1
Laboratorium Bioindustri, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang 65145, email: yulierna1983@ub.ac.id
ABSTRAK
Biogas adalah salah satu jenis energi terbarukan yang menarik untuk
dikembangkan. Uji potensi pembentukan gas metana (CH4) perlu dilakukan karena
metana merupakan gas paling banyak persentasenya pada biogas. Uji potensi gas
metana dapat dilakukan dengan menggunakan metode Biochemical Methane
Potential (BMP) test. Reaktor dalam uji BMP harus memiliki volume yang
disesuaikan dengan homogenitas substrat. Alternatif bahan yang dapat digunakan
untuk reaktor salah satunya adalah botol kaca bekas. Botol kaca mempunyai
ketahanan yang cukup tinggi, tidak mudah terkontaminasi. Tujuan percobaan ini
adalah untuk mengetahui apakah botol kaca bekas dapat digunakan sebagai reaktor
sederhana untuk uji BMP pada penelitian biogas skala laboratorium. Pembuatan
reaktor sederhana pada percobaan ini menggunakan botol dengan volume 140 ml.
Alat dan bahan yang dibutuhkan antara lain tutup botol alumunium, 3-way stopcock,
glue gun, lem tembak (glue stick) dan plastisin. Setelah selesai dirangkai, reaktor
sederhana tersebut siap digunakan untuk pengujian BMP. Hasil percobaan
menggunakan limbah kulit jagung menunjukkan bahwa rerata volume biogas
kumulatif yang dihasilkan untuk sampel inokulum, α-selulosa, dan limbah kulit
jagung adalah 44,44 ml; 164,70 ml; dan 163,48 ml.Rata-rata potensi metana spesifik
untuk sampel inokulum, α-selulosa, dan limbah kulit jagung adalah 0,026 m3/kg VS;
0,501 m3/kg VS; dan 0,462 m3/kg VS.Berdasarkan percobaan tersebut maka reaktor
sederhana dari botol kaca bekas dapat digunakan untuk uji BMP pada penelitian
biogas skala laboratorum.
(Liquefied Petroleum Gas) dan juga (Holliger et al., 2016). Oleh karena itu,
dapat digunakan sebagai sumber energi dalam pemilihan reaktor perlu disesuai
untuk penggerak generator listrik (Pane dengan volume yang diharapkan di mana
dkk., 2016). Biogas dapat dihasilkan untuk skala laboratorium lebih tetap
melalui proses anaerobic digestion dari menggunakan volume yang kecil (~100
biomasa seperti sisa kotoran ternak, sisa ml).
makanan, limbah pertanian, lumpur sisa Botol kaca bekas merupakan
pengolahan air dan limbah organik salah satu alternatif untuk digunakan
lainnya (Kurniawan and Aditsania, 2016). sebagai reaktor dalam pengujian BMP.
Biogas dapat diproduksi dari berbagai Limbah botol kaca adalah limbah yang
aliran limbah organik atau sebagai berbahan kaca dan berasal dari
produk sampingan pada proses industri penggunaan pada kegiatan sehari-hari
(Horváth et al., 2016). Pemanfaatan atau baik itu industri maupun kegiatan lainnya.
penggunaan limbah untuk produksi Limbah tersebut merupakan material
biogas menjadi keunggulan tersendiri yang secara alami tidak dapat didaur
dan akan sangat menguntungkan baik ulang (Suhartini dkk., 2014). Limbah
pada aspek energi maupun lingkungan botol kaca banyak dijumpai di lingkungan
(Kurniawan and Aditsania, 2016). sekitar, dapat berasal dari konsumsi
Dalam penelitian biogas, perlu minuman, saus, selai, dan kecap (Rizali
dilakukan pengamatan berupa uji potensi dkk., 2020). Botol yang berasal dari
pembentukan gas metana. Hal tersebut material kaca memiliki ketahanan yang
dikarenakan metana merupakan cukup tinggi, sehingga jika digunakan
penyusun utama biogas. Biochemical tidak mudah hancur dan juga
Methane Potential (BMP) test terkontaminasi. Pemanfaatan limbah
merupakan metode yang dapat botol kaca bekas sebagai reaktor
digunakan untuk uji potensi gas metana. sederhana pada uji BMP bertujuan untuk
Analisis BMP merupakan cara yang menerapkan salah satu prinsip 5R, yaitu
dapat dilakukan untuk mengkarakterisasi reuse atau pemakaian kembali barang
biodegradabilitas bahan organik dan bekas. Tujuan dari penelitian ini adalah
menentukan jumlah karbon organik yang untuk merancang rekator sederhana dari
dapat diubah secara anaerobik menjadi botol kaca bekas dan mengetahui kinerja
metana (Pecorini et al., 2012). Dalam dari reaktor sederhana tersebut.
pengujian, substrat dicampur dengan
kultur bakteri anaerob atau inokulum METODE PENELITIAN
yang diambil dari digester aktif. Botol
kemudian disimpan pada suhu stabil 35– Alat dan Bahan
55 °C, dan terus-menerus dicampur Alat dan bahan utama pada
selama 30–60 hari (Filer et al., 2019). percobaan pembuatan reaktor
Reaktor yang digunakan untuk pengujian sederhana ini terdiri dari botol volume
BMP harus memiliki volume yang 140 ml, tutup botol alumunium, pipa
disesuaikan dengan homogenitas sambungan kepala tiga (3-way
substrat, volume gas yang diharapkan stopcock), alat lem tembak (glue gun),
untuk dihasilkan, dan sensitivitas teknik lem tembak (glue stick) dan plastisin. Alat
pengukuran gas. Volume yang lebih kecil dan bahan utama tersebut dapat dilihat
(~100 ml) dapat digunakan untuk pada Gambar 1. Alat dan bahan
substrat homogen, sedangkan volume pendukung pada percobaan ini adalah
yang lebih besar (500 ml hingga 2.000 autoklaf merk Hirayama tipe HVE-50,
ml) lebih cocok untuk substrat heterogen sampel penelitian biogas, waterbath
merk Julabo tipe SW 22 dan manometer
merk Digitron 2026P. Sampel yang membersihkan dan mencuci botol bekas.
digunakan untuk percobaan penelitian Botol selanjutnya disterilisasi
biogas dengan reaktor sederhana adalah menggunakan autoklaf pada suhu 121
limbah kulit jagung dan inokulum berupa °C tekanan 1 atm selama 20 menit.
digestate yang berasal dari hasil Langkah-langkah perancangan reaktor
Anaerobic Digestion (AD) di Balai Besar adalah sebagai berikut:
Pelatihan Peternakan (BBPP) di Kota 1. Tutup botol alumunium dilubangi
Batu. terlebih dahulu.
2. Pipa sambung kepala tiga (3-way
Persiapan Sampel Percobaan stopcock) kemudian dipasangkan
Limbah kulit jagung dikecilkan di tutup botol tersebut dan ditutup
ukurannya dengan cara dipotong-potong dengan lem pada sisinya.
0,5–1 cm. Inokulum berupa digestate 3. Sampel penelitian berupa kontrol
yang baru diambil, didiamkan terlebih inokulum dan sampel limbah
dahulu di dalam waterbath selama 24 masing-masing sebanyak 40 ml
jam pada suhu 37 °C untuk mengurangi dimasukkan ke dalam botol.
sisa gas yang masih ada. Sampel 4. Botol kemudian ditutup dengan
percobaan terdiri dari sampel kontrol tutup botol dan direkatkan
berupa inokulum saja, sampel kontrol menggunakan lem serta dilapisi
positif berupa campuran antara inokulum plastisin untuk mencegah
dan α-selulosa dengan rasio 6:1, dan kebocoran.
sampel limbah berupa campuran antara 5. Botol atau reaktor tersebut
inokulum dan limbah kulit jagung dengan kemudian dimasukkan ke dalam
rasio 6:1. Masing-masing sampel dibuat waterbath yang suhunya telah
tiga ulangan. diatur pada 37 °C.
6. Botol tersebut siap digunakan
Perancangan Reaktor Sederhana sebagai reaktor untuk uji BMP
Perancangan reaktor sederhana
pada penelitian biogas skala
dari botol kaca bekas dimulai dengan
laboratorium.
(a) (b)
Gambar 2. Pemasangan Pipa Sambung Kepala Tiga (a) dan Hasilnya (b)
Gambar 4. Penggunaan Botol Kaca Bekas sebagai Reaktor pada Uji BMP
Botol kaca yang telah disterilisasi pada Gambar 5a. Berdasarkan gambar
dan juga tutup botol yang telah tersebut diketahui bahwa volume biogas
dilengkapi dengan pipa sambung kepala kumulatif tertinggi adalah pada sampel
tiga siap untuk dirangkai menjadi reaktor kontrol positif dan terendah pada sampel
(Gambar 3). Sebelum dirancang, kontrol kosong atau inokulum saja. Hasil
masing-masing sampel yang akan diteliti tersebut menunjukkan bahwa pada
dimasukkan ke dalam botol dengan sampel kontrol positif, yang mengandung
volume 40 ml. Kemudian botol ditutup α-selulosa, inokulum dapat beraktivitas
dan direkatkan menggunakan lem. dengan baik karena adanya sumber
Setelah direkatkan dengan lem, bagian karbon. Menurut Suhartini et al. (2021,
tersebut juga dilapisi dengan plastisi 2020), kontrol positif berupa α-selulosa
untuk mencegah kebocoran. digunakan untuk menguji aktivitas dari
Botol-botol yang telah selesai inokulum itu sendiri. Berdasarkan
dirangkai tersebut kemudian dimasukkan gambar juga dapat dilihat bahwa volume
ke dalam waterbath yang suhunya telah biogas kumulatif pada sampel limbah
diatur pada 37°C dan siap digunakan kulit jagung lebih tinggi dibandingkan
untuk uji BMP, seperti pada Gambar 4. sampel kontrol kosong. Hal tersebut
Uji BMP dilakukan selama 28 hari. diduga karena pada limbah kulit jagung
Selama 28 hari tersebut, setiap harinya juga mengandung sumber karbon
dilakukan pengukuran tekanan gas berupa komponen selulosa. Limbah kulit
menggunakan manometer. Hasil jagung memiliki kandungan selulosa
pengukuran tekanan gas tersebut yang cukup tinggi, yaitu 42,31- 54.69%
kemudian dikonversi menjadi volume (Ginting, 2015; Ponce et al., 2021). Rata-
biogas menggunakan persamaan (1). rata volume biogas kumulatif yang
Hasil percobaan menggunakan dihasilkan selama 28 hari uji BMP untuk
limbah kulit jagung berupa data tekanan sampel inokulum, α-selulosa, dan limbah
gas yang telah dikonversi menjadi kulit jagung, masing-masing adalah
volume biogas kumulatif dapat dilihat 44,44 ml; 164,70 ml; dan 163,48 ml.
(a) (b)
Gambar 5. Hasil Uji BMP: (a) Volume Biogas Kumulatif (ml) dan (b) Potensi Metana
Spesifik (m3/kg VS)