DISUSUN OLEH :
Diajukan Oleh :
“Analisis pengaruh morfologi dan batuan dasar terhadap literasi terhadap endapan
nikel laterit pada PT Vale Indonesia Tbk Daerah Sorowako, Kabupaten Luwu Timur,
Provinsi Sulawesi Selatan”
Diajukan Oleh :
MUH.IRWANSYAH PAEMBONAN
4520045008
Oleh
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatnya
sehingga penulis bisa menyelesaikan proposal kerja praktek yang berjudul “Analisis
pengaruh morfologi dan batuan dasar terhadap literasi terhadap endapan nikel
laterit pada PT Vale Indonesia Tbk Daerah Sorowako, Kabupaten Luwu Timur,
Provinsi Sulawesi Selatan” dengan baik.
Pada kesempatan ini, saya ingin juga mengucapkan terima kasih kepada kedua
orang tua atas bimbingannya dan Bapak Ir. Ramli, S.T.,M.T selaku dosen
pembimbing serta semua pihak yang telah memberikan semangat dan motivasi
sehingga proposal ini dapat selesai dengan baik.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kata sempurna olehnya
itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga proposal ini
dapat menjadi referensi bagi siapapun yang membacanya.
Penulis,
MUH.IRWANSYAH P
BAB Ⅰ
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4. Sruktur Geologi
Batuan beku mempunyai porositas dan permeabilitas yang kecil
sehingga penetrasi air sangat sulit, dengan adanya rekahan batuan akan
lebih memudahkan masuknya air sehingga proses pelapukan akan lebih
intensif. Contohnya didaerah Pomala terdapat struktur kekar (joint) yang
lebih dominan dibandingkan dengan struktur patahannya. Daerah ini
disusun oleh batuan ultrabasa sebagai saluran tempat naiknya magma yang
mengandung unsur nikel, sehingga struktur ini menjadi salah satu faktor
dalam pembentukan cebakan biji nikel.
5. Topografi
Topografi setempat sangat berpengaruh terhadap sirkulasi air dan
senyawa lain; untuk daerah landai maka air akan bergerak perlahan-lahan
sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih
dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi andapan
umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai kemiringan
sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk
topografi. Pada daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yang
meluncur (run off) lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat
menyebabkan pelapukan kurang intensif.
6. Waktu
Semakin lama waktu pelapukan semakin besar endapan nikel yang
terbentuk.
C. Proses Pembentukan Nikel Laterit
Batuan induk bijih nikel adalah batuan peridotit. Menurut Vinogradov
batuan ultrabasa rata-rata mempunyai kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur
nikel tersebut terdapat dalam kisi-kisi kristal mineral olivin dan piroksin,
sebagai hasil substitusi terhadap atom Fe dan Mg. Proses terjadinya substitusi
antara Ni, Fe dan Mg dapat diterangkan karena radius ion dan muatan ion yang
hampir bersamaan diantara unsur-unsur tersebut. Proses serpentinisasi yang
terjadi pada batuan peridotit akibat pengaruh larutan hydrothermal, akan
merubah batuan peridotit menjadi batuan serpentinit atau batuan serpentinit
peridotit. Sedangkan proses kimia dan fisika dari udara, air serta pergantian
panas dingin yang bekerja kontinu, menyebabkan disintegrasi dan dekomposisi
pada batuan induk.
Pada pelapukan kimia khususnya, air tanah yang kaya akan CO 2 berasal
dari udara dan pembusukan tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral-mineral
yang tidak stabil (olivin dan piroksin) pada batuan ultrabasa, menghasilkan Mg,
Fe, Ni yang larut; Si cenderung membentuk koloid dari partikel-partikel silika
yang sangat halus. Didalam larutan, Fe teroksidasi dan mengendap sebagai
ferri-hydroksida, akhirnya membentuk mineral-mineral seperti geothit, limonit,
dan haematit dekat permukaan. Bersama mineral-mineral ini selalu ikut serta
unsur cobalt dalam jumlah kecil.
Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus kebawah selama
larutannya bersifat asam, hingga pada suatu kondisi dimana suasana cukup
netral akibat adanya kontak dengan tanah dan batuan, maka ada kecenderungan
untuk membentuk endapan hydrosilikat. Nikel yang terkandung dalam rantai
silikat atau hydrosilikat dengan komposisi yang mungkin bervariasi tersebut
akan mengendap pada celah-celah atau rekahan-rekahan yang dikenal dengan
urat-urat garnierit dan krisopras. Sedangkan larutan residunya akan membentuk
suatu senyawa yang disebut saprolit yang berwarna coklat kuning kemerahan.
Unsur-unsur lainnya seperti Ca dan Mg yang terlarut sebagai bikarbonat akan
terbawa kebawah sampai batas pelapukan dan akan diendapkan sebagai
dolomit, magnesit yang biasa mengisi celah-celah atau rekahan-rekahan pada
batuan induk. Dilapangan urat-urat ini dikenal sebagai batas petunjuk antara
zona pelapukan dengan zona batuan segar yang disebut dengan akar pelapukan
(root of weathering).
Menurut (Kadarusman, 2004), pembentukan Nikel laterit terdiri atas 4
horizon/lapisan yaitu :
1) Tudung besi (iron cap) yang merupakan campuran gutit dan limonit
berwarna merah tua. Lapisan ini memiliki kadar besi tinggi dan kadar nikel
yang rendah yaitu sekitar 60% Fe. Kadang-kadang ditemukan hematit dan
kromiferus yang merupakan lapisan paling atas biji laterit dan menjadi
oveburden pada saat penambangan biji nikel laterit.
2) Lapisan Limonit, yaitu merupakan lapisan yang kaya besi sekitar 40-50%
Fe, berukuran halus dan berwarna merah, coklat bahkan kekuningan. Dalam
limonit, sebagian besar nikel berada dalam gutit (sebagai larutan padat),
sebagian lagi berada dalam oksida mangan dan litioforit. Dalam lapisan ini
juga kadang-kadang ditemukan talk, tremolit, kromiferus, kuarsa, gibsit dan
magemit.
3) Lapisan Saprolit. Pada lapisan ini mineral utamanya adalah serpentin
(Mg3Si2O5(OH)4); nikel mensubtitusi Mg. Biji saprolit memiliki kandungan
yang lebih tinggi dari pada yang terdapat pada lapisan limonit, yaitu sekitar
1,5-3% Ni. Kandungan magnesia dan silikanya juga lebih tinggi namun
kadar besinya rendah.
4) Batuan dasar (bed rock), bagian ini berbentuk bongkah berukuran >75
cm. Secara umum kadar nikelnya kecil, sekitar 0,2 - 0,4% Ni. Zona ini
mengalami perengkahan kuat dan kadang-kadang bersifat terbuka dan terisi
oleh garnierit dan silika. Perengkahan ini diperkirakan menjadi root zone
yaitu suatu zona dengan kandungan nikel tinggi berupa urat dalam atuan
dasar.
Gambar 2.1 Pembentukan Endapan Nikel
Berdasarkan tipe mineral yang dominan, biji nikel laterit didunia dapat
diklasifikasikan menjadi 3 tipe (Mubarok, 2013) yaitu :
- Laterit oksida (oxide laterites) merupakan produk yang paling umum proses
laterisasi, sebagian besar terdiri atas Fe-hidroksida dibagian atas lapisan
bijih;
- Laterit lempung (clay latrite) sebagian besar terdiri atas lempung semektit
pada bagian atas lapisan bijih;
- Laterit silikat, terbentuk pada bagian yang lebih dalam dan mungkin dilapisi
oleh laterit oksida. Sebagian besar terdiri atas Mg-Ni silikat (serpentin dan
garnierite).
D. Proses Laterisasi
1. Proses pelapukan batuan peridotit, yang tersusun oleh group olivine →
2. beraksi dengan air tanah yang kaya akan CO 2, yang menguraikan olivin
kerak.
4. Sedangkan MG, Ni, dengan SiO tetap dalam larutan akan tetapi jika larutan
yang asam ini dinetralisasikan oleh tanah dan batuan, maka zat tersebut
E. Proses Serpentinisasi
Pelapukan serpentinisasi → proses oleh adanya reaksi antara batuan dan
larutan encer yang kaya CO2 (unsure organik) pada P&T >>> sehingga
mengakibatkan pengurangan kadar MgO pada batuan karena adanya pengikatan
oleh air dan CO2 dan membentuk mineral brucite dan magnesit.
Misalnya pada batuan dunit yang kaya akan olivine : (menurut Charles F.
Parks,1964. Ore deposit)
2 Mg 2 SiO 4 +3 H 2 O→Mg 3 Si 2 O 5 ( OH )4 +Mg ( OH )2 atau
Olivin Serpentin Brucite
Tengah di sebelah utara dan timur dan Propinsi Sulawesi Tenggara di sebelah
selatan. Selain itu Kabupaten Luwu Timur juga berbatasan langsung dengan laut
yaitu dengan Teluk Bone di sebelah selatan. Kabupaten Luwu Timur terletak di
b) Orientasi Umum
c) Orientasi Lapangan
unit proses/unit operasi pabrik yang dikunjungi. Tema dapat ditentukan oleh
Proposal ini.
apabila peserta Kerja Praktek telah mengikuti Seminar Kerja Praktek dan
- Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari daerah penelitian,
- Data sekunder adalah data nikel yang disediakan oleh perusahaan PT.
apabila waktu yang kami ajukan belum sesuai dengan jadwal perusahaan, saya
siap menerima waktu yang akan diberikan oleh pihak perusahaan kepada saya.
PT. Vale Indonesia Tbk. Daerah Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi
Sulawesi Selatan agar diterimanya proposal ini agar saya dapat melakukan Kerja
berikut:
Minggu ke -
Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pengenalan perusahaan
Orientasi lapangan
Pengambilan data
Analisis data
Penyusunan laporan
Seminar kerja praktek
Peserta yang mengikuti kegiatan kerja praktek lapangan ini adalah mahasiswa
dari jurusan Teknik Geologi Universitas Bosowa Makassar yang berjumlah 1
(satu) orang dengan biodata sebagai berikut :
Nama : Muh.irwansyah paembonan
Tempat/tanggal lahir : Makale, 13 November 2002
Nim :4520045008
Jurusan : Teknik Geologi
Nomor Hp :0821-9244-7630
Email :muhirwanyahpaembonan@gmail.com
BAB Ⅳ
PENUTUP
Demikian proposal permohonan kerja praktek ini saya buat, besar harapan saya
agar kiranya pihak perusahaan dapat menerima saya untuk melaksanakan kerja
praktek di PT Vale Indonesia Tbk. Saya juga berharap melalui proposal ini dapat
membuat semangat baru dalam rangka membangun kemandirian menuju Geologist
baru yang berlandaskan ilmu geologi.
Demikian proposal ini saya buat, atas perhatian dan kerjasama dari semua pihak
yang terkait diucapkan terima kasih.
Muh.irwansyah paembonan
DAFTAR PUSTAKA
Darijanto, T., 2000. Ganesa Bijih Nikel Lateritik Gebe. Jurnal Teknologi Mineral
ITB. VII(2), 95-108.
Kurniadi, A., Rosana, F. M., Yuningsih, T. E., Pambudi, L., 2017. Karakteristik
Batuan Asal Pembentukan Endapan Nikel Laterit Di Daerah Madang dan
Serakaman Tengah. Padjadjaran Geoscience Journal, 1(2).
Hardyanto, H., 2015. Pemodelan Endapan Nikel Laterit, Kabupaten Morowali,
Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Geomine, 2(1)
Mubdiana, A., Widodo, S., Anshariah., 2015. Karakteristik Endapan Nikel Laterit
Pada Blok X Pt. Bintang delapan Mineral Kecamatan Bahodopi
Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Geomine, Vol. 01
No. 1
LAMPIRAN