Anda di halaman 1dari 27

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/320058464

Laporan Kegiatan: Aksi Penanaman Penghijauan Tepi Pantai Dalam Mengurangi


Dampak Pemanasan Global dan Abrasi di Pantai Air Tawar Barat, Kecamatan
Padang Utara, Kota Padang (21 Nove...

Technical Report · November 2009


DOI: 10.13140/RG.2.2.22628.07045

CITATIONS READS

0 7,365

1 author:

Aprizon Putra

105 PUBLICATIONS 465 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Aprizon Putra on 27 September 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


LAPORAN KEGIATAN

Aksi Penanaman / Penghijauan Tepi Pantai Dalam Mengurangi Dampak


Pemanasan Global Dan Abrasi Dipantai
Air Tawar Barat, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang
(21 November 2009)

Oleh

Aprizon Putra

STUDI LINGKUNGAN HIDUP


(SLH –GEO/FIS)

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGRI PADANG
2009
Kata Pengantar

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, kami telah dapat
menyelesaikan Laporan kegiatan Aksi penghijauan tepi pantai dalam mengurangi
dampak pemanasan global dan abrasi di pantai Air Tawar Barat, Kecamatan Padang
Utara, Kota Padang yang telah dilaksanakan pada tanggal 21 November 2009 yang
bertepatan juga dengan peringatan hari pohon sedunia.
Dengan terlaksananya kegiatan penanaman ini kami mengaturkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu pelaksanaan kegiatan bakti social
lingkungan ini. Terutama ucapan terima kasih kami tujukan kepada Kepala Dinas
Kehutanan Kota Padang dan Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Agam
Kuantan Padang, yang telah memberikan bantuan bibit pohon untuk kegiatan kami,
Bapak Lurah di kelurahan Air Tawar yang telah memberi bantuan tenaga maupun
sumbangan-sumbangan pemikiran, dan Instansi pemerintan, RT/RW, Pemuda pemudi dll.
Selanjutnya, dalam laporan ini, mungkin terdapat kesalahan disana sini, kami
mengharapkan kritikan dan saran yang membangun semoga ada perbaikan untuk
kegiatan-kegiatan bakti sosial kami dimasa yang akan datang.

Padang, 23 November 2009

Panitia Pelaksana
1.1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wilayah pesisir adalah suatu jalur saling pengaruh antara darat dan laut, yang
memiliki ciri geosfer yang khusus, kearah darat dibatasi oleh pengaruh sifat-sifat fisik
laut dan sosial ekonomi bahari, sedangkan ke arah laut dibatasi oleh proses alami serta
akibat kegiatan manusia terhadap lingkungan di darat (BAKOSURTANAL, 1990).
Pada bentang lahan pesisir (coastal landscape) tercangkup perairan laut yang
disebut dengan pantai atau tepi laut, adalah suatu daerah yang meluas dari titik
terendah air laut pada saat surut hingga ke arah daratan sampai mencapai batas
efektif dari gelombang. Pertemuan antara air laut dan daratan ini dibatasi oleh garis
pantai (shore line), yang kedudukannya berubah sesuai dengan kedudukan pada saat
pasang surut, pengaruh gelombang dan arus laut.
Perairan wilayah pantai Air tawar barat merupakan salah satu ekosistem yang
sangat produktif di perairan laut. Ekosistem ini dikenal sebagai ekosistem yang dinamik
dan unik, karena terjadi pertemuan tiga kekuatan yaitu yang berasal daratan, perairan
laut dan udara. Kekuatan dari darat dapat berwujud air dan sedimen yang terangkut
sungai dan masuk ke perairan pesisir, dan kekuatan dari batuan pembentuk tebing
pantainya dan Grid disetiap perbatasan pantai dengan pemukiman penduduk.
Kekuatan dari darat ini sangat beraneka, sedang kekuatan yang berasal dari perairan
dapat berwujud tenaga gelombang, pasang surut dan arus, sedangkan yang berasal
dari udara berupa angin yang mengakibatkan gelombang dan arus sepanjang pantai,
suhu udara dan curah hujan (Davies, 1972 dalam Soetikno, 1993).
Secara ekologis Aksi penghijauan tepi pantai adalah dalam mengurangi
dampak Pemanasan Global dan Abrasi Pantai, tapi dalam kegiatan ini kami melihat
fenomena dinamis seperti: akresi, erosi, deposisi dan intrusi air laut. di samping itu, masih
terdapat juga fenomena non alamiah seperti: pembangunan dermaga/jetty untuk
pendaratan ikan dan reklamasi pantai. gejala yang umum terjadi di wilayah pantai ini
adalah interaksi faktor alam dan aktivitas manusia secara bersamaan, sebagai
penyebab adanya ketidakseimbangan siklus biogeokimia (cook dan doornkamp, 1990)
Manfaat ekosistem pantai sangat banyak, namun demikian tidak terlepas dari
permasalahan lingkungan, sebagai akibat dari pemanfaatan sumber daya alam di
wilayah pantai. Permasalahan lingkungan yang sering terjadi diwilayah perairan
pantai, adalah; pencemaran, erosi pantai, banjir, inturusi air laut, dan rawa, serta
permasalahan sosial ekonomi (Kusumaatmadja, 1996 dalam Dahuri dkk, 1996).
Lingkungan pantai merupakan daerah yang selalu mengalami perubahan, karena
merupakan daerah pertemuan kekuatan yang berasal darat dan laut Perubahan ini
dapat terjadi secara lambat hingga cepat tergantung pada imbang daya antara
topografi, batuan, dan sifatnya dengan gelombang, pasang surut dan angin. Oleh
karena itu didalam pengelolaan daerah pantai diperlukan suatu kajian keruangan
mengingat perubahan ini bervariasi antar suatu tempat dengan tempat lain.
Pemanfaatan teknologi untuk usaha peningkatan produktivitas dibutuhkan konsep
geomorfologi, khususnya ekologi bentanglahan yang tepat dan jelas. Wujud
aplikasinya adalah penataan ruang yang sesuai dengan tujuan pembangunan
berwawasan lingkungan.
Dengan mengacu pada karakteristik suatu bentuklahan yang fenomenologis,
misalnya: sifat, asal dan proses yang terjadi di pantai dapat dikaji secara mendalam
tentang perubahan kondisi lingkungan (Thornbury, 1958). Secara periodik dapat pula
diketahui urut-urutan kejadian baik yang telah, sedang maupun yang akan terjadi
(Pethick, 1984). Selanjutnya pemikiran yang holistik tersebut dijadikan sebagai
pedoman untuk mengelola suatu kawasan pantai dengan berbagai macam faktor
keunikannya.
Secara geologi, proses perubahan garis pantai yang diamati pada saat
sekarang, Khususnya di pantai Air tawar barat. datanya dapat digunakan untuk
meramal proses yang akan terjadi dikemudian hari. Di samping itu, secara
geomorfologis perubahan garis pantai dapat dilacak berdasarkan litologi, proses dan
material penyusun (Lobeck, 1939). Data pendukung yang diperoleh menunjukkan di
lokasi kegiatan bakti sosial kami ini terdapat deposisional marin. Bentuk kenampakan ini
timbul akibat beberapa komponen konstruksional berupa: 1) material yang bergerak, 2)
daerah yang terpengaruh gelombang, 3) refraksi gelombang, 4) relief dasar laut dan julat
pasut (Supardjo, 1995).
Hasil bentuk topografi deposisional marin menurut Thornbury (1958) dapat
diamati dari perubahan profil pantai hasil pengendapan. Observasi langsung di
lapangan menunjukkan adanya pembentukan beach ridge sebagai bukti telah terjadi
proses deposisi, dengan periodisasi pembentukannya masih relatif baru. Di lokasi yang
sama, dijumpai pula adanya material-material yang terendapkan di zone supratidal.
Pada kegiatan bakti sosial lingkungan ini di masing-masing lokasi penanaman
bibit pohon Malinjo dan Matoa, bertujuan untuk mengurangi pengikisan dibibir pantai,
yang di tanam berdekatan dengan garis/susunan batu Grid disepanjang pantai air
tawar barat. artinya relatif sejajar dengan garis pantai. menurut dahuri, dkk. (1996),
jika sudut datang gelombang kecil atau sama dengan nol, maka akan terbentuk arus
sibak pantai dan terbentuknya arus susur pantai. keadaan ini merupakan indikator
transportasi sedimen sepanjang pantai.

B. Maksud dan Tujuan

Tujuan dari Kegiatan Bakti sosial lingkungan dari Ormawa Studi Lingkungan Hidup
Geografi adalah dalam rangka Hari Pananaman Pohon Sedunia adalah

1. Mendorong tumbuhnya gerakan partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam


pelestarian fungsi lingkungan.
2. Mendorong tumbuhnya kesadaan dan partisipasi pemerintahan desa/kelurahan
untuk membina lingkungan yang asri dan sehat di wilayah pantai.
3. Seperti perlu perhatian khusus dari pemerintah, adalah penataan pembangunan
wilayah bibir pantai, masih kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan
sekitar pantai, yang yang paling utama fenomena yang kami lihat kurangnya
penghijauan yang bermutu dilingkungan sekitar pantai, itu pun dapat berakibat
terharap besarnya pengaruh abrasi, dan Pemanasan Global di wilayah
tersebut.
4. Disini kami melihat permasalahan pada lokasi Pantai Tawar Barat yang dimana
berdekatan dengan Lingkungan Kampus Kami UNP (Universitas negei Padang)
dan dalam hubungannya dengan dinamika pantai pada daerah tersebut.

C. Langkah-langkah Pelaksanaan Kegiatan

Untuk keberhasilkan pelaksanaan Hari Pananaman Pohon Sedunia, khususnya


kegiatan yang dikoordinasikan oleh Studi Lingkungan Hidup (SLH-GEO) unit Ormawa
UNP dimulai dari :

1. Penyiapan Kerangka Acuan dan Tim Pelaksana kegiatan pelaksana.


2. Penyampaian surat kepada Camat/Lurah dalam rangka mendapatkan
daerah/wilayah yang menjadi areal kegiatan kami yang peduli akan
lingkungan sekitar yaitu Pantai Air Tawar Barat, Kec Padang Utara.
3. Rekapitulasi data Wilayah Pantai RT/RW yang ada dalam agenda Penanaman
kami.
4. Penyiapan perjanjian kerjasama untuk penanaman dan perawatan pohon
dengan Ketua Kelompok Masyarakat pelaksana di bawah koordinasi Kepala
Desa/Lurah.
5. Survei kesiapan lokasi penanaman.
6. Kordinasi dengan Media massa dan masyarakat setempat.
7. Penyaluran tanaman kelokasi penanaman.
8. Evaluasi dan monitoring kegiatan penanaman.
9. Penilaian tingkat keberhasilan penanaman Tahap Pertama.
10. Penyaluran insentif kepada pembina desa dan tenaga pedamping penyaluran
insentif sesuai keberhasilan penanaman.
11. Penyusunan dan pelaporan hasil pelaksana kegiatan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Geomorfologi Wilayah Pesisir Pantai Air Tawar Barat


Lingkungan pantai Air Tawar Barat merupakan daerah yang selalu mengalami
perubahan, karena daerah tersebut menjadi tempat bertemunya dua kekuatan, yaitu
berasal dari daratan dan lautan. Perubahan lingkungan pantai dapat terjadi secara
lambat hingga sangat cepat, tergantung pada daya imbang antara topografi, batuan
dan sifat-sifatnya dengan gelombang, pasang surut dan angin.

Perubahan pantai terjadi apabila proses geomorfologi yang terjadi pada suatu
segmen pantai melebihi proses yang biasa terjadi. Perubahan proses geomorfologi
tersebut sebagai akibat dari sejumlah faktor lingkungan seperti faktor geologi,
geomorfologi, iklim, biotik, pasang surut, gelombang, arus laut dan salinitas (Sutikno,
1993).

Menurut Dahuri (1996), ombak merupakan salah satu penyebab yang berperan
besar dalam pembentukan pantai. Ombak yang terjadi di laut dalam pada umumnya
tidak berpengaruh terhadap dasar laut dan sedimen yang terdapat di dalamnya.
Sebaliknya ombak yang terdapat di dekat pantai, terutama di daerah pecahan ombak
mempunyai energi besar dan sangat berperan dalam pembentukan morfologi pantai,
seperti menyeret sedimen (umumnya pasir dan kerikil) yang ada di dasar laut untuk
ditumpuk dalam bentuk gosong pasir. Di samping mengangkut sedimen dasar, ombak
berperan sangat dominan dalam menghancurkan daratan (erosi laut). Daya penghancur
ombak terhadap daratan/batuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
keterjalan garis pantai, kekerasan batuan, rekahan pada batuan, kedalaman laut di
depan pantai, bentuk pantai, terdapat atau tidaknya penghalang di muka pantai dan
sebagainya.

Berbeda dengan ombak yang bergerak maju ke arah pantai, arus laut,
terutama yang mengalir sepanjang pantai merupakan penyebab utama yang lain
dalam membentuk morfologi pantai. Arus laut terbentuk oleh angin yang bertiup dalam
selang waktu yang lama, dapat pula terjadi karena ombak yang membentur pantai
secara miring. Berbeda dengan peran ombak yang mengangkut sedimen tegaklurus
terhadap arah ombak, arus laut mampu membawa sedimen yang mengapung maupun
yang terdapat di dasar laut. Pergerakan sedimen searah dengan arah pergerakan arus,
umumnya menyebar sepanjang garis pantai. Bentuk morfologi spit, tombolo, beach ridge
atau akumulasi sedimen di sekitar jetty dan tanggul pantai menunjukkan hasil kerja arus
laut. Dalam hal tertentu arus laut dapat pula berfungsi sebagai penyebab terjadinya
abrasi pantai.

Selain itu aktivitas manusia yang memanfaatkan pantai untuk berbagai


kepentingan juga dapat merubah morfologi pantai menjadi rusak apabila
pengelolaannya tidak memperhatikan kelestarian lingkungan.

B. Kondisi Oseanografi dan Dinamika Pantai (Air Tawar Barat)

Kondisi oseanografi di kawasan Pantai Air Tawar Barat dapat digambarkan


oleh terjadinya fenomena alam seperti terjadinya pasang surut, arus, kondisi suhu dan
salinitas serta angin. Fenomena tersebut memberikan kekhasan karakteristik pada
kawasan pantai dan lautan sehingga menyebabkan terjadinya kondisi fisik perairan
yang berbeda-beda.

Wilayah pantai memiliki dinamika perairan yang kompleks. Proses-proses


utama yang sering terjadi meliputi sirkulasi massa air, percampuran (terutama antara
dua massa air yang berbeda), sedimentasi dan erosi, dan upwelling. Proses tersebut
terjadi karena adanya interaksi antara berbagai komponen seperti daratan, laut, dan
atmosfir.

 Pasang Surut

Pasang surut (pasut) adalah proses naik turunnya muka laut secara
hampir periodik karena gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan dan
matahari (Dahuri, 1996).

 Gelombang Laut

Gelombang yang ditemukan di permukaan laut pada umumnya


terbentuk karena adanya proses alih energi dari angin ke permukaan laut, atau
pada saat-saat tertentu disebabkan oleh gempa di dasar laut.

Menurut Nontji (1987), gelombang yang terhempas ke pantai akan


melepaskan energi. Makin tinggi gelombang makin besar tenaganya memukul ke
pantai. Pasir laut atau terumbu karang yang membuat dangkalnya suatu
perairan berfungsi sebagai peredam pukulan gelombang.

 Suhu dan Salinitas


Suhu dan salinitas merupakan parameter oseanografi yang penting
dalam sirkulasi untuk mempelajari asal usul massa air (Dahuri, 1996). Suhu air
merupakan faktor yang banyak mendapat perhatian dalam pengkajian-
pengkajian kelautan.

 Angin

Angin merupakan parameter lingkungan penting sebagai gaya


penggerak dari aliran skala besar yang terdapat baik di atmosfir maupun
lautan (Dahuri, 1996). Akibat adanya perbedaan tekanan udara inilah terjadi
gerakan udara yaitu dari tekanan tinggi menuju ke tekanan rendah. Gerakan ini
disebut sebagai angin.

 Ekosistem Estuaria
Estuaria adalah suatu badan air pantai setengah tertutup yang
berhubungan langsung dengan laut terbuka, sehingga sangat terpengaruh oleh
gerakan pasut, dimana air laut bercampur dengan air tawar dari buangan air
daratan, contohnya muara sungai, teluk pantai, rawa pasut, dan badan air di
balik pematang pantai (Odum, 1993).

Dalam rangka Kegiatan Aksi Penghijauan/Penanaman Pohon ini, kami peserta


kegiatan mengambil lokasi di wilayah pantai Air Tawar Barat, Mulai dari pantai
Patenggangan sampai muara pantai parkit yang terbentang dari Utara Keselatan garis
Pantai kota Padang. Lokasi Aksi penenanaman Pohon yang dilaksanakan oleh Anggota
Studi Lingkungan Hidup (SLH) Geografi FIS Universitas Negeri Padang ini adalah yang
antara lain: pantai Patenggangan, pantai Gajah dan Pantai Ujung muara Parkit. Bibit
yang kami pakai adalah matoa dan malinjo yang kami usulkan kepada dinas
Kehutanan dan Bapeldas Kota padang.
Dan dengan itu diharapkan kami sebagai mahasiswa Geografi yang
bernaung pada unit ormawa SLH-Geo perlu bimbingan pada kegiatan-kegiatan bakti
sosial lingkungan yang akan datang. Bimbingan dari dosen dan unit Instansi atau pakar
masyarakat yang telah atau boleh dikatakan Luas kajian dan pengalamannya dari
kami Mahasiswa tentang kegiatan penanaman ini.
Kajian Geografi yang di ambil dalam kegiatan ini adalah bagaimana dalam
kaitan seperti yang disebutkan tadi yaitu pada Aspek dinamika pantai yang menjadi
topik atau permasalah utamanya dengan perpaduan ilmu ekologi (Lingkungan) yang
telah ditentukan dalam kegiatan penanaman ini. Yang bertujuan juga untuk; yang 1)
Meminimalisasi Pemanasan global yang berakibat naiknya muka laut dengan demikian
akan dapat menimbulkan dampak yang serius bagi wilayah pantai tersebut. 2)
menghindari atau membatasi areal bibir pantai yang rawan kena abrasi, yang dimana
Abrasi disebabkan oleh naiknya permukaan air laut diseluruh dunia karena mencairnya
lapisan es di daerah kutub bumi. Mencairnya lapisan es ini merupakan dampak dari
pemanasan global yang terjadi belakangan ini.
Seperti yang kita ketahui, pemanasan global terjadi karena gas-gas CO2
yang berasal dari asap pabrik maupun dari gas buangan kendaraan bermotor
menghalangi keluarnya gelombang panas dari matahari yang dipantulkan oleh bumi,
sehingga panas tersebut akan tetap terperangkap di dalam atmosfer bumi dan
mengakibatkan suhu di permukaan bumi meningkat.
ADAPUN PERSIAPAN YANG HARUS KAMI PERSIAKAN DALAM KEGIATAN INI
ADALAH

a. Bibit Makau dari BAPEDAS/DINAS KEHUTANAN


b. Bibit Malinjo dari BAPEDAS/DINAS KEHUTANAN
c. Tenda barak 1 buah
d. Tali
e. Stik 10 buah
f. Cangkul 3 buah
g. Parang 2 buah
h. Linggis 3 buah
i. Baliang 1 buah
j. Tikar/Karpet 5 buah
k. DLL

JENIS BIBIT POHON DALAM KEGIATAN PENANAMAN INI

TANAMAN MELINJO
Tanaman melinjo (Gnetum gnemon L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka, tidak
terbungkus daging tetapi terbungkus kulit luar. Tanaman melinjo dapat tumbuh mencapai
100 tahun lebih dan setiap panen raya mampu menghasilkan melinjo sebanyak 80 - 100
Kg, Bila tidak dipangkas bisa mencapai ketinggian 25 m dari permukaan tanah.

TANAMAN MATOA
Matoa (Pometia pinnata) adalah tanaman khas Papua dan menjadi flora
identitas Provinsi Papua Barat. Matoa termasuk ke dalam famili Sapindaceae. Pohon
matoa dapat tumbuh tinggi dan memiliki kayu yang cukup keras. Tinggi pohon 50 m, akar
papan tingginya mencapai 5 m, daun majemuk berseling, bersirip genap, tangkai daun
panjang ± 1 m, anak daun 4 - 13 pasang bentuknya bundar memanjang dengan tepi
yang bergerigi. Mahkota bunga agak berbulu pada bagian luar, kelopak bunga agak
menyatu.
Buahnya berbentuk bulat melonjong seukuran telur puyuh atau buah pinang
(keluarga Palem) dengan panjang 1,5-5 cm dan berdiameter 1-3 cm, kulit licin berwarna
coklat kehitaman bila masak (kalau masih muda berwarna kuning kehijauan, ada juga
yang menyebut hijau-kekuningan). Kulit ari putih bening melekat pada biji, manis dan
harum. Dari pohon matoa, selain diambil buahnya, batang kayunya juga sangat
bermanfaat dan bernilai ekonomis. Tinggi pohonnya dapat mencapai 40-50 meter
dengan ukuran diameter batangnya dapat mencapai 1 meter hingga 1.8 meter. Batang
kayu pohon matoa termasuk keras tetapi mudah dikerjakan. Banyak dimanfaatkan
sebagai papan, bahan lantai, bahan bangunan, perabot rumah tangga, dsb. yang
ternyata tampilan kayunya juga cukup indah.

 Syarat Tumbuh
Tanaman melinjo dan matoa dapat tumbuh pada tanah-tanah liat/lempung,
berpasir dan berkapur, tetapi tidak tahan terhadap tanah yang tergenang air
atau yang berkadar asam tinggi dan dapat tumbuh dari ketinggian 0-1.200 m
dpl.
 Penanaman
Tanaman melinjo dan matoa dapat diperbanyak dengan cara generatif (biji)
atau vegetatif (cangkokan, okulasi, penyambungan dan stek). Lahan yang akan
ditanami melinjo harus terbuka atau terkena sinar matahari, lubang tanam
berukuran 60 X 60 X 75 cm (panjang, lebar, dalam) dengan jarak tanam 6 - 8 m.
 Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman melinjo terdiri dari pemupukan, penyiraman, penyiangan,
pemberantasan hama / penyakit dan pemangkasan.

Gambar I.1 (Persiapan Sebelum Penanaman oleh RT /RW setempat)


(Sumber : Dokumen SLH 2009)
PERSIAPAN PENANAMAN HARI PENANAM POHON

1. Penanaman Seremonial:
o Lokasi diSepanjang pantai Air tawar barat, disiapkan lubang tanaman
sebanyak 500 lubang.
o Jumlah dan jenis tanaman : 200 Malinjo dan 300 Matoa
o Tinggi bibit lebih kurang 2 (dua) meter, dengan pertumbuhan sehat.
2. Penanaman Dibalik Grid Pantai:
o Penanaman akan dilakukan sepanjang Pantai Air tawar barat yang
dimulai daro pantai Patenggangan Sampai Pantai Parkit.
o Jenis tanaman malinjo dengan kebutuhan jumlah tanaman sebanyak 200
dan 300 batang matoa = 500 batang. Tinggi bibit 2 meter dengan
kondisi sehat.

Gambar I.2 (Penanaman Dibalik Grid Pantai)


(Sumber : Dokumen SLH 2009)

o Perlengkapan dan pekerjaan yang dibutuhkan untuk penanaman turus


jalan adalah pembuatan dan disiapan lubang tanaman, pupuk kandang,
air, dan bronjong tanaman.
3. Penanaman di lahan masyarakat
o lokasi penanaman adalah di desa patenggangan dengan areal
memanjang ke selatan sampai parkit dengan penanaman dilakukan
dibalik grid pantai.dengan sosialisasi dan penyediaan lahan sudah
dilaksanakan oleh aparat desa.
o Jenis tanaman adalah campuran 2 bibit yaitu Malinjo dan matoa
o Penyediaan bibit berasal dari kegiatan penghijauan lingkungan Balai
Pengelolaan DAS teluk kuantan dan Dinas Kehutanan.

Gambar I.3 (Persiapan Sebelum Penanaman oleh Pembina)


(Sumber : Dokumen SLH 2009)

Gambar I.4 (Penanaman di lahan masyarakat )


(Sumber : Dokumen SLH 2009)a

VI. HASIL KEGIATAN

Berdasarkan laporan Kegiatan yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa


interaksi positif antara keadaan relief, material penyusun pantai dan kekuatan aksi
gelombang merupakan salah satu indikator penentuan tingkat kesesuaian lahan untuk
berbagai bentuk usaha kegiatan manusia termasuk pembibitan tanaman Malinjo dan
Matoa kedepan nantinya.

PANTAI AIR TAWAR BARAT


Pantai Air Tawar Barat memiliki tingkat kemampuan lahan yang cukup baik
sebagai salah satu tempat wisata pantai untuk objek wisata kota padang kedepannya.
Hal ini dapat terlihat pada faktor fisik dan keindahan alamnya memberikan warna dan
corak tersendiri, sehingga menyebabkan berbeda dengan pantai-pantai lain yang ada
di Daerah Kota Padang bahkan sumatera Barat. Pantai Air Tawar Barat mempunyai
potensi yang besar untuk dikembangkan karena memiliki keindahan pada pantainya, di
mana terdapat keunikan dan kealamian alam yang khas.

Gambar I.6 (Pantai Air Tawar Bar at) (Sumber : Dokumen SLH 2009)
 Penggunaan tanah / lahan
Dengan keindahan dan kekhasan pantai yang dimiliki, maka penggunaan lahan di
Pantai Air Tawar Barat dijadikan kawasan wisata pantai untuk kedepan. Segala fasilitas
pendukung Ditambah lagi pengunjung yang semakin meningkat jumlahnya hanya untuk
menikmati keindahan pantai. Dengan makin berkembangnya kawasan pantai ini, maka
secara otomatis juga kebutuhan akan air juga besar untuk menunjang aktifitas sehari-hari.

Saat ini Pantai Air Tawar Barat hanya mengandalkan pasokan air dari mata air
yang berada di wilayah bagian selatan yang memiliki elevasi lebih tinggi. Dengan
demikian hanya suplai air secara vegetatif yang diandalkan selama ini.

 Aspek Sumberdaya Lahan


Keindahan yang dimiliki Pantai Air Tawar Barat menyebabkan pantai ini
dijadikan pilihan sebagai tempat berlibur, menghilangkan stress, dan sekedar berekreasi.
dimana pantai ini memiliki jarak yang tidak begitu jauh dari kota Padang.

 Aspek Sumberdaya Air


Lahan yang dimiliki oleh Pantai Air Tawar Barat memiliki beberapa kemampuan
dalam memberikan air bagi kebutuhan manusia. Sumber pemenuhan air tersebut adalah
dari aliran air sungai bawah tanah dan air tanah yang terdapat di gisik pantai.

Sumber air dan aliran sungai bawah tanah di daerah ini dalam memberikan
pasokan air tawar sangat tinggi. Aliran airnya senantiasa mengalir sepanjang tahun
karena daerah tangkapan di bagian atas sangat luas. Jenis air yang dikandungnya juga
merupakan air tawar yang dapat digunakan oleh manusia, meskipun dengan beberapa
pembatas dalam hal kualitasnya. Secara kuantitas sumber air dari sungai bawah tanah
ini tidak memiliki masalah untuk memenuhi kebutuhan air bagi para wisatawan
disebabkan debit yang dimiliki sangat besar.

 Sumber Air dari Gisik Pantai

1) Potensi
Potensi air tawar yang ada di gisik pantai ini relatif terbatas, namun bila
digunakan hanya untuk kebutuhan pemakaian di pantai maka dengan pengelolaan yang
baik akan tercipta kesinambungan sumberdaya air tawar di gisik pantai. Keberadaan air
tawar di gisik pantai ini disebabkan karena material pasir yang ada di gisil pantai
mampu menangkap air hujan yang berasa tawar, sehingga dalam waktu yang lama
akumulasi penumpukan air ke dalamnya mengakibatkan material pasir berfungsi sebagai
akifer bagi gisik pantai.

2) Faktor Pembatas
Yang menjadi faktor pembatas dalam hal pemanfaatan air tawar di gisik pantai
ialah kuantitas yang dimiliki sangat terbatas sehingga bila penurapan dilakukan secara
berlebihan maka akan mengganggu fungsi akifer di beting gisik dalam menghalangi
intrusi air laut. Jika hal ini terjadi maka kualitas air di beting gisik akan menurun, bahkan
dapat menyebabkan tidak sesuai kualitas menurut baku mutu air golongan B. Oleh
karena itu jika akifer di beting gisik ini akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air
tawar bagi pariwisata di Pantai Air Tawar Barat, maka harus dilakukan konservasi
sumber daya air di beting gisik tersebut.
Faktor pembatas lainnya yakni mudahnya air tawar di beting gisik ini tercemar
oleh bahan-bahan pencemar. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya
adalah dangkalnya muka air tanah dari permukaan tanah sehingga waktu penyaringan
bahan-bahan pencemar sebelum masuk air tanah sangat cepat. Faktor lain yang
menyebabkan mudahnya bentangalam tersebut tercemar adalah material yang dimiliki
berukuran relatif besar. Besarnya ukuran material menyebabkan rongga-rongga antar
butir juga berukuran relatif besar sehingga bahan-bahan tercemar akan mudah melalui
rongga antarbutir tersebut.

f. Permasalahan Lingkungan

Sebuah bentang alam yang diubah dari keadaan aslinya akan menyebabkan
perubahan lingkungan dari waktu ke waktu. Beberapa masalah lingkungan yang ada di
pantai ini antara lain adalah abrasi serta pencemaran di gisik pantai.

Abrasi yang terjadi pada tebing-tebing di gisik pantai sudah sangat lanjut. Di
satu sisi proses tersebut memberikan kenampakan alam yang khas sebagai hasil proses
erosi gelombang laut. Namun di sisi lain bila proses tersebut dibiarkan berlanjut, atau
bahkan dipercepat dengan tindakan manusia yang tidak disengaja maupun disengaja,
maka bukan tidak mungkin proses abrasi tersebut lambat laun akan mengikis gisik pantai
pula yang berarti keindahan pantai Air Tawar Barat akan hilang pula.
Gambar I.7 (Masalah Lingkungan Pantai Air Tawar Barat)

(Sumber : Dokumen SLH 2009)

Oleh karena itu harus diantisipasi semenjak dini proses tersebut, di antaranya
dengan membiarkan karang laut tumbuh di muka pantai. Dengan tumbuhnya karang
pantai di muka laut maka kekuatan gelombang laut akan dapat terkurangi.

g. Pencemaran

1) Sampah

Sampah-sampah yang mengandung kotoran minyak kadang-kadang dibuang


begitu saja ke dalam laut melalui sistem daerah aliran sungai. Sampah-sampah ini
kemungkinan mengandung logam berat dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Tetapi
umumnya mereka kaya akan bahan-bahan organik, sehingga akan memperkaya
kandungan zat-zat makanan pada suatu daerah tercemar yang membuat kondisi
lingkungan menjadi lebih baik bagi pertumbuhan mikroorganisme.

3) Pestisida

Kerusakan yang terjadi terhadap lingkungan yang disebabkan pencemar


sedemikian jauh, dianggap suatu tindakan yang tidak disengaja. Lain halnya dengan
pencemaran akibat pestisida. Mereka sengaja ditebarkan ke dalam suatu lingkungan
dengan maksud untuk mengontrol hama tanaman atau organisme-organisme lain yang
tinggi yaitu dapat memebunuh organisme yang tidak diingini tanpa merusak hewan yang
dikehendaki. Kenyataanya hampir dapat dilihat, bahwa tujuan semacam ini tidak
mungkin dapat dicapai karena pestisida yang dipakai pasti akan membunuh spesies
yang lain.

4) Mengontrol Lautan

Walaupun pengaruh dari pembuangan bahan pencemar ke dalam lautan


umumnya merupakan suatu tindakan yang tidak disengaja, ternyata sering
mengakibatkan hal-hal yang merugikan. Mereka umumnya cenderung dapat dikumpulkan
sementara dan akan hilang pengaruhnya setelah sumber pencemarannya dipindahkan.

Pencemaran semacam ini biasanya mudah dikontrol, sehingga kerugian yang lebih
parah dapat dicegah yaitu dengan mengurangi atau menghindari sama sekali
pembuangan bahan beracun ke dalam lautan. Hal ini disebabkan karena adanya proses
penumpahan racun secara perlahan-lahan di lautan. Berdasarkan sifat ini perlu adanya
pengawasan secara teliti dan seksama dalam jangka waktu yang lama dengan cara
melihat perubahan-perubahan yang terjadi di lautan dan pengaruh bahan-bahan ini
terhadap populasi organisme di sini.

Permasalahan lainnya ialah kerusakan lingkungan gisik pantai, yang lebih banyak
disebabkan faktor antropogenic. Kemungkinan pencemaran terhadap air tanah
pengotoran terhadap gisik, bahkan pencemaran dalam bidang moral merupakan
persoalan-persoalan yang harus diperhitungkan sejak dini. Seyogyanya pada tiap-tiap
bagian di pantai ini disediakan tempat sampah, agar para pengunjung memperoleh
kemudahan dalam membuang sampah.

Permasalahan lain yang dapat mencemari air tanah di daerah ini adalah
pendeknya jarak septic tank dan muka air tanah. Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi
pencemaran, maka konstruksi septic tank harus dirancang sedemikian rupa agar tidak
menjadi beban lingkungan. Faktor ini terkadang dianggap oleh sebagian kalangan
sebagai masalah kecil, namun berdampak besar mengingat korban dari kebobrokan
moral adalah generasi muda yang merupakan tulang punggung bangsa.

h. Kemungkinan Pengembangan di Masa Depan


Melihat potensi yang dimiliki Pantai Air Tawar Barat sedemikian besarnya, maka
pantai ini memiliki potensi yang baik untuk pengembangan wisata pantai. Beberapa hal
harus tetap diperhatikan untuk mempertahankan keindahan dan keberlangsungan wisata
ini, di antaranya adalah masalah kelingkungan dan peningkatan sumberdaya manusia
penduduk setempat. Memiliki tingkat kemampuan lahan yang cukup baik sebagai salah
satu tempat wisata pantai.

Hal ini dapat terlihat pada faktor fisik dan keindahan alamnya memberikan
warna dan corak tersendiri, sehingga menyebabkan berbeda dengan pantai-pantai lain
yang ada di Daerah Kota Padang. Pantai Air Tawar Barat mempunyai potensi yang
besar untuk dikembangkan karena memiliki keindahan pada pantainya, di mana
terdapat keunikan dan kealamian alam yang khas.
LAMPIRAN

Data Tambahan Karakteristik Lokasi Penanaman disepanjang pantai Air Tawar Barat
Pantai Patenggangan
 Material penyusun: karst; (sedimen padu: pasir dan gamping; sedimen tidak padu:
pasir fluvial dan pasir marin, sedimen sungai bawah tanah)
 Proses geomorfologi: sedimentasi, abrasi, pelapukan; (jenis pelapukan, solusional,
tingkat pelapukan menengah)
 Genesis pantai: asal pembentukan pantai: fluvio marin, marin dan aeolin)

Pantai gajah dan pantai Parkit


-Proses geomorfologi: abrasi;
Proses abrasi:
 Panjang daerah abrasi: 500-2000 m
 Perubahan garis pantai: ringan
 Gerusan kaki bangunan: bahaya bangunan dan bahaya lingkungan;
Prose pelapukan:
 Jenis pelapukan: kemis
 Tingkat pelapukan: ringan
 Genesis pantai: asal pembentukan pantai: marin, tektonik dan organik

Penjelasan lapangan:
Beberapa proses erosi pantai yang terjadi diantaranya proses: hidraulik, abrasi,
atrisi, dan karena ada muara besar di sebelah pantai sehingga terjadi gelombang
berbelah / menyamping yang menyebabkan perubahan relief dasar laut. Potensi daerah
adalah pasir putih dengan bentuk runcing dan banyak terdapat cangkang moluska. Untuk
menghindari energi angin yang keras dapat diatasi dengan penanaman .
Gambar I.8 (Google Earth Pantai Air tawar Barat)
Star Kegiatan
Penanaman

Finish
Kegiatan

Gambar I.9 ( Lokasi Kegiatan)


V. PENUTUP

1. Kesimpulan
Berdasarkan satuan bentuk lahan dan dinamika pantai, maka lokasi Penanaman
ini sangat memungkinkan untuk pengembangan pariwisata dan penghijauan kearah
kedepan yang berpotensi. Namun di dalam pengembangannya harus disesuaikan
dengan dinamika dari pantai untuk lokasi ini, sehingga tidak menimbulkan permasalahan
yang akan timbul yang akan merusak kondisi llingkungannya.

2. Saran
Di dalam pengembangan lokasi ini harus dipikirkan bentuk kegiatan aktivitas
masyarakat dan objek wisata yang cocok dan sesuai dengan kondisi dinamika
pantainya.
DAFTAR PUSTAKA

Dahuri, R. J. Rais, S.P. Ginting dan M.J. Stepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT Paradya Paramita.

Farina, A. 1998. Principles and Methods in Landscape Ecology. London: Chapman & Hall.

Nybakken, J.W. 1993. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis (penerjemah: Eidman, M.,
Koesoebiono, D.G. Bengen, M. Hutomo dan S. Sukardjo). Jakarta: PT Gramedia.

Odum, E.P. 1996.. Dasar-Dasar Ekologi (penerjemah: Samingan, T. Dan B. Srigandono).


Edisi ketiga. Yogyakarta: UGM Press.

Pethick, J. 1984.. An Introduction to Coastal Oceanography. Great Britain: Edward Arnold,


Ltd.

Subardjo, P. 1995.. “Karakteristik Bentuk dan Geologi Pantai di Indonesia”. Semarang: PS


Ilmu Kelautan Undip.

Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah Pesisir


Tropis. Jakarta: PT Gramedia.

Yuwono, N. 1986. Teknik Pantai. Ed. ke-2, vol. I. Yogyakarta: Biro Penerbit Keluarga
Mahasiswa Teknik Sipil, Fakultas Teknik UGM.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai