Pagi yang seperti biasa dengan hembusan angin pagi yang begitu
dingin di sebuah pulau terpencil. Aku yang masih kecil seperti biasanya,
mencoba untuk mengurangi perkerjaan kedua orang tuaku dengan
membantu menyirami pohon-pohon apel di kebun milik ayahku yang
terletak tak jauh dari rumah. Setelah cukup lama aku berada di kebun,
terlihat dari kejauhan ayahku sedang mengamati tiap-tiap apel di beberapa
pohon yang berbeda-beda dan setelahnya ia langsung melihat ke arahku
solah ingin mengatakan sesuatu.
“Sudah cukup untuk menyirami pohon apel itu Farhan, besok
sepertinya kita akan memanen semua apel-apel ini dan menjualnya ke
pasar, jadi tak perlu menyiraminya terlalu sering,”
Aku yang masih memegang selang air ditangan langsung berlari ke
arah kran air untuk mematikanya dan langsung berlari ke luar kebun sambil
mengatakan.
“Aku akan kembali sore nanti,”
“Farhan, jika kau pergi ke pantai jangan lupa membersihkan tenda
kita di pasar untuk berjualan esok,” balas ayahku
Berlarian di pantai sambil mengambil memungut barang-barang
yang bertebaran di pasir karena terbawa oleh ombak laut. Aku tak tahu
benda ini dari mana asalnya, aku hanya pernah melihat sebuah perahu
berisi 2 orang yang berasal dari pulau tak jauh dari sini membawa sejumlah
kotak besar dengan isi yang tak kuketahui kemudian di tukar dengan
sejumlah uang oleh kepala desa di sini
Di kejauhan aku melihat benda berkilau yang tertutup oleh pasir di
dekat pasar sembari aku melihat para penduduk memperbaiki bongkahan
kayu yang sudah tua dan rapuh seperti jembatan menuju ke arah laut. Aku
tak tahu bangunan kayu apa itu dan apa fungsinya, tak pernah aku melihat
bangunan itu di gunakan kecuali anak-anak desa yang bermain di sana.
Aku pun tak peduli dan hanya mengambil benda berkilau yang ku lihat
tadi, dan setelah aku hampiri ternyata benda tersebut hanyalah mangkuk
besi yang sudah penyok. Melihatnya seperti tak berguna ku lempar
mangkuk tersebut ke laut, namun terkejutnya aku mangkuk tersebut jatuh
dengan sempurna dan tidak tenggelam ke dasar laut. Pikiranku bertanya-
tanya bagaikan anak bocah yang ingin serba tau, mengapa Besi yang berat
bisa mengapung di atas air dan tidak tenggelam.
Bab 2
Dengan di dampingi suara Jangkrik dengan gelapnya malam aku
tertidur dengan penuh rasa penasaran di kepalaku,