Anda di halaman 1dari 19

Proposal Penelitian

Teknik Pertambangan UMI Makassar

PROPOSAL PENELITIAN

MAHASISWA TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PT. VALE INDONESIA Tbk

SULAWESI SELATAN

SYAHRIL

093 2013 0151

MAKASSAR

2018

Proposal Penelitian 2018 – Page_1


Proposal Penelitian
Teknik Pertambangan UMI Makassar

PEMODELAN DAN ESTIMASI SUMBERDAYA ENDAPAN NIKEL LATERIT


PADA PT. VALE INDONESIA Tbk KABUPATEN LUWU TIMUR
PROVINSI SULAWESI SELATAN

PROPOSAL PENELITIAN

Dibuat Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir (TA)


Pada Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik
Pertambangan Universitas Muslim Indonesia

SYAHRIL
093 2013 0151

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKAS SAR
2018

Proposal Penelitian 2018 – Page_2


Proposal Penelitian
Teknik Pertambangan UMI Makassar

PROPOSAL PENELITIAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

SEKRETARIAT : Kampus II UMI, JL. Urip Sumoharjo Km. 05, Tlp (0411) 420351/082322295852

Latar Belakang

Indonesia merupakan wilayah yang kaya akan sumberdaya alam, terutama


bahan tambang yang merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui. Salah
satu contohnya yang sangat penting adalah mineral. Nikel laterit merupakan salah satu
sumberdaya mineral yang melimpah di daerah Sulawesi, nikel digunakan sebagai bahan
campuran untuk pembuatan baja tahan karat (stainless steel) yang banyak diaplikasikan
pada peralatan dapur, ornamen-ornamen rumah dan gedung, serta komponen industri.
Sehingga keberadaan endapan nikel laterit sangat vital bagi perkembangan teknologi.
Adapun kegiatan yang menjadi dasar perencanaan tambang yaitu pemodelan
dan estimasi sumberdaya. Kegiatan ini harus dilakukan sebelum kegiatan penambangan
dimulai. Model dan hasil estimasi sumberdaya merupakan pendekatan dari kenyataan
dan dibuat berdasarkan informasi dan data-data yang dimiliki seperti data hasil
pemboran eksplorasi dan data topografi yang kemudian divisualisasikan dalam bentuk
tiga dimensi menggunakan software pada komputer. Hasil dari estimasi sumberdaya
tersebut dapat dijadikan sebagai cadangan jika memenuhi beberapa ketentuan.
Perhitungan sumberdaya merupakan salah satu hal penting dalam kegiatan
eksplorasi. Perhitungan yang dimaksud disini mulai dari sumberdaya sampai pada
cadangan tertambang yang merupakan tahap akhir dari proses eksplorasi.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis data eksplorasi tiap lubang bor
untuk menghitung jumlah sumberdaya nikel laterit pada PT. Vale Indonesia Tbk
berdasarkan karakteristik bahan galian dan metode yang digunakan.

Proposal Penelitian 2018 – Page_3


Proposal Penelitian
Teknik Pertambangan UMI Makassar

Maksud dan Tujuan

Kegiatan Penelitian (Tugas Akhir) ini dimaksudkan pada analisis data eksplorasi
nikel laterit untuk perhitungan estimasi sumberdaya nikel laterit pada PT. Vale
Indonesia Tbk.
Tujuan dari penelitian di PT. Vale Indonesia Tbk ini adalah untuk:
1. Mengetahui sebaran kadar endapan nikel laterit.
2. Mengetahui tonase sumberdaya endapan nikel laterit.

Judul Penelitian
Pada kesempatan Ini, Peneliti Mengajukan Judul Penelitian Tugas Akhir (TA)
Adalah ” Pemodelan dan Estimasi Sumberdaya Endapan Nikel Laterit Pada PT.
Vale Indonesia Tbk Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan ” atau judul
dapat ditentukan oleh kebijakan perusahaan apabila judul tidak sesuai dengan kondisi
kegiatan perusahaan.

Waktu Pelaksanaan

Peneliti mengajukan waktu pelaksanaan kegiatan Penelitian yaitu dari tanggal 22


Agustus 2018 s/d 5 November 2018 atau ditentukan oleh kebijakan perusahaan.

Peserta Penelitian TA

Peserta Penelitian Tugas Akhir yang mengikuti kegiatan ini adalah Mahasiswa
Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim
Indonesia Makassar, yaitu:

Nama : Syahril
NIM : 093 2013 0151
Jurusan : Teknik Pertambangan
(Biodata Diri/Curriculum Vitae, Terlampir)

Proposal Penelitian 2018 – Page_4


Pembimbing

Pada kegiatan Penelitian Tugas Akhir ini terdiri dari 2 Pembimbing, yaitu
Dosen yang ditunjuk oleh Jurusan Teknik Pertambangan (bagian Tugas Akhir) dan
diharapkan Pembimbing khusus di lapangan yang ditunjuk oleh Perusahaan.

Peralatan & Fasilitas

Adapun peralatan & fasilitas yang akan digunakan saat di lokasi maupun di
lapangan, yaitu:

 Field Book & Alat Tulis Menulis


 Kamera
 Laptop
 Safety Glass
 Safety Head (Helmet)
 Safety Shooes
 Safety Vest
 Mess/Penginapan
Tinjauan Pustaka
LANDASAN TEORI

A. Genesa Endapan Bijih Nikel Laterit

Laterit berasal dari bahasa latin yaitu later, yang artinya bata yang dimana
membentuk bongkah-bongkah yang berwarna merah bata (Waheed, 2002). Hal ini
dikarenakan tanah laterit tersusun oleh fragmen-fragmen batuan yang
mengambang di antara matriks, seperti bata di antara semen.
Endapan nikel laterit merupakan endapan hasil proses pelapukan lateritik
batuan induk ultrabasa (peridotit, dunit dan serpentinit) yang mengandung Ni
dengan kadar tinggi, agen pelapukan tersebut berupa air hujan, suhu, temperatur,
dan topografi (Golightly, 1979).
Menurut Waheed (2002) bahwa inti bumi mengandung lebih kurang 3%
nikel, kemudian zona mantel bumi yang mempunyai ketebalan sampai 2.898 km
mempunyai kandungan nikel antara 0,1–0,3%.
Nikel dalam batuan ultrabasa terutama terdapat dalam mineral mafik
(olivin, piroksin) dan serpentin. Di dalam mineral mafik, nikel terutama terdapat
dalam jaringan mineral olivin. Olivin dapat mengandung 0,4% NiO dan 0,32%
Ni. Olivin merupakan mineral yang terbentuk pada temperatur tinggi (1500O),
sangat tidak stabil, sehingga saat terjadi pelapukan akan melepaskan ion Ni yang
terdapat dalam ikatan atomnya (Waheed, 2002).
Umumnya hidroksidasi dari beberapa unsur kimia dijumpai berasosiasi
dengan lingkungan laterit. Ion-ion yang dilepaskan selama proses hidrolisis dari
mineral-mineral mafik, ditetapkan sebagai hidroksida (Waheed, 2002). Pada
hidrosilikat nikel (mineral garnierit), nikel menggantikan atom Mg dalam mineral
serpentin, dan klorit. Anggota nikel murni tidak muncul secara alami dan
kebanyakan garnierit berisi (Ni, Mg) sebagai pengganti Mg (Waheed, 2002).
Garnierit terjadi dengan mengisi rekahan-rekahan yang ada. Warna
garnierit mencakup dari hijau (terang dan gelap) kekuning-kuningan, biru terang-
gelap. Variasi yang kaya hijau berisi lebih banyak nikel (Waheed, 2002).
Air permukaan yang mengandung CO2 dan terkayakan kembali oleh
material–material organis di permukaan meresap ke bawah permukaan tanah
sampai pada zona pelindian, dimana penyerapan air tanah berlangsung. Akibat
penyerapan ini air tanah yang kaya CO2 akan kontak dengan zona saprolit yang
masih mengandung batuan asal dan melarutkan mineral–mineral yang tidak stabil
seperti olivin/serpentin dan piroksen. Mg, Si dan Ni akan larut dan terbawa sesuai
dengan aliran air tanah dan akan memberikan mineral–mineral baru pada proses
pengendapan kembali (Hasanudin dkk., 1992).
Tim Analisis Mineral Internasional (1985), menyatakan bahwa proses
pelapukan dimulai pada batuan ultrabasa (peridotit, dunit, serpentin), dimana
batuan ini banyak mengandung mineral olivin, magnesium silikat dan besi silikat,
yang pada umumnya mengandung 0,30% nikel. Batuan tersebut sangat mudah
dipengaruhi oleh pelapukan lateritik. Air tanah yang kaya CO2 berasal dari udara
luar dan tumbuh–tumbuhan, akan menghancurkan olivin. Terjadi penguraian
olivin, magnesium, besi, nikel dan silika ke dalam larutan, cenderung untuk
membentuk partikel partikel silika. Di dalam larutan, besi akan bersenyawa
dengan oksida. Akhirnya endapan ini akan menghilangkan air dengan membentuk
mineral–mineral seperti karat, yaitu hematit dan kobalt dalam jumlah kecil. Jadi,
besi oksida mengendap dekat dengan permukaan tanah. Oksidasi yang terbentuk,
bereaksi dengan air membentuk limonit yang terakumulasi pada zona oksidasi.
Proses pelapukan dan pencucian yang terjadi, akan menyebabkan unsur
Fe, Cr, Al, Ni dan Co terkayakan di zona limonit dan terikat sebagai mineral–
mineral oxida/hidroksida, seperti limonit, hematit, geothite dan sebagainya
(Hasanudin dkk., 1992). Selanjutnya pada proses pelapukan lebih lanjut
magnesium (Mg), silika (Si), dan nikel (Ni) akan tertinggal di dalam larutan
selama air masih bersifat asam sehingga pada suatu kondisi dimana suasana cukup
netral akibat adanya reaksi air tanah dengan batuan, maka ada kecenderungan
untuk membentuk endapan silika seperti garnierit. Tetapi jika dinetralisasi karena
adanya reaksi dengan batuan dan tanah, maka zat–zat tersebut akan cenderung
mengendap sebagai mineral hidrosilikat yang disebut mineral garnierit (Waheed,
2002).
Menurut Waheed (2002) nikel mempunyai sifat kurang kelarutannya
dibandingkan magnesium, perbandingan antara nikel dengan magnesium di dalam
endapan lebih besar daripada larutan, karena sedikit magnesium yang terbawa
oleh air. Kadang-kadang olivin di dalam tanah diubah menjadi serpentin terurai ke
dalam komponen bersama-sama dengan terurainya olivin.
Adanya erosi air tanah asam dan erosi dipermukaan bumi akan mengubah
mineral-mineral yang telah diendapan. Zat tersebut dibawa ke tempat yang lebih
dalam, selanjutnya diendapkan sehingga terjadi pengayaan pada bijih nikel.
Kandungan nikel pada saat terendapkan akan semakin bertambah banyak, dan
selama itu magnesium tersebar pada aliran tanah (Waheed, 2002).

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Bijih Nikel

Faktor-faktor yang berperan penting dalam pembentukan deposit nikel


laterit di atas (Golightly, 1979) adalah:
1. Batuan asal
Dalam hal ini yang bertindak sebagai batuan asal adalah batuan ultrabasa,
karena mempunyai elemen atau unsur Ni yang paling banyak diantara batuan
yang lain. Misalnya mineralnya mudah lapuk atau tidak stabil dan komponen-
komponennya mudah larut dan memberikan lingkungan pengendapan yang
baik untuk nikel (Ni).
2. Iklim
Adanya pergantian musim kemarau dan musim hujan, dimana terjadi
kenaikan dan penurunan permukaan air tanah yang menyebabkan terjadinya
proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang
cukup besar akan menimbulkan terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan
timbul rekahan-rekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau
reaksi kimia terutama dekomposisi batuan.
3. Reagen kimia dan vegetasi
Yang dimaksud dengan reagen-reagen kimia adalah unsur-unsur dan
senyawa-senyawa yang membantu mempercepat proses pelapukan CO 2 yang
terlarut bersama air memegang peranan penting dalam proses pelapukan
kimia. Asam-asam humus akan menyebabkan dekomposisi batuan dan dapat
merubah pH larutan, asam-asam humus ini erat hubungannya dengan vegetasi
daerah.
4. Struktur batuan
Struktur akan menyebabkan terjadinya deformasi pada batuan. Seperti adanya
rekahan-rekahan pada batuan akan lebih memudahkan masuknya air yang
berarti proses pelapukan akan lebih intensif.
5. Topografi
Keadaan topografi setempat sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta
reagen-reagen lain. Akumulasi endapan nikel pada umumnya berada pada
daerah yang landai sampai kemiringan sedang. Pada daerah yang curam,
secara teoritis jumlah air yang meluncur akan lebih besar dari pada air yang
meresap. Hal ini akan menyebabkan pelapukan kurang intensif. Pada tempat
dimana terdapat keseimbangan, nikel akan mengendap melalui proses
pelapukan kimia.
6. Waktu
Waktu yang cukup lama akan menghasilkan pelapukan yang cukup intensif
karena akumulasi unsur-unsur cukup tinggi.
7. Penyebaran endapan
Pada dasarnya penyebaran endapan nikel, dapat mengikuti prinsip-prinsip
genesanya, sehingga genesanya dapat membantu memperkecil area
penyelidikan, serta penentuan pola sumur uji dan cara pengambilan
conto/sampel dalam pekerjaan eksplorasi.
Secara umum penyebaran endapan nikel laterit terdapat pada punggungan
dan lereng bukit-bukit dengan kemiringan yang landai sampai sedang.
Kemiringan (slope) suatu bukit berkisar antara 10–30o, tetapi pada umumnya
endapan nikel laterit paling banyak terdapat pada punggungan bukit dengan
kemiringan tidak terlalu landai dan tidak terlalu curam berkisar sekitar ±15o.
Endapan nikel laterit tidak teratur baik bentuk penyebaran horizontal atau
vertikal maupun sifat-sifat fisis dan komposisi kimianya, tetapi dapat disimpulkan
bahwa endapan nikel tetap mempunyai profil yang umum seperti lazimnya
endapan nikel laterit.

C. Profil Endapan Nikel Laterit


Profil laterit dapat dibagi menjadi beberapa zona. Profil nikel laterit
tersebut dideskripsikan dan diterangkan oleh daya larut mineral dan kondisi aliran
air tanah.
1. Lapisan Tanah Penutup (Overburden)
Lapisan ini terletak di bagian atas permukaan ,lunak dan berwarna coklat
kemerahan hingga gelap dengan kadar air antara 25% sampai 35%, kadar nikel
maksimal 1,3% dan di permukaan atas dijumpai lapisan iron capping. Lapisan ini
mempunyai ketebalan berkisar antara 1 – 12 meter dan merupakan kumpulan
massa goethite dan limonite. Iron capping mempunyai kadar besi yang tinggi tapi
kadar nikel yang rendah. Terkadang terdapat mineral-mineral hematite,
chromiferous.
2. Lapisan Limonite berkadar menengah (Medium Grade Limonite)
Lapisan ini terletak di bawah lapisan tanah penutup Fine grained, merah-
coklat atau kuning, agak lunak, berkadar air antara 30% - 40%, kadar nikel 1,5%,
Fe 44%, MgO 3%, SiO2%, lapisan kaya besi dari limonit soil menyelimuti
seluruh area dengan ketebalan rata-rata 3 meter. Lapisan ini tipis pada lereng yang
terjal, dan setempat hilang karena erosi. Sebagian dari nikel pada zona ini hadir di
dalam mineral manganese oxide, lithiophorite. Terkadang terdapat mineral talc,
tremolite, chromiferous, quartz, gibsite, maghemite. Limonite di daerah west
block (unserpentinized) umumnya mempunyai nikel lebih tingi di bandingkan
dengan limonite di daerah East block (Serpentinized). Limonit dibedakan menjadi
2 yaitu: Red limonit yang biasa disebut hematit dan Yellow limonit yang disebut
goethit. Biasanya pada goethit nikel berasosiasi dengan Fe dan mengganti unsur
Fe sehingga pada zona limonit terjadi pengayaan unsur Ni.
3. Lapisan Bijih (Saprolit)
Lapisan ini merupakan hasil pelapukan batuan peridotit, berwarna kuning
kecoklatan agak kemerahan, terletak di bagian bawah dari lapisan limonite
berkadar menengah, dengan ketebalan rata-rata 7 meter. Campuran dari sisa-sisa
batuan, butiran halus limonite, saprolitic rims, vein dari endapan garnierit,
nickeliferous quartz, mangan dan pada beberapa kasus terdapat silica boxwork,
bentukan dari suatu zona transisi dari limonite ke bedrock. Terkadang terdapat
mineral kuarsa yang mengisi rekahan, mineral-mineral primer yang terlapukan,
clorite. Garnierit dilapangan biasanya diidentifikasikan sebagai colloidal talc
dengan lebih atau kurang nickeliferous serpentin. Struktur dan tekstur batuan asal
masih terlihat. Lapisan ini terdapat bersama batuan yang keras atau rapuh dan
sebagian saprolite. Kadar Ni 1,85%, Fe 16%, MgO 25%, SiO2 35%. Lapisan ini
merupakan lapisan yang bernilai ekonomis untuk ditambang sebagai bijih.
4. Lapisan Batuan Dasar (Bed Rock)
Bagian terbawah dari profil laterit ini merupakan batuan peridotit sesar
yang tidak atau belum mengalami pelapukan. Blok peridotit (batuan dasar) dan
secara umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis lagi (kadar logam sudah
mendekati atau sama dengan batuan dasar). Berwarna kuning pucat sampai abu-
abu kehijauan. Zona ini terfrakturisasi kuat, kadang membuka, terisi oleh mineral
garnierit dan silika. Frakturisasi ini diperkirakan menjadi penyebab adanya root
zone yaitu zona high grade Ni, akan tetapi posisinya tersembunyi.
Ketebalan dari masing-masing lapisan tidak merata, tergantung dari
morfologi dan relief, umumnya endapan laterit terakumulasi banyak pada bagian
bawah bukit dengan relief yang landai sedangkan relief yang terjal endapan
semakin menipis, di samping adanya kecenderungan akumulasi mineral yang
berkadar tinggi dijumpai pada zona-zona retakan, zona sesar dan rekahan pada
batuan.

Gambar 1. Penampang Umum Nikel Laterit Sorowako (Osborne & Waraspati,


1986)
C. Tipe Endapan Nikel Laterit di Daerah Penelitian

Menurut waheed Ahmad (2005) tipe endapan nikel laterit di daerah


Sorowako pada dasarnya dibagi menjadi 2, yaitu Sorowako West Block dan
Sorowako East Block. Pembagian tipe endapan ini berdasarkan beberapa
parameter utama, diantaranya:
1. Tipe batuan ultramafik.
2. Derajat serpentinisasi.
3. Kandungan kimia bijih.
4. Fraksi batuan.
5. Tingkat kesulitan dalam penambangan.
6. Derajat penetrasi dengan auger drilling.
7. Kandungan olivin.

Tipe West Block

Pada daerah west block batuan didominasi oleh harzburgit dengan


beberapa batuan dunit yang kaya olivin. Kandungan olivin tinggi dan piroksen
yang hadir umumnya orthopiroksen. Batuan di daerah ini umumnya tidak
terserpentinisasi atau sedikit terserpentinisasi. Sifat material yang relatif keras
menyebabkan kesulitan dalam penambangan, namun batuan di daerah ini
menunjukkan rasio silika magnesia yang relatif lebih tinggi (2,2 –2,6) dibanding
east block.

Tipe East Block


Pada daerah east block didominasi oleh herzolit dengan kandungan olivin
yang rendah dan mengandung orthopiroksen maupun klinopiroksen. Peningkatan
derajat serpentinisasi di daerah ini didukung juga oleh peningkatan kandungan
magnetik dalam material batuan. Sifat batuan relatif lebih lunak dan menunjukkan
rasio silika magnesia yang lebih rendah (1,4-2) dibandingkan west block.

D. Definisi Sumberdaya Menurut Kode Cadangan Mineral Indonesia

Sumberdaya adalah suatu konsentrasi atau keterjadian dari material yang


memiliki nilai ekonomi di atas kerak bumi, dengan bentuk, kualitas dan kuantitas
tertentu yang memiliki keprospekan yang beralasan untuk pada akhirnya dapat
diekstraksi secara ekonomis. Lokasi, kuantitas, kadar, karakteristik geologi dan
kemenerusan dari sumberdaya harus diketahui, diestimasi atau diinterpretasikan
berdasar bukti-bukti dan pengetahuan geologi yang spesifik. Sumberdaya
dikelompokkan lagi berdasar tingkat keyakinan geologinya, ke dalam kategori
tereka, tertunjuk dan terukur.
2.3.1 Sumberdaya Tereka
Sumberdaya tereka menurut Kode Cadangan Mineral Indonesia (2011)
merupakan bagian dari sumberdaya dimana tonase, kadar (kualitas), dan
kandungan mineral dapat diestimasi dengan tingkat kepercayaan rendah. Hal ini
direka dan diasumsikan dari adanya bukti geologi, tetapi tidak diverifikasi
kemenerusan geologi atau kadarnya. Hal ini hanya berdasarkan dari informasi
yang diperoleh melalui teknik yang memadai dari lokasi seperti singkapan, paritan
uji, sumuran uji dan lubang bor tetapi kualitas dan tingkat kepercayaannya
terbatas atau tidak jelas. Sumberdaya tereka memiliki tingkat keyakinan lebih
rendah dalam penerapannya dibandingkan dengan sumberdaya tertunjuk.

2.3.2 Sumberdaya Tertunjuk


Sumberdaya tertunjuk menurut Kode Cadangan Mineral Indonesia (2011)
merupakan bagian dari Sumberdaya dimana tonase, densitas, bentuk, karakteristik
fisik, kadar (kualitas) dan kandungan mineral dapat diestimasi dengan tingkat
kepercayaan yang wajar. Hal ini didasarkan pada hasil eksplorasi, dan informasi
pengambilan dan pengujian conto yang didapatkan melalui teknik yang tepat dari
lokasi seperti singkapan, paritan uji, sumuran uji, terowongan dan lubang uji bor.
Lokasi pengambilan data masih terlalu jarang atau spasinya belum tepat untuk
memastikan kemenerusan geologi dan kadar, tetapi secara meruang cukup untuk
mengasumsikan kemenerusannya.

2.3.3 Sumberdaya Terukur


Sumberdaya terukur menurut Kode Cadangan Mineral Indonesia (2011)
bagian dari sumberdaya dimana tonase, densitas, bentuk, karakteristik fisik, kadar
(kualitas) dan kandungan mineral dapat diestimasi dengan tingkat kepercayaan
yang tinggi. Hal ini didasarkan pada hasil eksplorasi rinci dan terpercaya, dan
informasi mengenai pengambilan dan pengujian conto yang diperoleh dengan
teknik yang tepat dari lokasi seperti singkapan, paritan uji, sumuran uji,
terowongan dan lubang uji bor. Lokasi informasi pada kategori ini secara meruang
adalah cukup rapat untuk memastikan kemenerusan geologi dan kadar.
Tingkat keyakinan dalam estimasi harus cukup untuk menerapkan
parameter keteknikan dan keekonomian, dan memungkinkan dilakukannya suatu
evaluasi kelayakan ekonomi yang memiliki tingkat kepastian lebih tinggi
dibandingkan dengan evaluasi yang berdasarkan atas sumberdaya tertunjuk.

Gambar 2. Hubungan antara hasil eksplorasi sumberdaya dan cadangan (KCMI,


2011)
Istilah faktor pengubah didefinisikan guna memasukkan pertimbangan-
pertimbangan penambangan, metalurgi, pengolahan, ekonomi, pemasaran, hukum,
lingkungan, sosial dan pemerintahan. Pada gambar 2.1 menetapkan kerangka
untuk pengklasifikasian estimasi tonase dan kadar (kualitas) untuk merefleksikan
perbedaan tingkat keyakinan geologi dan derajat perbedaan dari evaluasi
keteknikan dan keekonomian.

E. Dasar Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan

Klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan berdasarkan dua kriteria


yaitu tingkat keyakinan geologi dan pengkajian layak tambang.
1. Tingkat keyakinan geologi, ditentukan oleh 4 tahap eksplorasi, yaitu:
a) Survei tinjau.
b) Prospeksi.
c) Eksplorasi umum.
d) Eksplorasi rinci.
Kegiatan dari a) ke d) menunjukkan makin rincinya penyelidikan, sehingga
tingkat keyakinan geologinya makin tinggi dan tingkat kesalahannya makin
rendah.
2. Pengkajian layak tambang
a. Pengkajian layak tambang meliputi faktor-faktor ekonomi, penambangan,
pemasaran, lingkungan, sosial, dan hukum/perundang-undangan. Untuk
endapan mineral bijih, metalurgi juga merupakan faktor pengkajian layak
tambang.
b. Pengkajian layak tambang akan menentukan apakah sumberdaya mineral
akan berubah menjadi cadangan atau tidak.
c. Berdasarkan pengkajian ini, bagian sumberdaya mineral yang layak
tambang berubah statusnya menjadi cadangan sedangkan yang belum
layak tambang tetap menjadi sumberdaya mineral.

F. Cut Off Grade

Kadar batas optimum (optimum cut off grade, optimum COG)


didefinisikan untuk memisahkan material yang masuk sebagai bijih dan material
yang masuk sebagai waste. Satuan kadar batas optimum kadar nikel dalam batuan
yang mengalami lateritisasi adalah dalam satuan persentase (%). Sebenarnya,
kadar batas optimum tersebut sangat sensitif terhadap perubahan harga jual nikel
di pasar global, biaya-biaya penambangan dan kebijakan pemerintah. Harga jual
nikel di pasaran global merupakan faktor eksternal, hanya dapat diprediksi dan
“disesuikan” perilakunya dalam kebijakan perencanaan penambangan. Biaya-
biaya penambangan akan sangat terkait dengan karakteristik dari struktur rantai
tambang dan aktivitasnya (proses). Karakterisitik dari struktur rantai tambang
akan sangat tergantung pada karakteristik sumberdaya mineral dan karakteristik
sistem penambangan serta transportasinya. Karakteristik tersebut di atas
dipengaruhi oleh karakteristik dari kondisi topografi, batuan, pola sebaran bahan
tambang, kualitas, lingkungan, dan jarak dan moda transportasinya.

Kebijakan pemerintah hal kewajiban finansial perusahaan kepada negara


seperti iuran produksi merupakan biaya-biaya yang akan mempengaruhi kadar
batas optimum. Perusahaan dalam mengusahakan bahan tambang, tentunya
berkeinginan mendapatkan keuntungan yang paling tinggi. Keuntungan maksimal
dalam aktivitas penambangan akan berkorelasi dengan penentuan cut off grade
(kadar batas) dan batas tambang atau desain penambangan (Sasongko dkk., 2016).

Penutup
Demikian Proposal Penelitian Tugas Akhir ini disusun sebagai bahan
pertimbangan bagi Departement Mining and Exploration PT. Vale Indonesia Tbk,
Semoga tuntutan dunia industri terhadap tenaga-tenaga profesional dalam bidang
Industri Pertambangan diharapkan dapat dipenuhi melalui proses-proses seperti
ini.
Juga merupakan semangat baru dalam rangka membangun kemandirian
menuju tatanan masyarakat industri Pertambangan baru yang madani dan ramah
lingkungan. Atas perhatian dan bantuan Bapak/ibu/Saudara(i), pemohon
mengucapkan banyak terimah kasih.

Makassar, 20 Oktober 2018


Mahasiswa,

SYAHRIL
093 2013 0151

Lampiran
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi:
1. Nama Lengkap : ....
2. Alamat : ....
3. Tempat Tanggal Lahir : .... FOTO
3X4
4. Jenis Kelamin : ....
5. Agama : ....
6. Tinggi/Berat Badan : ....
7. Status : ....
8. Warga Negara : ....
9. No. Telp/Hp : ....
10. Email : ....

Pendidikan Formal:
1. ....
2. ....
3. ....

Non Formal:
Keorganisasian:
1. ....
2. ....

Kompetensi:
1. ....
2. ....

Hobi Dan Minat:


1. ...
2. ...
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

Hormat Saya,

Nama Lengkap

Anda mungkin juga menyukai