KELAS: XI IPA 2
"Anak muda, coba minum air ini dan katakan apa rasa dari air tersebut?" Kata bapak tua yang bijak.
Anak muda tersebut menuruti perkataan bapak tua "Air ini sangat asin" jawab sang anak mudah
sembari meludah ke samping. Bapak tua itu kemudian tersenyum dan mengajak anak muda ini
berjalan ke tepi telaga dekat anak muda ini tinggal. Setelah keduanya sampai, bapak tua ini
kemudian menaburkan garam tersebut ke arah telaga. Dengan potongan kayu, bapak tua itu
mencoba membuat gelombang alih-alih mengaduknya,
"Coba kamu coba rasa air telaga ini" ucap bapak tua kepada anak muda. Setelah anak muda
mencobanya, bapak tua ini bertanya "bagaimana rasanya?". "Rasanya sangat segar" ucap anak muda
tersebut. "Apakah kamu merasa air telaga itu asin karena garam yang kutaburkan tadi?" tanya bapak
tua. "Tidak ada rasa asin dalam air telaga ini" ujar anak muda.
Setelah itu bapak tua yang bijak ini, mengajak anak muda untuk duduk di pinggir telaga. "Wahai anak
muda dengarlah perkataan saya. Pahitnya kehidupan dunia ibarat seperti segenggam garam.
Kepahitan tersebut akan tetap sama. Namun pahitnya kehidupan tergantung wadah yang kita miliki.
Kepahitan hidup tergantung bagaimana hati kita menerimanya. Semakin susah kamu menerima,
maka akan semakin pahit yang akan kamu rasakan".
"Apabila kamu lelah dengan pahitnya hidup, lapangkanlah hatimu dan mencoba pelan-pelan untuk
menerimanya. Hati manusia ibaratkan seperti wadah yang menampung segala emosi dalam diri
manusia. Dan jadikan rasa pahit menjadi rasa kebahagiaan dan kesegaran". Anak muda itu kini
paham, kunci semua permasalahan adalah bagaimana kita ikhlas menghadapinya.