Anda di halaman 1dari 68

SEKOLAHKU HIJAU

Panduan Guru
Melakukan Pendidikan Lingkungan Hidup
Terima Kasih kepada :

Ni Luh Purningsih, SPd (Guru SDN 3 Renon)


I Ketut Merta, BA (Guru SDN 8 Kesiman)
Nengah Suadra, BA (Guru SLTPN 8 Denpasar)
Drs. Edy Sukade (Guru SLTPN 8 Denpasar)
Made Toya Aryati (Guru SLTP Wisata)
Dewa Made Sudira (Guru SMUN 3 Denpasar)
Drs. Ketut Sinah (Guru SMUN 6 Denpasar)
Ni Ketut Arwati, SPd. (Guru SDN 10 Sanur)
Gusti Ayu Mayoni, AMaPd. (SDN 10 Sanur)
Ni Ketut Lastri, AMaPd. (Guru SDN 10 Sanur)
Ida Bagus Oka Suyasa
Crispin Jones

Penerbit:
Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Bali
Jl. danau Tamblingan 148 Sanur 80228 BALI
Tel/Fax. 0361-287314
Email: info@pplhbali.or.id
Website: www.pplhbali.or.id
SEKOLAHKU HIJAU
Panduan Guru
Melakukan Pendidikan Lingkungan Hidup

Penyusun:
Tim PPLH Bali

Penerbit:
PPLH Bali

Lay out :
Yanadie

Ilustrasi:
Kadek Wartika

Pendukung
Asia-Pasific Desk
Global Ministries Uniting Protestant Churches
Belanda
Mengelola Lingkungan Sekolah

Masalah sampah di daerah perkotaan Denpasar masih memprihatinkan.


Kurangnya kesadaran dan kemauan berbagai pihak untuk berperan aktif dalam
pengelolaan sampah menjadi kendala. Di sisi lain, penyelesaian masalah sampah
dan masalah lingkungan hidup lainnya memerlukan dukungan pendidikan
lingkungan hidup. Permasalahan lingkungan sangat erat hubungannya dengan
aspek sosial, budaya, politik, ekonomi. Dalam hal ini, pendidikan menjadi
bagian penting dalam pengelolaan lingkungan.

Hal tersebut memberikan tantangan bagi sekolah untuk melakukan pendidikan


lingkungan hidup sekaligus berperan aktif dalam pengelolaan lingkungan,
setidaknya lingkungan di sekolah. Inilah yang memunculkan ide program
Sekolah Hijau Denpasar.
Modul ini adalah bagian program Sekolah Hijau Denpasar. Modul Sekolah Hijau
bertujuan untuk memberikan gagasan tentang cara sederhana melakukan
kegiatan pendidikan lingkungan di sekolah. Modul ini memberikan beberapa
contoh kegiatan yang dapat dilakukan oleh siswa.

Modul ditujukan bagi guru untuk memberikan kegiatan pendidikan lingkungan


hidup untuk siswa tingkat SD, SLTP dan SMU. Kegiatan dalam modul telah
diujicoba pada beberapa kelompok siswa, yaitu: kelas 4 dan 5 SD, kelas 1
dan 2 SLTP, serta kelas 1 dan 2 SMU. Namun demikian, guru masih perlu
mempertimbangkan kelompok siswa dalam melakukan kegiatan ini (terlebih
lagi pada tingkatan kelas atau situasi sekolah yang berbeda).

Modul ini tidak baku dan kaku, karena justru diharapkan akan dikembangkan
oleh guru yang melakukan pendidikan lingkungan hidup. Dengan demikian,
materi dan kegiatan dalam buku ini perlu disesuaikan dengan keadaan di
sekolah masing-masing.
Proses pendidikan lingkungan hidup akan tetap menjadi bagian perkembangan
modul ini. Dengan kata lain, kritik dan saran terhadap modul ini sangat
diharapkan dari berbagai pihak.

Sekolah Hijau Denpasar


Tahun 2003-2004

ii
Membuat Sekolahku Hijau

Modul ini berisi 9 topik berurutan mulai tahap awal hingga tahap lanjut. Topik
diawali dengan topik sederhana di lingkungan terdekat (di sekolah) hingga materi
lebih lanjut di lingkungan yang lebih luas.

Tiap topik dijelaskan menjadi beberapa bagian, yaitu:

A. Pengantar untuk Guru


Pengantar memberikan penjelasan mengenai topik yang dibahas, yaitu: tujuan,
lokasi kegiatan, durasi atau lama kegiatan, serta alat dan bahan diperlukan.
Guru perlu melibatkan siswa dalam penyiapan alat dan bahan agar selain aktif
berperan dalam kegiatan siswa juga belajar bertanggungjawab.

B. Alur kegiatan
Alur kegiatan menunjukkan urutan kegiatan siswa. Perbedaan alur kegiatan
siswa sekolah dasar dan sekolah menengah terutama terletak pada bentuk
kegiatan dan materi yang diberikan. Di tiap tingkatan terdapat tiga urutan
utama, yaitu:
•• Pendahuluan diberikan untuk mempersiapkan siswa untuk membahas topik
yang akan dipelajari. Pendahuluan dapat berupa permainan, tanya jawab,
menggambar atau kegiatan lain.
•• Isi atau materi utama diberikan setelah pendahuluan. Selain berupa teori,
materi utama juga dipelajari dengan melakukan praktek secara sederhana.
•• Penutup di akhir kegiatan ditujukan untuk mengajak siswa membahas
kembali topik yang telah dipelajari. Pembahasan ini juga digunakan untuk
mengetahui pemahaman siswa terhadap materi.

C. Kegiatan siswa
Beberapa contoh kegiatan siswa dijelaskan secara lebih rinci di bagian ini.
Kegiatan yang ada bermacam-macam, mulai dari permainan, membuat peta,
mendaur ulang kertas hingga bermain peran. Guru perlu memahami kegiatan
dan bahkan mencoba terlebih dahulu sebelum melakukan kegiatan bersama
kelompok siswanya.

Bekal informasi
Buku ini juga menyediakan Bekal Informasi untuk menambah informasi yang
diperlukan guru dalam pemberian materi. Guru diharapkan melengkapinya dengan
mencari informasi lain.

Selamat mencoba!

iii
Daftar Isi

Pengantar : Mengelola Lingkungan Sekolah . . . . . . . . . ii

Kronologi Modul : Membuat Sekolahku Hijau. . . . . . . . iii

Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .iv

1. Sekolah Tanpa Sampah . . . . . . . . . . . . . . . . 1

2. Warna-warni Tumpukan Sampah. . . . . . . . . . . . 8

3. Sampah adalah Harta Karun. . . . . . . . . . . . . . 16

4. Dibalik Kertas Kita. . . . . . . . . . . . . . . . . . 22

5. (Harusnya) Tidak Ada Sampah di Alam . . . . . . . . . 27

6. Dari Tanah Kembali ke Tanah. . . . . . . . . . . . . . 31

7. Menanam Di Sekolah . . . . . . . . . . . . . . . . . 36

8. Pantaiku Bersih. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42

9. Misteri Mangrove. . . . . . . . . . . . . . . . . . 52

Daftar Bacaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 60

iv
1. Sekolah Tanpa Sampah

A. Pengantar untuk guru


Materi ini mengajak siswa memahami lingkungan hidup dan lingkungan sekolah.
Dengan mengenal lingkungan sekolahnya lebih dekat, siswa akan mengetahui
permasalahan lingkungan yang dihadapi sekolah.
Ajakan mengamati sampah di sekolah disertai dengan tindakan mengambil
sampah yang berserakan dan membuangnya di tempat sampah. Ini menjadi
tindakan paling sederhana yang dapat dilakukan siswa untuk turut berperan di
sekolah .

1. Tujuan
•• Siswa memahami pengertian lingkungan hidup
•• Siswa mengenal lingkungan sekolahnya
•• Siswa mengetahui permasalahan sampah di sekolahnya
•• Siswa terlibat dalam penanganan masalah sampah di sekolah

2. Lokasi
•• Di dalam kelas
•• Di luar kelas (di lingkungan sekolah)

3. Durasi
1,5 jam - 2 jam

4. Alat dan Bahan


•• Pinsil, pinsil warna
•• Penggaris
•• Karet penghapus
•• Kertas untuk menggambar
•• Papan alas untuk menggambar

1
Bekal info 1

Apa itu Lingkungan Hidup?


Berbagai macam jawaban akan diberikan oleh siswa SD, SLTP
dan SMU. Pengertian Lingkungan Hidup sangat luas, sehingga
jawaban siswa yang bervariasi akan tercakup di dalamnya.
Lingkungan Sekolah juga termasuk bagian Lingkungan Hidup.

Lingkungan hidup adalah semua hal yang ada di alam semesta,


baik berupa unsur hidup maupun unsur tak hidup. Unsur hidup
adalah manusia, hewan, serta tumbuhan. Unsur tak hidup antara
lain udara, tanah, air, batu, serta sinar matahari. Semua unsur
tersebut memiliki saling keterkaitan, yang satu mempengaruhi
yang lain.

Ingat : definisi tersebut bukan untuk dihapalkan oleh siswa

Definisi diatas adalah rangkuman dari beberapa sumber


berikut:
1. UU Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 23 tahun 1997 pasal
1, ayat 1
2. Buku panduan Pusat Pengembangan Penataran Guru
Teknologi/VEDC mengenai Sampah dan Pengelolaannya
3. Buletin Benih Matahari edisi ‘Sampah’, Agustus 2003.

2
B. Alur Kegiatan

1. Kegiatan Siswa Sekolah Dasar

•• Pendahuluan
Berikan beberapa pertanyaan pada siswa tentang lingkungan hidup.
Apa itu lingkungan hidup? Apakah sekolah termasuk di dalamnya? Apa
saja yang ada di sekolah? Tampung dan rangkaikan jawaban siswa yang
bermacam-macam tersebut agar siswa memahami arti Lingkungan
Hidup.

•• Permainan
Ajak siswa melakukan kegiatan bermain ‘Tong Sampah’ di luar kelas.
Jelaskan aturan permainan terlebih dahulu sebelum bermain. Lakukan
permainan 2 atau 3 kali.

•• Pengamatan lingkungan sekolah


Bagi siswa dalam lima kelompok dan suruh mereka memilih nama
kelompok berdasar nama sampah yang mereka sebutkan. Sebagai
contoh misalnya kelompok daun, kelompok plastik, kelompok kertas,
kelompok koran dan kelompok kaleng.

Ajaklah siswa berkeliling di area sekolah sambil mengenali sekolahnya:


ruang kelas, ruang guru, kantin, lapangan rumput, kebun dan sebagainya.
Arahkan agar siswa menyadari adanya unsur yang hidup dan tak hidup
di lingkungan sekolah. Ajak siswa sekaligus memungut sampah jika ada
sampah berserakan. Sambil memungut sampah, siswa menghitung
jumlah dan mencatat jenis sampah (misalnya plastik bungkus es, botol
plastik, kertas). Catat jenis, jumlah dan tempat sampah ditemukan.
Setelah diamati dan dihitung, sampah dibuang ke tempat sampah.

•• Menggambar
Siswa memilih tempat yang disukai di lingkungan sekolah untuk digambar,
misalnya kebun, halaman sekolah, kantin, kelas atau ruang guru. Siswa
melengkapi gambar dengan warna.

•• Diskusi penutup
Tiap kelompok mempresentasikan hasil pengamatannya sekaligus
menunjukkan gambarnya. Ajak siswa mendiskusikan sampah di sekolah,
kegunaan tempat sampah serta keinginan siswa membuang sampah di
tempatnya.
3
Akhiri kegiatan dengan mengingatkan bahwa lingkungan sekolah adalah
lingkungan hidup yang terdekat dan siswa memiliki peran penting di
dalamnya.

2. Kegiatan Siswa Sekolah Menengah (SLTP/SMU)

•• Pendahuluan
Berikan beberapa pertanyaan pada siswa tentang lingkungan hidup.
Apa itu lingkungan hidup? Apakah sekolah termasuk di dalamnya? Apa
saja yang ada di sekolah? Tampung dan rangkaikan jawaban siswa yang
bermacam-macam tersebut agar siswa memahami arti Lingkungan
Hidup.

•• Pembuatan peta sekolah


Ajak siswa membuat peta sekolah. Peta ini digunakan untuk mengamati
lingkungan sekolah dengan lebih baik. Beritahukan cara membuat peta
sebelum siswa membuatnya.

Bagi siswa dalam lima kelompok dan suruh mereka memilih nama
kelompok berdasar nama sampah yang mereka sebutkan. Sebagai
contoh misalnya kelompok daun, kelompok plastik, kelompok kertas,
kelompok koran dan kelompok kaleng.

Masing-masing kelompok mengamati lingkungan sekolah dan


menggambar peta sekolah. Petakan juga sampah yang ada di lingkungan
sekolah, mulai dari halaman sekolah, tempat parkir, kantin, ruang kelas,
ruang guru, kebun, perpustakaan dan semua tempat di lingkungan
sekolah. Ajak siswa juga memungut sampah jika ada sampah yang
berserakan serta membuangnya di tempat sampah.

•• Diskusi penutup
Selesai melakukan pengamatan, siswa kembali ke kelas dan meneruskan
membuat peta. Tiap kelompok menceritakan hasil pengamatan dan
menunjukkan petanya. Ajak siswa untuk aktif berdiskusi antar kelompok.
Tanyakan di mana ruangan atau area yang merupakan sumber sampah dan
daerah yang bebas sampah. Tanyakan dan diskusikan penyebabnya.

Akhiri kegiatan dengan mengingatkan bahwa lingkungan sekolah adalah


lingkungan hidup yang terdekat dan siswa memiliki peran penting di
dalamnya.

4
C. Kegiatan Siswa

1. Bermain ‘Tong Sampah’

Lima siswa yang dipilih menjadi ‘tong sampah’ berdiri berpencar. Sisa
siswa berkumpul di tengah dan akan membuang sampah di tong sampah
tersebut.

Ketika aba-aba ‘Buang Sampah’ diberikan, maka siswa mencari satu ‘tong
sampah’ untuk membuang sampah. Sampah yang akan dibuang sangat
berbau, sehingga saat berjalan (atau berlari) untuk membuang sampah
ke ‘tong sampah’, anak-anak menutup hidung dengan tangannya. Setelah
sampai di ‘tong sampah’, barulah tangan yang menutup hidung dilepas dan
anak bernapas kembali dengan lega.

Tiap ‘tong sampah’ hanya menampung sampah dengan jumlah tertentu.


Misalnya jika satu ‘tong sampah’ hanya memuat lima sampah, maka
hanya ada lima anak yang dapat membuang sampah di satu ‘tong sampah’
(disimbolkan dengan memegang teman yang menjadi ‘tong sampah’). Sisa
anak yang tidak mendapat ‘tong sampah’ menimbulkan bau dan tetap
berserakan.
Ulangi permainan dengan membuat perubahan-perubahan. “Karena tong
sampah belum dikosongkan, maka tong sampah tinggal empat”. Ketika
permainan dilanjutkan, sampah yang tidak dapat dibuang di tempatnya akan
bertambah jumlahnya. Ulangi permainan dengan perubahan berikutnya.
Setelah selesai permainan, ajak siswa untuk mendiskusikan guna tong
sampah, manfaat pengelolaan sampah dan tindakan mengurangi sampah
yang dapat dilakukan.

2. Membuat Peta

Peta sering diartikan sebagai gambaran muka bumi. Siswa sekolah menengah
diharapkan telah mengenal peta dan akan berlatih membuatnya. Kegiatan
ini mengajak siswa membuat peta dengan tema ‘sampah di sekolah’.
Dengan memilih tema, peta yang dihasilkan akan menjadi lebih menarik
dan ‘bercerita’.

Langkah-langkah membuat peta:


1. Penentuan tema dan tujuan membuat peta (kegiatan di dalam kelas)
Untuk mendukung kegiatan materi ini, maka tema peta yang dipilih
adalah ‘Pengelolaan Sampah di Sekolahku’.
5
Tujuan pembuatan peta ini adalah:
• Mengenal lingkungan sekolah
• Mengetahui permasalahan sampah di sekolah

2. Membuat daftar informasi yang penting untuk dipetakan


Berdasar tema dan tujuan peta, siswa membuat daftar informasi yang
perlu dikumpulkan pada kegiatan lapangan. Data yang diperlukan/
digambar antara lain: kelas, ruang guru, halaman, kebun sekolah, di
mana sampah, di mana tempat pembuangan sampah dan sebagainya.

3. Melakukan pemetaan
Kegiatan ini adalah pengumpulan informasi yang akan dipetakan. Siswa
berkeliling di lingkungan sekolah untuk mengamati, mencatat serta
menggambar peta sketsa. Peta sketsa merupakan gambar yang dibuat
secara cepat untuk mengumpulkan data.

4. Membuat peta
Setelah selesai kegiatan lapangan, peta yang sesungguhnya dapat dibuat
berdasar peta sketsa dan informasi yang dikumpulkan.
Beberapa unsur peta yang penting:
•• Arah utara selalu menunjuk ke arah atas peta. Sesuaikan gambar
dengan pedoman arah ini.

•• Skala peta merupakan perbandingan antara jarak di peta dengan


jarak sesungguhnya di lapangan. Langkah kaki dapat dipakai sebagai
ukuran jika tidak tersedia meteran. Misalnya, gunakan skala 1 cm :
10 langkah, berarti 1 cm di peta sama dengan 10 kali langkah. Jika
sekolah terlalu luas, gunakan ukuran relatif. Jika ruangan guru lebih
luas dibandingkan dengan ruangan kantin sekolah, maka gambar di
peta juga akan memiliki perbandingan yang kurang lebih sama.

•• Simbol digunakan untuk mempermudah penyajian informasi pada


peta. Selain warna, simbol dapat berupa lingkaran, garis, segitiga,
serta dapat berupa kombinasi dari warna dan gambar. Misalnya
adanya sampah basah di suatu daerah disimbolkan dengan warna
hijau dan sampah kering dengan warna merah.

•• Legenda diperlukan untuk menjelaskan keterangan semua simbol


yang dipakai pada peta, sehingga peta mudah dimengerti.

6
Contoh peta Pengelolaan sampah di sekolah

7
2. Warna-warni Tumpukan Sampah

A. Pengantar untuk Guru


Materi dan kegiatan ini membahas lebih lanjut mengenai sampah dan
jenisnya. Dasar pemahaman siswa tentang sampah dan jenis sampah sangat
penting sebelum siswa diharapkan terlibat aktif dalam pengelolaan sampah di
sekolah. Selain memberikan teori, guru juga mengajak siswa untuk langsung
mempraktekkan pemisahan sampah.

1. Tujuan
•• Siswa memahami pengertian sampah
•• Siswa mengenal jenis sampah basah dan sampah kering
•• Siswa mampu membedakan dan memisahkan sampah basah dan
sampah kering

2. Lokasi
•• Di dalam
•• Di luar kelas (di halaman sekolah atau di dekat tempat pembuangan
sampah)

3. Durasi
1,5 - 2 jam

4. Alat dan Bahan


•• Sampah basah dan sampah kering
•• 2 buah tempat sampah untuk memisahkan sampah
•• lembar cerita ‘Kisah I Selem dan I Dawa’ yang diperbanyak
•• lagu ‘Membuang Sampah’

8
Bekal Info 2

Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh


pemiliknya atau pemakainya semula. Sampah memang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan kita. Manusia adalah sumber sampah
terbesar karena manusia tidak hanya menghasilkan sampah yang
mudah terurai kembali ke alam, namun juga sampah dari kegiatan
industri yang perlu waktu lama untuk terurai kembali ke alam, dan
bahkan tidak dapat terurai.

Materi untuk semua siswa

Jenis Sampah
Berdasarkan asalnya, sampah dibedakan menjadi sampah organik dan
sampah anorganik. Untuk mempermudah penjelasan pada siswa SD,
maka sampah organik disebut sampah basah dan sampah anorganik
disebut sampah kering.

1. Sampah basah
Sampah basah berasal dari bahan penyusun tumbuhan dan hewan
yang diambil dari alam atau dihasilkan dari proses pertanian, perikanan,
atau yang lain. Yang termasuk jenis sampah basah antara lain sampah
dapur yang berupa sisa sayuran, kulit buah, sampah kebun yang
berupa ranting, bunga, daun, rumput. Ciri sampah ini adalah mudah
diuraikan dalam proses alami.

2. Sampah kering
Sampah kering berasal dari sumberdaya tak terbaharui (mineral,
minyak bumi) dan proses industri. Yang termasuk jenis sampah kering
antara lain adalah plastik, aluminium, kaca, kaleng, logam, dll. Ciri
sampah kering adalah lambat terurai secara alami, atau bahkan tidak
terurai sama sekali.

Catatan:
Meskipun kertas, karton, dan kardus berasal dari makhluk hidup
(pohon), namun dikelompokkan ke dalam sampah kering karena
melewati proses industri dan dapat didaurulang seperti gelas, kaleng
dan plastik.

9
Bekal Info 2

Materi untuk siswa sekolah menengah

Limbah pada dasarnya sama dengan sampah, yaitu sesuatu yang


dibuang karena dianggap sudah tidak berguna. Namun bagi
masyarakat luas, istilah sampah biasa dipakai untuk sampah padat,
sedangkan istilah limbah dipakai pada limbah padat, limbah cair,
bahkan limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya).

Limbah Cair
Limbah cair adalah cairan yang telah terbuang dan terkontaminasi.
Yang termasuk limbah cair antara lain adalah bekas air cucian
(pakaian maupun piring), bekas air mandi, dan hasil buangan dari
toilet atau kakus.

Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)


Limbah B3 adalah bahan buangan yang mengandung zat-zat
yang berbahaya bagi lingkungan, dapat berupa limbah padat
ataupun limbah cair. Suatu limbah dapat dikategorikan limbah
B3, apabila memiliki sifat mudah meledak, mudah terbakar, reaktif
(mudah bereaksi), beracun, korosif (menyebabkan karat) atau
menyebabkan infeksi.

Contohnya antara lain; bekas pisau cukur, bekas alat suntik,


infus, benda tajam, paku, obat kadaluarsa, baterai, dan cat yang
mengandung timah. Limbah B3 meningkat seiring berkembangnya
sektor industri, karena bahan kimia yang digunakan sektor industri
mengandung unsur yang berbahaya bagi lingkungan.

Catatan:
Setiap tahun, anak Indonesia mengalami penurunan IQ atau
kecerdasan sebanyak 2,5% akibat menghisap udara yang terpolusi
timbal (timah hitam atau plumbum) dari kendaraan bermotor.
(Menuju Pengusaha Peduli Lingkungan: Asisten Deputi Urusan
Masyarakat Perkotaan Kementerian Lingkungan Hidup Republik
Indonesia)

10
B. Alur Kegiatan

1. Kegiatan Siswa Sekolah Dasar

•• Pendahuluan
Bagikan lembar cerita ‘I Selem dan I Dawa’ dan beri waktu pada siswa
untuk membaca dalam hati sebelum mereka bergantian membaca
dengan keras.

Apakah ada kata-kata yang tidak dipahami oleh siswa? Berikan


penjelasan tentang kata-kata baru ini dan ajak siswa untuk menyusun
kalimat dengan kata-kata ini sebelum melanjutkan kegiatan.

Apakah mereka dapat menduga benda asing yang dimakan oleh I Dawa?
Ajak siswa belajar tentang cacing serta mengerti perbedaan antara daun
dan plastik.

Ajak siswa menyebutkan berbagai macam sampah yang mereka


kenal. Ajak mereka membuat persamaan dan perbedaan masing-
masing sampah. Dari persamaan dan perbedaan ini, siswa membuat
pengelompokan sampah. Pendahuluan ini diarahkan untuk menjelaskan
jenis sampah basah dan sampah kering.

•• Permainan
Lakukan permainan Jeruk atau Permen.

•• Pemisahan sampah
Ajak siswa untuk memungut sampah kering yang berserakan di halaman
sekolah atau di kelas dan membuangnya di tempat sampah.

•• Menyanyi lagu
Ajari siswa menyanyikan lagu ‘Membuang Sampah’.

•• Diskusi
Sebagai penutup acara, ajak siswa mendiskusikan kegiatan hari ini.
Tanyakan pada siswa, sampah jenis manakah yang banyak terdapat di
sekolah menurut pengamatan mereka? Apakah yang dapat dikerjakan
oleh siswa? Ajak mereka mengumpulkan sampah kertas untuk dipakai
kembali atau didaur ulang pada pertemuan berikutnya.

11
Jika waktu masih tersisa, minta siswa untuk meneruskan cerita ‘I Selem
dan I Dawa’ berdasarkan kreasi masing-masing dan menuliskannya. Jika
waktu telah habis, kegiatan ini dapat dijadikan PR.

2. Kegiatan Siswa Sekolah Menengah (SLTP/SMU)

•• Pendahuluan
Tanyakan pada siswa tentang berbagai macam sampah yang mereka
kenal. Ajak mereka untuk membuat persamaan dan perbedaan masing-
masing sampah. Dari persamaan dan perbedaan ini, siswa dapat
membuat pengelompokan sampah. Pendahuluan ini diarahkan untuk
menjelaskan jenis sampah basah dan sampah kering.

•• Pemisahan sampah kering


Ajak siswa untuk memungut sampah kering yang berserakan di halaman
sekolah atau di kelas dan membuangnya di tempat sampah.

•• Menyanyikan lagu
Ajari siswa menyanyikan lagu ‘Membuang Sampah’ ciptaan A.T.
Mahmud.

•• Diskusi
Sebagai penutup acara, ajak siswa mendiskusikan kegiatan hari ini.
Tanyakan pada siswa, sampah jenis manakah yang banyak terdapat di
sekolah menurut pengamatan mereka? Apakah yang dapat dikerjakan
oleh siswa? Ajak mereka mengumpulkan sampah kertas untuk dipakai
kembali atau didaur ulang pada pertemuan berikutnya.

12
C. Kegiatan Siswa

1. I Selem dan I Dawa

Di sebuah ladang jagung yang baru dipanen, tampak pohon-pohon jagung yang
sudah dipetik buahnya oleh Pak Tani. Tiba-tiba ada suara gemerisik dari arah
tanah, ternyata dua ekor cacing muncul dari dalam tanah.

“Aduh…aku bosan dengan makanan yang itu-itu saja. Aku ingin makanan yang
lain!”, gerutu I Selem.

Sambil mengunyah dedaunan, I Dawa bertanya keheranan, “Memangnya kamu


mau makan apa??”

I Selem hanya diam dan akhirnya ikut makan di samping I Dawa. Sambil
menggerutu, I Selem mengunyah dedaunan. Tiba-tiba terdengar bunyi kresek-
kresek. Mendengar bunyi aneh itu, I Dawa bertanya pada I Selem. “Makan apa
kamu?”

“Yaks…hueekh…fuh..fuh…!”, I Selem memuntahkan makanan yang telah


dikunyahnya.

I Dawa berteriak panik, “Apa yang terjadi dengan dirimu?”.

“Aku mengunyah benda asing. Rasanya bukan seperti daun yang biasa kita
makan”, I Selem menjelaskan seusai memuntahkan makanannya.

“Hahahaha…….bagaimana? Enak?”, I Dawa tertawa geli. “Kamu tadi ingin


makanan yang lain, kan?”

“Wah, tapi bukan yang tadi ini. Tidak enak!”, I Selem mengomel.

“Sepertinya aku tahu benda yang tadi kamu makan” goda I Dawa.

“O ya? Kamu tahu benda itu?”, I Selem penasaran.

13
2. Permainan “Jeruk atau Permen?”

Permainan ini adalah modifikasi permainan “Tong Sampah”. Judul “Jeruk atau
Permen?” mewakili dua jenis sampah, yaitu sampah basah dan sampah kering.
Siswa yang menjadi ‘tong sampah’ untuk sampah basah membawa daun
(contoh sampah basah) dan kertas (contoh sampah kering) bagi ‘tong sampah’
untuk sampah kering.

Guru memberikan aba-aba yang berubah-ubah, yaitu menyebutkan berbagai


contoh sampah. Misalnya: “Buang kulit jeruk”, “Buang bungkus permen”, “Buang
kardus”, “Buang sisa makanan” dan sebagainya. Ketika aba-aba diberikan,
siswa harus berlari dan mendapatkan ‘tong sampah’ yang sesuai dengan jenis
sampah yang disebutkan guru. Jika siswa telah mampu membedakan jenis
sampah, persulit permainan dengan memberikan kata sifat pada sampah,
misalnya ‘daun kering’ atau ‘tas kresek yang terendam air’.

3. Menyanyikan Lagu

“Membuang Sampah” (Cipt. A.T. Mahmud)


1=C

14
Saat bernyanyi, gerakan tangan, kaki atau badan dapat dilakukan saat
menyebutkan kata tertentu dalam lagu, yang setidaknya diucapkan dua kali
dalam lagu. Contoh kata yang diulang dalam lagu ini adalah sampah, bersih,
dan sapu.

15
3. Sampah adalah Harta Karun

A. Pengantar untuk guru


Mengapa sampah menjadi masalah? Apa yang harus dilakukan agar sampah
tidak menimbulkan masalah? Hal ini yang akan dibahas pada kegiatan ini,
yaitu permasalahan yang ditimbulkan sampah dan prinsip 3M (Mengurangi,
Memakai kembali dan Mendaur ulang).

Permasalahan sampah yang dijelaskan pada siswa tidak hanya terbatas pada
yang membahayakan manusia, melainkan juga yang mengganggu keseimbangan
alam. Penjelasan prinsip 3M disertai dengan praktek sehingga siswa dapat
dengan mudah memahaminya.

1. Tujuan
•• Siswa memahami permasalahan sampah.
•• Siswa mengetahui prinsip 3M (Mengurangi, Memakai kembali dan
Mendaur ulang)
•• Siswa mengembangkan kreativitas untuk memanfaatkan kembali
sampah menjadi sesuatu yang berguna

2. Lokasi
Di dalam kelas

3. Durasi
1,5 - 2 jam

4. Alat dan bahan


•• Kertas pakai satu sisi (minimal 6 lembar per siswa, untuk jurnal dan
amplop)
•• Gunting
•• Pembolong kertas (jurnal hijau dilubangi untuk tempat tali pengikat)
•• Lem
•• Tali pengikat (benang wol/benang kasur/tali rafia/ tali rami)

16
Bekal Info 3

Masalah Sampah
Sampah akan menimbulkan masalah dan merugikan jika kita
tidak melakukan pengelolaan sampah yang tepat. Sampah akan
menimbulkan masalah, antara lain:
•• Masalah lingkungan, antara lain pencemaran air, tanah dan
udara yang membuat rusaknya kehidupan tumbuhan dan
hewan.
•• Masalah kesehatan, misalnya menjadi sumber
perkembangbiakan organisme penyebar penyakit (seperti
lalat dan tikus), sampah B3 yang dibuang sembarangan dapat
menyebabkan manusia cacat, bahkan meninggal
•• Masalah sosial dalam masyarakat, antara lain kotornya
lingkungan sekitar permukiman, selokan yang tersumbat
sampah dan menimbulkan banjir.

Sekilas tentang 3M
Mengurangi, Memakai Kembali dan Mendaurulang (3M) adalah
prinsip dasar tindakan pengelolaan sampah. Prinsip ini berasal dari
negara maju, yang di dunia internasional dikenal dengan istilah 3R,
yaitu Reduce, Reuse dan Recycle.

Mengurangi (reduce) berarti memilih membeli benda yang tahan lama


atau awet digunakan lebih dari satu kali. Selaku pembeli, kita akan
berhati-hati dalam membeli sebuah produk. Kehati-hatian ini anggap
saja memperlakukan produk yang akan kita beli merupakan investasi.
Belilah produk yang benar-benar dibutuhkan, yang diinginkan. Kita
bertanggungjawab terhadap sampah yang kita hasilkan dari produk
yang kita beli.

Memakai kembali (reuse) adalah tindakan memaksimalkan kegunaan


suatu barang. Tindakan ini berkaitan erat dengan tindakan mengurangi.
Semakin lama kita memakai suatu barang, semakin besar peranan
kita terhadap pengurangan sampah. Tindakan memakai kembali ini
dapat dikelompokkan ke dalam 2 tipe, yaitu memakai kembali suatu
barang dengan fungsi yang sama dengan fungsi sebelumnya, dan
memakai kembali suatu barang dengan fungsi yang berbeda dengan
fungsi semula.

17
Bekal Info 3

Mendau ulang (recycle) adalah tindakan mengubah bentuk


barang yang sudah tidak terpakai , menjadi barang yang baru
dan dapat digunakan. Proses daur ulang bisanya dimulai dengan
menguraikan barang yang didaur ulang menjadi lebih kecil,
kemudian dibentuk lagi menjadi sesuatu yang baru. Contihnya
adalah daur ulang kertas dan plastik.

Materi untuk siswa Sekolah Menengah

Pada kemasan plastik, biasanya terdapat tanda panah berbentuk


segitiga dengan angka 1-7 tertera di dalamnya. Tanda tersebut
merupakan kode jenis plastik yang digunakan.

Nomer dan kode jenis plastik tersebut adalah:


Nomer 1 kode: PET (polyethylene terephthlate): botol plastik
untuk minuman ringan.
Nomer 2 kode: HDPE (high-density polyethylene): botol shampoo
atau susu.
Nomer 3 kode: PVC (polyvinyl chloride): pipa plastik, botol oli
Nomer 4 kode: LDPE (low-density polyethylene) : kantong plastik
yang lebih tebal dari tas kresek.
Nomer 5 PP (polypropylene): tutup botol
Nomer 6 PS (polystyrene): styrofoam
Nomer 7 adalah jenis plastik selain 6 jenis diatas.

Dari ketujuh kode plastik tersebut, hanya kode 7 yang tidak


dapat didaur ulang. Barang plastik hasil daur ulang biasanya
bermutu lebih rendah daripada sebelum didaur ulang.

Contoh :

18
B. Alur Kegiatan

1. Kegiatan Siswa Sekolah Dasar

•• Pendahuluan
Jelaskan prinsip 3M dan berikan contoh-contoh tindakan yang sesuai dengan
3M. Tanyakan pada siswa tentang tindakan yang pernah mereka lakukan
yang sesuai dengan 3M. Tanyakan pula tindakan apa lagi yang mereka dapat
lakukan.

•• Membuat amplop dan Jurnal Hijau


Ajak siswa untuk membuat amplop secara sederhana. Masing-masing siswa
mencoba membuat amplop. Setelah mampu membuat amplop, berikan
kesempatan pada siswa untuk menghiasnya dengan memberi gambar atau
menempelkan hiasan.

Sebelum memulai pembuatan Jurnal Hijau, sepakati terlebih dahulu dengan


siswa, bahwa setelah membuat Jurnal Hijau, siswa akan rajin mengisinya
hingga kegiatan Sekolah Hijau berakhir. Jurnal dapat diisi dengan tulisan
(cerita, puisi), gambar, dll.

•• Diskusi penutup
Bahaslah bagaimana perasaan siswa melakukan kegiatan hari ini. Masing-
masing siswa akan secara rutin mencurahkan isi hatinya di Jurnal Hijau,
dengan kreasi dan keinginan yang mereka sukai.

2. Kegiatan Siswa Sekolah Menengah (SLTP/SMU)

•• Pendahuluan
Gali terlebih dahulu pengetahuan siswa mengenai 3M. Jelaskan tentang prinsip
3M dan berikan contoh-contoh tindakan yang sesuai dengan 3M. Tanyakan
pada siswa tentang tindakan yang pernah mereka lakukan yang sesuai dengan
3M. Tanyakan pula tindakan apa lagi yang mereka dapat lakukan.

•• Opini/Debat mengenai 3M
Ajak siswa melakukan debat, yaitu masing-masing kelompok mengunggulkan
(memberikan opini dan dukungan ) terhadap salah satu dari 3M.

•• Diskusi Penutup
Berikan waktu pada siswa untuk menuliskan rangkuman berdasar opini
yang telah mereka kemukakan. Bahaslah rangkuman tersebut dalam diskusi
bersama.

19
C. Kegiatan Siswa

1. Membuat amplop dari kertas bekas

Gunakan cara termudah untuk membuat amplop, yang penting siswa


memahami prinsip pemanfaatan kembali. Dengan demikian, siswa dapat
berkreasi sendiri untuk memanfaatkan barang-barang bekas di rumah
masing-masing.

1. Siapkan kertas bekas yang di baliknya masih kosong, kemudian lipat dua
sisi yang memanjang kira-kira 2 cm.
2. Lipat sepertiga bagian dari panjang kertas dengan arah lipatan yang sama
dengan lipatan pertama (yang akan berfungsi sebagai badan amplop).
3. Kemudian lipat pula sisi satunyasehingga bertemu dengan lipatan kedua
(yang akan berfungsi sebagai penutup amplop).
4. Gunting lipatan paling pinggir atas dan bawah, sisakan lipatan pinggir
yang di tengah.
5. Lem lipatan pinggir yang tersisa dengan lipatan badan amplop (pada
langkah ke-2). Amplop sudah siap digunakan.

Amplop yang sudah dihias, dapat ditempel di sampul jurnal dan berfungsi
sebagai kantong serba guna.

Gambar : Cara membuat amplop

20
2. Membuat Jurnal Hijau

Ide dasar pembuatan Jurnal Hijau, selain untuk mengenalkan pemanfaatan


kembali, juga untuk menjadi wadah siswa dalam menuangkan ide atau
kreasinya. Jurnal ini berupa buku yang dapat ditambahkan halamannya.

1. Potong kertas bekas yang telah disiapkan menjadi dua.


2. Kemudian beri dua buah lubang pada salah satu sisinya (boleh
memanjang atau melebar), dengan menggunakan alat plong kertas.
3. Siapkan kertas yang agak tebal atau karton sebagai sampulnya, beri dua
lubang pada posisi yang sama dengan kertas bekas.
4. Satukan kertas dan sampulnya dengan cara memasukkan tali, benang,
atau pun pita pada dua lubang yang telah dibuat, kemudian ikat.
Halaman jurnal dapat ditambah jika ikatan yang dibuat masih dapat
dibuka kembali.
5. Siswa dapat menghias sampul jurnal dengan kreasi masing-masing.

3. Debat tentang 3M

Bagi siswa menjadi tiga kelompok, dan diundi untuk mendapatkan satu
topik: apakah ‘mengurangi’ (reduce), ‘memakai kembali’ (reuse), atau
‘mendaurulang’ (recycle). Beri waktu 10-15 menit bagi mereka untuk
mendiskusikan dalam kelompok mengenai pentingnya tiap topik yang
mereka dapatkan. Tiap kelompok mempresentasikan opini tentang topik
yang didapat. Kelompok lain dapat bertanya atau bahkan membantah
opini ini, sedangkan kelompok yang mendapat giliran presentasi harus
mempertahankan opininya.

21
4. Dibalik Kertas Kita

A. Pengantar untuk guru

Kertas dibuat di pabrik dengan bahan dasar kulit pohon. Menurut penelitian,
kebanyakan kertas dapat didaurulang. Kenyataan ini perlu dijelaskan pada anak-
anak sehingga mereka dengan senang hati akan mempraktekkan mendaurulang
kertas.

Berikan penjelasan mengenai proses pembuatan kertas daur ulang jauh-jauh


hari agar siswa dapat terlibat dalam persiapan bahan dan alat yang diperlukan.
Ajak siswa memilih dan mengumpulkan kertas, menyobek kertas dan merendam
kertas. Antusiasme siswa dalam mempersiapkan dan mempraktekkan
pembuatan kertas daur-ulang ini sangat mendukung proses belajar.

1. Tujuan
Mempraktekkan pembuatan daur-ulang kertas sebagai satu tindakan nyata
pengelolaan sampah

2. Lokasi
Di luar kelas

3. Durasi
1,5 - 2 jam

4. Alat dan bahan


•• Kertas bekas
•• Wadah air/ember dengan ukuran lebih besar dari cetakan
•• Alu dan lumpang untuk menumbuk kertas menjadi bubur kertas
•• Kain lap
•• Cetakan
•• Kain alas

22
Bekal Info 4

Kertas, yang biasa kita gunakan untuk menulis, mungkin bukan


barang yang istimewa dan dapat dengan mudah kita beli. Tapi
pernahkah kita membayangkan suatu hari nanti kertas akan
sulit didapatkan, atau bahkan tidak ada lagi di dunia ? Hal itu
dapat saja terjadi apabila kita menggunakan kertas dengan
seenaknya. Mengapa demikian?

Bahan untuk membuat kertas berasal dari serat kayu, yang


berarti juga berasal dari pohon. Menurut Margarette T. Cochran
dalam bukunya, Do It Yourself, ada sekitar 17 pohon yang
diperlukan untuk menghasilkan 1 ton kertas. Rata-rata tiap orang
membuang 45 kg kertas dalam 1 tahun, yang jika dihitung, itu
sama dengan (tiga per empat) bagian pohon.

Bisa kita bayangkan berapa banyak kertas yang diperlukan


oleh semua orang di dunia. Itu berarti menghabiskan pohon
yang ada dihutan kita. Padahal kita tahu fungsi hutan sebagai
sumber oksigen dan pengikat air tanah.

Ada pula fakta yang menyebutkan tentang pemborosan energi


yang digunakan untuk memproduksi kertas baru. Energi yang
dihabiskan dan polusi yang dihasilkan, untuk memproduksi
kertas baru, 2 kali lipat lebih banyak dibandingkan jika
memproduksi kertas daur ulang.

Mari kita lebih bijaksana memakai kertas. Sebaiknya gunakan


kertas semaksimal mungkin. Untuk menulis, tidak ada salahnya
bila kita menggunakan kertas bekas yang di baliknya masih
kosong.

23
B. Alur Kegiatan

1. Kegiatan Siswa Sekolah Dasar

•• Pendahuluan
Berikan informasi tentang kertas. Beri penjelasan mengenai pembuatan
kertas daur-ulang dan lanjutkan dengan praktek. Dampingi dan berikan
contoh langsung pada siswa dalam pembuatan kertas ini.

•• Mendaur Ulang Kertas


Pastikan siswa mencoba dari proses awal hingga akhir. Jika perlu, bagilah
siswa dalam kelompok.

•• Kreasi Kertas Daur Ulang


Hasil kertas daur-ulang dapat dibuat menjadi amplop, bingkai foto,
kertas surat, atau kertas untuk menuliskan cerita atau puisi.

2. Kegiatan Siswa Sekolah Menengah (SLTP/SMU)

•• Pendahuluan
Berikan informasi tentang kertas. Beri penjelasan mengenai pembuatan
kertas daur-ulang dan lanjutkan dengan praktek. Dampingi dan berikan
contoh langsung pada siswa dalam pembuatan kertas ini.

•• Mendaur Ulang Kertas


Pastikan siswa mencoba dari proses awal hingga akhir. Jika perlu, bagilah
siswa dalam kelompok.

•• Kreasi Kertas Daur Ulang


Hasil kertas daur-ulang dapat dibuat menjadi amplop, bingkai foto,
kertas surat, atau kertas untuk menuliskan cerita atau puisi.

24
C. Kegiatan Siswa

1. Membuat Kertas Daur Ulang

Cara membuat cetakan kertas daur ulang


•• Buatlah bingkai dari kayu (ukuran kertas yang diinginkan), satu set
cetakan terdiri dari dua bingkai yang berukuran sama besar.
•• Pasang kasa nyamuk pada satu bingkai ditutupi kasa nyamuk.

Gambar: Cetakan kertas daur ulang

Saat mencetak, posisi bingkai yang ditutupi kasa menghadap ke atas, lalu
bingkai yang kosong di taruh di atasnya.

Langkah-langkah membuat kertas daur ulang


1. Robek kecil-kecil kertas bekas yang akan didaur ulang dan masukkan ke
dalam wadah atau ember
2. Rendam sobekan kertas tersebut dalam air selama minimal semalam
3. Tiriskan rendaman kertas dan tumbuklah sedikit demi sedikit hingga
menjadi bubur kertas yang halus. Untuk hasil lebih bagus, buatlah lem
dari tepung kanji pada campurkan pada bubur kertas agar bubur lebih
menyatu saat dicetak
4. Siapkan ember yang lebarnya melebihi cetakan kertas, isi air dan
campurkan bubur kertas sedikit demi sedikit hingga dirasa cukup. Jika
ingin menambahkan pewarna, dapat ditambahkan di air.
5. Masukkan cetakan kertas ke dalam wadah, angkat dengan posisi datar
lalu tiriskan.
6. Siapkan kain penjemur dan kain lap, kemudian cetakan dibalik di atas
kain penjemur. Lalu dilap dengan cara ditekan-tekan hingga sisa air
habis
25
7. Angkat cetakan, kain penjemur yang sudah ditempeli kertas daur ulang
dapat diangin-anginkan hingga kertas dapat dipisahkan dari kain.
8. Untuk hasil yang lebih licin, kertas yang masih setengah kering dapat
disetrika atau dipres dengan alat pres kertas.

1 2 3 4

8
6 7
5

Gambar Langkah membuat daur ulang kertas

Catatan:
•• Jika saat mencetak siswa belum mendapatkan hasil yang seperti
diharapkan, besarkan hatinya dan beri kesempatan mencoba lagi setelah
semua siswa mencoba.
•• Di akhir acara, ajak siswa untuk membereskan peralatan dan tempat
yang digunakan. Cuci bersih dan simpan kembali peralatan yang
digunakan. Jika memungkinkan, berikan kesempatan di lain waktu
dengan kesepakatan bahwa mereka akan menjaga kebersihan dan
keutuhan serta menyimpan kembali alat yang digunakan.

2. Memanfaatkan Kertas Daur Ulang

Kertas daur ulang yang sudah kering atau sudah jadi dapat digunakan untuk
berbagai macam kreasi.
•• Sebagai pembungkus atau penghias bingkai foto (rangka bingkai dapat
dibuat dari kardus bekas).
•• Jika hasil kertas cukup halus, dapat dibuat buku kecil (notes).
•• Sebagai pembungkus kado
•• Dan sebagainya

26
5. (Harusnya) Tidak Ada Sampah di Alam

A. Pengantar untuk guru


Alam memiliki sistem daur ulang yang memastikan adanya suatu lingkaran
siklus. Inilah yang membuat alam mampu menampung berbagai kehidupan
tanpa kuatir tentang sampah. Sisa dari suatu proses alam (sampah) akan
dimanfaatkan oleh komponen lain dalam proses alam berikutnya, sehingga
secara alami tidak ada yang tidak berguna di alam.

Materi kegiatan ini akan membahas pentingnya proses penguraian dan


pentingnya hewan pengurai dalam tanah. Materi ini menjadi dasar pemahaman
penting bagi pembuatan kompos yang akan dijelaskan pada materi berikutnya.
Materi ini diberikan pada siswa dalam bentuk pengamatan langsung pada
tanah dan makhluk hidup yang ada di dalamnya.

1. Tujuan
•• Memahami proses penguraian dalam menjaga keseimbangan alam
•• Memahami fungsi penguraian dalam menjaga keseimbangan alam

2. Lokasi
•• Di dalam
•• Di luar kelas/ruangan

3. Durasi
1,5 jam

4. Alat dan bahan


•• 12 wadah untuk mengambil tanah (dapat memakai gelas plastik bekas)
•• Alas untuk menuangkan tanah (plastik/kertas bekas)

27
Bekal Info 5

Penguraian
Penguraian (atau juga disebut dekomposisi) merupakan salah
satu proses penting di alam. Penguraian adalah proses pemisahan
suatu benda menjadi beberapa unit. Atau dengan kata lain,
pengubahan suatu benda ke dalam bentuk yang lebih kecil atau
lebih sederhana. Proses penguraian di alam melibatkan makhluk
pengurai, salah satunya yang paling kita kenal adalah cacing
tanah. Selain cacing tanah, juga ada makhluk pengurai lain seperti
jamur, bakteri, semut, siput, kaki seribu, lalat, dan kumbang.

Kesemua makhluk tersebut memakan jasad dan sisa makhluk


hidup dan dikeluarkan kembali (berupa kotoran) sebagai zat-
zat yang berguna untuk menyuburkan tanah. Mereka sangat
diperlukan dan membantu dalam pembuatan kompos.

Cacing tanah sebagai makhluk pengurai


Cacing tidak memiliki mata, telinga atau hidung, tapi tubuhnya
sangat peka terhadap sinar dan sentuhan. Tubuhnya terdiri dari
beberapa ruas, setiap ruas dipisahkan oleh semacam gelang.
Cacing bernapas dengan cara menyerap oksigen dari kulitnya
yang lembab dan licin. Di bagian bawah tubuhnya, ada bulu
yang dapat ditarik ke dalam, sebagai alat untuk bergerak atau
bertahan di tanah saat mencari makan atau saat menyelamatkan
diri.

Cacing memakan jasad dan bahan yang membusuk, seperti daun


dan rumput, serta berbagai campuran. Cacing tanah adalah
pengurai yang paling rakus, ia mampu menguraikan bahan
organik sebanyak berat tubuhnya selama 24 jam. Kotoran cacing
merupakan bahan kaya nutrisi bagi tanah. Terowongan yang
dibuat cacing membuat tanah tetap gembur dan memungkinkan
udara masuk serta menyediakan saluran untuk jalannya air dalam
tanah.

28
B. Alur Kegiatan

1. Kegiatan Siswa Sekolah Dasar

•• Pendahuluan
Jelaskan tentang rantai makanan yang melibatkan makhluk pengurai.
Jelaskan pula peranan mahkluk pengurai dalam ekosistem. Ajak siswa
menggambar makhluk hidup dalam suatu rantai makanan.

•• Bermain tanah
Bentuk empat kelompok siswa dan bekali tiap kelompok dengan alat.
Ajak mereka ke luar kelas dan melakukan kegiatan.

•• Membuat cacing tepung


Kegiatan ini menjadi pilihan untuk belajar mengenai cacing jika di
lingkungan sekolah tidak memungkinkan untuk menemukan cacing yang
sebenarnya.

•• Diskusi Penutup
Tanyakan pada siswa tentang perbedaan tanah yang telah mereka amati.
Adakah penyebab yang menjadikan tanah berbeda-beda?

2. Kegiatan Siswa Sekolah Menengah (SLTP/SMU)

•• Pendahuluan
Jelaskan tentang rantai makanan yang melibatkan makhluk pengurai.
Jelaskan pula peranan mahkluk pengurai dalam ekosistem. Ajak siswa
menggambar makhluk hidup suatu rantai makanan.

•• Bermain tanah
Bentuk empat kelompok siswa dan bekali tiap kelompok dengan alat.
Ajak mereka ke luar kelas dan melakukan kegiatan.

•• Diskusi Penutup
Diskusikan tentang alasan perbedaan tanah yang telah diamati.
Hubungkan dengan keberadaan makhluk hidup di dalamnya. Bahas
pula tentang makhluk hidup selain cacing yang juga berperan sebagai
pengurai.

29
C. Kegiatan Siswa

1. Bermain Tanah

Bentuk siswa menjadi empat kelompok dan bekali tiap kelompok dengan
wadah dan alat untuk mengambil tanah. Ajak mereka ke luar kelas dan
mengambil tanah dari beberapa tempat yang berbeda. Satu kelompok
mengambil contoh tanah di tiga tempat. Misalnya mengambil tanah di
kebun sekolah dan di tempat yang tidak ditumbuhi tanaman.

Setelah semua kelompok mendapatkan contoh tanah, tuangkan tanah


pada alas masing-masing. Ajak siswa mengamati dan merasakan tanah dari
tempat yang berbeda. Amati pula makhluk hidup yang ikut terambil saat
mengambil tanah (jika ada).

2. Membuat Cacing dari Tepung

Bahan
- Tepung
- Garam
- Air
- Pewarna makanan (coklat)
- Penggaris atau karton secukupnya
- Karton untuk alas

Cara membuat
Campur air, garam dan pewarna menjadi satu. Tuangkan sedikit demi
sedikit pada tepung sambil diaduk, sehingga menjadi adonan yang tidak
lengket dan mudah dibentuk.

Ajak siswa untuk membuat cacing tiruan dari adonan tersebut di atas
alas karton. Penggaris atau pinggiran karton dapat digunakan untuk
memberi bentuk gelang-gelang pada tubuh cacing. Cacing tiruan yang
sudah jadi akan mengeras dalam waktu seminggu.

30
6. Dari Tanah Kembali ke Tanah

A. Pengantar untuk guru


Materi kegiatan ini memberikan penjelasan mengenai pentingnya kompos dan
mempraktekkan pembuatan kompos. Materi pembuatan kompos diberikan
setelah siswa memahami materi penguraian, sehingga siswa dapat memahami
prinsip pengomposan. Membuat kompos adalah salah satu cara mengelola
sampah basah yang dapat dikerjakan bersama siswa di sekolah. Menggunakan
kompos sebagai pupuk di kebun sekolah berarti juga mendukung pengembalian
unsur yang penting ke tanah.

Sebelum melakukan pembuatan kompos, beberapa hal perlu disiapkan terlebih


dahulu, antara lain tempat kompos. Hal ini perlu dikomunikasikan dengan
Kepala Sekolah, guru lain serta petugas kebersihan atau tukang kebun (jika
ada). Jelaskan pembuatan kompos jauh-jauh hari pada siswa, sehingga mereka
dapat terlibat dalam menyiapkan alat dan bahan sebelum pembuatan kompos
dan meneruskan pembuatan kompos.

1. Tujuan
Mempraktekkan pembuatan kompos sebagai satu tindakan nyata
pengelolaan sampah

2. Lokasi
•• Di dalam kelas
•• Di luar kelas (halaman sekolah)

3. Durasi
1,5 jam

4. Alat dan Bahan


•• sampah basah
•• cangkul/sekop
•• tempat kompos
•• talenan/alas untuk mencincang sampah basah
•• pisau
•• ayakan sampah

31
Bekal Info 6

Apa itu Kompos?


Zat-zat gizi yang diperlukan dalam makanan kita sehari-hari
sebagian besar didapat dari tanah. Sekitar 90% dari produksi
pangan dunia bergantung pada kesuburan tanah. Seandainya
tanah kita iris seperti kue, maka kita akan dapat melihat bahwa
tanah terdiri dari beberapa lapisan. Yang paling penting bagi
kehidupan semua makhluk hidup adalah dua lapisan teratas.
Lapisan pertama (yang teratas), terdiri dari daun-daun yang
baru saja gugur, bangkai hewan, jamur dan sebagian bahan
yang terurai. Pada lapisan kedua, akan kita dapati bahan-bahan
organik yang sudah terurai sebagian, tumbuhan dan hewan
pengurai, serta mineral.

Bumi mempunyai kemampuan untuk mendaur ulang segala


zat-zat gizi penunjang kehidupan, sehingga zat tersebut dapat
digunakan kembali. Sistem daur ulang alami yang dimiliki bumi
membuat semua hal menjadi berguna dan tidak ada yang
terbuang. Kompos adalah salah satu contoh hasil daur ulang
alami tersebut.

Kompos adalah hasil penguraian sampah basah atau organik oleh


makhluk pengurai, menjadi bahan yang dapat melembabkan
dan menyuburkan tanah. Bahan ini kaya akan nutrisi yang
diperlukan oleh tumbuhan. Oleh karena itu, kompos merupakan
pupuk alami yang baik untuk tanah yang akan ditanami. Dengan
membuat kompos secara rutin, kita telah mengurangi jumlah
sampah organik sekaligus menyediakan pupuk bagi tanaman
yang kita tanam.

32
B. Alur Kegiatan

1. Kegiatan Siswa Sekolah Dasar

•• Pendahuluan
Bahas kembali bersama siswa secara ringkas tentang cacing dan hewan
di dalam tanah di alam: makanannya, tempat hidupnya, ciri-cirinya serta
peran hewan-hewan ini di alam. Jelaskan kembali tentang langkah
pembuatan kompos.

•• Membuat Kompos
Kumpulkan sampah basah sebagai bahan kompos di dekat tempat
pembuatan kompos. Bahan kompos selanjutnya dipotong-potong
menjadi bagian yang kecil (dicacah). Pada saat proses pencacahan bahan
kompos, pastikan semua siswa mencoba mempraktekkan. Bentuklah
kelompok siswa yang akan bergantian menambahkan bahan kompos
baru dan membalik kompos. Libatkan siswa untuk membuat jadwal piket
membuat kompos yang dipasang di kelas. Setelah kompos jadi, panen
dapat dilakukan oleh seluruh kelompok.

2. Kegiatan Siswa Sekolah Menengah (SLTP/SMU)

•• Pendahuluan
Bahas kembali bersama siswa secara ringkas tentang materi cacing dan
hewan lain di dalam tanah di alam: makanannya, tempat hidupnya, ciri-
cirinya serta peran hewan-hewan ini di alam. Jelaskan kembali tentang
langkah pembuatan kompos.

•• Membuat Kompos
Kumpulkan sampah basah sebagai bahan kompos di dekat tempat
pembuatan kompos. Bahan kompos selanjutnya dipotong-potong
menjadi bagian yang kecil (dicacah). Pada saat proses pencacahan bahan
kompos, pastikan semua siswa mencoba mempraktekkan. Bentuklah
kelompok siswa yang akan bergantian menambahkan bahan kompos
baru dan membalik kompos. Libatkan siswa untuk membuat jadwal piket
membuat kompos yang dipasang di kelas. Setelah kompos jadi, panen
dapat dilakukan oleh seluruh kelompok.

33
C. Kegiatan Siswa

Membuat Kompos

•• Bahan kompos
Pembuatan kompos memerlukan bahan yang kaya Nitrogen (sering
disebut bahan hijau), bahan kaya Karbon (sering disebut bahan coklat),
air, udara serta hewan pengurai (dekomposer).

Bahan hijau, selain menyediakan Nitrogen, juga merupakan sumber


protein bagi hewan pengurai. Yang termasuk bahan hijau antara lain :
-- Daun hijau
-- Sisa kopi
-- Sisa teh
-- Sisa pangkasan tanaman atau rumput yang masih segar
-- Sisa buah dan sayur yang masih segar

Bahan yang coklat adalah sumber Karbon dan menyediakan energi bagi
hewan pengurai :
-- Rumput kering, daun kering, dan gulma
-- Jerami
-- Sisa serutan kayu
-- Ranting dan cabang
-- Serbuk gergaji
-- Koran yang sudah di potong kecil-kecil
-- Batang dan tongkol jagung

Seperti makhluk hidup lainnya, hewan pengurai dalam kompos juga


perlu air dan udara untuk hidup dan bekerja. Air memungkinkan mikroba
untuk tumbuh dan menjadi alat transportasi menuju bahan yang belum
terurai dalam tumpukan kompos. Lakukan pembalikan pada bahan
kompos untuk mengganti udara, sekaligus mempercepat penguraian
dan mengurangi bau.

Ada beberapa bahan yang sebaiknya tidak dijadikan kompos karena


dapat menimbulkan bau dan mengundang hewan pemakan bangkai
seperti anjing dan musang. Selain itu, karena kompos akan digunakan
sebagai dasar tanah, maka kita pasti menginginkan kompos kita bebas
dari sumber penyakit dan bakteri yang merusak.

34
Bahan tersebut antara lain:
-- Sisa makanan mengandung daging, susu atau minyak
-- Kotoran hewan piaraan (anjing, kucing, atau burung)
-- Tanaman yang terkena penyakit
-- Gulma yang masih dapat bereproduksi
-- Abu dari arang batubara

•• Proses pembuatan Kompos

Sampah yang kita gunakan adalah sampah


basah, seperti sampah dapur, daun, ranting,
1 dan sisa buah. Sampah yang berukuran besar
dipotong menjadi lebih kecil agar mudah
terurai.

Sampah yang sudah dipotong kecil-kecil


ditumpuk dikotak kompos. Jika sampah yang
2
digunakan dalam keadaan kering, maka perlu
diperciki air untuk menjaga kelembaban.

Selanjutnya bahan kompos tersebut dapat


ditambah dengan sampah baru yang sudah
dicacah. Jika tumpukan sudah mencapai
3 tinggi kurang lebih satu meter, maka kompos
dapat dipindah ke kotak kompos lain. Kotak
kompos pertama dapat diisi dengan sampah
baru, demikian seterusnya.

4 Setiap 3-4 hari sekali dilakukan pembalikan


agar suhu tidak terlalu panas. Pada hari ke-
35, hentikan pembalikan. Biarkan kompos
selama 12 hari untuk proses pematangan.

Gambar: Proses pembuatan kompos


Kompos yang matang harus diayak sebelum digunakan sebagai pupuk.
Ciri-ciri kompos yang sudah matang:
•• Bentuk fisik tumpukan kelihatan sudah hancur, dan tumpukan lebih
mengecil (penyusutan mencapai 50% dari awalnya)
•• Warna tumpukan kehitam-hitaman menyerupai tanah.
•• Selama beberapa hari suhunya tetap sama atau dibawah 45 oC maka
bahan itusudah menjadi kompos (tidak lagi panas walaupun tumpukan
besar dan kelembaban cukup).

35
7. Menanam Di Sekolah

A. Pengantar untuk guru

Materi berkebun menjadi pokok bahasan dalam kegiatan ini. Jangan sungkan
untuk melibatkan rekan lain atau tukang kebun yang dapat membantu. Jika
halaman sekolah sempit, manfaatkan kaleng bekas, pralon bekas, dll, sebagai
tempat menanam.

Libatkan siswa dalam persiapan berkebun, persiapan lahan, penyiapan bibit,


penyemaian, penanaman, perawatan hingga pemanenan. Kelompok siswa
akan mempermudah kegiatan berkebun ini.

1. Tujuan
•• Memanfaatkan kebun sekolah sebagai media pembelajaran di sekolah
•• Memahami fungsi tanaman terhadap lingkungan sekolah

2. Lokasi
•• Di dalam kelas
•• Di kebun sekolah

3. Durasi
2 jam

4. Alat dan Bahan


•• lahan
•• wadah persemaian
•• bibit secukupnya
•• peralatan berkebun (sekop, sabit, cangkul, dll)
•• pupuk kompos

36
Bekal Info 7

Kebun Sekolah
Kebun sekolah adalah suatu tempat di sekolah, yang disediakan
oleh pihak sekolah untuk ditanami oleh para siswanya. Kebun
sekolah tidak memerlukan lahan yang luas, namun yang lebih
penting adalah siswa belajar mencintai tanaman dengan
menanam dan merawatnya.

Tanaman merupakan sumber kehidupan, karena biasanya


tanaman merupakan awal dari suatu rantai makanan. Jika
tanaman tidak dapat hidup, maka mahluk yang lain juga sulit
bertahan hidup. Agar tanaman tumbuh dengan subur, kita
perlu menjaga kesuburan tanah. Dengan kompos yang telah kita
buat, maka tanah akan menjadi subur dan dapat memenuhi
kebutuhan tanaman untuk hidup.

Apabila sekolah tidak memiliki halaman yang cukup untuk


ditanami, dapat pula menggantung wadah dari kaleng sebagai
media penanaman di depan kelas. Atau membuat semacam
rak bertingkat dari bambu atau pipa paralon untuk ditanami
sayuran atau tanaman hias.

37
B. Alur Kegiatan

1. Kegiatan Siswa Sekolah Dasar

•• Pendahuluan
Minta siswa untuk melaporkan perkembangan proses pembuatan
kompos. Setelah itu, sebutkan beberapa tanaman yang sering ditanam
di pekarangan dan tanyakan pada siswa tentang cara menanamnya.
Kemungkinan besar, siswa bahkan tidak mengetahui nama tanaman
karena mereka tidak memiliki pekarangan atau pekarangannya tidak
ditanami. Untuk itu, kita mencoba menanam beberapa bibit yang sudah
kita siapkan sebelumnya.

•• Ayo Menanam!
Ajak siswa untuk menanam bibit yang mereka inginkan, di sebuah wadah.
Tunjukkan cara menanam yang benar dan biarkan mereka mencoba
melakukan sendiri. Lalu terangkan cara merawat tanaman yang telah
ditanam. Selanjutnya, mereka dapat membawa pulang wadah berikut
tanaman, untuk dirawat di rumah masing-masing.

2. Kegiatan Siswa Sekolah Menengah (SLTP/SMU)

•• Pendahuluan
Minta siswa untuk melaporkan perkembangan kompos yang mereka
sedang kerjakan. Sempatkan untuk melihat langsung ke kotak kompos
untuk memastikan kompos telah diproses dengan benar. Pastikan pula
tidak ada sampah plastik yang tercampur dalam bahan kompos.

Setelah itu, tanyakan pada siswa mengenai tanaman yang ada di


pekarangan rumah masing-masing. Apakah mereka mengetahui kegunaan
tanaman tersebut bagi manusia maupun lingkungan sekitarnya. Jelaskan
pada mereka tentang manfaat tanaman bagi lingkungan, kemudian
sampaikan pada mereka tentang rencana kegiatan kali ini.

38
•• Diskusi Kelas
Dengan masih menggunakan kelompok yang dibentuk pada tatap muka
kompos, tugaskan siswa untuk membuat perencanaan mengenai kebun
yang diinginkan dan keperluan yang akan digunakan. Beri waktu selama
15 menit untuk diskusi kelompok. Setelah itu, tiap kelompok menjelaskan
perencanaan yang dibuat pada kelompok lain. Kemudian diskusi kelas
untuk memilih salah satu perencanaan yang paling cocok untuk kondisi
pekarangan sekolah.

Jika semua siswa sudah mendapat kesepakatan, maka ajak mereka untuk
mulai melakukan pengolahan tanah dan pembibitan.

•• Memanfaatkan Pekarangan Sekolah


Mula-mula, gemburkan tanah dan beri pupuk kompos. Setelah itu
lakukan penanaman di media lain, karena tanah belum dapat langsung
ditanami. Berikan tanggung jawab pada siswa untuk merawat tanaman
yang mereka tanam. Minta mereka untuk melaporkan perkembangan
tanaman mereka agar mereka tidak melupakan tanggung jawabnya.

39
C. Kegiatan Siswa

Berkebun di Sekolah

•• Panduan praktis berkebun


Tanaman yang dapat ditanam di pekarangan sekolah ada bermacam-
macam, cara menanamnya pun berbeda-beda. Untuk itu, sebelum
menanam suatu tanaman, kita harus mencari tahu cara penanaman,
media tanam, dan perawatannya. Berikut ini ada daftar beberapa
tanaman yang dapat ditanam di pekarangan sekolah, berikut cara
tanamnya.

No Jenis Perkembangbiakan Cara tanam Jarak tanam Keterangan

1 Sawi hijau Biji semai 20 x 20 cm


2 Bayam cabut Biji sebar
3 Terung Biji semai 40 x 80 cm
4 Tomat Biji semai 40 x 80 cm
5 Cabai kecil, cabai
Biji semai 40 x 80 cm
besar
6 Wortel Biji semai 5 x 20 cm
7 Kangkung Biji langsung 5 x 15 cm
8 perlu tempat untuk
Kacang panjang Biji langsung 40 x 60 cm
merambat
9 Kacang tanah Biji langsung 10 x 10 cm
10 perlu tempat untuk
Kecipir Biji langsung 40 x 60 cm
merambat
11 perlu tempat untuk
Buncis Biji langsung 40 x 60 cm
merambat
12 ubi kayu Stek langsung 40 x 60 cm
13 ubi jalar Stek langsung 15 x 60 cm
14 Serai Anakan langsung 30 x 50 cm
15 perlu tempat untuk
Mentimun Biji semai 40 x 60 cm
merambat
16 Seledri Biji semai 20 x 30 cm
17 Labu siam Buah Langsung perlu para-para*
18 Kemangi Biji Semai 40 x 60 cm
19 Jahe Rimpang Langsung 25 x 50 cm
20 Kencur Rimpang langsung 20 x 15 cm

40
21 Kunyit Rimpang langsung 40 x 40 cm
22 Lengkuas Rimpang langsung 30 x 60 cm
23 Temulawak Rimpang langsung 60 x 60 cm
24 Jeruk nipis B/C/O 6m
25 Mangga B/C/O 5-8m
26 Alpukat B/C/O 14 - 16 m
27 Rambutan B/C/O 12 - 14 m
28 Pisang Anakan 5m
29 Belimbing manis B/C/O 6m
30 Pepaya B 2-5m
31 Sawo B/C/O 12 m
32 Sirsak B/C/O 5-7m

* anyaman bambu yang digunakan untuk rambatan tanaman


1 - 18 : sayuran B = biji
19 - 23: rempah C = cangkok
24 - 32: buah-buahan O =okulasi

Langkah-langkah berkebun :
1. Mula-mula kita merencanakan; bentuk kebun seperti apa yang kita
inginkan, akan ditanam di pot atau langsung di tanah.
2. Kemudian kita membuat sebuah daftar hal-hal yang diperlukan untuk
berkebun, baik alat, media tanam, maupun bibitnya.
3. Setelah itu kita mengolah tanah; menggemburkan, mencabut tanaman
liar, dan membersihkan batu-batu kecil.
4. Lalu tanah di beri pupuk kompos supaya mengandung nutrisi yang
diperlukan tanaman. Pupuk kompos diaduk dengan tanah yang sudah
digemburkan agar zat nutrisi yang ada di kompos tercampur rata dengan
tanah.
5. Tanah yang sudah gembur dan dicampur dengan pupuk kompos, telah siap
ditanami dengan bibit tanaman yang kita inginkan.
6. Jangan lupa untuk merawat tanaman dengan melakukan penyiraman
secara teratur. pemupukan dapat dilakukan apabila tanah mulai terlihat
kering, setah digemburkan. Selai air dan nutrisi dari pupuk, tanaman juga
memerlukan oksigen, karbondioksida, serta sinar matahari untuk memasak
makanan (berfotosintesis)

Catatan : untuk tanaman yang cara tanamnya disemai, kita harus melakukan
pembibitan terlebih dahulu. Untuk pembibitan, diperlukan tempat atau wadah
persemaian, tanah yang gembur, dan benih untuk disemai. Setelah persemaian
berumur 3-4 minggu, baru dipindahkan ke tempat yang diinginkan.
41
8. Pantaiku Bersih

A. Pengantar untuk guru

Pantai berperanan penting bagi masyarakat Bali. Bahkan mungkin menjadi


tempat wisata favorit karena hampir semua wilayah Denpasar berbatasan
dengan pantai. Sayangnya, wilayah pantai ternyata tak lepas dari permasalahan
sampah, seiring dengan bertambahnya pengunjung yang datang ke pantai,
bertambah pula sampah yang dihasilkan oleh mereka.

Siswa diperkenalkan pada ekosistem pantai agar mereka mengetahui peranan


ekosistem pantai bagi lingkungan, serta dampak sampah bagi pantai.

1. Tujuan
•• Memahami ekosistem pantai
•• Memahami permasalahan sampah di daerah pantai dan mendiskusikan
alternatif penyelesaiannya

2. Lokasi
•• Di dalam kelas
•• Di luar ruangan (pantai terdekat)

3. Durasi
1,5 - 2 jam

4. Alat dan Bahan


•• Naskah bermain peran topik pantai
•• Gambar hewan atau tumbuhan yang hidup di pantai

42
Bekal Info 8

Sampah di pantai
Kita suka pergi ke pantai bersama keluarga atau hanya sekedar
jalan-jalan bersama teman. Sayangnya, masalah sampah menjadi
permasalahan di pantai. Sampah yang dibuang ke selokan
maupun ke sungai, akan terbawa hingga ke muara sungai, dan
pada akhirnya akan sampai di pantai dan mengotori laut.

Sampah organik yang masuk ke air akan terhambat proses


penguraiannya, dan menimbulkan bau yang busuk. Sedangkan
sampah anorganik seperti plastik dapat menjerat ikan sehingga
sulit bernapas. Bahkan sampah berupa logam dapat mencemari
air apabila zat-zat berbahaya yang dikandungnya masuk ke air.

Beberapa makhluk hidup yang ada di wilayah pantai


Padang lamun
Lamun adalah sejenis ganggang. Kumpulan lamun, yang disebut
padang lamun, tumbuh paling baik di sekitar pantai berpasir
yang tenang. Lamun berguna untuk mempertahankan struktur
pasir agar tidak mengalami erosi. Lamun juga menjadi makanan
bagi beberapa hewan, seperti penyu dan landak laut.

Terumbu karang
Terumbu karang merupakan tempat tinggal berbagai macam
mahkluk hidup yang ada di laut. Terumbu karang terbentuk dari
karang batu, yaitu sejenis binatang berongga yang memakan
plankton. Kebanyakan terumbu karang sangat bergantung pada
sinar matahari, sehingga diperlukan perairan jernih agar sinar
matahari dapat sampai pada terumbu karang. Oleh karena itu,
jarak tempat hidup terumbu karang dengan pantai tidak terlalu
dekat, karena perairan di dekat pantai biasanya agak keruh.

43
Bekal Info 8

Penyu
Seekor penyu dapat hidup lebih dari 100 tahun, tapi rata-ratanya
70-80 tahun. Penyu mencapai masa berkembang biak sangat
lambat, yaitu pada umur 15-50 tahun. Penyu betina biasanya
bertelur di pantai yang sama tempat dia ditetaskan. Penyu saat
ini sedang terancam punah karena diburu setiap tahun, padahal
hewan ini sulit berkembang biak.

Ikan badut
Ikan ini tinggal di terumbu karang. Warnanya yang mencolok,
merah dengan belang putih, menyebabkan ia bersembunyi
diantara anemon. Anemon adalah sulur-sulur yang terdapat
pada terumbu karang, memiliki racun di ujung sulurnya, namun
ikan badut kebal terhadap racun anemon. Masa reproduksi ikan
badut cukup teratur, biasanya sebulan sekali.

44
B. Alur Kegiatan

1. Kegiatan Siswa Sekolah Dasar

•• Pendahuluan
Tanyakan pada siswa tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pantai.
Awali dengan beberapa pertanyaan sederhana, seperti, “tumbuhan apa saja
yang pernah kamu lihat di pantai?”, atau “hewan apa yang hidup di pantai,
selain ikan?”. “Adakah sampah di pantai?” Bahaslah bersama siswa.

•• Bermain peran
Bentuk beberapa kelompok siswa dan bagikan lembar bermain peran.
Masing-masing kelompok memerankan satu karakter tokoh. Pastikan siswa
memahami karakter setiap tokoh yang dimainkan. Jika siswa sudah siap,
bermain peran dimulai.

•• Diskusi Penutup
Di akhir kegiatan, adakan diskusi untuk membahas pendapat masing-masing
tokoh yang mereka mainkan. Jelaskan pada mereka bahwa setiap komponen
yang ada di pantai memiliki peranan masing-masing yang saling melengkapi,
tidak ada yang tidak penting.

2. Kegiatan Siswa Sekolah Menengah (SLTP/SMU)

•• Pendahuluan
Tanyakan pada siswa tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan pantai.
Misalnya, frekuensi kunjungan dalam sebulan, hal-hal yang dilakukan di
pantai, hingga menyebutkan makhluk hidup yang biasa mereka lihat di
pantai. Tanyakan pula apakah sampah menjadi masalah di pantai?

•• Bermain Peran
Bentuk beberapa kelompok siswa dan bagikan lembar bermain peran.
Masing-masing kelompok memerankan satu karakter tokoh. Pastikan siswa
memahami karakter setiap tokoh yang dimainkan. Jika siswa sudah siap,
bermain peran dimulai.

•• Diskusi Penutup
Di akhir kegiatan, adakan diskusi untuk membahas permainan peran
yang telah dilakukan. Tanyakan pada siswa peranan penting masing-
masing tokoh yang mereka mainkan. Jelaskan pada mereka bahwa
setiap komponen yang ada di pantai memiliki peranan masing-masing
yang saling melengkapi, tidak ada yang tidak penting.
45
C. Kegiatan Siswa

1. Bermain Peran untuk Siswa SD

Dalam bermain peran biasanya akan terjadi perdebatan antar karakter


karena adanya perbedaan kepentingan dalam alur cerita. Namun jika cara
ini dianggap agak sulit untuk diterapkan bagi siswa SD, siswa diminta untuk
memperagakan karakter yang dimainkan. Tiap siswa berlatih mengemukakan
pendapatnya dengan jelas. Ajak siswa berdiskusi setelah selesai bermain
peran.

Para tokoh:

Meski selalu mengarungi samudera, namun ke pantai untuk


bertelur.
Penyu

Sering terbang di atas laut untuk mencari makan, melihat yang


terjadi di pantai dan di laut.
Burung camar

Hidup di terumbu karang, berwarna merah bergaris putih.


Ikan badut

Tumbuhan yang menjadi salah satu makanan penyu. Berwarna hijau


tua, selalu bergerak melambai-lambai terkena gelombang air laut.
Padang lamun

Ringan sehingga mudah terbawa angin dan arus air, berbahaya jika
menjerat atau tertelan makhluk hidup.
Sampah plastik

Berasa asin, selalu bergerak ke sana ke mari, membawa apapun ke


Air laut tengah laut.

Bercapit tajam dan berjalan ke arah samping


Kepiting

46
Alur cerita:

Seekor ikan badut sedang berenang di daerah terumbu karang. Tiba-tiba,


sesuatu menjerat ekornya hingga ia sulit berenang. Saat ia menengok
ke belakang, ternyata benda itu adalah kantong plastik. Ikan badut
menggerakkan ekornya ke kiri dan kanan agar kantong plastik itu dapat
terlepas, namun ternyata sampah plastik itu masih membandel menjerat
ekornya. Untunglah datang seekor penyu yang menolong melepaskan
sampah plastik dari ekornya. Ikan badut akhirnya berenang bebas kembali
dan mengucapkan terima kasih pada penyu. Si penyu berenang meneruskan
perjalanannya ke pantai untuk bertelur.

Sesampainya di pantai, penyu bertemu dengan kepiting sedang berjalan-


jalan di pasir. Penyu menyapanya dan bercerita tentang kejadian yang
menimpa ikan badut. Kepiting juga menceritakan kebiasaan manusia
membuang sampah sembarangan di pantai.

Esok harinya, ketika burung camar terbang di atas air laut, dia melihat
banyak sampah plastik terapung. Air lautpun mengeluhkan hal yang sama,
sampah plastik membuat badannya kotor dan berat. Padang lamun yang
tumbuh dekat pantai juga sering terganggu oleh plastik yang menjerat dan
menutupi daunnya. Ternyata mereka semua merasa terganggu dengan
adanya sampah plastik yang bertebaran di mana-mana.

Tiba-tiba burung camar teringat tentang pemilihan kepala banjar yang


dilihatnya beberapa hari yang lalu. Kepala banjar yang terpilih adalah
seseorang yang tidak asing bagi mereka, karena ia sangat senang bermain
di pantai semasa kecil. Dari kecil hingga sekarang ia sangat memperhatikan
hewan-hewan yang hidup di pantai. Burung camar menceritakan hal itu
pada teman-temannya. Semua merasa senang dan berharap agar kepala
banjar yang baru dapat menyelesaikan masalah sampah di pantai.

47
2. Bermain Peran untuk Siswa SLTP

Ajak siswa SLTP untuk membaca dan memahami alur cerita ini. Biarkan
siswa berkreasi dalam memerankan karakter yang ada. Sarankan siswa
untuk tidak membawa/membaca teks cerita ini saat memerankan tokoh.
Ajak siswa berdiskusi setelah selesai bermain peran tentang peran masing-
masing, masalah sampah yang dihadapi serta tindakan yang dapat dilakukan
oleh siswa.

Para tokoh:
Mr. dan Mrs. Klindt (wisatawan asing)
Terbiasa dengan keadaan bersih dan tertib di negara asalnya.

Satpam hotel
Tegas dalam menjaga keamanan di hotelnya demi kenyamanan para tamu.

Pegawai artshop
Selalu berusaha menawarkan dagangan pada turis.

Penjual lumpia
Menawarkan dagangannya dengan mendatangi orang yang duduk-duduk
di pantai. Meski membawa kantong plastik khusus untuk tempat sampah,
namun tidak mampu mencegah pembeli untuk membuang sampah di
sembarang tempat.

Penduduk lokal
Berekreasi dengan berenang di pantai bersama teman dan keluarga. Sering
membuang/meninggalkan sampah sembarangan di pantai.

Alur cerita :
Mr. and Mrs. Klindt adalah sepasang suami istri yang berasal dari Soklinia,
mereka sedang berlibur di Bali. Mereka menginap di Hotel Luwung, sebuah
hotel terkenal di kawasan pantai. Mereka sangat suka berjalan-jalan
menyusuri pantai sambil menikmati pemandangan matahari terbenam.

Di hari pertama, mereka mendapati beberapa kemasan minuman berupa


kaleng dan plastik yang berserakan di pasir. Ketika mereka mencari tempat
sampah, ternyata tempat sampah hanya ada di dekat hotel-hotel besar saja.
Ternyata tidak banyak tempat sampah umum ada di pantai itu, sehingga
pengunjung pantai banyak membuang sampah sembarangan.

Pada hari kedua, mereka mengamati bahwa di sore hari pengunjung pantai

48
gemar membeli lumpia dan menikmatinya sambil duduk-duduk di pantai.
Mereka juga melihat bahwa banyak pembeli yang membuang bungkus
lumpia begitu saja ke pasir. Meski telah menyediakan kantong plastik
tempat sampah, ternyata pedagang lumpia tak mampu melarang pembeli
untuk tidak membuang bungkus lumpia sembarangan.

Pada pagi hari ketiga, mereka menyaksikan beberapa penduduk membiarkan


sampah di depan rumahnya menumpuk hingga berceceran. Kemudian
mereka bercakap-cakap dengan satpam hotel tentang keadaan tersebut
dan menceritakan tentang kebersihan dan ketertiban di negara Soklinia.

3. Bermain Peran untuk Siswa SMU

Beri waktu bagi siswa SMU untuk membaca dan memahami cerita ini serta
mampu memerankan para tokoh tanpa membawa teks. Biarkan siswa
berkreasi dalam memerankan karakter yang ada. Ajak siswa berdiskusi
setelah selesai bermain peran tentang masalah sampah, berbagai
kepentingan yang ada serta solusi yang memungkinkan.

Para tokoh:
Wayan Semplar (Kepala Banjar yang baru)
Saya sudah tinggal di Banjar Beten Nyuh sejak lahir, ibaratnya saya sudah
menyatu dengan denyut kehidupan pantai. Banjar Beten Nyuh terletak
di pesisir pantai yang juga dinamai pantai Beten Nyuh. Dahulu pantai itu
berpasir putih, dengan pemandangan indah dan ombak yang bagus bagi
peselancar. Namun sekarang, sudah banyak hotel megah yang berdiri
di sekitar pantai, wisatawan berdatangan tanpa henti. Sepertinya bagus
bagi peningkatan taraf hidup warga, namun pada kenyataannya? Sampah
berserakan dimana-mana, bahkan air laut pun menjadi keruh karena limbah
hotel. Terakhir saya mendengar tentang rencana pembangunan restoran
milik hotel Luwung dengan membendung ombak laut. Saya benar-benar
sedih melihat kondisi tanah kelahiran saya. Saya ingin mengajak pihak-pihak
yang berwenang untuk menyelesaikan masalah ini.

Gung Kedas (Kepala Kebersihan Kota)


Saya sudah mengatur jalur pengangkutan sampah di kota ini dengan sebaik-
baiknya. Sampah warga diangkut setiap harinya pada pukul 6 pagi dan 9
malam. Bahkan saya juga telah memerintahkan anak buah saya untuk
menaruh tempat sampah di tempat-tempat umum di seluruh kota. Jika
ternyata kondisi pantai Beten Nyuh kotor, saya rasa itu kesalahan warganya
yang lalai membersihkan lingkungan banjarnya. Dinas Kebersihan Kota (DKK)
tidak dapat berbuat lebih banyak lagi, karena keterbatasan anggaran kami.

49
Rumboot Brekley (salah satu Pemilik hotel)
Hotel Luwung yang saya miliki adalah salah hotel berbintang yang terletak
di kawasan pantai Beten Nyuh. Hotel saya memiliki 200 buah kamar yang
harus terisi 60% agar mendapatkan laba. Dengan tingkat hunian yang
menurun akhir-akhir ini, saya perlu melakukan sesuatu untuk menarik
wisatawan menginap di hotel saya. Rencananya saya akan membangun
sebuah restoran yang menyajikan masakan dari 5 benua di pinggir pantai.
Untuk itu, saya perlu mendirikan tembok beton untuk menahan ombak
laut yang dapat menyebabkan abrasi pada tanah dan bangunan restoran
nantinya.

Komang Laris (Ketua asosiasi pedagang artshop)


Selain menjadi Ketua asosiasi pedagang artshop, saya juga memiliki
beberapa artshop di kawasan wisata yang ada di kota ini. Saya memulai
semuanya dari bawah, mulanya hanya menjadi pegawai di sebuah artshop
kecil. Namun berkat ketekunan dan kelihaian saya memikat pembeli, saya
dapat memiliki artshop sendiri. Begitulah seharusnya pedagang artshop,
selalu mencari peluang untuk dapat menjual produk kerajinan. Bagi saya,
rencana pembangunan restoran Mr. Brekley berarti peluang dagang yang
bagus. Dengan semakin banyaknya pengunjung yang datang ke pantai Beten
Nyuh, usaha artshop disana akan semakin laris.

Ketut Kari Anom (Ketua sekaa teruna-teruni)


Sebagai mahasiswa yang aktif di berbagai kegiatan dan organisasi, saya
mempunyai idealisme yang cukup kuat. Mungkin karena itu pula saya dipilih
untuk memimpin teruna-teruni banjar Beten Nyuh. Teman-teman banjar
sudah saya ajak untuk kerja bakti setiap bulan di pantai Beten Nyuh. Namun
keadaan pantai justru semakin kotor karena kurangnya kesadaran warga
dan pengunjung untuk tertib membuang sampah. Bahkan dengan adanya
rencana pembendungan ombak laut untuk kepentingan pembangunan
restoran hotel milik Mr. Brekley, saya khawatir keadaan pantai akan semakin
rusak. Karena pembuatan beton pembendung berarti juga pembabatan
tumbuhan yang ada di sekitarnya. Saya tidak setuju dengan rencana
tersebut.

Karna Prihatin (Tokoh LSM)


Saya memiliki kepedulian dan keinginan untuk membantu menyelesaikan
masalah lingkungan. Kebetulan saya tinggal di sekitar Beten Nyuh, jadi
saya menyaksikan langsung kondisi pantai Beten Nyuh yang menyedihkan.
Apalagi dengan rencana Mr. Brekley yang menjadi pro-kontra di masyarakat.
Menurut saya, pembendungan ombak laut justru membawa pantai Beten
Nyuh menuju kehancuran. Jika ingin meningkatkan jumlah wisatawan yang

50
berkunjung ke pantai tersebut, kan masih banyak jalan lain yang lebih
baik? Saya berharap diskusi yang diprakarsai Kepala banjar yang baru, akan
membawa angin segar bagi pantai Beten Nyuh. Saya menyadari banyaknya
pihak yang berkepentingan dalam suatu penyelesaian masalah, sehingga
menyadari pula pentingnya kesepakatan bersama.

Alur cerita:
Seminggu yang lalu warga banjar Beten Nyuh memilih Wayan Semplar
sebagai Kepala Banjar yang baru. Meski masih muda, namun Wayan Semplar
terkenal sebagai orang yang jujur dan berjiwa sosial.

Banjar Beten Nyuh terletak di pinggir pantai dengan kehidupan masyarakat


yang sangat lekat dengan pantai. Ada yang bermata pencaharian sebagai
pedagang artshop, pegawai hotel di sekitar pantai dan pedagang makanan.
Keindahan pantai Beten Nyuh menjadikannya tempat berlibur bagi
wisatawan asing dan masyarakat lokal.

Sejak lama Wayan Semplar prihatin dengan keadaan pantai Beten Nyuh yang
semakin kotor dari hari kehari. Sejak dahulu dia dan beberapa temannya
mencoba berbagai cara untuk menjaga kebersihan pantai. Meski banyak
faktor yang menjadikan usaha mereka tidak 100% sukses, namun kepedulian
dan kuatnya keterikatan terhadap tempat tinggalnya menjadikan Wayan
Semplar pantang menyerah untuk menyelesaikan permasalahan sampah.

Sebagai Kepala Banjar yang baru, Wayan Semplar ingin mengajak warga
banjarnya bekerjasama dengan berbagai pihak untuk menyelesaikan
masalah sampah. Sebagai langkah awal, dia mengundang beberapa tokoh
untuk membahas permasalahan ini dan mencari alternatif penyelesaiannya.
Pertemuan diadakan di Bale Banjar dan juga dihadiri oleh Kepala Kebersihan
Kota, beberapa pemilik hotel/manajer hotel yang terletak di banjar ini, ketua
asosiasi pedagang artshop, ketua sekaa teruna teruni serta tokoh LSM.

Wayan Semplar mengawali pertemuan ini dengan melontarkan keadaan


banjar dan permasalahan yang dihadapi, terutama masalah sampah.
Pertemuan ini kemudian berlanjut dengan diskusi hangat yang difasilitasi
oleh Wayan Semplar.

51
9. Misteri Mangrove

A. Pengantar untuk guru

Materi kegiatan ini mengajak siswa mengenal ekosistem mangrove. Dengan


mengenali ekosistem di mangrove dan mengetahui peranan pentingnya bagi
lingkungan, maka siswa akan berpikir mengenai kelangsungan hidup ekosistem
mangrove. Materi ini akan lebih mudah dipahami oleh siswa apabila mereka
mendapatkan pengalaman langsung dengan mengunjungi hutan mangrove
terdekat (jika memungkinkan).

Menjelaskan ekosistem mangrove menggunakan bahasa Inggris bertujuan


untuk menambah perbendaharaan kata dalam bahasa Inggris. Digunakan
beberapa kata dan kalimat yang sederhana, sesuai dengan tingkat kemampuan
siswa.

1. Tujuan
•• Memahami ekosistem mangrove
•• Memahami permasalahan sampah di daerah mangrove dan akibatnya

2. Lokasi
•• Di dalam kelas
•• Di luar ruangan (hutan mangrove terdekat)

3. Durasi
1,5 jam

4. Alat dan Bahan


•• alat tulis
•• komik bahasa Inggris yang diperbanyak
•• kamus Inggris-Indonesia

52
Bekal Info 9

Mangrove adalah tumbuhan pantai di daerah tropis yang


mampu menyesuaikan diri dan tumbuh di daerah pasang-
surut.

Fungsi Mangrove bagi lingkungan adalah :


•• sebagai penahan tanah pantai sehingga tidak mudah
terabrasi,
•• tempat bertelurnya berbagai jenis ikan, udang, dan
hewan laut lainnya,
•• tempat hidup berbagai macam satwa,
•• menyediakan nutrisi bagi tanah sekitarnya,
•• menyediakan oksigen,
•• sebagai tempat mencari ikan bagi nelayan dan masyarakat
sekitar,
•• sebagai sumber obat-obatan,
•• sebagai tempat studi/penelitian,
•• penyaring limbah/logam berat dari darat,
•• sarana ekowisata.

Karena lokasinya yang terletak di sekitar pantai, mangrove


menjadi tempat bertumpuknya sampah yang dibawa aliran
sungai. Mangrove beradaptasi dengan akar yang muncul
dipermukaan air asin, untuk bernafas. Dengan banyaknya
sampah plastik, maka akar-akar mangrove tertutup sampah
sehingga tidak dapat bernapas, dan akhirnya mati. Bila semua
pohon di hutan mangrove mati, akan bertelur dimana ikan,
udang dan hewan laut lain?

53
Bekal Info 9
Mangrove memiliki 4 jenis akar, yaitu :
Jenis-Jenis Tanaman Mangrove

Jenis hutan mangrove yang paling umum dijumpai adalah:


•• Bakau (Rhizophoraceae) yang memiliki akar tongkat
•• Perepat/Gogem (Sonneratiaceae) yang memiliki akar cakar
ayam
•• Pohon api-api (Avicenniaceae) yang memiliki akar cakar
ayam
•• Nyirih (Meliaceae/ Xylocarpus) yang juga memiliki akar
cakar ayam

Perkembangbiakan Tanaman Mangrove


Pohon mangrove dapat berkembang biak sendiri, terutama jenis
Bakau (Rhizophora sp.) dan Tancang (Bruguiera sp.). Pohon ini
berkembang biak melalui biji yang langsung berkecambah di
pohon saat sudah matang. Kecambah yang sudah berat akan
terlepas dari pohon dan terbawa arus hingga sampai di perairan
dangkal, baru menancapkan akarnya.

Selain berkembang biak sendiri, Mangrove juga dapat berkembang


biak melalui pembibitan, baik secara langsung/alami maupun
buatan/disemai.

Kawasan Mangrove di Bali


Propinsi Bali juga memiliki kawasan mangrove di beberapa pantai
Bali Barat dan Bali Selatan, seperti di daerah Banyuwedang, Benoa,
dan Nusa Lembongan. Di daerah lain juga terdapat beberapa
kawasan mangrove, seperti Teluk Gilimanuk, Teluk Pengametan,
Sungai di wilayah Perancak.

54
B. Alur Kegiatan

1. Kegiatan Siswa Sekolah Dasar

•• Pendahuluan
Tanyakan pada siswa apakah pernah mendengar isilah mangrove dan
bakau? Jelaskan pada mereka tentang ekosistem mangrove, fungsinya
serta masalah sampah yang dihadapi.

•• Membaca komik berbahasa Inggris


Ajak siswa untuk membaca komik pendek berbahasa Inggris yang
menceritakan tokoh di mangrove. Jelaskan mengenai beberapa kata
yang sulit dan ajak siswa membuat kalimat lain dengan kata-kata baru
ini.

•• Diskusi Penutup
Diskusikan tentang tokoh komik yang mereka sukai dan tidak disukai.
Tanyakan pula apa makanan dan bagaimana hidup di hutan mangrove.

2. Kegiatan Siswa Sekolah Menengah (SLTP/SMU)

•• Pendahuluan
Gali pengetahuan siswa tentang ekosistem mangrove. Beri beberapa
pertanyaan, misalnya, “Apakah kalian pernah mengunjungi hutan
mangrove?”, “hewan apa sajakah yang kalian lihat di sana?”, “tahukah
kalian jenis-jenis pohon yang tumbuh di hutan mangrove?”.

•• Membaca Cerita Mangrove dalam Bahasa Inggris


Ajak siswa membaca cerita tersebut bergantian. Cari arti dari kata-
kata baru yang mereka temui dengan kamus yang mereka bawa (pada
pertemuan sebelumnya, ingatkan mereka untuk membawa kamus).
Seusai membaca, jawablah pertanyaan yang telah disediakan.

•• Diskusi Penutup
Diskusikan hal-hal yang menunjukkan pentingnya ekosistem mangrove
bagi lingkungan.

55
C. Kegiatan Siswa

1. Komik Mangrove

56
2. Bacaan Berbahasa Inggris

One Day In the Mangrove Forest

It is a beautiful day in mangrove forest. The mangrove trees are swaying


gently, and the sun is shining brightly.

My name is Koncreng. I am a crab. I have four friends. Their name are Bedug,
Omang-omang, Legu, and Bécenik.
Bedug is a shrimp. He has a hunched back.
Omang-omang is a snail. He lives in his shell and takes it everywhere.
Legu is a mosquito. She lays her eggs in the water.
Bécenik is a fish. He likes swimming. We all live in the mangrove forest.

My house is in the mud. Omang-omang is my neighbour. There is a big


mangrove tree near to my house. We always look for our food around it.
Our favourite food is leaves from the big mangrove tree, and the tree is our
playground.
Today, Omang-omang and I invite Bedug, Legu, Bécenik to have breakfast
with us. We are waiting for Legu, she is always late. While we are waiting,
we see a lot of plastic floating around my house.

“Oh, no! They’ve done it again!”, I shout angrily.

“Yeah, the humans always throw their garbage into the river, and then it
ends up in the sea”, Omang-omang said.

“Last week some plastic string got wrapped round my claw and I couldn’t
eat properly” I moan.

“I’m sure that wasn’t very nice”, Omang-omang said. “You could have
died.”

Suddenly Legu arrives and screams to us, “Quick hide! Kokokan the egret is
coming!”.

We forget the plastics and we try to find somewhere to hide. Omang-omang


is the slowest to find a hiding place.

Kokokan swoops low above the water.

“Quick Omang-omang!!” we scream.

57
Omang-omang quickly hides himself in his shell.

Kokokan splashes into the water, but she finds nothing but dirty plastic
floating around her. Disgusted she flies off again.

“I think we must move to another place, Koncreng! The plastic is horrible


here.” Omang-omang tell me.

“Ya, you are right! Let’s move to another place!”, I agree with him. “But
what about breakfast?”

Kosa kata baru:


breakfast : sarapan
claw : capit
crab : kepiting
disgusted : jijik
egret : bangau
garbage : sampah
horrible : mengerikan
hunched back : punggung bongkok
invite : mengundang
lays (eggs) : meletakkan
mangrove : tumbuhan yang hidup di daerah pasang surut
(bakau adalah salah satu jenis mangrove)
moan : mengerang
mosquito : nyamuk
mud : lumpur
neighbour : tetangga
noise : ramai, ribut
playground : tempat bermain
properly : dengan baik
scream : berteriak
shell : cangkang
shrimp : udang
snail : siput
splash : mencebur
string : tali
suddenly : tiba-tiba
sway : bergoyang
swoop : menukik
wrapped : terjerat

58
Pertanyaan :
Pertanyaan no 1-5 untuk semua siswa dan no 6-8 khusus siswa SMU

1. How many animals are there in the story? What are they?
2. Why do they hide when Kokokan comes?
3. Why does Koncreng shout?
4. What was Kokokan found when she splashed into the water?
5. Where can you see mangrove in Bali?
6. Can you describe more about Kokokan? (its colour, living place, food,
etc.)
7. How many plastic bags have you used this week?
8. Where are the plastic bags now?

59
Daftar Bacaan
Buku :
Allen, Gerald, PhD., 1996, Marine Life of Indonesia and Southeast Asia, Singapura:
Periplus Singapore
Asisten Deputi Urusan Masyarakat Perkotaan Kementerian Lingkungan Hidup
Republik Indonesia, 2002, Menuju Pengusaha Peduli Lingkungan, Jakarta: Asisten
Deputi Bidang Masyarakat Perkotaan Kementerian Lingkungan Hidup.
Bengen, Dietriech G., Dr., Ir., DEA, 2002, Mengenal dan Memelihara Mangrove,
Bogor: Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor.
Centre for Environment Education, 1999, Towards a Green Future: A Trainer’s
Manual on Education for Sustainable Development, Ahmedabad: Centre for
Environment Education.
Cohcran, Margaret T., 1994, Do It Yourself: Planet Saver, Sydney: The Book Company
International PTY LTD.
CSIRO Australia, 1990, Food for Plants: Discovering Soils no. 6, Melbourne: CSIRO
Australia.
Planet Ark Environmental Foundation, 2000, Do Something!, Sydney: Australian
Association for Environmental Education Inc.
Mahmud, A.T., 2000,Pustaka Nada 2: Kumpulan lagu anak-anak, Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Rodale Research Centre, The Rodale Book of Composting, Rodale Press.
Setiawan, Heri Agus, 2000, Halamanku yang Hijau, Makassar: PPLH Puntondo
didukung PLAN International Takalar.
Vocational Education Development Centre (VEDC), 1997, Sampah dan
Pengelolaannya, Buku Panduan, Malang: VEDC.
Whitten, Tony, Soeriatmadja, Roehayat Emon, Affif, Suraya A., 1999, Ekologi Jawa
dan Bali, Seri Ekologi Indonesia jilid II, Jakarta: Prenhallindo.
Buletin dan Jurnal :
Benih Matahari, edisi Sampah, No. 1/Tahun I/ Agustus 2003, hal. 4
Hammond, William F., 2002, ‘The Creative Journal: a power tool for learning’, Green
Teacher: Tracking Wildlife, Issue 69, pp. 34-38.
Jory, Tina, 1997, ‘Earthworm Art’, Green Teacher: Remistifying the City, Issue 52, ,
pp. 32-33.
Undang-undang:
UU Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 23 tahun 1997.

60
SEKOLAHKU HIJAU
Lingkungan Sekolahku
Mengajak siswa untuk lebih mengenal lingkungan sekolahnya.

Warna-warni Tumpukan Sampah


Mengenal jueni-jenis sampah dan limbah yang ada disekitar kita.

Sampah adalah Harta Karun


Memahami cara mengelola sampah secara sederhana.

Dibalik Kertas Kita


Mengetahui informasi tentang kertas dan cara menggunakannya
dengan semaksimal mungkin.

(Harusnya) Tidak Ada Sampah di Alam


Memahami adanya siklus dialam, yang menyebabkan semua benda
dapat digunakan kembali.

Dari Tanah Kembali ke Tanah


Mengetahui kegunaan kompos dan cara membuatnya.

Menanam di Sekolah
Mengajak siswa untuk lebih mencintai tanaman.

Pantaiku Bersih
Mengingatkan siswa tentang masalah sampah di pantai.

Misteri Mangrove
Menambah pengetauan siswa tentang mangrove dan bahaya
sampah yang dihadapinya.

Anda mungkin juga menyukai