Anda di halaman 1dari 48

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN PEMBANGUNAN IPLT

1. UMUM

PENJELASAN KETENTUAN UMUN & TEKNIS TATA LAKSANA DI LAPANGAN

1.1. URAIAN PEKERJAAN


1.1.1. Lingkup Pekerjaan
 Pekerjaan Persiapan
 Pekerjaan keselamatan dan kesehatan kerja
 Pekerjaan bak tempat damping
 Pekerjaan bak ssc
 Pekerjaan kolam an erobik
 Pekerjaan kolam fakultatip
 Pekerjaan kolam maturasi
 Pekerjaan bak Da ( Drying area )
 Pekerjaan sumur bor dan tower
 Pekerjaan pelengkap

1.1.2. Sarana Bekerja


Tenaga Kerja/Tenaga Ahli
Tenaga kerja dan tenaga ahli yang cukup memadai dengan teknis dan
volume pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Peralatan Bekerja.
Alat-alat bantu, seperti mesin, las, alat-alat bor, alat-alat pengangkat
dan pengangkut serta peralatan-peralatan lain yang benar-benar
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Bahan-bahan Bangunan.
Bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap jenis
pekerjaan yang akan dilaksanakan tepat pada waktunya.

1.1.3. Cara Pelaksanaan


Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian, sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), Gambar Rencana, Berita
Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan serta mengikuti petunjuk dan keputusan Direksi.

1.2. PENJELASAN RKS & GAMBAR


1.2.1. Kontraktor wajib meneliti semua gambar dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).

1.2.2. Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), maka yang
mengikat/berlaku adalah RKS.

1.2.3. Bila terdapat perbedaan-perbedaan dalam Dokumen perencanaan yag menimbulkan


keragu-raguan sehingga dalam pelaksanaan akan menimbulkan kesalahan, Kontraktor
wajib menanyakan kepada Konsultan Pengawas/Pengelola Proyek serta Konsultan
Perencana sebagai tembusan dan Kontraktor harus mengikuti keputusan tersebut.

1.3. TANGGUNG – JAWAB KONTRAKTOR


1.3.1. Kontraktor harus bertanggung-jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja.

1.3.2. Kehadiran Direksi selaku wakil Pemberi Tugas untuk melihat, mengawasi, menegur,
atau memberik nasehat tidak mengurangi tanggung jawab penuh tersebut di atas.

1.3.3. Kontraktor bertanggung-jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul akibat


pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor berkewajiban memperbaiki kerusakan tersebut
dengan biaya Kontraktor sendiri.

1.3.4. Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan, maka
Kontraktor berkewajiban memberikan saran-saran perbaikan kepada Pemberi Tugas
melalui Direksi, apabila hal ini tidak dilakukan, Kontraktor bertanggung-jawab atas
kerusakan yang timbul.

1.3.5. Kontraktor bertanggung-jawab atas keselamatan tenaga kerja yang dikerahkan dalam
pelaksanaan pekerjaan.

1.3.6. Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan
menjadi tanggung-jawab Kontraktor.

1.3.7. Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor harus menjaga keamanan


bahan/material, barang milik Proyek, Direksi dan milik Pihak Ketiga yang ada di
lapangan, maupun bangunan yang dilaksanakannya sampai tahap serah terima.
Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui, baik yang telah
dipasang maupun belum; adalah tanggung-jawab Kontraktor dan tidak akan
diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah.

1.4. KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN


1.4.1. Di lapangan pekerjaan, Kontraktor wajib menunjuk seorang Kuasa Kontraktor atau
biasa disebut Pelaksana yang cakap untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di
lapangan dan memdapat kuasa penuh dari Kontraktor, berpendidikan minimal Sarjana
Muda teknik Sipil atau sederajat dengan pengalaman minimum 3 (tiga) tahun.
1.4.2. Dengan adanya Pelaksanana, tidak berarti bahwa Kontraktor lepas tanggung jawab
sebagaian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.

1.4.3. Kontraktor wajib memberi tahu secara tertulis kepada Pemimpin Proyek dan Direksi,
nama dan jabatan Pelaksana untuk mendapatkan persetujuan.

1.4.4. Bila kemudian hari, menurut pendapat Pemimpin Proyek dan Direksi, Pelaksana
kurang mampu atau tidak cukup cakap memimpin pekerjaan, maka akan dibertahukan
kepada Kontraktor secara tertulis untuk mengganti Pelaksana.

1.4.5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan, Kontraktor
harus sudah menunjuuk Pelaksana baru atau Kontraktor sendiri (penanggung
jawab/Direktur Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan.

1.5. KETENTUAN & SYARAT BAHAN-BAHAN


1.5.1. Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan syarat-syara(RKS) ini
maupun dalam berita acara penjelasan pekerjaan, bahan-bahan yang akan di
pergunakan maupun syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang
tercantum dalam A.V. dan Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI th.
1982), Standar Industri Indonesia (SII) untuk bahan termaksud, serta ketentuan-
ketentuan dan syarat bahan-bahan lainnya yang berlaku di Indonesia.

1.5.2. Merk Pembuatan Bahan/Material & Komponen Jadi.


1.5.2.1. Semua merk pembuatan atau merk dagang dalam Rencana Kerja dan Syarat-
Syarat Teknis ini dimaksudkan sebagai dasar perbandingan kualitas dan
tidak diartikan sebagai suatu yang mengikat.
1.5.2.2. Bahan/material dan komponen jadi yang dipasang/dipakai harus sesuai
dengan yang tercantum dalam gambar, memenuhi standard spesifikasi bahan
tersebut, mengikuti peraturan persyaratan bahan bangunan yang berlaku.
1.5.2.3. Apabila dianggap perlu, Direksi berhak untuk untuk menunjuk tenaga akhli
yang ditunjuk oleh pabrik dan atau Suplier yang bersangkutan tersebut
sebagai pelaksana. Dalam hal ini, Kontraktor tidak berhak mengajukan claim
sebagai pekerjaan tambah.
1.5.2.4. Disyaratkan bahwa satu merk pembuatan atau merk dagang hanya
diperkenankan untuk setiap jenis bahan yang boleh dipakai dalam pekerjaan
ini.

1.5.3. Semua bahan sebelum dipasang harus disetujui secara tertulis oleh Pemberi tugas,
selanjutnya contoh tersebut harus diserahkan kepada Direksi sebanyak 4 (empat) buah
dari satu bahan yang ditentukan untuk menetapkan “standar of appearance” paling
lambat waktu penyerahan contoh bahan adalah dua (2) minggu sebelum jadwal
pelaksanaan.

1.5.4. Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur dan produk yang dipilih, akan diinformasikan
kepada kontraktor selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah penyerahan
contoh bahan tersebut.
1.5.5. Penyimpanan dan pemeliharaan bahan harus sesuai persyaratan pabrik yang
bersangkutan, dan atau sesuai dengan spesifikasi bahan tersebut di atas.

1.6. PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN


1.6.1. Kontraktor/Pelaksana terlebih dahulu harus memberikan contoh-contoh semua bahan-
bahan yang diperlukan untuk bangunan tersebut kepada Direksi untuk mendapatkan
persetujuan sebelum bahan-bahan tersebut didatangkan/dipakai. Bahan-bahan yang
didatangkan/dipekerjakan harus sesuai dengan contoh-contoh yang telah disetujui
Direksi.

1.6.2. Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kwalitas jelek yang dinyatakan
afkir/ditolak oleh Direksi, harus segera dikeluarkan dari lapangan bangunan selambat-
lambatnya dalam tempo 3x24 jam dan tidak boleh dipergunakan.

1.6.3. Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Direksi dan ternyata
masih dipergunakan oleh pelaksana, maka Direksi berhak memerintahkan
pembongkaran kembali kepada kontraktor yang mana segala kerugian yang
diakibatkan oleh pembongkaran tersebut menjadi tanggungan kontraktor sepenuhnya
disamping pihak kontraktor tetap dikenakan denda sebesar 1/1000 ( satu permil ) dari
harga borongan.

1.6.4. Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas dari bahan-
bahan tersebut, maka kontraktor harus dan memeriksakannya ke laboratorium Balai
Penelitian Bahan-bahan Pemerintah untuk diuji dan hasil pengujian tersebut
disampaikan kepada direksi secara tertulis dengan mwlampirkan hasil pengujiannya.
Segala biaya pemeriksaan ditanggung oleh Kontraktor.

1.6.5. Sebelum ada kepastian dari laboratorium tersebut diatas tentang baik atau tidaknya
kualitas dari bahan-bahan tersebut, Pelaksana tidak diperkenankan melanjutkan
Pekerjaan-pekerjaan yang mengunakan bahan-bahan tersebut diatas.

1.7. KOORDINASI PELAKSANAAN


1.7.1. Jadwal Pelaksanaan
1.7.1.1. Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, Kontraktor wajib
membuat Rencana Kerja Pelaksanaan dan bagian-bagian pekerjaan berupa
Bar-Chart dan S-Curve Bahan dan Tenaga.
1.7.1.2. Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu
dari Direksi, paling lambat dalam waktu 21 (duapuluh satu) hari kalender
setelah Surat Keputusan Penunjukan (SKP) diterima Kontraktor.
1.7.1.3. Rencana Kerja disetujui dan disahkan oleh Direksi.
1.7.1.4. Kontraktor wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 4 (empat)
kepada Konsultan Pengawas, yang selanjutnya akan memberikan 1 (satu)
salinan Rencana Kerja kepada Konsultan Perencana.
1.7.1.5. 1 (satu) salinan Rencana Kerja harus ditempel pada dinding Bangsal
Kontraktor di lapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan/prestasi
kerja.
1.7.1.6. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor
berdasarkan Rencana Kerja tersebut.
1.7.1.7. Suplier & Kontraktor Bawahan (Sub-Kontraktor)

1.7.1.7.1. Jika Kontraktor menunjuk supplier dan atau Kontraktor bawahan


didalam hal pengadaan material dan pemasangannya, maka
Kontraktor wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada Direksi
untuk mendapatkan persetujuan.
1.7.1.7.2. Kontraktor wajib mengadakan koordinasi pelaksanaan atas
petunjuk Direksi dengan Kontraktor bawahan atau supplier
bahan.
1.7.1.7.3. Supplier wajib hadir mendampingi Konsultan Pengawas di
Lapangan untuk pekerjaan khusus dimana pelaksanaan dan
pemasangan bahan tersebut perlu persyaratan khusus sesuai
instruksi pabrik.

1.7.2 Dasar Penentuan Ukuran/Posisi Bagian-Bagian Pekerjaan


1.7.2.1 Kontraktor wajib memperhatikan dan mempelajari segala petunjuk yang
tertera dalam gambar kerja untuk mendapatkan posisi dan ketetapan di
lapangan bagi setiap bagian pekerjaan.
1.7.2.2 Untuk memudahkan pekerjaan di lapangan ,patokan ukuran yang dipakai
adalah terhadap patok ukur (“Bench Mark”) yang telah ada existing, dengan
setiap kali menyesuaikan ukuran di gambar kerja atau dipakai patokan-
patokan yang ada didalam tapak.
1.7.2.3 Kontraktor harus memasang patok-patok yang terpenting di tapak untuk
patok titik mula setiap bagian dari pekerjaan.
1.7.2.4 Perbedaan antara Gambar Kerja dengan keadaan di Lapangan harus
dilaporkan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat pemecahannya.
Tidak dibenarkan Kontraktor mengambil tindakan tanpa sepengetahuan
Konsultan Pengawas, dan Konsultan Pengawas wajib melaporkan kepada
Direksi.
2. PEKERJAAN SIPIL DAN STRUKTUR

Pasal 1
PERSIAPAN DAN PENGUKURAN

1.1. PEKERJAAN PERSIAPAN


1.1.1. Pengukuran kembali / pengecekan di lapangan terhadap semua ukuran, peil-peil
dan lain-lain dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum di dalam gambar,
BQ dan di lapangan.

1.1.2. Melakukan pemotretan terhadap setiap jenis/bagian pekerjaan sebelum pekerjaan


tersebut dimulai. Pekerjaan pengukuran dilakukan untuk meyakinkan :
 Areal pekerjaan yang akan dilaksanakan
 Posisi / letak pekerjaan yang akan dikerjakan
 Peil-peil ketinggian yang diperlukan
 dan lain-lain

1.1.3. Mengadakan, mendatangkan mengerjakan, mengawasi dan lain-lain terhadap


bahan, peralatan, tenaga kerja dan sebagainya.

1.1.4. Pembuatan direksi keet dilengkapi meja rapat, meja,, papan tulis, dan alat-alat tulis,
serta bangsal kerja yang dilengkapi dengan peralatan-peralatan yang diperlukan,
seperti perancah-perancah, steger-steger, persiapan tempat/bahan/air dan
sebagainya.

1.2. PEKERJAAN PENGUKURAN


1.2.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan pengukuran batas/garis dan elevasi
persiapan lahan dan pekerjaan pengukuran lainnya yang ditentukan dalam Gambar
Kerja dan/atau yang ditentukan Konsultan pengawas dan termasuk tim ukur yang
berpengalaman dan peralatan pengukuran lengkap dan akurat yang memenuhi
ketentuan Spesifikasi ini.

1.2.2. Standar/rujukan
Tidak ada.

1.2.3. Prosedur Umum


Data Standar Pengukuran
Standar pengukuran berdasarkan poligon tertutup tiga titik koordinat dan patok
akan disediakan Pemilik Proyek dan akan menjadi patokan pengukuran yang
dilakukan Kontraktor.
Bila Kontraktor berkeberatan atas penentuan sistem koordinat tersebut, maka
dalam 1 (satu) minggu setelah penentuan, Kontraktor dapat mengajukan keberatan
secara tertulis beserta data pendukung untuk kemudian akan dipertimbangkan oleh
Konsultan pengawas.
1.2.4. Persyaratan Pengukuran
Kontraktor harus melaksanakan perhitungan pengukuran dan pemeriksaan untuk
mendapatkan lokasi yang tepat sesuai Gambar Kerja dan harus disetujui Konsultan
pengawas.

Pasal 2
PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN KEMBALI

2.1. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini meliputi tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut:
 Menyediakan peralatan dan perlengkapan yang memadai, bahan-bahan, tenaga kerja
yang cukup untuk menyelesaikan semua pekerjaan termasuk pelat turap sementara dan
bendungan sementara jika diperlukan.
 Penggalian, pengurugan kembali dan pemadatan semua pekerjaan yang membutuhkan
galian dan/atau urugan kembali seperti jalan, saluran terbuka, gorong-gorong, jalur
utilitas dan lainnya seperti ditunjukan pada Gambar Kerja.
 Membuang semua bahan-bahan galian yang tidak memenuhi persyaratan kesuatu
tempat pembuangan yang telah ditentukan.
 Penggalian dan pengangkutan bahan timbunan dari suatu tempat galian.
 Melengkapi pekerjaan seperti ditentukan dalam spesifikasi ini.

2.2. STANDAR/RUJUKAN
 American Society for Testing and Materials (ASTM).
 Semua peraturan dan standar lokal yang berlaku.

2.3. PROSEDUR UMUM


2.3.1. Penggalian
2.3.1.1. Penggalian harus dikerjakan sesuai garis dan kedalaman seperti
ditunjukan dalam Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Konsultan
pengawas. Lebar galian harus dibuat cukup lebar untuk memberikan
ruang gerak dalam pelaksanaan pekerjaan.
2.3.1.2. Elevasi yang tercantum dalam Gambar Kerja merupakan perkiraan saja
dan Konsultan pengawas dapat menginstruksikan perubahan-perubahan
bila dianggap perlu.
2.3.1.3. Setiap kali pekerjaan galian selesai, Kontraktor wajib melaporkannya
kepada Konsultan pengawas untuk diperiksa sebelum melaksanakan
pekerjaan berikutnya.
2.3.1.4. Semua lapisan keras atau permukaan keras lainnya yang digali harus
bebas dari bahan lepas, bersih dan dipotong mendatar atau miring sesuai
Gambar Kerja atau sesuai pertunjuk Konsultan pengawas sebelum
menempatkan bahan urugan.
2.3.1.5. Bila bahan yang tidak sesuai terlihat pada elevasi penggalian rencana,
Kontraktor harus melakukan penggalian tambahan sesuai petunjuk
Konsultan pengawas, sampai kedalaman yang memiliki permukaan yang
sesuai.
2.3.1.6. Untuk lapisan lunak, permukaan akhir galian tidak boleh diselesaikan
sebelum pekerjaan berikutnya siap dilaksanakan, sehingga air hujan atau
air permukaan lainnya tidak merusak permukaan galian.
2.3.1.7. Untuk menggali tanah lunak, Kontraktor harus memasang dinding
penahan tanah sementara untuk mencegah longsornya tanah kedalam
lubang galian.
2.3.1.8. Kontraktor harus melindungi galian dari genangan air atau air hujan
dengan menyediakan saluran pengeringan sementara atau pompa.
2.3.1.9. Galian di bawah elevasi rencana karena kesalahan dan kelalaian
Kontraktor harus diperbaiki sesuai petunjuk Konsultan pengawas tanpa
tambahan biaya dari Pemilik Proyek. Diasumsikan bahwa penggalian
pada lokasi

2.3.2. Urugan dan Timbunan


2.3.2.1. Pekerjaan urugan atau timbunan hanya dapat dimulai bila bahan urugan
dan lokasi pekerjaan urugan/timbunan telah disetujui Konsultan
pengawas.
2.3.2.2. Kontraktor tidak diijinkan melanjutkan pekerjaan pengurugan sebelum
pekerjaan terdahulu disetujui Konsultan pengawas.
2.3.2.3. Bahan galian yang sesuai untuk bahan urugan dan timbunan dapat
disimpan oleh Kontraktor ditempat penumpukan pada lokasi yang
memudahkan pengangkutan selama pekerjaan pengurugan dan
penimbunan berlangsung. Lokasi penumpukan harus disetujui Konsultan
pengawas.
2.3.2.4. Pengurugan pekerjaan beton hanya dapat dilakukan ketika umur beton
minimal 14 hari, dan ketika pekerjaan pasangan berumur minimal 7 hari,
atau setelah mendapat persetujuan dari Konsultan pengawas.

2.3.3. Pemadatan
Kontraktor harus menyediakan peralatan pemadatan yang memadai untuk
memadatkan urugan maupun daerah galian.. Pemadatan dengan menyiram dan
menyemprot tidak diijinkan.
Bila tingkat pemadatan tidak memenuhi, perbaikan harus dilakukan sampai
tercapai nilai pemadatan yang disyaratkan. Bahan yang ditempatkan di atas lapisan
yang tidak dipadatkan dengan baik harus disingkirkan dan harus dipadatkan
kembali sesuai petunjuk Konsultan pengawas.

2.4. BAHAN-BAHAN
Lihat butir 2.5. Pelaksanaan Pekerjaan dari Spesifikasi Teknis ini.

2.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN


2.5.1. Galian
2.5.1.1. Pekerjaan galian dapat dianggap selesai bila dasar galian telah mencapai
elevasi yang ditentukan dalam Gambar Kerja atau telah disetujui Konsultan
pengawas.
2.5.1.2. Semua bahan galian harus dikumpulkan pada tempat tertentu sesuai
petunjuk Konsultan pengawas sehingga bila dibutuhkan dan memenuhi
ketentuan bahan galian tersebut dapat digunakan untuk bahan urugan atau
dibuang sesuai petunjuk Konsultan pengawas.
2.5.1.3. Bila terjadi kelebihan penggalian di luar garis batas dan elevasi yang
ditentukan dalam Gambar Kerja atau petunjuk Konsultan pengawas yang
disebabkan karena kesalahan Kontraktor, kelebihan penggalian tersebut
tidak dapat dibayar dan Kontraktor harus memperbaiki daerah tersebut
sesuai Gambar Kerja atas biaya Kontraktor.
2.5.1.4. Penggalian harus dilakukan dengan cara sedemikian rupa agar tidak
merusak patok-patok pengukuran atau pekerjaan lain yang telah selesai.
Semua kerusakan yang disebabkan karena pekerjaan penggalian menjadi
tanggung-jawab Kontraktor dan harus diperbaiki oleh Kontraktor tanpa
biaya tambahan atau waktu.
2.5.1.5. Kontraktor harus menyingkirkan setiap batuan yang ditemukan pada
daerah elevasi akhir pada kedalaman minimal 15 cm di bawah elevasi akhir
rencana. Batuan dapat berupa batu atau serpihan keras dalam batuan dasar
asli, dan batu besar dengan volume lebih dari 0.5 cm3 atau berukuran lebih
besar dari 1 meter, yang harus disingkirkan dengan alat khusus dan/atau
diledakkan.

2.5.2. Urugan dan Timbunan


2.5.2.1. Bahan Urugan
 Bahan urugan harus bebas dari bahan organik, gumpalan besar, kayu,
bahan-bahan lain yang menggangu dan butiran batu lebih besar dari 10
cm dan memiliki gradasi sedemikian rupa agar pemadatan berjalan
lancar.
 Bila menurut pendapat Konsultan pengawas, suatu bahan tidak dapat
diperoleh, penggunaan batu-batuan atau kerikil yang dicampur dengan
tanah dapat diijinkan, dalam hal ini, bahan yang lebih besar dari 15 cm
dan lebih kecil dari 5 cm tidak diijinkan digunakan, dan persentase pasir
harus berjumlah cukup untuk mengisi celah dan membentuk kepadatan
tanah yang seragam dengan nilai kepadatan yang sesuai.
 Semua bahan galian kecuali tanah tidak diijinkan digunakan sebagai
bahan urugan kecuali disetujui oleh Konsultan pengawas seperti
disebutkan dalam butir 2.5.1.2. dari Spesifikasi Teknis ini.
 Bahan urugan yang disimpan didekat tempat kerja untuk waktu lebih
dari 12 jam harus dilindungi dengan lembaran plastik agar tidak terjadi
penyimpangan pada bahan urugan yang disetujui tersebut.
 Setiap lapisan bahan urugan, bila kering, harus dibasahi merata sampai
tercapai kadar air tertentu untuk mendapatkan kepadatan yang
diisyaratkan.
2.5.2.2. Persiapan
Sebelum penempatan bahan urugan, pekerjaan-pekerjaan berikut harus
sudah dikerjakan sebelumnya:
 Pembersihan lokasi dan/atau penggalian sesuai petunjuk Gambar kerja
dan Spesifikasi Teknis.
 Kontraktor harus memberitahu Konsultan pengawas sebelum memulai
penempatan bahan urugan dan Konsultan pengawas akan memeriksa
kondisi lokasi yang telah disiapkan untuk maksud tersebut.
 Lokasi yang akan diberi bahan urugan/timbunan harus dikeringkan
dahulu dari genangan air menggunakan pompa atau alat lain yang
disetujui Konsultan pengawas.
2.5.2.3. Penempatan Bahan Urugan
 Bahan urugan tidak boleh dihampar atau dipadatkan waktu hujan.
 Bahan urugan di dalam atau di luar lokasi timbunan harus ditempatkan
lapis demi lapis dengan ketebalan maksimal 30 cm (keadaan lepas) dan
harus dipadatkan dengan baik.
 Untuk timbunan di luar lokasi timbunan, urugan harus dipadatkan
sampai kepadatan yang sebanding dengan daerah sekitarnya atau sesuai
dengan ketentuan dalam butir 2.5.3. dari Spesifikasi Teknis ini.
 Untuk timbunan di dalam lokasi timbunan, urugan harus dipadatkan
sesuai nilai kepadatan yang ditentukan dalam butir 2.5.3. dari
Spesifikasi Teknis ini.
 Kecuali ketentuan lain dalam Gambar Kerja atau syarat khusus, alat
pemadat tangan tidak diijinkan sebagai pengganti alat pemadat teknis.
 Kontraktor tidak boleh menempatkan lapisan baru bahan urugan
sebelum pemadatan lapisan terdahulu disetujui Konsultan pengawas.
 Pengurugan tidak boleh dikerjakan tanpa persetujuan dari Konsultan
pengawas.

2.5.3. Pemadatan
2.5.3.1. Umum
 Jika diperlukan, setiap lapisan sebelum dipadatkan harus memiliki
kadar air yang sesuai dengan ketentuan agar dihasilkan pemadatan
dengan nilai kepadatan yang sesuai.
Bahan harus memiliki kadar air yang seragam pada seluruh lapisan
bahan yang akan dipadatkan. Setiap lapisan harus dipadatkan dengan
merata menggunakan stemper.
 Pemadatan dilakukan pada arah memanjang sepanjang timbunan dan
biasanya dimulai dari sisi terluar dan menuju ke arah tengah dengan
cara sedemikian rupa agar setiap bagian menerima tingkat pemadatan
yang sama.

2.5.4. Pembuangan Bahan Galian


Semua bahan galian yang memenuhi persyaratan harus digunakan untuk urugan.
Bahan yang tidak sesuai untuk pengurugan harus dibuang pada tempat yang
ditentukan.
Pasal 3
PEKERJAAN GALIAN TANAH DAN PONDASI

3.1 PEKERJAAN GALIAN TANAH DAN PONDASI


3.1.1 Pekerjaan galian dan urugan meliputi:
 Galian tanah untuk pondasi dan sloof .
 Galian tanah untukn saluran air hujan
 Urugan tanah kembali lubang pondasi
 Urugan pasir di bawah pondasi
3.1.1 Pengerjaan
3.1.1.1 Kontraktor bertanggungjawab atas tata letak yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan. Sebelum penataan, Kontraktor harus menyerahkan
rencana tata letak untuk mendapat persetujuan Pengawas/Tim teknis. Bench
mark yang bersifat tetap ataupun sementara harus dijaga dari kemungkinan
gangguan atau pemindahan.
3.1.1.2 Selama pelaksanaan pekerjaan tanah ini, Kontraktor harus menempatkan
pengawas ahli yang sudah berpengalaman dalam bidang pekerjaan galian
dan urugan, yang mengetahui semua aspek pekerjaan yang harus
dilaksanakan sesuai kontrak.
3.1.1.3 Semua benda di permukaan seperti pohon, akar, dan tonjolan, serta rintangan
dan lain-lain yang berada di dalam batas daerah pembangunan harus
dibersihkan, kecuali untuk hal-hal tertentu yang tidak mengganggu sesuai
dengan petunjuk Pengawas/Tim Teknis.
3.1.1.4 Galian harus dilakukan sesuai dengan ukuran yang tercantum di dalam
gambar atau BQ dan diperhitungkan dengan ruang kerja secukupnya.
Apabila terjadi galian melebihi kedalaman yang ditentukan, maka
pengurugan kembali harus dilakukan dengan pasangan atau beton tumbuk
tanpa biaya tambahan dari Pembari Tugas.
3.1.1.5 Bila diperlukan untuk mendapat daya dukung tanah yang lebih baik, maka
dasar galian tanah pondasi harus dipadatkan/ditimbris/ditumbuk.
3.1.1.6 Pada bagian-bagian galian yang dianggap dapat longsor, Kontraktor harus
mengadakan tindakan pencegahan dengan memasang papan penahan/turap
atau dengan cara lain.
3.1.1.7 Urugan dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tidak melibihi 20 cm,
dan setiap tanah urugan harus dibersihkan dari tunas tumbuhan dan kotoran
lainnya.

Pasal 4
PEKERJAAN BATU BELAH

4 PEKERJAAN PASANGAN BATU BELAH


4.1 Lingkup Pekerjaan :
 Pembuatan pondasi batu belah
 Pembuatan dinding penahan tanah dan tangga

4.2 Persyaratan Bahan


4.2.1 Semen
Sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam pasal pekerjaan Pembetonan.
4.2.2 Pasir.
Pasir yang digunakan adalah jenis pasir pasang dengan butir-butir yang tajam,
keras, bersih dari tanah dan lumpur dan tidak mengandung bahan organis.
4.2.3 Air.
Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik, basa,
garam dan kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak.
4.2.4 Batu belah
Batu belah yang digunakan harus batu pecah dari jenis yang keras, bersudut
runcing dan tidak porous.

4.3 Persyaratan Pelaksanaan


4.3.1 Dalam pelaksanaan pekerjaan ini. Kontraktor harus memperhatikan detail bentuk
profil, sambungan dan hubungan dengan material lain dan melaksanakan sesuai
dengan yang tercantum dalam gambar kerja.
4.3.2 Sebelum pemasangan, batu belah harus bersih . Pada saat diletakkan, tidak boleh
ada genangan air di atas permukaan batu belah tersebut.
4.3.3 Jenis Adukan perekat/spesi.
4.3.3.1 Adukan biasa adalah campuran 1Pc : 4 Ps. Adukan ini untuk pasangan batu
belah dan batu tempel serta untuk menutup semua permukaan dinding
pasangan bagian bangunan, yang dinyatakan tidak kedap air seperti
tercantum dalam gambar kerja.
4.3.3.2 Spesi adalah untuk menutup semua bagian batu belah baik permukaan pada
bagian tepi/luar supaya kedap terhadap air.
4.3.3.3 Kontraktor harus mengusahakan agar tenggang waktu antara waktu
pencampuran adukan dengan pemasangan tidak melebihi 30 menit,
terutama untuk adukan kedap air.

4.4 Syarat pemasangan batu belah


4.4.1 Pasangan batu belah kosong untuk lantai kerja/aanstamping batu belah dipasang di
bawah pondasi batu belah dengan ukuran sesuai gambar/BQ.
4.4.2 Batu belah untuk pondasi yang digunakan harus dari jenis batu keras dengan rata-
rata berukuran 15-20 cm (batu belah atau batu gunung yang dibelah), jenis yang
dipakai harus bermutu granit, kwarsit, cukup keras, tanpa kulit, tidak berpori, tidak
bercacat alur/cacat lain yang melemahkan.
4.4.3 Batu belah yang digunakan/dipasang dengan posisi elemen-elemen yang tegak,
rapat, padat, dan celah diantara batu belah harus diisi dengan pasir urug sampai
penuh.
4.4.4 Material lain seperti pasir, semen, dan air harus memenuhi persyaratan seperti
disebutkan dalam bab terdahulu.
4.4.5 Adukan yang digunakan adalah campuran 1Pc : 4 Ps atau sesuai gambar/BQ. Aduk
perekat harus betul-betul mengisi rongga antara batu belah dan tidak boleh lebih
tebal dari batunya, rongga yang cukup besar harus diisi dengan batu yang lebih
kecil.
4.4.6 Sebelum pelaksanaan pekerjaan pondasi, harus dibuat bentuk/profil pondasi dari
bambu atau kayu pada setiap ujung dengan ukuran sesuai dengan gambar kerja.
4.4.7 Galian pondasi harus telah disetujui oleh Konsultan Pengawas/Tim teknis. Dasar
galian harus diurug dengan pasir urug setebal 10 cm.
4.4.8 Setiap jarak 50 cm as-as harus dutanam stek diameter 10 mm untuk sloof dan
dinding pasangan yang tercantum dalam gambar kerja. Pada perletakan kolom
beton atau kolom praktis beton harus ditanamkan stek-stek tulangan kolom dengan
diameter dan jumlah besi yang sama dengan tulangan pokok pada kolom beton
tersebut. Stek-stek harus tertanam dengan baik dalam pondasi sedalam minimum
40-d atau sesuai dengan ukuran dalam gambar kerja.

4.5 Pemeliharaan
Selama pasangan batu belah belum di-finish, kontraktor wajib untuk memelihara dan
menjaga atas kerusakan atau pengotoran oleh bahan lain.
Apabila pada saat di-finish terdapat keruksakan, berlubang dan lain sebagainya.
Kontraktor harus memperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh direksi/konsultan
pengawas.
Biaya ini ditanggung oleh kontraktor dan tidak dapat di-klim sebagai pekerjaan tambah.

Pasal 5
PEKERJAAN STRUKTUR BETON

5 PEKERJAAN STRUKTUR BETON


5.1 Pekerjaan beton meliputi semua pekerjaan beton:
 Pembuatan pondasi telapak.
 Pembuatan sloof beton bertulang
 Beton bertulang struktur kolom, balok, pelat

5.2 Material
5.2.1 Besi Beton
 Baja tulangan yang dipakai harus dari baja mutu U 24 polos (BJTP) untuk
sengkang, U 39, U 32 ulir (BJTD) untuk tulangan pokok, kecuali bila
disebutkan lain dalam gambar rencana/kerja.
 Ukuran baja harus sesuai dengan gambar, dan penggantian dengan diameter
lain hanya berdasarkan ijin tertulis dari Tim Teknis. Bila penggantian
disetujui, maka luas penampang yang diperlukan tidak boleh kurang dari
perhitungan atau gambar.
 Besi beton yang digunakan harus diterima dalam keadaan baru, tidak boleh
cacat atau terdapat serpihan, gelembung, lipatan, dan atau tanda-tanda yang
menunjukan kelemahan dari material tersebut, sehingga pada percobaan
lengkung 180 derajat tidak terlihat adanya tanda-tanda seperti getas.
 Besi beton juga harus bebas dari kotoran, lemak, karat lepas atau hal lain yang
dapat mempengaruhi perletakan beton dengan besinya.
 Kawat beton/ikat harus berkwalitas besi lunak yang telah dipijarkan
berdiemater 1 mm.
 Toleransi besi

5.2.2 Semen Portland


 Semen portlad yang digunakan ialah kualitas jenis I menurut SII.13
1977, NI-8, atau ASTM C-150 dan dianjurkan untuk memaki produk
dalam negeri sekualitas Tiga Roda atau merk lain yang diijinkan oleh
Direksi. Dalam satu proyek ini harus memakai merk yang sama.
 Semen harus dilindungi tehadap cuaca dan pengaruh iklim lainnya.
Disimpan pada rapat air dan lantai terangkat, serta tidak boleh
ditumpuk lebih dari sepuluh lapis. Pemakaian semen berdasarkan
urutan pengiriman.
 Kantong-kantong semen yang rusak jahitannya atau dalam keadaan
robek-robek, atau setelah dilakukan penimbngan ternyata
volume/beratnya tidak sesuai dengan yang tercantum dalam kemasan,
tidak diperbolehkan digunakan.
 Semen yang sebagian sudah membantu dalam kantong, sama sekali
tidak boleh digunakan. Semen portlad yang digunakan ialah kualitas
jenis I menurut SII.13 1977, NI-8, atau ASTM C-150 dan dianjurkan
untuk memaki produk dalam negeri sekualitas Tiga Roda atau merk
lain yang diijinkan oleh Direksi. Dalam satu proyek ini harus memakai
merk yang sama.
 Semen harus dilindungi tehadap cuaca dan pengaruh iklim lainnya.
Disimpan pada rapat air dan lantai terangkat, serta tidak boleh
ditumpuk lebih dari sepuluh lapis. Pemakaian semen berdasarkan
urutan pengiriman.
 Kantong-kantong semen yang rusak jahitannya atau dalam keadaan
robek-robek, atau setelah dilakukan penimbngan ternyata
volume/beratnya tidak sesuai dengan yang tercantum dalam kemasan,
tidak diperbolehkan digunakan.
 Semen yang sebagian sudah membatu dalam kantong, sama sekali
tidak boleh digunakan.

5.2.3 Agregat
 Agregat kasar harus berupa kerikil atau batu pecah yang mempunyai
susunan gradasi yang baik, cukup syarat kekerasannya dan padat atau
tidak porous, serta kadar lumpur dari pasir beton tidak boleh melebih
4% berat.
 Dimensi maksium dari agregat kasar tidak lebih dari seperempat
dimensi beton yang terkecil dari bagian konstruksi bersangkutan.
 Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, kasar, tajam, dan bebas
dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung, dan sebagainya.
 Pasir dan kerikil yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat warna,
kekerasan, dan tekanan hancurnya tidak boleh kurang dari tekanan
hancur yang telah mengeras.
 Kontraktor harus hanya menggunakan satu sumber untuk setiap
agregat yang telah disetujui Tim Teknis, untuk menjamin kesamaan
kualitas dan grading semalam masa pelaksanaan.

5.2.4 Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengadung
minyak, asam, garam, alkalis, atau satu dan lain hal sesuai dengan yang
disyaratkan PBI 1971.
5.3 Persyaratan umum pelaksanaan pekerjaan struktur beton
5.3.1 Sebelum melaksanakan pekerjaan beton, pemborong diwajibkan membuat
Shop Drawing untuk mendapat persetujuan dan keputusan dari Direksi.
Sekurang-kurangnya 3 hari sebelum pengecoran pertama pemborong
sudah menyerahkan Mix Design untuk mutu beton K. 225.
5.3.2 Pemborong harus bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang disyaratkan , termasuk kekuatan;
toleransi dan penyelesaiannya. Khusus untuk pekerjaan beton bertulang
yang terletak langsung di atas tanah, harus dibuatkan lantai kerja beton
ringan dengan campuran semen : pasir : koral = 1:3:5. Semua pekerjaan
yang dihasilkan harus mempunyai mutu yang sebanding dengan standar
yang umum berlaku.
Apabila Konsultan Pengawas/Tim Teknis memandang perlu, pemborong
dapat meminta nasihat-nasihat dari tenaga ahli yang ditunjuk Konsultan
Pengawas atas beban pemborong.
5.3.1 Semua pekerjaan tersebut baik untuk pekerjaan awal, kelengkapan yang
diperlukan dan penyelesaiannya, harus dilaksanakan oleh tenaga ahli
berpengalaman yang mengerti benar akan pekerjaan.
5.3.2 Sebelum dimulai pengecoran beton, seluruh cetakan harus dibersihkan
dari kotoran-kotoran serbuk gergaji, potongan kayu, tanah, potongan
kawat ikat, dan lain-lain yang dapat mempengaruhi mutu beton.
Disamping itu, seluruh bidang cetakan harus dibasahi secukupnya serta
perlu diadakan tindakan-tindakan untuk menghindarkan pengumpulan air
pembasahan tersebut pada sisi bawah cetakan.
5.3.3 Keseluruhan pekerjaan terikat kokoh pada tempatnya/dudukannya
maupun bentuknya, sehingga tidak mudah berubah selama pengecoran
berlangsung. Penggetaran dan pengrojokan harus menampilkan hasil
yang sesuai dengan gambar baik bentuk, jumlah, jarak, dan ukurannya.
5.3.4 Adukan dalam keadaan matang baik menurut waktu, jumlah putaran,
bentuk maupun warna.
5.3.5 Beton-beton yang mengeras, kotoran-kotoran pada alat-alat pengaduk
(beton mollen) dan alat-alat pembawa (dolak, ember, roda) harus bersih
dari bahan-bahan yang tidak diinginkan.
5.3.6 Semua pekerjaan pengecoran (struktur, kolom, balok, dinding, plat) harus
diselesaikan sekaligus dalam satu kali pengecoran.
5.3.7 Setiap permukaan beton khusus yang tampak/akan tampak harus dalam
keadaan tanpa cacat berat.
5.3.8 Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi
penguapan cepat.
5.3.9 Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan harus
diperhatikan.
5.3.10 Beton harus dibasahi paling sedikit selama 7 hari berturut-turt setelah
pengecoran.

5.4 Perancah /Bekisting


5.4.1 Acuan harus direncanakan sedemikian rupa, sehingga tidak ada
perubahan bentuk yang nyata dan cukup kuat menampung beban-beban
sementara maupun tetap sesuai dengan jalannya pengecoran beton.
Semua acuan harus diberi penguat datar dan silang sehingga
kemungkinan bergeraknya acuan selama pelaksanaan pekerjaan dapat
dihindarkan , juga harus cukup rapat untuk mencegah kebocoran bagian
cairan dari adukan beton (mortar linkage). Susunan acuan dengan
penunjang-penunjang harus diatur sedemikian rupa sehingga
memungkinkan dilakukan inspeksi dengan mudah oleh Konsultan
Pengawas. Penyusunan acuan harus sedemikian rupa sehingga pada
waktu pembongkarannya tidak menimbulkan kerusakan pada bagian
beton yang bersangkutan.
5.4.2 Penggunaan penyangga, silangan-silangan, kedudukan serta dimensi yang
tepat dari pada acuan harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas
dan merupakan tanggung jawab pemborong (Bambu tidak boleh dipakai).
5.4.3 Pada bagian terendah (dari setiap phase pengecoran) dari acuan kolom
atau dinding harus ada bagian yang mudah dibuka untuk inspeksi dan
pembersihan.
5.4.4 Kayu acuan harus bersih dan dibasahi terlebih dahulu sebelum
pengecoran.
5.4.5 Pada phase ini dilakukan pemasangan pipa-pipa dan perlengkapan-
perlengkapan lain yang harus tertanam di dalam beton, dengan catatan
bahwa pekerjaan inijangan sampai merugikan kekuatan konstruksi
5.4.6 Setelah pekerjaan di atas selesai dan siap untuk pengecoran, harus
diperoleh ijin pelaksana/persetujuan Konsultan Pengawas/KONSULTAN
PENGAWAS untuk dapat melangkah ke pekerjaan selanjutnya.

5.5 Konstruksi Cetakan


5.5.1 Semua cetakan harus betul-betul teliti kuat dan aman pada kedudukannya
sehingga dapat dicegah pengembangan atau lain gerakan selama dan
sesudah pengecoran beton.
5.5.2 Semua cetakan beton harus kokoh
Alat dan usaha-usaha yang sesuai dan cocok untuk membuka cetakan-
cetakan tanpa merusak permukaan dari beton yang telah selesai harus
tersedia.
5.5.3 Penyangga cetakan (steiger) harus bertumpu pada pondasi yang baik dan
kuat sehingga tidak akan ada kemungkinan penurunan cetakan selama
pelaksanaan.
5.6 Waktu dan Cara-cara Pembukaan Cetakan
5.6.1 Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus diikuti
petunjuk Konsultan Pengawas.
Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan hati-hati untuk menghindarkan
kerusakan pada beton.
Beton yang masih muda/lunak tidak diijinkan untuk dibebani. Segera
sesudah cetakan-cetakan dibuka, permukaan beton harus diperiksa
dengan teliti dan permukaan-permukaan yang tidak beraturan harus
segera diperbaiki sampai disetujui Konsultan Pengawas.
5.6.2 Umumnya, diperlukan waktu minimum dua hari sebelum cetakan-cetakan
dibuka untuk dinding yang tidak bermuatan dan cetakan-cetakan samping
lainnya, tujuh hari untuk dinding pemikul dan saluran-saluran, 21 hari
untuk balok-balok, plat lantai, plat atap, tangga dan kolom.

5.7 Penyekat-penyekat air


5.7.1 Penyekat-penyekat air (water stop) dari polyvinyl harus ditempatkan pada
sambungan-sambungan bangunan seperti yang ditunjukan pada gambar-
gambar.
Kontraktor harus menyiapkan semua perekat-perekat air termasuk lem
PVC, semen, pasak, mur-mur dan bahan penyambung lainnya.
5.7.2 Kontraktor harus membuat semua sambungan-sambungan (splices),
penyatuan dengan lengkung-lengkung (joints and bends), pasak-pasak
untuk penyekat air, pertemuan perpotongan-perpotongan yang dibuat
secara khusus sesuai dengan gambar-gambar atau seperti ditunjukan oleh
Konsultan Pengawas.
5.7.3 Semua penyatuan-penyatuan harus diletakkan persis dengan petunjuk-
petunjuk pabrik pembuat dan penggunaan material yang disyahkan oleh
pabrik dan harus dibentuk sedemikian agar menghasilkan sambungan
yang kuat dan kedap air.
5.7.4 Beton boleh di cor hanya waktu Konsultan Pengawas atau wakilnya yang
ditunjuk serta staf Kontraktor yang setara ada di tempat kerja, dan
persiapan betul-betul telah memadai.
5.7.5 Dalam semua hal, beton yang akan di cor harus diusahakan agar
pengangkutan ketempat posisi terakhir sependek mungkin, sehingga pada
waktu pengecoran tidak mengakibatkan pemisahan antara krikil dan
spasinya.

5.8 Pekerjaan Sparing


5.8.1 Bahan-bahan material sparing, letak-letak dan posisi sparing harus sesuai
dengan gambar kerja dan tidak boleh mengurangi kekuatan struktur.
5.8.2 Tempat-tempat dari sparing dilaksanakan, bila tidak ada dalam gambar,
maka Kontraktor harus mengusulkan dan minta persetujuan dari
Konsultan Pengawas.
5.8.3 Bilamana sparing (pipa. dll) berpotongan dengan baja tulangan, maka
baja tulangan tersebut tidak boleh ditekuk atau dipinfahkan tanpa
persetujuan dari Konsultan Pengawas.
5.8.4 Semua sparing-sparing (pipa) harus dipasang sebelum pengecoran dan
harus diperkuat sehingga tidak akan bergeser pada saat pengecoran beton.
5.8.5 Sparing-sparing harus dilindungi sehingga tidak akan terisi beton waktu
pengecoran.

5.9 Pengangkutan Beton


Cara dan alat-alat yang digunakan untuk penganguktan beton harus sedemikian
rupa sehingga beton dengan komposisi dengan kekentalan yang diinginkan dapat
dibawa ke tempat pekerjaan, tanpa adanya pemisahan dan kehilangan bahan bahan
yang menyebabkan perubahan nilai slump.

5.10 Pengecoran
5.10.1 Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, ukuran dan
letak baja tulangan beton sesuai dengan gambar pelaksanaan,
pemasangan sparing-sparing instalasi, penyokong, pengikat dan lain-
lainnya selesai dikerjakan. Sebelum pengecoran dimulai permukaan-
permukaan yang berhubungandengan pengecoran harus sudah disetujui
oleh Konsultan Pengawas/Tim Teknis.
5.10.2 Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan pada tempat
pengecoran beton (cetakan) harus bersih dari air yang tergenang,
reruntuhan atau bahan lapas. Permukaan bekisting dengan bahan-bahan
yang menyerap pada tempat-tempat yang akan dicor, harus dibasahi
dengan merta sehingga kelembaban/air dari beton yang baru dicor tidak
akan diserap.
5.10.3 Permukaan-permukaan beton yang telah dicor lebih dahulu, dimana akan
dicor beton baru, harus bersih dan lembab ketika dicor dengan beton
baru. Pada sambungan pengecoran ini harus dipakai perekat beton yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas. Pembersihan harus berupa
pembuangan semua kotoran, pembuangan beton-beton yang mengelupas
atau rusak, atau bahan-bahan asing yang menutupinya. Semua genangan
air harus dibuang dari permukaan beton lama tersebut sebelum beton baru
dicor.
5.10.4 Perlu diperhatikan letak/jarak/sudut untuk setiap penghentian pengecoran
yang akan masih berlanjut, terhadap sistem struktur/ penulangan yang
ada.
5.10.5 Beton boleh dicor hanya waktu Konsultan Pengawas atau Tim Teknis
yang ditunjuk serta staf Kontraktor yang setara ada di tempat kerja, dan
persiapan betul-betul telah memadai.
5.10.6 Dalam semua hal, beton yang akan dicor harus diusahkan agar dalam
pengangkutan ke tempat posisi terakhir sependek mungkin, sehingga
pada waktu pengecoran tidak mengakibatkan pemisahan antara kerikil
dan spesinya. Pemisahan yang berlebihan dari agregat kasar dalam beton
yang disebabkan jatuh bebas dari tempat yang cukup tinggi, atau sudut
yang terlalu besar atau bertumpuk dengan baja-baja tulangan tidak
diijinkan. Kalau diperkirakan pemisahan yang demikian itu mungkin
akan terjadi Kontraktor harus mempersiapkan tremie atau alat lain yang
cocok untuk mengontrol jatuhnya beton.
5.10.7 Pengecoran beton tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari 2 meter, semua
penuangan beton harus selalu lapis-perlapis horizontal dan tebalnya tidak
lebih dari 50 cm. Konsultan Pengawas mempunyai hak untuk mengurangi
tebal tersebut apabila pengecoran dengan tebal lapisan 50 cm tidak dapat
memenuhi spesifikasi ini.
5.10.8 Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras atau lama
sedemikian rupa sehingga spesi/mortar terpisah dari agregat kasar.
Selama hujan, air semen atau spesi tidak boleh dihamparkan pada
construksion joint dan air semen atau spesi yang hanyut terhampar harus
dituang sebelum pekerjaan dilanjutkan.
5.10.9 Ember-ember/gerobak dorong beton yang dipakai harus sanggup
menuang dengan tepat dalam slump yang rendah dan memenuhi syarat-
syarat campuran. Mekanisme penuangan harus dibuat dengan kapasitas
minimal 50 liter. Juga harus tersedia peralatan lainnya untuk mendukung
lancarnya pengecoran dimana diperlukan terutama bagi lokasi-lokasi
yang terbatas.
5.10.10 Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai sepadat mungkin, sehingga
bebas dari kantong-kantong kerikil dan menutup rapat-rapat semua
permukaan dari cetakan dan material yang diletakan.
5.11 Waktu dan Cara-cara Pembukaan Cetakan
5.11.1 Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus mengikuti
petunjuk Konsultan Pengawas. Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan
hati-hati untuk meghindarkan kerusakan pada beton. Beton yang masih
muda/lunak tidak dijinkan untuk dibebani.
5.11.2 Segera sesudah cetakan-cetakan dibuka, permukaan beton harus diperiksa
dengan teliti dan permukaan-permukaan yang tidak beraturan harus
segera diperbaiki sampai disetujui Konsultan Pengawas.
5.11.3 Umumnya diperlukan waktu minimum dua hari sebelum cetakan-cetakan
dibuka untuk dinding-dinding yang tidak bermuatan dan cetakan-cetakan
samping lainnya, tujuh hari untuk dinding-dinding pemikul dan saluran-
saluran, 21 hari untuk balok-balok, plat lantai, pat atap, tangga dan
kolom.
5.12 Perawatan (Curing)
5.12.1 Semua beton harus dirawat (cured) dengan air seperti ditentukan di
bawah ini atau disemprot. Konsultan Pengawas berhak menentukan cara
perawatan bagaimana yang harus digunakan bada bagian-bagian
pekerjaan.
5.12.2 Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar matahari
yang langsung minimal selama 3 hari sesudah pengecoran. Perlindungan
semacam itu dilakukan dengan menutupi permukaan beton dengan deklit
atau karung bekas yang dibasahi dan harus dilaksanakan segera setelah
pengecoran dilaksanakan.
5.12.3 Perawatan beton setelah tiga hari. Yaitu dengan melakukan
penggenangan dengan air pada permukaan beton paling sedikit selama 14
hari terus menerus. Perawatan semacam ini bisa dilakukan dengan
penyiraman secara mekanis arau dengan pipa yang berlubang-lubang atau
dengan cara lain yang disetujui Konsultan Pengawas, sehingga selama
masa tersebut permukaan beton selalu daklam keadaan basah. Air yang
digunakan dalam perawatan harus memenuhi persyaratan spesifikasi air
untuk campuran beton.

5.13 Perlindungan (Protection)


Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan-kerusakan sebelum
penerimaan terakhir oleh Konsultan Pengawas.
5.14 Perbaikan Permukaan Beton
5.14.1 Jika sesudah pembukaan cetakan ada permukaan beton yang tidak sesuai
dengan yang direncanakan, atau tidak tercetak menurut gambar atau
diluar garis permukaan atau ternyata ada permukaan yang rusak maka hal
itu dianggap sebagai tidak sesuai dengan spesifikasi ini dan harus
dibuang dan diganti oleh Kontraktor atas bebannya sendiri, kecuali bila
Konsultan Pengawas memberikan ijinya untuk menambal tempat yang
rusak, dalam hal mana penambalan harus dikerjakan seperti yang telah
tercantum dalam pasal-pasal tersebut.
5.14.2 Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang
terdiri dari sarang kerikil, kerusakan-kerusakan karena cetakan, lobang-
lobang karena keropos, ketidakrataan dan bengkak yang harus dibuang
dengan pematahan atau dengan batu gerinda. Sarang kerikil dan beton
lainnya harus dipahat, lobang-lobang pahatan harus diberi pinggiran yang
tajam dan dicor edemikian dan sehingga pengisian akan terikat (terkunci)
ditempatnya. Semua lubang harus terus menerus dibasahi selama 24 jam
sebelum dicor dan seterusnya disempurnakan.
5.14.3 Jika menurut pendapat Konsultan Pengawas, hal-hal yang tidak sempurna
pada bagian bangunan yang akan terlihat, maka jika dengan penambalan
saja akan menghasilkan sebidang dinding yang tidak akan memuaskan
tampaknya, Kontraktor diwajibkan untuk menutupi seluruh dinding (
dengan spesi plesteran 1 pc : 3 ps) dengan ketebalan yang tidak melebihi
1 cm Demikian juga pada dinding yang berbatasan, (yang
bersambungan) sesuai dengan instruksi dari Konsultan Pengawas. Perlu
diperhatikan untuk permukaan yang datar batas toleransi kelurusan
(pencekungan dan pencembungan) bidang tidak boleh melebihi dari
L/1000 untuk semua komponen.
5.15 Penyekat-penyekat Air
5.15.1 Penyekat-penyekat air (water stop) dari polyvinyl harus ditempatkan pada
sambungan-sambungan bangunan seperti yang ditunjukan pada gambar-
gambar. Kontraktor harus menyiapkan semua penyekat-penyekat air
termasuk lem PVC, semen, pasak, mur-mur dan bahan penyambung
lainnya.
5.15.2 Kontraktor harus membuat semua sambungan-sambungan (splices),
penyatuan dan lengkungan-lengkungan (joint and bends), pasak-pasak
untuk penyekat air, pertemuan untuk perpotongan-perpotongan yang
dibuat secara khusus sesuai dengan gambar-gambar atau seperti
ditunjukan oleh Konsultan Pengawas.
5.15.3 Semua penyatuan-penyatuan harus diletakan persis dengan petunjuk-
petunjuk pabrik pembuat dan penggunaan material yang yang disyahkan
oleh pabrik dan harus dibentuk sedemikian agar menghasilkan
sambungan yang kuat dan kedap air.
5.16 Pekerjaan Sparing dan Conduit
5.16.1 Bahan-bahan material sparing, letak-letak dan posisi sparing harus sesuai
dengan gambar kerja dan tidak boleh mengurangi kekuatan struktur.
5.16.2 Letak dari sparing supaya tidak mengurangi kekuatan struktur.
5.16.3 Tempat-tempat dari sparing dilaksanakan sesuai dengan gambar
pelaksanaan dan bila tidak ada dalam gambar, maka Pemborong harus
mengusulkan dan minta persetujuan Konsultan Pengawas/Tim teknis.
5.16.4 Bilamana sparing(pipa, conduit dan lain-lain) berpotongan dengan
tulangan (besi), maka besi tidak boleh ditekuk atau dipindahkan tanpa
persetujuan dari Konsultan Pengawas.
5.16.5 Bilamana sparing-sparing (pipa, conduit) harus dipasang sebelum
pengecoran dapat diperkuat sehingga tidak akan bergeser pada saat
pengecoran beton.
5.16.6 Sparing pipa air hujan dan pipa lainnya serta bagian-bagiannya yang
tertanam dalam ataupun bersinggungan dengan beton harus dibuat dari
bahan yang tidak merusak beton.
5.16.7 Pipa-pipa yang tertanam dalam plat dan balok beton tidak boleh
mempunyai diameter yang lebih besar dari pada 1/3 tebal plat atau balok
tempat pipa dan balok tersebut tertaman.
5.16.8 Pipa-pipa serta bagian-bagiannya yang yang menembus lantai atau balok
penempatannya harus memilih tempat-tempat dimana besar momen 0,
atau sesuai denagn petunjuk Konsultan Pengawas/KONSULTAN
PENGAWAS.
5.16.9 Sparing-sparing dan pipa-pipa harus dilindungi sehingga tidak akan terisi
beton waktu pengecoran.

5.17 Kualitas dan Pengujian Beton


5.17.1 Kecuali yang ditentukan lain dalam gambar, kualitas beton adalah K.225
untuk struktur utama, K.175 untuk struktur praktis dengan didahului mix
design . Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan-
ketentuan yang terdapat dalam P.B.I 1971.
5.17.2 Pemborong harus memberikan jaminan atas kemampuan membuat
kualitas beton ini dengan memperhatikan data-data pelaksanaan dilain
tempat atau dengan mengadakan trial-mixed di laboratorium yang
ditunjuk.
5.17.3 Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji misalnya berbentuk
kubus menurut ketentuan-ketentuan yang disebut dalam pasal 4.7. dan
4.9. dari P.B.I 1971, mengingat bahwa W/C faktor yang sesuai di sini
adalah sekitar 0,52 - 0,55 maka pemasukan adukan kedalam cetakan
benda uji dilakukan menurut pasal 4.9. ayat 3 P.B.I tanpa menggunakan
penggetar. Pada masa-masa percobaan pendahuluan harus dibuat 1 benda
uji tiap 5 m3 beton. Pengambilan benda uji harus dengan periode antara
yang disesuaikan dengan kecepatan pembetonan.
5.17.4 Pemborong harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton
yang dibuat dengan disahkan oleh Konsultan Pengawas/KONSULTAN
PENGAWAS dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan nilai
karakteristiknya. Laporan tertulis tersebut harus disertai sertifikat dari
laboratorium harus dengan persetujuan Konsultan
Pengawas/KONSULTAN PENGAWAS.
5.17.5 Selama Pelaksanaan pembetonan harus ada pengujian slump, minimum 7
cm dan maximum 12 cm. Untuk pengujian slum sesuai dengan kaidah
yang berlaku.

5.17.6 Seluruh pekerjaan beton, baik dalam pembuatanmix design maupun pada
pekerjaan fisiknya, campuran beton harus berdasarkan perbandingan
berat, satu dan lain hal harus memenuhi prosedur dalam P.B.i 1971.
5.17.7 Perawatan kubus percobaan tersebut adalah dalam pasir basah tapi tidak
tergenang air , selama 7 (tujuh) hari berturut-turut dan selanjutnya dalam
udara terbuka. Satu dan lain hal harus memenuhi prosedur perawatan
khusus berdasarkan PBI 71 pasal 4.9 seluruh ayat.
5.17.8 Jika dianggap perlu, maka digunakan juga pembuatan kubus percobaan
untuk umur 7 (tujuh) hari dengan ketentuan bahwa hasilnya tidak boleh
kurang dari 65% kekuatan yang diminta pada 28 hari. Jika hasil kuat
tekan benda-benda uji tidak memebrikan angka kekuatan yang diminta,
maka harus dilakukan pengujian beton setempat dengan cara-cara seperti
halnya ditetapkan dalam PBI 71 dengan tidak menambah biaya bagi
pemberi tugas.
5.18 Finishing Beton
5.18.1 Permukaan beton semi expose
Acuan yang dipakai harus cukup tebal dan kaku, dapat berupa plywood
berlapis film, baja atau bahan-bahan lain yang harus mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas.

Apabila dipergunakan bahan kayu, maka kayu acuan untuk permukaan


beton exposed ini tidak boleh dipergunakan kebih dari 3 (tiga) kali.
Acuan yang dipakai harus cukup tebal dan kaku, dapat berupa plywood
berlapis film, baja atau bahan-bahan lain yang harus mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas.

5.18.2 Permukaan beton biasa


Bahan acuan dapat dari kayu atau bahan-bahan lain yang harus mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas.
Apabila dipergunakan bahan kayu, harus setara dengan kayu meranti dan
tidak boleh dipergunakan lebih dari 3 (tiga) kali.

5.19 Beton Ready Mixed


5.19.1 Bila dipakai beton ready-mix maka proses pabrik, pengukuran, campuran
harus sesuai dengan ACI-304 dan ASTM C-94.
5.19.2 Campuran beton harus direncanakan oleh supplier beton dan dikontrol
oleh pemborong dan Pengawas/KONSULTAN PENGAWAS.

Sehingga didapatkan mutu beton K. 225 terpasang atau ditentukan lain


dalam gambar.
5.19.3 Setiap tahapan pengecoran harus dibuat kubus beton dengan jumlah
sesuai dengan pasal 5.c.PBI.971.
5.19.4 Pengujian slump beton sampai diproyek minimum 7 cm dengan cara
pengujian slump seperti pada pasal 5.e PBI 1971.
5.19.5 Pemilihan supplier beton ready mix harus dengan persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas, dan tanggung jawab mutu beton tetap pada
Pemborong
5.19.6 Pengadukan tidak boleh lebih dari 2 jam sejak keluar dari batching plant
dan mesin pengaduk harus jalan terus.

5.20 Selimut Beton


5.20.1 Penempatan besi beton di dalam cetakan tidak boleh menyinggung
dinding atau dasar cetakan, serta harus mempunyai jarak tetap untuk
setiap bagian-bagian konstruksi.
5.20.2 Apabila tidak ditentukan di dalam gambar rencana, maka tebal selimut
beton untuk satu sisi pada masing-masing konstruksi adalah sebagai
berikut :
 Kepala tiang (poer), untuk sisi bawah 15 cm untuk sisi lainnya 8 cm
 Balok sloof = 4 cm
 Kolom = 4 cm
 Balok = 3 cm
 Pelat beton = 1,50 cm
 Dinding beton = 2,50 cm

5.21 Sambungan Baja Tulangan


5.21.1 Jika diperlukan untuk menyambung tulangan pada tempat-tempat lain
dari yang ditunjukan pada gambar-gambar, bentuk dari sambungan harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
5.21.2 Overlapp pada sambungan-sambungan tulangan harus minimal 40 kali
diameter batang, kecuali jika telah ditetapkan secara pasti di dalam
gambar rencana dan harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.

5.22 Suhu
5.22.1 Suhu beton sewaktu dituang tidak boleh lebih dari 32 oC dan tidak kurang
dari 45 oC.

5.22.2 Bila suhu dari beton yang dituang berada diantara 27 oC dan 32 oC, beton
harus diaduk ditempat pekerjaan untuk kemudian langsung dicor.
5.22.3 Bila beton dicor pada waktu iklim sedemikian rupa sehingga suhu dari
beton melebihi 32 oC, sebagai yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas,
Kontraktor harus mengambil langkah-langkah efektif, umpanya
mendinginkan agregat, menyampur dengan es dan mengecor pada waktu
malam hari bila perlu, untuk mempertahankan suhu beton, waktu dicor
pada suhu di bawah 32 oC.

Pasal 6

PEKERJAAN SLOOF BETON

6 PEKERJAAN SLOOF BETON


6.1 Lingkup Pekerjaan

Menyediakan tenaga kerja, material, peralatan, layanan dan transportasi yang


dipelukan untuk menyelesaikan semua sloof beton seperti yang tercantum pada
gambar rencana atau yang tersebut dalam spesifikasi teknis pekerjaan struktur
beton bertulang.

6.2 Pemasangan

6.2.1 Bekisting/cetakan harus dipasang dengan kuat dan pada posisi sesuai
dengan gambar pelaksanaan untuk pondasi.
6.2.2 Bawah sloof yang tidak terletak pada tiang/strauss pile harus dibuat
terlebih dahulu lapisan lantai kerja dari rabat beton setebal 5 cm, dan
pasir urug padat setebal 10 cm sesuai gambar pelaksanaan.
6.2.3 Pada balok sloof harus dipasang stek-stek untuk kolom-kolom praktis
yang letaknya sesuai dengan gambar pelaksanaan.
6.2.4 Pelaksanaan pekerjaan beton selengkapnya harus mengikuti uraian bab
terdahulu (persyaratan pekerjaan beton).
6.2.5 Pola dan lokasi harus sesuai dengan gambar pelaksanaan dan detail
yang ada.
6.2.6 Sebelum pengecoran dimulai, tempat-tempat yang akan dicor harus
dibersihkan dulu dari kotoran-kotoran dan material-material yang bisa
mengakibatkan berkurangnya kekuatan beton.

Pasal 7
PEKERJAAN PERLINDUNGAN

PERSYARATAN PELAKSANAAN
Sebelum pelaksanaan, permukaan dari semua bahan/material yang termasuk dalam
pekerjaan harus bersih dan bebas dari debu, minyak, air dan noda maupun kotoran
lainya, peil atau elevasi permukaan tersebut sudah disetujui konsultan pengawas.
Apabila dari bahan/material yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar yang
beracun atau membahayakan kesehatan keselamatan manusia, maka kontraktor harus
menyediakan peralatan pelindung misalnya : masker, sarung tangan dan lain
sebagainya yang harus dipakai pada waktu pelaksanaan pekerjaan.
Selama pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus diawasi oleh Tenaga Ahli/Supervisi
dari pabrik. Biaya untuk hal ini ditanggung oleh kontraktor, tidak daapat di-klim
sebagai pekerjaan tambah. Prosedur pelaksanaan harus sesuai dengan spesifikasi
pabrik.

Pasal 8
PEKERJAAN LAIN-LAIN

8.1 PEKERJAAN LAIN-LAIN


8.1.1. Yang termasuk di dalam pekerjaan ini adalah pemberesan semua bagian-bagian yang
telah diperbaiki, namun dari segi kerapihan maupun kwalitas pekerjaannya masih
dirasakan kurang sempurna, sehingga perlu disempurnakan, sesuai dengan
perintah/petunjuk direksi/pengawas lapangan.
8.1.2. Pembersihan tapak konstruksi dan pada semua pekerjaan yang ternasuk dalam lingkup
Pekerjaan seperti tercantum di Gambar Kerja dan terurai dalam Buku ini semua
barang atau bahan bangunan lainnya yang dinyatakan tidak digunakan lagi setelah
pekerjaan yang menjadi tanggungjawab Kontraktor bersangkutanb selesai
Semua bekas bongkaran bangunan existing dan sbagainya harus dikeluarkan dari
tapak konstruksi.
Selama pembangunan berlangsung, kontraktor harus menjaga keamanan
bahan/material, barang maupun bangunan yang dilaksanakannya sampai tahap serah
terima
8.1.3. Pekerjaan yang tidak termasuk di dalam rencana kerja dan syarat-syarat ini namun
termasuk di dalam BQ maka jenis pekerjaan-pekerjaan tersebut harus dilaksanakan
dan didalam pelaksanaannya harus meminta petunjuk direksi/pengawas lapangan,
misalnya pekerjaan lantai kerja beton.
8.1.4. Volume yang termuat di dalam BQ bukan merupakan volume yang mengikat sehingga
segala kekurangan perhitungan yang berkaitan dengan perbaikan akan menjadi
tanggung jawab kontraktor.
Segala sesuatu yang belum diatur dan disyaratkan di dalam RKS ini akan dijelaskan di
dalam rapat penjelasan pekerjaan. Berita acara rapat penjelasan merupakan bagian dari
persyaratan yang sah dan berlaku mengikat.

Pasal 9

PEKERJAAN SALURAN DRAINASE AIR HUJAN

9 SALURAN DRAINASE AIR HUJAN


9.1Pekerjaan Saluran Drainase Air Hujan
9.1.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan instalasi yang dimaksud meliputi pekerjaan-pekerjaan :
- Saluran drainase air hujan
9.1.2 Persyaratan Bahan
9.1.2.1 Saluran Terbuka
Saluran terbuka dengan pasangan batu bata 1:4
9.1.3 Persyaratan Pelaksanaan
9.1.3.1 Kemiringan saluran, harus dibuat sedemikian rupa sehingga air dapat
mengalir dengan sempurna tanpa hambatan
9.1.3.2 Semua sistim aliran pada saluran terlihat pada gambar kerja, dan ketentuan-
ketentuan tertulis pada gambar tersebut harus diikuti
9.1.3.3 Sebelum pelaksanaan dimulai, kontraktor harus sudah mengetahui saluran
induk yang sudah ada di daerah tersebut
9.1.3.4 Galian Tanah
9.1.3.4.1 Dinding galian tanah dibuat dengan kemiringan yang cukup
disesuaikan dengan keadaan kondisi lapangan setempat dalam
hubungan menghindari kemungkinan runtuhnya dinding galian,
terutama pada waktu musim hujan.
9.1.3.4.2 Ukuran dan kedalaman galian menurut gambar-gambar
perencanaan atau menurut Pengawas bilamana ada perubahan-
perubahan.
9.1.3.4.3 Apabila kontraktor melakukan penggalian dengan kedalaman lebih
dari yang ditentukan tanpa petunjuk Konsultan Pengawas, maka
Kontraktor diwajibkan menguruk kembali kelebihan galian
tersebut dengan pasir yang didpatkan atas tanggungan/biaya
kontraktor sendiri, sampai mencapai kedalam yang ditentukan.

Pasal 10
PEKERJAAN PERPIPAAN

10.1 LINGKUP PEKERJAAN


Lingkup pekerjaan ini mencakup semua pengadaan bahan, tenaga kerja, peralatan dan
pemasangan sistem pemipaan yang lengkap seperti ditentukan dan/ atau ditunjukkan dalam
gambar kerja.
Sistem pemipaan ini meliputi pemipaan Bak IPLT, pembuangan air kotor berikut pengujian
seluruh sistem sehingga dapat bekerja dengan baik.
Pekerjaan ini juga meliputi penyambungan ke pipa distribusi seperti ditunjukan dalam
gambar kerja.

10.2 STANDAR RUJUKAN


10.2.1 Standar Industri Indonesia ( SII )
10.2.2 Japanese Industrial Standard ( JIS )
10.2.3 Pedoman Plumbing Indonesia

10.3 PROSEDUR UMUM

10.3.1 Contoh Bahan dan Data Teknis


10.3.1.1 Kontraktor harus menyerahkan contoh dan data teknis/ brosur dari bahan
yang akan dipergunakan untuk mendapatkan persetujuan konsultan
pengawas terlebih dahulu, sebelum mendatangkannya ke lokasi.
10.3.1.2 Semua biaya penyerahan dan pengadaan contoh bahan menjadi tanggung
jawab kontraktor.
10.3.1.3 Bila contoh yang diserahkan berbeda dari yang ditentukan, kontraktor
harus menjelaskan perbedaan tersebut secara tertulis, dengan permohonan
penggantian, bersamaan dengan alasan penggantian, sehingga bila
diterima, tindakan yang sesuai dapat dilakukan untuk penyesuaian. Bila
kontraktor mengabaikan hal ini maka kontraktor tidak dibebaskan dari
tanggung jawab untuk menghasilkan pekerjaan sesuai dengan ketentuan
gambar kerja.

10.3.2 Gambar Detail Pelaksanaan


10.3.2.1 Kontraktor harus meyiapkan dan menyerahkan gambar detail pelaksanaan
pemipaan yang disebutkan disini, atau yang membutuhkan koordinasi
dengan pekerjaan lain.
10.3.2.2 Gambar kerja hanya menunjukan secara garis besar lokasi bahan dan
peralatan. Gambar kerja harus diikuti dengan seksama mungkin. Gambar
struktur dan gambar lainya yang terkait, dan semua elemen yang dipasang
harus diperiksa dimensi dan kebutuhan ruang geraknya sebelum
pemasangan
10.3.2.3 Gambar detail pelaksanaan harus diserahkan kepada konsutan pengawas
sesegera mungkin sebelum pengadaan bahan sehingga diperoleh cukup
waktu untuk memeriksa, dan tidak ada tambahan waktu bagi kontraktor
bila mengabaikan hal ini.
Gambar detail pelaksanaan harus lengkap dan berisi detail-detail yang
diperlukan.
10.3.2.4 Kontraktor harus mendapatkan, atas biayanya, semua ijin yang diperlukan
dan mengatur semua pemeriksaan yang dibutuhkan yang berhubungan
dengan sistem plumbing dan pemipaan lain yang disebutkan disini.

10.3.3 Pengiriman dan Penyimpanan.


10.3.3.1 Setiap bahan pipa (satu panjang utuh), sambungan dan perlengkapan lain
yang digunakan dalam sistem pemipaan harus mempunyai tanda/merek
yang jelas dari pabrik pembuatnya.
10.3.3.2 Semua bahan harus disimpan ditempat yang aman dan terlindung dari
segala jenis keruksakan.

10.3.4 Ketidaksesuaian
10.3.4.1 Kontraktor wajib memeriksa gambar kerja yang ada terhadap kemungkinan
kesalahan/ketidaksesuaian, baik dari segi dimensi, kapasitas, jumlah
maupun pemasangan dan lain-lain.
10.3.4.2 Semua perlengkapan pipa, plumbing dan sambungan yang didatangkan
atau dipasang tanpa tanda/merk harus disingkirkan dan diganti dengan
yang sesuai tanpa tambahan biaya .

10.3.5 Jaminan
Kontraktor harus memberikan kepada pemilik proyek surat jaminan yang
menyatakan bahwa sistem pemipaan telah bekerja dengan baik untuk jangka waktu 1
(satu) tahun sejak tanggal penyerahan terakhir. Selama periode tersebut kontraktor
harus memperbaiki atau mengganti kerusakan dan membayar biaya setiap perbaikan
atau penggantian.

10.4 BAHAN-BAHAN
10.4.1 Umum
Semua bahan, peralatan utama dan peralatan tambahan yang akan dipasang harus
dalam keadaan baru, tidak rusak/cacat dan berkualitas.

10.4.2 Pemipaan Air Bersih


10.4.2.1 Pipa
Digunakan pipa PVC standar.

10.4.2.2 Sambungan Pipa


Sambungan-sambungan pipa seperti socket, elbow, reducer, knee, nipple,
tee dan sebagainya, harus terbuat dari bahan PVC serta berasal dari merk
yang dikenal.

10.4.3 Pemipaan Air Buangan


10.4.3.1 Pipa
Pipa air buangan harus dari pipa PVC standar , seperti merek Pralon atau
Rucika atau yang setara.
Diameter dan panjang pipa PVC yang dibutuhkan sesuai ketentuan
dalam Gambar Kerja.
10.4.3.2 Sambungan Pipa
Sambungan-sambungan pipa seperti elbow, reducer, knee, tee dan
sebagainya, harus terbuat dari bahan dan kelas yang sama dengan pipa
PVC, berkualitas baik dan dari merek yang dikenal.
10.4.3.3 Perekat
Perekat untuk penyambung pipa PVC harus dari merek yang
direkomendasikan oleh pabrik pembuat pipa PVC.

10.4.4 Lubang/Bak Pemeriksaan


Lubang/bak pemeriksa dibuat dari beton cor ditempat dengan ukuran sesuai petunjuk
Gambar Kerja. Bahan beton harus memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis Pekerjaan
Beton.

10.5 PELAKSANAAN PEKERJAAN


10.5.1 Umum
10.5.1.2 Semua tenaga kerja harus ahli dan mampu serta berpengalaman seperti
disetujui Konsultan pengawas.
10.5.1.2 Semua lokasi dan dimensi perlengkapan sistem pemipaan harus sesuai
Gambar Kerja dan petunjuk Konsultan pengawas.
10.5.1.2 Semua bahan, baik yang disebutkan maupun yang tidak disebutkan atau
ditujukan dalam Gambar Kerja, harus disediakan dan dipasang untuk
melengkapi sistem sesuai mutu pemasangan terbaik dan disetujui
Konsultan pengawas.

10.5.2 Pemasangan
10.5.2.1 Semua sistem pemipaan yang dipasang harus tetap bersih, dan bekerja
dengan baik melalui pengujian berkala yang dilakukan Kontraktor sampai
pekerjaan disertakan dan diterima Pemilik Proyek.
10.5.2.2 Semua pipa harus dipasang sesuai koordinat yang ditentukan.
10.5.2.3 Kontraktor bertanggung jawab mengadakan bagian sambungan yang
diperlukan sehingga membentuk pemasangan yang lengkap. Semua
sambungan harus diperiksa dengan teliti untuk mematikan semua bagian
yang harus bagian yang harus disediakan tersebut sudah lengkap.
10.5.2.4 Semua pemipaan yang disambung dan yang akan dihubungkan dengan
peralatan, harus dilengkapi dengan sambungan pipa atau flens yang sesuai
seperti disebutkan dalam Spesifikasi ini.
10.5.2.5 Pipa harus digunakan dalam panjang penuh jika memungkinkan.
10.5.2.6 Perubahan ukuran pipa harus dilengkapi dengan alat sambung reducer atau
increaser.
10.5.2.7 Katup yang disediakan untuk kesempurnaan sistem kontrol harus
ditempatkan pada lokasi yang mudah dicapai dengan ruang gerak yang
cukup untuk bukaan penuh, pembongkaran, penggantian dengan batang
pengoperasian ke arah horizontal atau vertikal.
10.5.2.8 Pipa pembuangan air kotor harus dipasang menurun minimal 1 cm setiap
100 cm panjang pipa, kecuali bila ditentukan lain dalam Gambar Kerja.
Sebelum pipa pembuangan air kotor dipasang, Kontraktor harus memeriksa
dilapangan semua pipa yang akan dipasang untuk memeriksa benar-
tidaknya sistem pemipaan sehingga pipa-pipa tersebut dapat dipasang
sesuai persyaratan.
10.5.2.9 Setiap peralatan harus dilengkapi dengan katup penutup air yang
ditempatkan sesuai Gambar Kerja, sehingga setiap peralatan dapat
diperiksa secara terpisah tanpa mengganggu peralatan lainnya.
10.5.2.10 Pekerjaan pemipaan yang dibutuhkan penggalian dan pengurugan harus
dilaksanakan sesuai ketentuan dalam Spesifikasi Teknis Pekerjaan Galian
dan Urugan .
10.5.2.11

10.5.3 Penumpu dan Alat Pengencang


10.5.3.1 Semua pipa, sambungan dan peralatan harus ditumpu dan diikat dengan
kuat dan aman.
10.5.3.2 Penumpu pipa harus dipasang sedemikian rupa sehingga arah dan
kemiringan pipa tetap terjaga dan cukup kuat memegang pipa dan
pemuaianyang disebabkan karena perubahan panas.

10.5.4 Roughing-In
10.5.4.1 Roughing-in untuk pipa dan sambungan harus dilakukan sepanjang
konstruksi, dan harus dikoordinasikan antara Konsultan pengawas dan
Kontraktor.
10.5.4.2 Lokasi bukaan dengan ukuran yang tepat untuk lewatnya pipa harus
disediakan bila diperlukan. Lokasi sesuai ketentuan Gambar Jerja, dan
koordinasi posisi terakhir harus dibicarakan dengan Konsultan pengawas.
10.5.4.3 Semua bahan seperti pengikat saluran dan perlengkapan lainnya yang
ditanam dalam beton harus bersih dari segala jenis karat, kerak dan cat.

10.5.5 Pembersihan dan Penyesuaian


10.5.5.1 Selama pelaksanaan, Kontraktor harus menutup semua saluran/pipa, untuk
mencegah masuknya pasir, kotoran dan lainnya. Setelah selesai
pemasangan setiap sistem pemipaan harus dihembus langsung dengan
udara selama mungkin untuk memebersihkan seluruh sistem pemipaan.
10.5.5.1 Setelah seluruh sistem terpasang lengkap, Kontraktor harus menjalankan
peralatan pada kondisi normal untuk membuat semua penyesuaian penting
menyeimbangkan katup, kontrol tekanaan otomatis dan lainnya, sampai
semua persyaratan tercapai.

10.5.6 Pengujian Sistem Saluran Pembuangan


10.5.6.1 Seluruh sistem saluran pembuangan dan sistem pembuangan udara harus
dilengkapi lubang-lubang yang ditutup dengan rapat sehingga seluruh
sistem dapat diisi dengan air sampai elevasi tertinggi batang saluran
pembuangan udara yang ada diatas atap.
10.5.6.2 Sistem ini harus menahan air tersebut selama 30 menit dan dalam waktu
tersebut ketinggian air tidak berubah.
10.5.7 Pengujian Sistem Bertekanan
10.5.7.1 Setelah selesai memasang dan roughing – in, seluruh sistem pemipaan
harus diuji pada tekanan hidrostatis 1.5 (satu setengah) kali tekanan kerja
nominal.
10.5.7.2 Bila suatu bagian sistem pemipaan akan ditutup sebelum seluruh
pemasangan selesai, bagian tersebut harus diuji terpisah pada tekanan yang
sama dengan tekanan yang digunakan untuk seluruh sistem dan disaksikan
oleh Konsultan pengawas.

Pasal 11
PEKERJAAN SANITASI (INSTALASI AIR BERSIH)

11.1 PEKERJAAN SANITASI


11.1.1 Umum
Syarat-syarat teknis pekerjaan sanitasi yang diuraikan disini adalah persyaratan yang
harus dilaksanakan oleh kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun
pengadaan material dan peralatan.

11.1.2 Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan yang dimaksud meliputi pekerjaan-pekerjaan di dalam dan diluar
bangunan sebagai salah satu sistem keseluruhan maupun bagian-bagiannya, seperti
tertera dalam gambar maupun yang dispesifikasikan.
Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah:
11.2 INSTALASI AIR
11.2.1 Instalasi Air Bersih
Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pemipaan didalam dan di luar
bangunan, lengkap berikut sistem pemompaan sesuai dengan gambar rencana dan
spesifikasi teknisnya.

Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dalam menangani instalasi plumbing


serta peralatan-peralatannya.

Pembersihan pipa (flushing) dengan menggunakan aliran air yang bertekanan oleh
pompa yang disediakan oleh kontraktor.

Pengujian terhadap kebocoran pipa-pipa dengan tekanan hidrolis secara parsial dan
untuk seluruh sistem pemipaan serta mengadakan pengamatan sampai sistem bekerja
dengan baik dan aman.

11.3 PEKERJAAN PEMASANGAN INSTALASI AIR


11.3.1 Instalasi Air Bersih
11.3.1.1 Pipa
Pipa dengan diameter 3/4” s/d 4” baik pipa utama maupun cabang,
termasuk yang menuju fixtures menggunakan pipa PVC
11.4.1.2 Penanaman Pipa di Dalam Tanah
 Dasar dari lubang parit harus diratakan dan dipadatkan.
 Diberi pasir urug setebal 10 cm
 Pada setiap sambungan pipa harus dibuat lubang galian yang
dalamnya Sesuai kondisi lapangan untuk penempatan sambungan
pipa.
 Pengadaan testing terhadap tekanan dan kebocoran.
 Setelah hasilnya baik, ditimbun kembali dengan pasir urug setebal 15
cm dihitung dari atas pipa.
 Di sekitar fitting dari pipa harus dipasang balok/penguat dari beton
agar fitting-fitting tidak bergerak jika beban tekanan diberikan.
 Kemudian diurug dengan tanah bekas galian sampai seperti keadaan
semula.

11.4.2 Instalasi Air Kotor


11.4.2.1 Material
Pipa di dalam bangunan
Pipa dengan ukuran 3/4“ – 6 “ baik pipa utama maupun pipa cabang
menggunakan PVC setara RUCIKA atau WAVIN

Pipa di luar bangunan


Dari ujung pipa di bagian dalam bangunan menuju ke saluran drainase
menggunakan pipa PVC setara RUCIKA atau WAVIN.

Asesories
 Fitting dari pipa PVC harus dari bahan yang sama dibuat dengan cara
injection moulding.
 Floor drain dan clean out dari stanless steel.
 Saringan air hujan / roof drain terbuat dari besi tuang atau fiber glass,
yang mempunyai bentuk badan cembung yang berfungsi sebagai
sediment bowl.

11.5. PENGUJIAN PADA AIR BERSIH DAN AIR KOTOR


11.5.1 Pengujian terhadap tekanan dan kebocoran
 Setelah semua pipa dan perlengkapannya terpasang, harus diuji dengan tekanan
hydrolik sebesar 15 kg/cm2 selama 24 jam tanpa terjadi perubahan/penurunan
tekanan.
 Peralatan pengujian ini harus disediakan oleh kontraktor.
 Pengujian harus disaksikan oleh direksi/pengawas atau yang dikuasakan untuk
itu.
 Apabila terjadi kegagalan dalam pengujian kontraktor harus memperbaiki bagian-
bagian yang rusak dan melakukan pengujian kembali sampai berhasil dengan
baik.
 Dalam hal ini semua biaya ditanggung oleh kontraktor, termasuk biaya
pemakaian air dan listrik.
11.5.2 Pengujian sistem kerja (Trial Run)
Setelah semua instalasi air bersih lengkap, termasuk penyambungan ke pipa
distribusi, kontraktor diharuskan melakukan pengujian terhadap sistem kerja (trial
run) dari seluruh instalasi air bersih, yang disaksikan oleh direksi/pengawas atau
yang ditunjuk untuk itu sampai sistem bisa bekerja dengan baik.
11.5.3 Pengujian instalasi air kotor
 Seluruh sistem air kotor/buangan harus diuji terhadap kebocoran sebelum
disambung ke peralatan.
 Pengujian dilakukan dengan tekanan air setelah ujung pipa keperalatan ditutup
rapat. Untuk pemipaan air kotor, bekas dan air hujan, pengujian dilakukan
sebelum pemipaan disambungkan ke peralatan sanitasi, dengan jalan mengisi
pemipaan dengan air.pemeriksaan dilakukan setelah 24 jam kemudian dan harus
tidak terjadi pengurangan.
 Peralatan dan bahan untuk pengujian disediakan oleh kontraktor.
 Kontraktor harus memperbaiki segala cacat dan kekurangan-kekurangan.
 Direksi/pengawas berhak meminta pengulangan pengujian bila hal ini dianggap
perlu.
 Dalam hal pengujian yang tidak dilakukan dengan baik atau kurang
memuaskan, maka biaya pengujian/pengulangan pengujian adalah termasuk
tanggung jawab kontraktor.
 Peralatan toilet dapat dipasang setelah hasil pengujian dinyatakan baik oleh
direksi/pengawas.
11.6 LAIN LAIN
Termasuk didalam pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kontraktor adalah pembobokan
dinding , selokan, penggalian dan pengangkutan tanah hasil galian dan lain-lainya yang
ditemui di site, serta memperbaiki kembali seperti semula.

3. PEKERJAAN ARSITEKTUR

Pasal 1
PEKERJAAN ADUKAN DAN CAMPURAN

1.1 PEKERJAAN ADUKAN DAN CAMPURAN


1.1.1 Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan yang dimaksud meliputi :


 Pekerjaan adukan untuk pasangan batu bata
 Pekerjaan adukan untuk pasangan batu belah
 Pekerjaan lain seperti tercantum dalam gambar kerja.

1.1.2 Standar / Rujukan


1.1.2.1 Standar Industri Indonesia ( SII )
1.1.2.2 Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI)

1.1.3 Persyaratan Bahan

1.1.3.1 Semen
Sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam pasal pekerjaan
Pembetonna.

1.1.3.2 Pasir.
Pasir yang digunakan adalah jenis pasir pasang dengan butir-butir yang tajam,
keras, bersih dari tanah dan lumpur dan tidak mengandung bahan organis.

1.1.3.2 Air.
Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik, basa,
garam dan kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak.

1.1.4 Persyaratan Pelaksanaan

1.1.4.1 Campuran adukan yang dimaksud adalah campuran dalam volume.


1.1.4.2 Jenis Adukan
1.1.4.2.1 Adukan biasa adalah campuran 1Pc : 4 Ps dan. Adukan ini untuk
pasangan batu bata dan batu tempel serta untuk menutup semua
permukaan dinding pasangan bagian bangunan, yang dinyatakan tidak
kedap air seperti tercantum dalam gambar kerja.
1.1.4.2.2 Semua jenis adukan tersebut diatas harus disiapkan sedemikian rupa
sehingga selalu dalam keadaan masih segar dan belum mengering
pada waktu pelaksanaan pemasangan.
1.1.4.2.3 Adukan kedap air adalah campuran 1 Pc : 3 Ps. Adukan plesteran ini
untuk :
Menutup semua permukaan dinding pasangan pada bagian luar/tepi
luar bangunan. Semua bagian dan keseluruhan permukaan dinding
pasangan yang diisyaratkan harus kedap air seperti tercantum dalam
bestek hingga ketinggian 150 Cm dari permukaan lantai.
Semua pasangan bata dibawah permukaan tanah hingga ketinggian
sampai 20 Cm dari permukaan lantai, kecuali ditentukan lain dalam
gambar kerja.

1.1.4.2.4 Kontraktor harus mengusahakan agar tenggang waktu antara waktu


pencampuran adukan dengan pemasangan tidak melebihi 30 menit,
terutama untuk daukan kedap air.

Pasal 2
PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA

2 PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA


2.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
Pembuatan Dinding bata ½ batu dan pekerjaan batu bata lainya seperti tercantum dalam
gambar kerja.

2.2 Persyaratan Bahan


2.2.1 Batu bata
Batu bata yang dipakai adalah batu bata merah dari mutu yang terbaik.
Batu bata yang dipakai harus bebas dari cacat, retak , cat atau adukan, mempunyai
sudut siku dan ukuran yang seragam dan langsung didatangkan dari pabrik atau
penjual.
Sebelum pengadaan bahan ini, kontraktor diwajibkan mengajukan contoh disertai
data teknis dari batu bata yang akan dipakai kepada Direksi/Konsultan Pengawas
untuk mendapat persetujuan.

2.2.2 Semen
Sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam pasal pekerjaan Pembetonna.

2.2.3 Pasir.
Pasir yang digunakan adalah jenis pasir pasang dengan butir-butir yang tajam, keras,
bersih dari tanah dan lumpur dan tidak mengandung bahan organis.

2.2.4 Air.
Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik, basa,
garam dan kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak.

2.3 Persyaratan Pelaksanaan


2.3.1 Dalam pelaksanaan pekerjaan ini. Kontraktor harus memperhatikan detail bentuk
profil, sambungan dan hubungan dengan material lain dan melaksanakan sesuai
dengan yang tercantum dalam gambar kerja.

2.3.2 Sebelum pemasukan, batu bata harus direndam dalam air bersih dalu sehingga jenuh.
Pada saat diletakkan, tidak boleh ada genangan air di atas permukaan batu bata
tersebut.

2.3.3 Jenis Adukan perekat/spesi.


2.3.3.1 Adukan biasa adalah campuran 1Pc : 4 Ps. Adukan ini untuk pasangan batu
bata dan batu tempel serta untuk menutup semua permukaan dinding
pasangan bagian bangunan, yang dinyatakan tidak kedap air seperti
tercantum dalam gambar kerja.

2.3.3.2 Kontraktor harus mengusahakan agar tenggang waktu antara waktu


pencampuran adukan dengan pemasangan tidak melebihi 30 menit, terutama
untuk adukan kedap air.

2.3.4 Untuk pemasangan dinding bata, dilakukan bertahap setiap tahap terdiri maksimum
24 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom dan balok praktis. Persyaratan
pelaksanaan kolom dan balok praktis mengacu pada persyaratn pekerjaan struktur
beton.

2.3.5 Pekerjaan pemasangan bata harus benar benar vertikal dan horizontal. Pengukuran
dilakukan dengan tiang lot dan harus diukur tepat. Untuk permukaan yang datar,
batas toleransi pe-lengkungan atau pencembungan bidang tidak boleh melebihi 5mm
untuk setiap jarak 200Cm vertikal dan horizontal. Jika melebihi, kontraktor harus
membongkar/memperbaiki dan biaya untuk pekerjaan ini ditanggung oleh
kontraktor, tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan tambah.

2.3.6 Pesanganan harus sedemikian rupa sehingga ketebalan aduk perekat/spesi harus
setebal 1 cm. Semua pertemuan horizontal dan vertikal harus terisi dengan baik dan
penuh.

2.3.7 Pelaksanaan pemasangan batu bata harus rapi, sama tebal, lurus, tegak dan pola
ikatan harus terjaga baik diseluruh pekerjaan. Pertemuan sudut antara dua dinding
harus rapi dan siku seperti tercantum dalam gambar kerja.

2.3.8 Semua pasangn bata yang tertanam dalam tanah harus dilapis aduk kasar sampai
setinggi permukaan tanah.

2.3.9 Setelah bata terpasang dengan adukan, siar-siar harus dikerok dengan kedalaman 1
cm dengan rapi dan dibersihkan dengan sapu lidi, kemudian disiram air dan siap
menerima plesteran.

2.3.10 Sebelum diplester, permukaan pasangan bata harus dibasahi dengan air terlebih
dahulu dan siar-siar telah dikerok dan dibersihkan.
2.3.11 Pembuatan lubang pada dinding pasangan bata untuk perancah sama sekali tidak
diperkenankan.

2.3.12 Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi dari 5%. Bata
yang patah lebih dari 2 (dua) bagian tidak boleh digunakan.

2.3.13 Ketebalan jadi ( setelah di finish dengan pelster aci halus ):


Dinding bata ½ batu harus setebal 15 Cm

2.4 Pemeliharaan
Selama pasangan dinding belum di-finish, kontraktor wajib untuk memelihara dan menjaga
atas keruksakan atau pengotoran oleh bahan lain.
Apabila pada saat di-finish terdapat keruksakan, berlubang dan lain sebagainya. Kontraktor
harus memperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh direksi/konsultan pengawas.
Biaya ini ditanggung oleh kontraktor dan tidak dapat di-klim sebagai pekerjaan tambah.

Pasal 3
PEKERJAAN PLESTERAN

3 PEKERJAAN PLESTERAN
3.2 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
 Plesteran aci halus untuk dinding pasangan bata dan permukaan beton.
 Plesteran kedap air.
 Plesteran biasa.
 Plesteran kasar untuk dinding passangan bata yang tertanam dalam tanah.
 Pekerjaan plesteran lainnya seperti terurai dalam gambar kerja.

3.3 Persyaratan Bahan


3.3.1 Semen
Sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam pasal pekerjaan Pembetonna.
3.3.2 Pasir.
Pasir yang digunakan adalah jenis pasir pasang dengan butir-butir yang tajam, keras,
bersih dari tanah dan lumpur dan tidak mengandung bahan organis.
3.3.3 Air.
Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik, basa,
garam dan kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak.

3.4 Persyaratan Pelaksanaan


3.4.1 Campuran adukan yang dimaksud adalah campuran dalam volume.
Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan dinding padangan bata
atau bidang beton telah disetujui secara tertulis oleh direksi/konsultan pengawas.

3.4.2 Jenis Plesteran


3.4.2.1 Adukan plesteran biasa adalah campuran 1Pc : 4 Ps. Adukan ini untuk
pasangan batu bata dan batu tempel serta untuk menutup semua permukaan
dinding pasangan bagian bangunan, yang dinyatakan tidak kedap air
seperti tercantum dalam gambar kerja.

3.4.2.2 Kontraktor harus mengusahakan agar tenggang waktu antara waktu


pencampuran adukan dengan pemasangan tidak melebihi 30 menit,
terutama untuk daukan kedap air.

3.4.2.3 Plesteran halus/aci halus adalah campuran PC dengan air yang dibuat
sedemikian rupa sehingga mendapatkan campuran yang homogen.
Plesteran halus ini merupakan pekerjaan penyelesaian akhir dari dinding
pasangan. Pekerjaan plesteran halus ini dilaksanakan sesudah aduk
plesteran sebagai lapisan dasar berumur 8 (delapan) hari, atau sudah
kering.

3.4.2.4 Untuk permukaan dinding pasangan, sebelum diplester harus dibasahi


terlebih dahulu dan siar-siarnya dikerok sedalam kurang lebih 1 cm.
Sedang untuk permukaan beton yang akan diplester, permukaannya harus
dibersihkan dari sisa bekesting, kemudian dikasarkan(scratched). Semua
bidang dinding yang akan dilapis dengan cat/wallpaper dipakai plesteran
aci halus diatas permukaan plesterannya.
3.4.2.5 Untuk semua bidang dinding yang akan dilapisi dengan cat/wallpaper
dipakai plesteran aci halus diatas permukaan plesterannya.
3.4.2.6 Untuk bidang dinding pasangan yang menggunakan bahan/material akhir
lain, permukaan plesterannya harus diberi aur-alur garis horizontal untuk
memberikan ikatan yang lebih baik terhadap bahan/material yang akan
digunakan tersebut.

3.4.2.7 Untuk setiap pertemuan bahan/material yang berbeda jenisnya pada satu
bidang datar, harus diberi naat/celah dengan ukuran lebar 0,7 cm dalam 0,5
cm.

3.4.2.8 Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkung atau


pencembungan bidang tidak boleh melebihi 5mm, untuk setiap jarak 2
meter. tebal plesteran adalah minimal 1 cm dan maximal 2,5 cm.

3.5 Pemelihaan
3.5.1 Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung dengan
wajar. Hal ini dilaksanakan dengan membasahi permukaan plesteran setiap terlihat
kering dan melindunginya dari terik panas matahari langsung dengan bahan
penutup yang dapat mencegah penguapan air secara cepat. Pembasahan tersebut
adalah selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai. Kontraktor harus selalu
menyiram dengan air sekurang-kurangnya 2 (dua) kali sehari sampai jenuh.
3.5.2 Selama permukaan plesteran belum dilapisi dengan bahan/material akhir.
Kontraktor wajib memelihara dan menjaganya terhadap keruksakan-keruksakan
dan pengotoran dengan biaya ditanggung oleh kontraktor, dan tidaak dapat di-klim
sebagai pekerjaan tambah.
3.5.3 Tidak dibenarkan pekerjaan penyelesaian dengan bahan/material akhir diatas
permukaan plesteran dilakukan sebelum plesteran berumur lebih dari 2 (dua)
minggu cukup kering, bersih dari retak, noda dan cacat lain seperti yang
diisyaratkan tersebut diatas.
3.5.4 Apabila hasil pekerjaan tidak memenuhi semua yang disyaratkan oleh
direksi/konsultan pengawas, maka kontraktor harus membongkar dan memperbaiki
sampai disetujui oleh direksi/konsultan pengawas. Biaya untuk perbaikan tersebut
ditanggung oleh kontraktor dan tidak dapat dijadikan sebagai pekerjaan tambah.

Pasal 4
PEKERJAAN ATAP

4.1 PEKERJAAN RANGKA DAN PENUTUP ATAP GENTENG


4.1.1 Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan rangka atap dengan menggunakan rangka atap baja ringan yang bermutu baik

4.1.2 Material
4.1.2.1 Pekerjaan rangka atap untuk Kuda–kuda menggunakan baja ringan, sesuai dengan
standar yang dipersyaratkan.
4.1.2.2 Penutup atap menggunakan genteng metal polos dengan kualitas yang baik.

4. PEKERJAAN ELEKTRIKAL DAN MEKANIKAL

4.1 Umum
Syarat-syarat Khusus Teknis yang diuraikan disini adalah persyaratan yang harus
dilaksanakan oleh Kontraktor adalah hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan
material dan peralatan untuk seluruh pekerjaan listrik di dalam bangunan yang akan
dikerjakan.

Prinsip Penyediaaan Daya Listrik


a. Sumber daya listrik bagi pekerjaan adalah dengan generator dengan kapasitas out
put 5000 watt
b. Mesin Pompa lumpur dengan kualitas dan mutu baik yang dipakai adalah Total
head max. 18 m, dengan Capacity max 0,3 m3/mnt.
c. Mesin pompa air menggunakan mesin mutu baik dengan daya tekanan air yang
mampu mengisi tangki air dengan ketinggian pada gambar atau sesuai petunjuk
direksi.

4.1.1 Lingkup Pekerjaan


4.1.2 Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya sistem
listrik sebagai suatu sistem keseluruhan maupun bagian-bagiannya, seperti
yang tertera pada gambar-gambar maupun yang dispesifikasikan.
4.1.3 Termasuk pekerjaan ini adalah pengadaan barang/material, instalasi
testing/pengujian, pengesahan terhadap seluruh material berikut
pemasangan/instalasinya.
4.1.4 Ketentuan-ketentuan yang tidak tercantum di dalam gambar maupun di
dalam spesifikasi/syarat-syarat teknis tetapi perlu untuk pelaksanaan
pekerjaan instalasi secara keseluruhan harus juga dumasukan ke dalam
pekerjaan ini.
4.1.5 Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah:
Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material,
peralatan dan perlengkapan sistem listrik sesuai dengan peraturan/standar
yang berlaku seperti yang ditunjuk pada syarat-syarat umum untuk
menunjang bekerjanya sistem/peralatan walaupun tidak tercantum pada
Syarat-syarat khusus Teknis atau gambar dokumen.
4.1.6 Pekerjaan ini meliputi :
4.1.6.1 Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi lengkap dengan
armatur, power receptacle outlet dan alat-alat bantu yang diperlukan.

4.2 Gambar-gambar
4.2.1 Gambar-gambar elektrikal menunjukan secara khusus teknik pekerkaan
listrik yang di dalamnya dircantumkan besaran-besaran listrik dan mekanis
serta spesifikasi tertentu lainnya.
4.2.2 Pengerjaan dan pemasangan peralatan-peralatan harus disesuaikan dengan
kondisi lapangan.
4.2.3 Gambar-gambar arsitektur, struktur, mekanikal elektrikal dan kontrak
lainnya haruslah menjadi referensi untuk koordinasi dalam pekerjaan secara
keseluruhan.
4.2.4 Kontraktor harus menyesuaikan peralatan terhadap perencanaan dan
memeriksanya kembali. Setiap kekurangan/kesalahan perencanaan harus
disampaikan kepada ahli, Konsultan Pengawas atau pihak lain yang
ditunjuk untuk itu.

5. PEKERJAAN SUMUR BOR DAN TOWER AIR

Lingkup Pekerjaan
Pembuatan Sumur Bor dan Pembuatan Bak Penampungan air beserta Asesoris.
Ketentuan Umum
a. Ketentuan umum yang berlaku didalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah :
- P.B.I 1971 (Peraturan Beton Bertulang Indonesia)
- Pedoman Plumbing Indonesia 1979
- Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBI-1984)
- Peraturan Setempat yang berlaku
- Peraturan Tenaga Kerja / Hukum Peraturan yang berlaku
Dan Peraturan Lain yang berhubungan dengan pembangunan yang diakui diindonesia
maupun ketentuan Khusus lain yang mempunyai nilai dan arti teknis yang sudah
dikenal serta standart pelaksanaan yang dikeluarkan oleh industri – industri bahan
bangunan yang dipakai di pekerjaan ini.
b. Uraian dan ketentuan diatas serta gambar-gambarnya digunakan sebagai pedoman dasar
dalam melaksanakan pekerjaan ini.
c. Perusahaan Jasa Kontruksi bersertifikat bidang pemboran air tanah yang ditandai oleh
Surat Izin Usaha Perusahaan Pemboran Air Tanah (SIPPAT).

Peralatan Mesin Bor


Klasifikasi Instalasi mesin bor yang dimiliki Perusahaan dan selayaknya digunakan oleh Rekanan
adalah Instalasi Bor Mesin menggunakan Sistem Berputar (Rotari) atau Tumbuk (Percussion) yang
mampu memberi sumur berdiameter 4-12 Inci pada kedalaman hingga 150 meter, dengan
persyaratan teknik sebagai berikut :
Instalasi Alat Bor : Kualifikasi Instalasi Alat Bor yang harus dipenuhi oleh Perusahaan jasa
Kontruksi Pengeboran Air Tanah sebagai berikut :
- Jenis/tipe mesin yang digunakan type frangklin groondfos.
- Kekuatan mesin penggerak bor dan ”Pompa pembilas sebesar 1 PK atau yang
setara.
- Diameter Pipa Stang bor 2.5 – 3 Inci
- Daya Angkat (Draw Work) Mesin Bor 2000 – 3000 Kg
- Pompa Pern Bilas / 1 Urn pur Bor diutamakan Type Pompa torak ganda
berkapasitas 150-200 liter permenit dengan kemampuan tekan 15-20 Atm atau
pompa type centripugal dengan kapasitas yang sama diatas
- Alat / Drum penampung air pembilas
- Peralatan lainnya sebagai penunjang seperti alat pengukur kedalaman muka air,
alat logging, kompresor untuk jetting dan lain-lain.

Langkah Kerja
Secara umum langkah-langkah yang harus dilakukan pada saat pelaksanaan pemboran air tanah
adalah sebagai berikut :

A. Persiapan
Pekerjaan persiapan meliputi persiapan Lokasi, pembuatan Barak kerja / direksi keet,
mobilisasi peralatan / material. Pembersihan lokasi pembuatan bak lumpur / bentonit dan bak
penampungan serta penentuan Lay Out. Pemasangan peralatan Bor serta pemeriksaan –
pemeriksaan yang sifatnya rutin terhadap mesin, dan pembuatan pondasi mesin Bor agar kuat
menahan amblesan serta bergeraknya mesin bor.

B. Fluida Bor
Fluida Bor berupa Lumpur digunakan untuk terjadinya direct circulation mud flash yaitu
sirkulasi langsung lumpur bor dalam lubang anuius lumpur pemboran yang terdiri dari
campuran air dan tanah lempung, atau sering juga ditambah dengan bahan-bahan kimia /
polimer dengan tujuan untuk memperbesar berat jenis lumpur dan menambah barat adhesi.
Untuk itu kecepatan aliran keatas lumpur bor didalam rongga anulus untuk dapat mengangkat
cutting adalah berkisar 1.8 – 47.5 Meter/menit.

C. Pilot Hole
Untuk Mengetahui Litologi secara lebih detail dan untuk penentuan lapisan yang berpotensi
sebagai akuifer serta bahan perencanaan kontruksi sumur, perlu pembuatan pilot hole dengan
ukuran pipa / rod ”HQ dan NQ”. Pada pelaksanaan pilot hole dilaksanakan pengambilan
sample serbuk bor (Cutting) pada tiap meter kedalaman pemboran untuk deskripsi jenis
mineral penyusunan lapisan Itologi.

D. Pengambilan dan Deskripsi Contoh Cutting


Pengambilan Contoh Cutting dilakukan dengan ayakan yang diletakkan dekat mulut lubang bor
dan pengambilan tiap 1 (satu) atau 2 (dua) meter kedalaman pemboran. Tiap contoh yang
diambil persatuan kedalaman mempunyai jumlah + 1 (satu) kantong plastik ukuran @
Kilogram dan diberi label posisi kedalaman pemboran. Depkripsi contoh cutting digunakan
untuk memberikan informasi tentang kondisi batuan yang ada dalam sumur bor tersebut.
Beberap hal yang perlu
dideskripsi dari contoh cutting adalah sebagai berikut :
- Nama Batuan
- Ukuran butir contoh
- Bentuk butiran dalam contoh
- Komposisi butiran dalam contoh
- Kondisi lain yang perlu diperjelas (Warna, pelapukan adanya mud-loos)
E. Elektric Logging
Melaksanakan electric logging test yang meliputi ’Resistivity” dengan shot Normal, long
normal, dan self potensial (SP). Elektrik logging dilakukan setelah pilot hole selesai
dilaksanakan, atau setelah pemboran lubang sumur selesai dilakukan bila digunakan sistem
pemboran non corring yaitu sistem pemboran dimana cutting naik keatas bersama dengan
lumpur bor.

F. Pembesaran Lubang Bor (Reaming)


Pembesaran lubang Bor / Reaming dengan mata bor ”Tricon Roller” dari hasil pilot hole ke 0
2.5 – 4.0 Inci hingga 8.0 – 12.0 inci sampai kedasar lubang bor (60 – 120 m). Pemasangan
casing sementara (Temporari Casing) bila dianggap perlu pada saat pembesaran lubang bor.
Catatan : Kedalaman dan diameter pemboran ditentukan berdsarkan lokasi, tujuan yang ingin
dicapai dan alokasi dana yang tersedia ditiap lokasi.

Prosedur Kontruksi Sumur


Setelah lubang bor telah selesai, tahap pekerjaan selanjutnya adalah kontruksi sumur. Untuk
menghasilkan kontruksi sumur yang optimal, beberapa aspek yang perlu diperhatikan adalah :

A. Kondisi Hidrogeologi Lokasi


Pemahan kondisi hidrogeologi dilokasi pemboran dan sekitarnya diperlukan guna memahami :
- Arah Aliran air tanah serta besaran pengisian kembali (Recharge)
- Kedalaman Akifer bebas setempat
- Urutan Stratigrafi hasil pemboran sacara rind
- Kondisi akifer yang ditembus terkekang (Konfined) bebas (unconfined) atau semi
terkekang (semi – confined)
- Jarak serta debit pemopaan sumur datam disekitar lokasi (jika ada)

B. Kontruksi Sumur
Dari evakuasi kondisi dapat ditentukan rencana kontruksi sumur yang secara teknis mutunya
dapatr dipertanggungjawabkan, perlu dilaksanakan hal-hal sebagai berikut :
1. Pengujian Geofisika Lubang Bor
Maksud utama diadakannya pengujian geofisika lubang bor adalah untuk menentukan
kedalaman serta ketebalan akifer dan susunan lapisan yang akan ditembus saat pemboran.
Sasaran pengujian ini adalah untuk menentukan posisi saringan (Screen) pada kontruksi sumur
yang akan dibuat.
Pengujian Geofisika yang wajib dilakukan meliputi : resiftifity logging dengan Shot dan long
Normal, self potensial atau spontanius potensial logging.
2. Penentuan Jenis, Diameter, panjang serta posisi pipa jambang dan pipa naik
Penentuan jenis pipa kedalaman pemasangan pipa jambang didasarkan pada kondisi lokasi,
namun tetap memperhatikan aspek-aspek lain yaitu :
a. Pengaruh terhadap sumur gali penduduk disekitar sumur
b. Kemungkinan penurunan muka air tanah pada waktu pemompaan
c. Lokasi keterdapatan lapisan yang impermeable untuk penempatan ujung pipa
jambang.
Dimensi ukuran, jenis dan panjang pipa baik jambang maupun naik untuk masing-masing
lokasi sumur bor dapat dilihat pada tabel terlampir, dan teknis pemasangan kontruksi mengacu
pada rencana Gambar Kontruksi di tiap-tiap lokasi.
3. Penentuan jenis, Diameter serta Panjang Saringan (Screen)
Penentuan Panjang dan dimensi saringan (Screen) harus dilakukan untuk mengefisienkan
sumur, yaitu dimana kapasitas jenis dan kemungkinan penurunan maka air tanah selama
pemompaan dapat dicapai bersamaan secara optimal. Pada Akifer bebas (Unconfined)
makimum akan dapat dicapai dengan saringan harus dipasang pada bagian bawah akifer
dengan panjang +/- 1/3 panjang akifer. Sedangkan pada akifer terkekang (Konfined) untuk
mencapai efisiensi kapasitas jenis saringan 90 – 95% saringan harus dipasang sesuai dengan
ketebalan akifer yang ditembus.

C. Prosedur pelaksanaan Kontruksi


1. Kontruksi
Tahapan Kontruksi dan penyempurnaan sumur dilaksanakan berurutan secara langsung (tanpa
selang waktu) dengan urutan :
- Pemasangan pipa jambang dan pipa naik, berikut pemasangan
saringan
- Pemasangan Kerikil pembalut
- Grounting Casing
Selesai Pemasangan pipa naik, saringan dan pipa jambang segera disusul dengan kegiatan
pemasangan kerikil pembalut. Persyaratan teknis kerikil pembalut adalah harus memenuhi
beberapa kriteria sbb:
 Ukuran besar butir (grainsize)
 Kriteria Hidrolik
 Kriteria Mekanis
 Kriteria Kimia

2. Pembersihan dan Penyempurnaan Sumur


Pekerjaan pembersihan dan penyempurnaan sumur (well Development) dilakukan setelah
pemasangan kerikil pembalut, dengan maksud untuk dapat membersihkan dinding dan zona
invasi akifer serta kerikil pembalut dari partikel-partikel halus, agar seluruh bukaan pori/celah
akifer dapat terbuka penuh sehingga air tanah dapat mengalir kedalam sumur secara bebas.

3. Pemasangan Pompa dan Accesories


Mesin Pompa air yang digunakan harus mampu menaikan air dari sumur bor ke
Tower Air / bak penampung yang telah disediakan. Mesin Pompa air sesuai dengan
Standar SNI dan bila ada ketentuan lain harus dengan persetujuan Direksi.

4. Pemasangan Mesin Genset


Mesin Genset yang digunakan harus mampu menghidupkan Mesin Pompa air,
sesuai dengan Standar SNI dan bila ada ketentuan lain harus dengan persetujuan
Direksi.

4. Pengujian Sumur (pumping Test)


Uraian macam uji pemompaan adalah :
- Uji pemompaan bertahap
- Uji pemompaan terus-menerus
- Uji Kambuh (Recovary Test)
5. Analisis Kualitas Air
Kualitas air yang diharapkan adalah air yang sehat, tidak berbau, tidak berwarna
dan Dan tidak mengandung zat kimia.

6. Pemasangan Bak Penampungan dan Accecories


Bak Penampung/Hidrant harus memenuhi standar SNI dan memenuhi standar
Kesehatan.

Pekerjaan Tower Air Baja


Pekerjaan tower air baja disesuaikan dengan gambar kerja antara lain pekerjaan baja
mengikuti aturan-aturan yang disarankan dalam Peraturan Baja Indonesia. Hal-hal lain yang
perlu diperhatikan:

 Baja profil yang dipakai harus dari baja mutu baik sesui gambar rencana/kerja.
 Ukuran baja harus sesuai dengan gambar.
 Baja yang digunakan harus diterima dalam keadaan baru, tidak boleh cacat
atau terdapat serpihan, gelembung, lipatan, dan atau tanda-tanda yang
menunjukan kelemahan dari material tersebut, sehingga pada percobaan
derajat tidak terlihat adanya tanda-tanda seperti getas.
 Besi baja juga harus bebas dari kotoran, lemak, karat lepas atau hal lain yang
dapat mempengaruhi perletakan.

6. PAVING BLOK

I. RUANG LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan paving blok dalam lingkup pekerjaan ini adalah pekerjaan pembuatan perkerasan
halaman dan jalan pada lingkungan bak IPLT dengan ketebalan 6 cm.

II. UMUM

Semua yang dibutuhkan dalam persyaratan ini dan untuk keperluan yang berhubungan
dengannya, dan yang mungkin ditentukan oleh Direksi, terdiri dari bahan yang
dipersyaratkan dengan komposisi adukan dan ketebalan yang dianjurkan oleh direksi dan
harus dipasang dengan ketentuan dan persyaratan yang dinyatakan sesuai pada RAB dan
Gambar kerja.

III. BAHAN

Bahan dari paving blok yang dibutuhkan dalam persyaratan teknik ini meliputi jenis paving
blok yang baik dan kuat sehingga tidak hancur bila dilewati kendaraan roda empat dan
mendapat persetujuan dari Direksi lapangan.
Paving blok sebelum dipasang harus mendapat persetujuan dari Direksi, bermutu baik.
Pekerjaan paving blok disini sudah termasuk urugan pasir dibawah pasangan paving blok,
untuk kanstin sebagai penjepit/pengonci dari paving blok dihitung tersendiri sesuai dengan
RAB dan Gambar kerja atas persetujuan Direksi.
IV. PEMASANGAN

1. Sebelum pemasangan paving blok, permukaan dasar harus diratakan.


2. Setelah pekerjaan tersebut diatas selesai dan mendapat persetujuan Direksi, maka pasir
urug untuk pasangan paving blok dihampar rata, tidak bergelombang.
3. Kemudian paving blok dipasang sedemikian rupa dan kanstin penjepit dipasang sesuai
ketentuan dan mendapat persetujuan Direksi.
4. Akhir pemasangan paving blok harus rapi dari semua kotoran baik sampah,
tanah/lumpurdan kotoran-kotoran lainnya.

7. BAK TEMPAT DUMPING

III. RUANG LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan Bak Tempat Dumping dalam lingkup pekerjaan ini adalah pekerjaan
pembuatan perkerasan halaman dan jalan pada lingkungan bak IPLT dengan ketebalan 6 cm.

IV. UMUM

Semua yang dibutuhkan dalam persyaratan ini dan untuk keperluan yang berhubungan
dengannya, dan yang mungkin ditentukan oleh Direksi, terdiri dari bahan yang
dipersyaratkan dengan komposisi adukan dan ketebalan yang dianjurkan oleh direksi dan
harus dipasang dengan ketentuan dan persyaratan yang dinyatakan sesuai pada RAB dan
Gambar kerja.

III. BAHAN

Bahan dari paving blok yang dibutuhkan dalam persyaratan teknik ini meliputi jenis paving
blok yang baik dan kuat sehingga tidak hancur bila dilewati kendaraan roda empat dan
mendapat persetujuan dari Direksi lapangan.
Paving blok sebelum dipasang harus mendapat persetujuan dari Direksi, bermutu baik.
Pekerjaan paving blok disini sudah termasuk urugan pasir dibawah pasangan paving blok,
untuk kanstin sebagai penjepit/pengonci dari paving blok dihitung tersendiri sesuai dengan
RAB dan Gambar kerja atas persetujuan Direksi.

IV. PEMASANGAN
5. Sebelum pemasangan paving blok, permukaan dasar harus diratakan.
6. Setelah pekerjaan tersebut diatas selesai dan mendapat persetujuan Direksi, maka pasir
urug untuk pasangan paving blok dihampar rata, tidak bergelombang.
7. Kemudian paving blok dipasang sedemikian rupa dan kanstin penjepit dipasang sesuai
ketentuan dan mendapat persetujuan Direksi.
8. Akhir pemasangan paving blok harus rapi dari semua kotoran baik sampah,
tanah/lumpurdan kotoran-kotoran lainnya.

7. PERUBAHAN-PERUBAHAN

Apabila ada perubahan dari ketentuan-ketentuan tersebut diatas karena sesuatu hal harus seijin
Direksi

8. PENUTUP

Semua peraturan dan persyaratan mengena pekerjaan Konstruksi, mekanikal/Elektrikal, dan


mengenai bahan-bahan yang berlaku namun belum tercantum, tetap diwajibkan Kontraktor untuk
mematuhinya. Apabila terdapat perbedaan penafsiran pengertian mengenai pasal pada bestek ini
akan dilakukan penetapan dilapangan oleh Direksi Lapangan.

Anda mungkin juga menyukai