke
dalam inner tube.
11) Split wajib dikeluarkan dari inner tube untuk pengambilan core.
12) Proses pengeluaran spilt harus menggunakan poston yang
didorong dengan tekanan air dan split ditahan dengan
menggunakan alat standar.
13) Apabila panjang core yang keluar tidak sesuai dengan panjang run
maka ada dua kemungkinan : core tidak terangkat atau hilang
(lose), Driller harus mengusahakan untuk menggangkat core yang
tertinggal pada run berikutnya. Jika tidak terangkat maka core
dianggap hilang (lose). Jika core panjang dari run maka core yang
lebih dari actual run pada kondisi normal dijadikan sweling.
14) Apa bila cord jatuh dari spilt yang dikelurkan dari inner tube
karena kesalahan anggota driller maka geologist berhak
memutuskan untuk redrill atau pengeboran dilanjutkan.
15) Spilt harus dalam keadaan bersih jika dimasukan kembali kedalam
inner tube.
16) Masukan kembali inner tube ke dalam core barrel dengan
menggunakan wire lina.
17) Berikan label pada bagian bottom yang berisikan kedalaman atau
kemajuan pengeboran.
18) Core dalam kondisi tidak terkontaminasi saat pengeboran maupun
proses pengeluaran conto.
19) Penyusunan core disesuaikan dengan kedalaman pengeboran,
apabila terjadi pengembangan core maka conto tetap disusun
berdasarkan kedalaman dan diberi label berupa pita pada core
yang lebih mengembang.
20) Core yang jatuh pada lubang bor harus diinformasikan pada
geologist dan proses pengambilan core dengan sistem pancing
hams diketahui geologist.
21) Apabila core yang berhasil diambil tidak sesuai dengan susunan
core maka dianggap lose.
22) Pengawasan pengeboran dilakukan oleh geologist atau asisten
geologist.
23) Penghentian pengeboran sepenuhnya menjadi tanggung jawab
geologist/logger.

C. Setelan pengeboran

1) Pihak pengeboran menyertakan laporan per pancingan langsung


di lapangan dan akan di tandatangani oleh longger pada saat
penghentian pengeboran, dan menyampaikan laporan kemajuan
bor harian pada pihak geologist.
2) Diwajibkan untuk menjaga kebersihan lokasi pengeboran dari
sampah tak terurai[plastik, kertas, dll].
3) Setelah pengeboran selesai, dilakukan pengecekan ke dalam dan
panjang core yang terambil keseluruhan, apakah sesuai antara ke
dalaman dan panjang core dengan jumlah pipa yang di gunakan.
4) Pengeboran di hentikan apa bilah:
 Cuaca hujan lebat
 Lokasi tidak kondusif
 Masuk jam istirahat dan jam pulang

5) Pengeboran dikatakan di ulang apa bila:


 Ada perbedaan antara panjang pipa dengan panjang core
 Tidak mengikuti prosedur kerja yang telah disepakati
bersama
6) Apabila terjadi loss core harus di paraf pada laporan kemajuan
pengeboran oleh driller dan logger.
7) Periksa kembali laporan kemajuan di lapangan, apakah sesuai
dengan lokasi, kedalaman, dan recovery, apabila sudah benar
laporan di paraf oleh logger. Penandatanganan Berita Acara
Pengeboran antara pihak pengeboran dan pihak geologist
dilakukan jika pengeboran pada titik tersebut telah selesai.

D. Health, Safety Dan Environmental Community.


Untuk menjaga kesehatan, keselamatan dan lingkungan di sekitar
Drill Site[Tes pit, mesin bor], maka perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
1) Pihak pengeboran wajib melaksanakan safety meeting.
2) Kru pengeboran di wajibkan menyediakan P3K, menggunakan
helm, sepatu bot, sarung tangan, safety glasses, earplug, rambu
safety saat pengeboran.
3) Cek lokasi pengeboran [pad] yakinkan terbebas dari batang-
batang pohon yang berpotensi tumbang, tanah longsor, jatuhnya
batu, dll.
4) Setiap lubang bor harus bersih dari segala macam kotoran seperti.
5) Tanah yang terkontaminasi oleh minyak, solar, bensin, dan
greese, harus di masukan ke dalam lubang dan di timbun.
6) Meminimalkan penebangan pohon pada lokasi bor.
7) Pada pelaksanaan testip dan galian lubang apa pun, setelah
pekerjaan selesai di lakukan, maka lubang test pit harus diberi
pagar pelindung dengan cara menanam tumbuhan yang mudah
tumbuh di sekelilingnya.

BAB V
PENUTUPAN
Atas berkat ramhat Allah Yang Maha Esa, serta kerjasama dan kerja
keras saya, selesailah penyusunan laporan Prakerin yang menjadi tugas
wajib dalam kegiatan ini.
Dalam penyusunan laporan Prakerin, saya mendapatkan pengarahan
dari pembimbing, bapak dan ibu guru, serta sekan-rekan SMK NEGERI 3
BUTON TENGAH. Untuk itu, saya mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya.
A. Kesimpulan
Dengan adanya kegiatan Prakeri ini, saya menyimpulkan bahwa
kegiatan ini sangat bermanfaat bagi seluruh siswa dan siswi SMK.
Pengalaman kerja yang didapatkan tentu akan membuat siswa dan siswi
memiliki keahlian sesuai bidangnya. Dan sudah pasti ini semua akan
membantu untuk kedepannya, ketika sudah terjun ke dunia kerja.
B. Kesan
Kami sangat antusias saat menjalani kegiatan prakerin di PT. Tambang
Bumi Sulawesi. Pemiliknya sangat ramah dan mau mengajarkan dengan
baik. Saya dituntut untuk aktif bertanya ketika ada yang kebingungan,
sehingga saya memiliki pengalaman lebih.
saya yakin, pengalaman yang didapatkan saat prakerin dapat
membantu kami kedepannya.
C. Saran
Untuk adik kelas yang mau melaksanakan kegiatan prakerin,
hendaknya persiapkan semuanya dengan matang. Terlebih untuk materi
yang sudah diajarkan di sekolah. Karena semua itu pasti akan
berhubungan dengan kegiatan prakerin nantinya.
Untuk pihak PT. Tambang Bumi Sulawesi saya berharap tempat ini
bisa menerima rekan kami dari SMK NEGRI 3 BUTON TENGAH yang
membutuhkan bimbingan praktik.

Anda mungkin juga menyukai