Anda di halaman 1dari 1

Di hari Minggu yang cerah, ayah baru saja pulang dari sosialisasi desa tentang cara memisahkan

sampah dengan benar. Penyuluhan tersebut menjelaskan bagaimana caranya memilah sampah yang
dapat terurai dan tidak.

“Istriku dan anak-anakku, ayah baru saja mendapatkan pengetahuan baru dari penyuluhan tadi,” ucap
ayah. “Kata pemateri, sebaiknya sampah plastik dipisah dari sampah yang mudah terurai,” jelasnya.
“Kenapa begitu, yah?” tanya anaknya. “Karena sifat plastik itu sulit terurai, jadi ada baiknya jika
didaur ulang agar dapat diolah kembali kemudian dibentuk menjadi barang baru,” jelas sang ayah.
Setelah itu, ayah memberikan makanan yang didapatnya seusai sosialisasi sebelumnya. “Ngomong-
ngomong ayah bawa sekotak jajan pasar dari sosialisasi tadi, ini makanlah,” ucap ayah kepada istri
dan anaknya.

Dalam sekotak kardus makanan tersebut, seluruh hidangan dibungkus menggunakan plastik. Setelah
habis dimakan, istri dan anak-anaknya membawa sampah plastik tersebut ke sang ayah. Sambil
bingung, ayah menerima plastik-plastik tersebut. “Loh kenapa diberikan ke ayah plastiknya?” tanya
ayah. “Tadi kan ayah yang bilang kalau sampah plastik sebaiknya didaur ulang karena sulit terurai,”
jawab Ibu. “Jadi kami memberikan sampah-sampah plastik ini ke ayah. Karena ayah yang mengikuti
sosialisasi tadi, pasti paham bagaimana cara mendaur ulangnya,” lanjut Ibu. Mendengar hal itu, ayah
hanya menghela napas panjang.

Anda mungkin juga menyukai