Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Air merupakan kebutuhan pokok setiap makhluk hidup untuk
kebutuhan sehari- harinya. Keberadaan sumber daya air tersebut perlu
dilestarikan, baik dalam pemanfaatan maupun pengelolaan. Air
merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia, sehinngga dapat dipastikan tanpa pengembangan
sumberdaya air secara konsisten peradaban manusia tidak akan
mencapai tingkat yang dinikmati saat ini. Oleh karena itu
pengembangan dan pengolahan sumber daya air merupakan dasar
peradaban manusia (Sunaryo, 2005). Air sangat berguna atau
potensial bagi manusia. sumber daya air di bumi ini sangatlah luas,
meliputi dari laut, sungai, danau, hujan, air tanah, mata air, dan air
yang berada di atmosfer. Kegunaan air meliputi penggunaan di bidang
pertanian, industri, rumah tangga, rekreasi, dan aktivitas lingkungan.
Sangat jelas terlihat bahwa seluruh manusia sangat membutuhkan air.
Dari mana bisa mendapatkan air untuk mencukupi kebutuhan? tentu
dari dalam tanah maupun dari hujan, namun jika hanya menunggu
turunnya air hujan maka kebutuhan manusia sangat kurang bahkan
dikatakan tidak akan cukup sehingga harus mencari sumber dari air
tanah.
Air tanah merupakan sumber air tawar terbesar di Planet Bumi,
mencakup sekitar 30 % dari total air tawar (Suripin, 2002). Air tanah
banyak terdapat di suatu wilayah dataran alluvial, daerah antar
gunungapi, daerah gamping (karst), dan daerah delta (gosong Pasir).
Sistem perairan air tanah hampir sama dengan sistem perairan air
permukaan, yaitu sistem input dan output atau yang disebut sistem
hidrologi. Input alami air tanah adalah serapan dari aliran permukaan,
terutama di wilayah tangkapan air hujan, sedangkan outputnya adalah
mata air dan serapan air yang menuju lautan. Air tanah berperan
penting dalam kehidupan manusia. Air tanah dimanfaatkan untuk
untuk kebutuhan air bersih, irigasi, industri, dan lain sebagianya. Saat
ini kebanyakan lingkup pertanian memanfaatkan air tanah sebagai
sumber pengairan untuk lahan sawahnya melalui pemompaan dengan
menggunakan sumur yang disebut sumur bor/pantek. Hasil 2-3 kali

LAPORAN AKHIR – PERENCANAAN


pemompaan air yang keluar dari sumur pantek mampu mengairi
kurang lebih satu hektar lahan/petak sawah atau ladang. Pemanfaatan
air tanah, biasanya para penduduk mengambil air tanah ditingkat
dangkal. Saat ini pertanian di Kabupaten Simalungun sudah banyak
yang menggunakan sumur bor/pantek untuk mengairi lahan
pertaniannya. Sumur pantek atau yang sering disebut sumur bor
karena cara pembuatannya dengan cara mengebor tanah dengan
kedalaman biasanya 40 sampai 100 meter hingga menemukan sumber
air dari dalam tanah.

1.2. TUJUAN DAN SASARAN


1.2.1 Tujuan Perencanaan/SID Pengembangan Jaringan Irigasi
Tersier / Kwarter (sumur bor)
Salah satu tujuan Perencanaan ini oleh Dinas Pertanian Kabupaten
Simalungun adalah memberikan informasi lengkap tentang
Perencanaan/SID Pengembangan Jaringan Irigasi Tersier / Kwarter
(sumur bor) sehingga dapat menjadi informasi akurat bagi
pembangunan kelanjutan dengan tetap bertujuan untuk
mengembangkan dan meningkatkan potensi Sarana dan Prasarana
Pertanian di Kabupaten Simalungun.

1.2.2 Maksud dan Tujuan Perencanaan/SID Pengembangan


Jaringan Irigasi Tersier / Kwarter (sumur bor)
- Maksud dilaksanakan pekerjaan ini adalah sebagai panduan bagi
Pemerintah Kabupaten Simalungun dalam melakukan perencanaan,
penataan, pengendalian dan pengawasan di bidang Perencanaan/SID
Pengembangan Jaringan Irigasi Tersier / Kwarter (sumur bor).
Pelaksanaan program ini diprioritaskan untuk melanjutkan
pembangunan prasarana dan sarana yang langsung mendukung
peningkatan mutu sumber daya manusia dalam rangka pemerataan
pembangunan; memperluas dan meningkatkan mutu pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan memeratakan
hasil-hasil pembangunan; serta menjaga dan meningkatkan efisiensi
pemanfaatan sarana dan prasarana yang telah dibangun. Program ini
meliputi, antara lain, peningkatan prasarana dan sarana termasuk
kegiatan renovasi dan pemeliharaan yang lebih memadai dan sesuai

LAPORAN AKHIR – PERENCANAAN


dengan kemajuan teknologi, kebutuhan pembangunan, serta keadaan
keuangan negara.

1.2.3 Sasaran
Sasaran dari pekerjaan ini adalah :
1. Terwujudnya sistem pengelolaan Pengembangan Jaringan Irigasi
Tersier / Kwarter (sumur bor). yang terpadu dan berkelanjutan.
2. Terwujudnya pelayanan maksimal dalam penanganan Pengembangan
Jaringan Irigasi Tersier / Kwarter (sumur bor).
3. Terbentuknya payung hukum pengelolaan Pengembangan Jaringan
Irigasi Tersier / Kwarter (sumur bor).
Skope pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah meliputi kegiatan
survey lapangan, pengukuran lahan, pengumpulan data, mengkaji dan
menganalisa keadaan sekitar, membuat sketsamembuat berbagai
laporan pendukung lainnya.
Saya sebagai penyedia jasa konsultasi memiliki kemampuan,
keahlian, kompeten dalam pekerjaan Perencanaan/SID
Pengembangan Jaringan Irigasi Tersier / Kwarter (sumur bor).
Disamping itu memiliki keahlian professional yang telah memiliki
pengalaman di bidangnya.

LAPORAN AKHIR – PERENCANAAN


BAB - II
METODOLOGI

2.1 Diagram Alir & Produk Pekerjaan


Metodologi merupakan suatu cara/metode pendekatan yang
dilakukan untuk memecahkan atau menyelesaikan persoalan dengan
suatu langkah kerja yang logis, tepat, dan terarah. Metodologi yang
benar akan menentukan optimal tidaknya hasil suatu pekerjaan.
Dengan demikian pemilihan metodologi yang tepat sangat penting
dilakukan agar hasil-hasil yang diinginkan dapat dicapai dengan baik.
Metodologi yang demikian dilakukan tenaga ahli untuk melakukan
Pekerjaan Perencanaan/SID Pengembangan Jaringan Irigasi Tersier /
Kwarter (sumur bor) Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun.

2.2 Parameter Pekerjaan


Dalam Perencanaan/SID Pengembangan Jaringan Irigasi Tersier /
Kwarter (sumur bor) di Dinas Pertanian Kabupaten Simalungunini
diperlukan parameter-parameter tertentu sebagai bahan untuk
menentukan harga dari setiap item pekerjaan, seperti :
 Volume Pekerjaan (BQ)
 Upah,Bahan dan Peralatan
 Harga satuan (Unit Price)

2.3 Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan


Adapun tahapan-tahapan pekerjaan tenaga ahli sebagai berikut :
 Tahapan Persiapan.
Pada tahapan ini, tenaga ahli melakukan persiapan dalam
pelaksanaan pekerjaan dari mulainya proses pekerjaan sampai
berakhirnya pekerjaan, tahapan persiapan ini meliputi :
a. Membuat Program Kerja yang harus dilakukan sesuai dengan
kedalaman pekerjaan.
b. Mobilisasi Tenaga yang dibutuhkan, baik tenaga ahli maupun
tenaga pendukung.
c. Persiapan Administrasi yang dibutuhkan dalam menunjang
pelaksanaan pekerjaan.
d. Melakukan konsultasi dengan pemberi kerja mengenai
wilayah yang direncanakan.

LAPORAN AKHIR – PERENCANAAN


 Tahapan Survey
Berupa pengumpulan data seperti :
a. Pengukuran ukuran bangunan, dengan menggunakan alat
meteran gulung.
b. Penyelidikan utilitas yang terpasang

 Tahapan Penyusunan
Pada tahapan ini pekerjaan dilakukan untuk proses pengumpulan
data dalam bentuk buku laporan.

2.4 Hasil Pekerjaan


Hasil pekerjaan adalah produk yang harus diserahkan tenaga ahli
pada pemberi kerja berupa :
A. Gambar Review Design
B. Rincina Jenis dan Volume Pekerjaan (BQ)
C. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
D. Laporan Pendahuluan
E. Laporan Akhir

2.5 Persyaratan Pelaksanaan Teknis


- Perencanaan teknis yang mengacu kepada petunjuk teknis
yang diterbitkan PU cq. Ditjen Kimbangwil.
- Term of Reference (TOR)

LAPORAN AKHIR – PERENCANAAN


BAB - III
SURVEY

3.1 Jenis Survey


Dalam rangkaian tahapan pekerjaan Perencanaan/SID
Pengembangan Jaringan Irigasi Tersier / Kwarter (sumur bor) Dinas
Pertanian Kabupaten Simalungun, ketersediaan data merupakan
suatu fundamental yang mutlak untuk menjadi bahan analisa yang
selanjutnya dimanfaatkan untuk menghasilkan produk pekerjaan.
Survey dikategorikan atas 2 (dua) jenis yaitu survey Sekunder
dan Survey Primer. Survey Sekunder adalah survey yang dilakukan
untuk mencari data-data pendukung dengan metode wawancara,
studi, dan literatur. Sedangkan Survey Primer adalah survey yang
dilakukan untuk mendapatkan data-data utama yang dilakukan
langsung ke obyek.

3.2 Survey Sekunder


Untuk keperluan pekerjaan Perencanaan/SID Pengembangan Jaringan
Irigasi Tersier / Kwarter (sumur bor) Dinas Pertanian Kabupaten
Simalungun, tenaga ahli memerlukan suatu acuan standar tentang
harga bahan dan standar upah tenaga kerja yang menjadi harga
dasar dalam penentuan harga satuan pekerjaan. Adapun data-data
tersebut berupa :
 Bappeda.
 Dinas PUPR.

3.3 Survey Primer


Sebagai tindak lanjut tenaga ahli atas pekerjaan yang akan dilakukan
maka tenaga ahli melakukan survey primer atas Perencanaan/SID
Pengembangan Jaringan Irigasi Tersier / Kwarter (sumur bor) Dinas
Pertanian Kabupaten Simalungun.

3.4 Hasil Survey


Setelah melakukan survey primer, maka bentuk kebutuhan untuk
diwujudkan melalui Perencanaan/SID Pengembangan Jaringan Irigasi
Tersier / Kwarter (sumur bor) Dinas Pertanian Kabupaten
Simalungun.

LAPORAN AKHIR – PERENCANAAN


3.5 Gambar Desain
Kebutuhan proyek seperti tersebut diatas oleh tenaga ahli segera
dituangkan dalam rupa gambar desain. Gambar desain ini
memberikan visualisasi teknis dalam dua dimensi atas proyek yang
akan dikerjakan.
- Gambar Desain pengukuran ini dimaksud untuk memperoleh
semua data lapangan.

3.6 Ringkasan Rencana Kerja


a. Perhitungan Hasil Pengukuran
Perhitungan meliputi hasil pengukuran
b. Penggambaran
Penggambaran dibuat pada Kertas F4.
c. Penyusunan Laporan
Laporan Pekerjaan meliputi :
- Laporan Pendahuluan
- Laporan Akhir
d. Hasil pekerjaan yang diserahkan (Lampiran)

LAPORAN AKHIR – PERENCANAAN


BAB - IV
REALISASI KEGIATAN TENAGA AHLI

4.1 Persiapan
Secara fungsional kegiatan utama Tenaga ahli Perencana untuk
Perencanaan/SID Pengembangan Jaringan Irigasi Tersier / Kwarter
(sumur bor) Dinas Pertanian Kabupaten Simalungunpersiapan
meliputi :
 Pembentukan atau perluasan organisasi kerja dan jaringan kerja
dan penyiapan personil di tingkat I
 Pembekalan Tenaga Teknis Perencanaan.
Tenaga ahli telah mengevaluasi target-target pelaksanaan yang
didasarkan dari hasil-hasil perencanaan proyek dan merevisi harga
lama sebelumnya yang belum terealisasi dan dianggap mendesak
untuk didahulukan, dimana yang perlu segera dan nyata dibantu
langsung dalam bentuk kegiatan konstruksi atau mana yang perlu
ditunda.
Dari hasil rumusan tersebut kegiatan dapat ditangani/dilaksanakan
sesuai dengan pagu dana yang ada. Hasil-hasil kesepakatan antara
Pemimpin Kegiatan dan Tenaga ahli menjadi dasar pelaksanaan
tugas-tugas.

4.2 Pelaksanaan Perencanaan


Pelaksanaan Perencanaan meliputi :
 Bantuan Teknis dan administrasi dalam proses pengendalian
teknis, dana, dan pelaporan.
 Pelaporan kegiatan pelaksanaan perencanaan kepada Pemimpin
Kegiatan.

Data-data rencana teknis ataupun pelaksanaan konstruksi seperti


berikut :
 Data Umum Pendukung
 Data Perencanaan Bangunan
 Data Administrasi
 Data Lapangan dan Lingkungan.

LAPORAN AKHIR – PERENCANAAN


Sebagai bahan untuk teknis kegiatan pelaksanaan konstruksi dan
kegiatan :
1. Gambar teknis dan syarat-syarat teknis
2. Jadwal kegiatan konstruksi
3. Rencana kegiatan pengawasan
4. Format pencatatan dan Pelaporan kegiatan.

Segera setelah kegiatan konstruksi dimulai maka Tenaga ahli dibantu


Dinas Teknis dari Dinas terkait Kabupaten Simalungun akan
mengawasi pelaksanaan dalam hal kesesuaian waktu penyelesaian,
kualitas dan harga bahan dan jumlah dana yang sesuai dengan disain
teknis awalnya.

4.3 Analisa Kemajuan Kegiatan


Analisa pelaksanaan kemajuan kegiatan mencakup target
kegiatan/sub kegiatan, dan efesiensinya hasil pelaksanaan. Pada
tahap ini kualitas jenis kegiatan dan dampaknya terhadap
masyarakat maupun terhadap penerima manfaat, juga tujuan-tujuan
serta sasaran yang dikehendaki.
Berdasarkan data-data fisik dan non fisik dievaluasi alternatif-
alternatif Perencanaan/SID Pengembangan Jaringan Irigasi Tersier /
Kwarter (sumur bor) di Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun, yang
ditujukan efesiensi dengan memanfaatkan investasi yang ada.

Inovasi Teknologi Pengairan Sistem Pompa


Hal serupa juga berlaku pada penerapan sistem pengairan pompa. Dalam
menentukan kapasitas optimum sumur pompa dapat digunakan Metode Grafis
Sichardt.
Langkah-langkah perhitungan adalah sebagai berikut (Nurkartika, 2001:11):
1. Data pemompaan dievaluasi dengan metode uji sumur muka air bertahap
(step drawdown test) untuk mendapatkan persamaan garis Sw = BQ + CQ2.
2. Gambar persamaan garis tersebut pada kertas grafik, dengan memasukkan
nilai Q sebagai absis (x) dan nilai Sw sebagai ordinat (y).
3. Hitung kapasitas maksimum sumur atau debit maksimum (Qmaks) dengan
persamaan Huisman sebagai berikut:
Qmaks = 2π x rw x D x ( √ )
dimana:

LAPORAN AKHIR – PERENCANAAN


Qmaks = debit maksimum (m3/dt) rw = jari-jari konstruksi sumur (m) D =
tebal akuifer (m)
K = koefisien kelulusan air (m/dt)
4. Hubungkan titik kapasitas maksimum (Qmaks) dengan penurunan muka air
(Swmaks) sehingga berupa garis lurus yang berpotongan.
5. Dari titik potong di atas didapat harga kapasitas optimum (Qopt) dan
penurunan muka air optimum (Swopt).
Selanjutnya, perhitungan kebutuhan air irigasi pada daerah persawahan
diperoleh dengan persamaan sebagai berikut (Anonim, 1986:5):
NFR = ETc + WLR + P – Re
dimana:
NFR = kebutuhan air irigasi di sawah (mm/hari) ETc = kebutuhan air tanaman
(mm/hari)
WLR = penggantian lapisan air (mm/hari)
P = kehilangan air akibat perkolasi (mm/hari) Re = curah hujan efektif
(mm/hari)
Walaupun perhitungan kebutuhan air irigasi telah dipahami, salah satu hal
yang juga pernting untuk dipahami oleh petani pemanfaat dan pengelola air
adalah evapotranspirasi. Besarnya evapotranspirasi potensial dapat dihitung
dengan menggunakan Metode Penman yang sudah dimodifikasi guna
perhitungan di daerah Indonesia adalah sebagai berikut (Suhardjono, 1994:54):

ETo = c x Eto*
Eto* = W x (0,75 x Rs - Rn1) + (1 - W) x f(u) x (ea - ed) dimana:
c = angka koreksi Penman yang besarnya mempertimbangkan
perbedaan cuaca
W= faktor yang berhubungan dengan suhu (t) dan elevasi daerah
Rs = radiasi gelombang pendek (mm/hr)
= (0,25 + 0,54 x ) x Ra
Ra = radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar atmosfir
(angka angot), tergantung letak lintang daerah (mm/hr)
n = lama kecerahan matahari yang nyata (tidak terhalang awan)
dalam 1 hari (jam)
N = lama kecerahan matahari yang mungkin dalam 1 hari (jam)
Rn1 = radiasi bersih gelombang panjang (mm/hr)
= f(t) x f(ed) x f ( )
f(t) = fungsi suhu

LAPORAN AKHIR – PERENCANAAN


f(ed) = fungsi tekanan uap
= 0,34 – [0,044 x (ed)0,5]
f (n/N ) = fungsi kecerahan
= 0,1 + [0,9 x ( )]
f(u) = fungsi kecepatan angin (m/dt)
= 0,27 (1 + 0,864) x u
(ea–ed) = perbedaan tekanan uap jenuh dengan tekanan uap yang sebenarnya
ed = tekanan uap jenuh
= ea x RH
ea = tekanan uap sebenarnya
RH = kelembaban udara relatif (%)

Penentuan Letak dan Daerah Oncoran Sumur


Pemilihan penempatan lokasi merupakan suatu hal yang penting dan harus
diperhatikan dalam perencanaan sumur pompa karena hal tersebut sangat
mempengaruhi kelangsungan perencanaan, pelaksanaan pembuatan sumur
pompa dan pengoperasian sumur pompa tersebut nantinya. Lokasi dari sumur
pompa ditentukan oleh beberapa aspek antara lain: jaringan irigasi, geologi,
geohidrologi, pertanian, topografi, dan batas-batas wilayah.
Adapun pedoman umum untuk penempatan lokasi sumur antara lain :
 Penempatan lokasi sumur diperkirakan mempunyai potensi air tanah yang
cukup dengan kapasitas kebutuhan air untuk jaringan irigasi yang telah
direncanakan sehingga sangat memungkinkan untuk dilakukan pemboran.
 pengusahaan agar lokasi sumur pompa berada dekat dengan areal lahan
yang akan diairi dan memungkinkan untuk dibangun jaringan irigasi.
 Pengaturan jarak yang tidak terlalu dekat dengan daerah perkampungan
untuk mengurangi kebisingan dan penurunan muka air sumur penduduk.
 Diusahakan agar tidak melampaui batas-batas wilayah yang ada.
Prinsip penentuan luas daerah oncoran untuk sistem irigasi air tanah dengan
sumur pompa atau sumur bor adalah didasarkan besarnya rencana debit
pemompaan dibagi dengan angka kebutuhan air irigasi. Kebutuhan air irigasi
yang menjadi beban kewajiban sumur tersebut, dinyatakan sebagai Pomp Duty
(kewajiban pompa) yang besarnya antara 1.0 – 1.5 lt/dt/ha, tergantung dari
jenis tanah, pola tanam dan jenis salurannya. Namun dalam kenyataan,
penentuan luas daerah irigasi juga disesuaikan dengan keadaan lapangan.
Faktor utama yang perlu dipertimbangkan adalah topografi, batas wilayah
administrasi serta batas alam yang ada.

LAPORAN AKHIR – PERENCANAAN


Desain dan Konstruksi Sumur
Sumur bor didesain sebagai tipe lonjor tunggal (Single String) dengan
jambang pompa bergaris tengah 12” sampai kedalaman 36 m dari muka tanah.
Setelah kedalaman 36 m adalah pipa bergaris tengah 6” yang terdiri dari pipa
buta dan saringan yang berlubang melingkar bersambung untuk masing-masing
lapisan akuifer dan lapisan kedap air dihubungkan dengan jambang pompa
melalui reduser. Konstruksi sumur dapat diuraikan dengan urutan sebagai
berikut. Lubang bor dengan garis tengah 20” sampai kedalaman 15 m dari muka
tanah. Setelah mengebor dengan garis tengah 12” sampai kedalaman 36 m dari
muka tanah untuk jambang pompa dengan garis tengah 12”, dari kedalaman 36
m sampai 112 m dibor dengan garis tengah 12” untuk pipa produksi,
selanjutnya dilakukan pekerjaan logging. Pipa produksi dengan garis tengah 6”
berikut saringan dengan garis tengah yang sama, reduser 12” ke 6” dan
jambang pompa 12” dipasang berurutan. Kemudian setelah pengisian gravel
pack dan development, ketegak lurusan sumur bor diuji dan selanjutnya
disekitar jambang pompa diisi dengan semen.

Uji Pemompaan
Besar kapasitas sumur pompa adalah besar kapasitas (Q) persatuan
penurunan muka air atau draw down (Sw). Dari besar kapasitas ini dapat
diketahui ukuran kemampuan kapasitas produksi sumur pompa. Prinsip dari tes
pemompaaan adalah melakukan pemompaan air sumur dengan debit yang
diukur dan mengamati atau mengukur penurunan muka air di sumur dengan
alat piezometer yang dari alat tersebut dapat diketahui jarak kedalaman dari
sumur pemompaan. Hasil pengukuran merupakan data pada persamaan aliran
air tanah sehingga dapat dihitung sifat karakteristik hidraulik sumur pompa.
Sifat karakteristik sumur meliputi kapasitas jenis (spesific Capacity) dan efisiensi
penggunaan air tanah dapat diketahui dari hasil tes surut muka air secara
bertahap (Step Draw Down Test ). Dari tes pemompaan dapat diidentifikasi
kondisi lapangan yaitu kondisi batas, muka air tanah serta dapat memperkirakan
penurunan muka air untuk waktu yang akan datang. Hal ini yang perlu
diperhatikan adalah pengambilan sample atau contoh air untuk test analisis
kimia sehingga dapat diketahui kandungan unsur-unsur kimia air tanah tersebut.
Dengan mengetahui data-data di atas maka pemanfaaatan dan efisiensi sumur
pompa dalam jumlah tertentu secara kuantitatif dapat dihitung.
Pengairan sebagai suatu fasilitas publik yang dimanfaatkan oleh komunitas
petani memerlukan model pengelolaan yang dapat menunjang kebelanjutan

LAPORAN AKHIR – PERENCANAAN


keberadaan sarana irigasi, ketersediaan air, dan peningkatan produksi beras.
Pengelolaan ini hanya dapat dilakukan secara terintegrasi dari tiga unsur
pembangunan yang terdiri dari sumberdaya (resources), oganisasi
(organization), dan norma (norms) yang dikembangkan secara terpadu dalam
konteks Iintegrated Water Resources Management- IWRM (Arif, 2002; Saadah,
et. all., 2012).
Infrastruktur pengairan dan air merupakan sumberdaya, sedangkan unsur
norma merupakan aturan yang dapat berupa peraturan pemerintah dan
peraturan kelompok tani yang berkaitan dengan pengelolaan dan pemanfaatan
pengairan. Organisasi petani disebut kelompok tani (Poktan) atau P3A (Petani
Pemakai Air) pada lahan pertanian dan Perkumpulan Petani Pemakai Air Tanah
(P3AT) pada lahan sawah tadah hujan yang diatur secara formal maupun
informal dengan suatu norma. P3A dan P3AT dapat berfungsi untuk (a)
menentukan alokasi dan distribusi air; (b) menentukan pola dan jenis tanam
tanaman yang akan dibudidayakan; dan (c) risiko kehilangan atau kegagalan
usahatani karena ketidakmampuan pelayanan air. Organisasi lokal sangat besar
peranannya dalam pengelolaan pengairan untuk mengatur alokasi air (Fauzi,
2004), sehingga pengelolaan sebagian saluran pengairan yang diserahkan ke
masyarakat merupakan suatu bentuk pembaharuan kebijakan di Negara maju
(Solanes dan Gonzales-Villarreal, 1999). Pembaharuan kebijakan pengelolaan
irigasi juga terjadi di Indonesia yang dimulai sejak tahun 1984 tdengan suatu
pedoman pelaksanaan perkumpulan pemakai air.

LAPORAN AKHIR – PERENCANAAN


BAB - V
PENUTUP

Dengan telah selesainya Pekerjaan Perencanaan/SID Pengembangan Jaringan


Irigasi Tersier / Kwarter (sumur bor) di Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun
maka dengan sendirinya dapat diketahui produk akhir dari tenaga ahli antara
lain :

1. Laporan Pendahuluan
2. Gambar Perencanaan & Rencana Anggaran Biaya (RAB)
3. Laporan Hasil Akhir

Demikian Laporan ini dibuat dan semoga memberi manfaat bagi berbagai pihak.

LAPORAN AKHIR – PERENCANAAN

Anda mungkin juga menyukai