net/publication/320058464
CITATIONS READS
0 7,365
1 author:
Aprizon Putra
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Aprizon Putra on 27 September 2017.
Oleh
Aprizon Putra
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGRI PADANG
2009
Kata Pengantar
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, kami telah dapat
menyelesaikan Laporan kegiatan Aksi penghijauan tepi pantai dalam mengurangi
dampak pemanasan global dan abrasi di pantai Air Tawar Barat, Kecamatan Padang
Utara, Kota Padang yang telah dilaksanakan pada tanggal 21 November 2009 yang
bertepatan juga dengan peringatan hari pohon sedunia.
Dengan terlaksananya kegiatan penanaman ini kami mengaturkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu pelaksanaan kegiatan bakti social
lingkungan ini. Terutama ucapan terima kasih kami tujukan kepada Kepala Dinas
Kehutanan Kota Padang dan Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Agam
Kuantan Padang, yang telah memberikan bantuan bibit pohon untuk kegiatan kami,
Bapak Lurah di kelurahan Air Tawar yang telah memberi bantuan tenaga maupun
sumbangan-sumbangan pemikiran, dan Instansi pemerintan, RT/RW, Pemuda pemudi dll.
Selanjutnya, dalam laporan ini, mungkin terdapat kesalahan disana sini, kami
mengharapkan kritikan dan saran yang membangun semoga ada perbaikan untuk
kegiatan-kegiatan bakti sosial kami dimasa yang akan datang.
Panitia Pelaksana
1.1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wilayah pesisir adalah suatu jalur saling pengaruh antara darat dan laut, yang
memiliki ciri geosfer yang khusus, kearah darat dibatasi oleh pengaruh sifat-sifat fisik
laut dan sosial ekonomi bahari, sedangkan ke arah laut dibatasi oleh proses alami serta
akibat kegiatan manusia terhadap lingkungan di darat (BAKOSURTANAL, 1990).
Pada bentang lahan pesisir (coastal landscape) tercangkup perairan laut yang
disebut dengan pantai atau tepi laut, adalah suatu daerah yang meluas dari titik
terendah air laut pada saat surut hingga ke arah daratan sampai mencapai batas
efektif dari gelombang. Pertemuan antara air laut dan daratan ini dibatasi oleh garis
pantai (shore line), yang kedudukannya berubah sesuai dengan kedudukan pada saat
pasang surut, pengaruh gelombang dan arus laut.
Perairan wilayah pantai Air tawar barat merupakan salah satu ekosistem yang
sangat produktif di perairan laut. Ekosistem ini dikenal sebagai ekosistem yang dinamik
dan unik, karena terjadi pertemuan tiga kekuatan yaitu yang berasal daratan, perairan
laut dan udara. Kekuatan dari darat dapat berwujud air dan sedimen yang terangkut
sungai dan masuk ke perairan pesisir, dan kekuatan dari batuan pembentuk tebing
pantainya dan Grid disetiap perbatasan pantai dengan pemukiman penduduk.
Kekuatan dari darat ini sangat beraneka, sedang kekuatan yang berasal dari perairan
dapat berwujud tenaga gelombang, pasang surut dan arus, sedangkan yang berasal
dari udara berupa angin yang mengakibatkan gelombang dan arus sepanjang pantai,
suhu udara dan curah hujan (Davies, 1972 dalam Soetikno, 1993).
Secara ekologis Aksi penghijauan tepi pantai adalah dalam mengurangi
dampak Pemanasan Global dan Abrasi Pantai, tapi dalam kegiatan ini kami melihat
fenomena dinamis seperti: akresi, erosi, deposisi dan intrusi air laut. di samping itu, masih
terdapat juga fenomena non alamiah seperti: pembangunan dermaga/jetty untuk
pendaratan ikan dan reklamasi pantai. gejala yang umum terjadi di wilayah pantai ini
adalah interaksi faktor alam dan aktivitas manusia secara bersamaan, sebagai
penyebab adanya ketidakseimbangan siklus biogeokimia (cook dan doornkamp, 1990)
Manfaat ekosistem pantai sangat banyak, namun demikian tidak terlepas dari
permasalahan lingkungan, sebagai akibat dari pemanfaatan sumber daya alam di
wilayah pantai. Permasalahan lingkungan yang sering terjadi diwilayah perairan
pantai, adalah; pencemaran, erosi pantai, banjir, inturusi air laut, dan rawa, serta
permasalahan sosial ekonomi (Kusumaatmadja, 1996 dalam Dahuri dkk, 1996).
Lingkungan pantai merupakan daerah yang selalu mengalami perubahan, karena
merupakan daerah pertemuan kekuatan yang berasal darat dan laut Perubahan ini
dapat terjadi secara lambat hingga cepat tergantung pada imbang daya antara
topografi, batuan, dan sifatnya dengan gelombang, pasang surut dan angin. Oleh
karena itu didalam pengelolaan daerah pantai diperlukan suatu kajian keruangan
mengingat perubahan ini bervariasi antar suatu tempat dengan tempat lain.
Pemanfaatan teknologi untuk usaha peningkatan produktivitas dibutuhkan konsep
geomorfologi, khususnya ekologi bentanglahan yang tepat dan jelas. Wujud
aplikasinya adalah penataan ruang yang sesuai dengan tujuan pembangunan
berwawasan lingkungan.
Dengan mengacu pada karakteristik suatu bentuklahan yang fenomenologis,
misalnya: sifat, asal dan proses yang terjadi di pantai dapat dikaji secara mendalam
tentang perubahan kondisi lingkungan (Thornbury, 1958). Secara periodik dapat pula
diketahui urut-urutan kejadian baik yang telah, sedang maupun yang akan terjadi
(Pethick, 1984). Selanjutnya pemikiran yang holistik tersebut dijadikan sebagai
pedoman untuk mengelola suatu kawasan pantai dengan berbagai macam faktor
keunikannya.
Secara geologi, proses perubahan garis pantai yang diamati pada saat
sekarang, Khususnya di pantai Air tawar barat. datanya dapat digunakan untuk
meramal proses yang akan terjadi dikemudian hari. Di samping itu, secara
geomorfologis perubahan garis pantai dapat dilacak berdasarkan litologi, proses dan
material penyusun (Lobeck, 1939). Data pendukung yang diperoleh menunjukkan di
lokasi kegiatan bakti sosial kami ini terdapat deposisional marin. Bentuk kenampakan ini
timbul akibat beberapa komponen konstruksional berupa: 1) material yang bergerak, 2)
daerah yang terpengaruh gelombang, 3) refraksi gelombang, 4) relief dasar laut dan julat
pasut (Supardjo, 1995).
Hasil bentuk topografi deposisional marin menurut Thornbury (1958) dapat
diamati dari perubahan profil pantai hasil pengendapan. Observasi langsung di
lapangan menunjukkan adanya pembentukan beach ridge sebagai bukti telah terjadi
proses deposisi, dengan periodisasi pembentukannya masih relatif baru. Di lokasi yang
sama, dijumpai pula adanya material-material yang terendapkan di zone supratidal.
Pada kegiatan bakti sosial lingkungan ini di masing-masing lokasi penanaman
bibit pohon Malinjo dan Matoa, bertujuan untuk mengurangi pengikisan dibibir pantai,
yang di tanam berdekatan dengan garis/susunan batu Grid disepanjang pantai air
tawar barat. artinya relatif sejajar dengan garis pantai. menurut dahuri, dkk. (1996),
jika sudut datang gelombang kecil atau sama dengan nol, maka akan terbentuk arus
sibak pantai dan terbentuknya arus susur pantai. keadaan ini merupakan indikator
transportasi sedimen sepanjang pantai.
Tujuan dari Kegiatan Bakti sosial lingkungan dari Ormawa Studi Lingkungan Hidup
Geografi adalah dalam rangka Hari Pananaman Pohon Sedunia adalah
Perubahan pantai terjadi apabila proses geomorfologi yang terjadi pada suatu
segmen pantai melebihi proses yang biasa terjadi. Perubahan proses geomorfologi
tersebut sebagai akibat dari sejumlah faktor lingkungan seperti faktor geologi,
geomorfologi, iklim, biotik, pasang surut, gelombang, arus laut dan salinitas (Sutikno,
1993).
Menurut Dahuri (1996), ombak merupakan salah satu penyebab yang berperan
besar dalam pembentukan pantai. Ombak yang terjadi di laut dalam pada umumnya
tidak berpengaruh terhadap dasar laut dan sedimen yang terdapat di dalamnya.
Sebaliknya ombak yang terdapat di dekat pantai, terutama di daerah pecahan ombak
mempunyai energi besar dan sangat berperan dalam pembentukan morfologi pantai,
seperti menyeret sedimen (umumnya pasir dan kerikil) yang ada di dasar laut untuk
ditumpuk dalam bentuk gosong pasir. Di samping mengangkut sedimen dasar, ombak
berperan sangat dominan dalam menghancurkan daratan (erosi laut). Daya penghancur
ombak terhadap daratan/batuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
keterjalan garis pantai, kekerasan batuan, rekahan pada batuan, kedalaman laut di
depan pantai, bentuk pantai, terdapat atau tidaknya penghalang di muka pantai dan
sebagainya.
Berbeda dengan ombak yang bergerak maju ke arah pantai, arus laut,
terutama yang mengalir sepanjang pantai merupakan penyebab utama yang lain
dalam membentuk morfologi pantai. Arus laut terbentuk oleh angin yang bertiup dalam
selang waktu yang lama, dapat pula terjadi karena ombak yang membentur pantai
secara miring. Berbeda dengan peran ombak yang mengangkut sedimen tegaklurus
terhadap arah ombak, arus laut mampu membawa sedimen yang mengapung maupun
yang terdapat di dasar laut. Pergerakan sedimen searah dengan arah pergerakan arus,
umumnya menyebar sepanjang garis pantai. Bentuk morfologi spit, tombolo, beach ridge
atau akumulasi sedimen di sekitar jetty dan tanggul pantai menunjukkan hasil kerja arus
laut. Dalam hal tertentu arus laut dapat pula berfungsi sebagai penyebab terjadinya
abrasi pantai.
Pasang Surut
Pasang surut (pasut) adalah proses naik turunnya muka laut secara
hampir periodik karena gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan dan
matahari (Dahuri, 1996).
Gelombang Laut
Angin
Ekosistem Estuaria
Estuaria adalah suatu badan air pantai setengah tertutup yang
berhubungan langsung dengan laut terbuka, sehingga sangat terpengaruh oleh
gerakan pasut, dimana air laut bercampur dengan air tawar dari buangan air
daratan, contohnya muara sungai, teluk pantai, rawa pasut, dan badan air di
balik pematang pantai (Odum, 1993).
TANAMAN MELINJO
Tanaman melinjo (Gnetum gnemon L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka, tidak
terbungkus daging tetapi terbungkus kulit luar. Tanaman melinjo dapat tumbuh mencapai
100 tahun lebih dan setiap panen raya mampu menghasilkan melinjo sebanyak 80 - 100
Kg, Bila tidak dipangkas bisa mencapai ketinggian 25 m dari permukaan tanah.
TANAMAN MATOA
Matoa (Pometia pinnata) adalah tanaman khas Papua dan menjadi flora
identitas Provinsi Papua Barat. Matoa termasuk ke dalam famili Sapindaceae. Pohon
matoa dapat tumbuh tinggi dan memiliki kayu yang cukup keras. Tinggi pohon 50 m, akar
papan tingginya mencapai 5 m, daun majemuk berseling, bersirip genap, tangkai daun
panjang ± 1 m, anak daun 4 - 13 pasang bentuknya bundar memanjang dengan tepi
yang bergerigi. Mahkota bunga agak berbulu pada bagian luar, kelopak bunga agak
menyatu.
Buahnya berbentuk bulat melonjong seukuran telur puyuh atau buah pinang
(keluarga Palem) dengan panjang 1,5-5 cm dan berdiameter 1-3 cm, kulit licin berwarna
coklat kehitaman bila masak (kalau masih muda berwarna kuning kehijauan, ada juga
yang menyebut hijau-kekuningan). Kulit ari putih bening melekat pada biji, manis dan
harum. Dari pohon matoa, selain diambil buahnya, batang kayunya juga sangat
bermanfaat dan bernilai ekonomis. Tinggi pohonnya dapat mencapai 40-50 meter
dengan ukuran diameter batangnya dapat mencapai 1 meter hingga 1.8 meter. Batang
kayu pohon matoa termasuk keras tetapi mudah dikerjakan. Banyak dimanfaatkan
sebagai papan, bahan lantai, bahan bangunan, perabot rumah tangga, dsb. yang
ternyata tampilan kayunya juga cukup indah.
Syarat Tumbuh
Tanaman melinjo dan matoa dapat tumbuh pada tanah-tanah liat/lempung,
berpasir dan berkapur, tetapi tidak tahan terhadap tanah yang tergenang air
atau yang berkadar asam tinggi dan dapat tumbuh dari ketinggian 0-1.200 m
dpl.
Penanaman
Tanaman melinjo dan matoa dapat diperbanyak dengan cara generatif (biji)
atau vegetatif (cangkokan, okulasi, penyambungan dan stek). Lahan yang akan
ditanami melinjo harus terbuka atau terkena sinar matahari, lubang tanam
berukuran 60 X 60 X 75 cm (panjang, lebar, dalam) dengan jarak tanam 6 - 8 m.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman melinjo terdiri dari pemupukan, penyiraman, penyiangan,
pemberantasan hama / penyakit dan pemangkasan.
1. Penanaman Seremonial:
o Lokasi diSepanjang pantai Air tawar barat, disiapkan lubang tanaman
sebanyak 500 lubang.
o Jumlah dan jenis tanaman : 200 Malinjo dan 300 Matoa
o Tinggi bibit lebih kurang 2 (dua) meter, dengan pertumbuhan sehat.
2. Penanaman Dibalik Grid Pantai:
o Penanaman akan dilakukan sepanjang Pantai Air tawar barat yang
dimulai daro pantai Patenggangan Sampai Pantai Parkit.
o Jenis tanaman malinjo dengan kebutuhan jumlah tanaman sebanyak 200
dan 300 batang matoa = 500 batang. Tinggi bibit 2 meter dengan
kondisi sehat.
Gambar I.6 (Pantai Air Tawar Bar at) (Sumber : Dokumen SLH 2009)
Penggunaan tanah / lahan
Dengan keindahan dan kekhasan pantai yang dimiliki, maka penggunaan lahan di
Pantai Air Tawar Barat dijadikan kawasan wisata pantai untuk kedepan. Segala fasilitas
pendukung Ditambah lagi pengunjung yang semakin meningkat jumlahnya hanya untuk
menikmati keindahan pantai. Dengan makin berkembangnya kawasan pantai ini, maka
secara otomatis juga kebutuhan akan air juga besar untuk menunjang aktifitas sehari-hari.
Saat ini Pantai Air Tawar Barat hanya mengandalkan pasokan air dari mata air
yang berada di wilayah bagian selatan yang memiliki elevasi lebih tinggi. Dengan
demikian hanya suplai air secara vegetatif yang diandalkan selama ini.
Sumber air dan aliran sungai bawah tanah di daerah ini dalam memberikan
pasokan air tawar sangat tinggi. Aliran airnya senantiasa mengalir sepanjang tahun
karena daerah tangkapan di bagian atas sangat luas. Jenis air yang dikandungnya juga
merupakan air tawar yang dapat digunakan oleh manusia, meskipun dengan beberapa
pembatas dalam hal kualitasnya. Secara kuantitas sumber air dari sungai bawah tanah
ini tidak memiliki masalah untuk memenuhi kebutuhan air bagi para wisatawan
disebabkan debit yang dimiliki sangat besar.
1) Potensi
Potensi air tawar yang ada di gisik pantai ini relatif terbatas, namun bila
digunakan hanya untuk kebutuhan pemakaian di pantai maka dengan pengelolaan yang
baik akan tercipta kesinambungan sumberdaya air tawar di gisik pantai. Keberadaan air
tawar di gisik pantai ini disebabkan karena material pasir yang ada di gisil pantai
mampu menangkap air hujan yang berasa tawar, sehingga dalam waktu yang lama
akumulasi penumpukan air ke dalamnya mengakibatkan material pasir berfungsi sebagai
akifer bagi gisik pantai.
2) Faktor Pembatas
Yang menjadi faktor pembatas dalam hal pemanfaatan air tawar di gisik pantai
ialah kuantitas yang dimiliki sangat terbatas sehingga bila penurapan dilakukan secara
berlebihan maka akan mengganggu fungsi akifer di beting gisik dalam menghalangi
intrusi air laut. Jika hal ini terjadi maka kualitas air di beting gisik akan menurun, bahkan
dapat menyebabkan tidak sesuai kualitas menurut baku mutu air golongan B. Oleh
karena itu jika akifer di beting gisik ini akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air
tawar bagi pariwisata di Pantai Air Tawar Barat, maka harus dilakukan konservasi
sumber daya air di beting gisik tersebut.
Faktor pembatas lainnya yakni mudahnya air tawar di beting gisik ini tercemar
oleh bahan-bahan pencemar. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya
adalah dangkalnya muka air tanah dari permukaan tanah sehingga waktu penyaringan
bahan-bahan pencemar sebelum masuk air tanah sangat cepat. Faktor lain yang
menyebabkan mudahnya bentangalam tersebut tercemar adalah material yang dimiliki
berukuran relatif besar. Besarnya ukuran material menyebabkan rongga-rongga antar
butir juga berukuran relatif besar sehingga bahan-bahan tercemar akan mudah melalui
rongga antarbutir tersebut.
f. Permasalahan Lingkungan
Sebuah bentang alam yang diubah dari keadaan aslinya akan menyebabkan
perubahan lingkungan dari waktu ke waktu. Beberapa masalah lingkungan yang ada di
pantai ini antara lain adalah abrasi serta pencemaran di gisik pantai.
Abrasi yang terjadi pada tebing-tebing di gisik pantai sudah sangat lanjut. Di
satu sisi proses tersebut memberikan kenampakan alam yang khas sebagai hasil proses
erosi gelombang laut. Namun di sisi lain bila proses tersebut dibiarkan berlanjut, atau
bahkan dipercepat dengan tindakan manusia yang tidak disengaja maupun disengaja,
maka bukan tidak mungkin proses abrasi tersebut lambat laun akan mengikis gisik pantai
pula yang berarti keindahan pantai Air Tawar Barat akan hilang pula.
Gambar I.7 (Masalah Lingkungan Pantai Air Tawar Barat)
Oleh karena itu harus diantisipasi semenjak dini proses tersebut, di antaranya
dengan membiarkan karang laut tumbuh di muka pantai. Dengan tumbuhnya karang
pantai di muka laut maka kekuatan gelombang laut akan dapat terkurangi.
g. Pencemaran
1) Sampah
3) Pestisida
4) Mengontrol Lautan
Pencemaran semacam ini biasanya mudah dikontrol, sehingga kerugian yang lebih
parah dapat dicegah yaitu dengan mengurangi atau menghindari sama sekali
pembuangan bahan beracun ke dalam lautan. Hal ini disebabkan karena adanya proses
penumpahan racun secara perlahan-lahan di lautan. Berdasarkan sifat ini perlu adanya
pengawasan secara teliti dan seksama dalam jangka waktu yang lama dengan cara
melihat perubahan-perubahan yang terjadi di lautan dan pengaruh bahan-bahan ini
terhadap populasi organisme di sini.
Permasalahan lainnya ialah kerusakan lingkungan gisik pantai, yang lebih banyak
disebabkan faktor antropogenic. Kemungkinan pencemaran terhadap air tanah
pengotoran terhadap gisik, bahkan pencemaran dalam bidang moral merupakan
persoalan-persoalan yang harus diperhitungkan sejak dini. Seyogyanya pada tiap-tiap
bagian di pantai ini disediakan tempat sampah, agar para pengunjung memperoleh
kemudahan dalam membuang sampah.
Permasalahan lain yang dapat mencemari air tanah di daerah ini adalah
pendeknya jarak septic tank dan muka air tanah. Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi
pencemaran, maka konstruksi septic tank harus dirancang sedemikian rupa agar tidak
menjadi beban lingkungan. Faktor ini terkadang dianggap oleh sebagian kalangan
sebagai masalah kecil, namun berdampak besar mengingat korban dari kebobrokan
moral adalah generasi muda yang merupakan tulang punggung bangsa.
Hal ini dapat terlihat pada faktor fisik dan keindahan alamnya memberikan
warna dan corak tersendiri, sehingga menyebabkan berbeda dengan pantai-pantai lain
yang ada di Daerah Kota Padang. Pantai Air Tawar Barat mempunyai potensi yang
besar untuk dikembangkan karena memiliki keindahan pada pantainya, di mana
terdapat keunikan dan kealamian alam yang khas.
LAMPIRAN
Data Tambahan Karakteristik Lokasi Penanaman disepanjang pantai Air Tawar Barat
Pantai Patenggangan
Material penyusun: karst; (sedimen padu: pasir dan gamping; sedimen tidak padu:
pasir fluvial dan pasir marin, sedimen sungai bawah tanah)
Proses geomorfologi: sedimentasi, abrasi, pelapukan; (jenis pelapukan, solusional,
tingkat pelapukan menengah)
Genesis pantai: asal pembentukan pantai: fluvio marin, marin dan aeolin)
Finish
Kegiatan
1. Kesimpulan
Berdasarkan satuan bentuk lahan dan dinamika pantai, maka lokasi Penanaman
ini sangat memungkinkan untuk pengembangan pariwisata dan penghijauan kearah
kedepan yang berpotensi. Namun di dalam pengembangannya harus disesuaikan
dengan dinamika dari pantai untuk lokasi ini, sehingga tidak menimbulkan permasalahan
yang akan timbul yang akan merusak kondisi llingkungannya.
2. Saran
Di dalam pengembangan lokasi ini harus dipikirkan bentuk kegiatan aktivitas
masyarakat dan objek wisata yang cocok dan sesuai dengan kondisi dinamika
pantainya.
DAFTAR PUSTAKA
Dahuri, R. J. Rais, S.P. Ginting dan M.J. Stepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT Paradya Paramita.
Farina, A. 1998. Principles and Methods in Landscape Ecology. London: Chapman & Hall.
Nybakken, J.W. 1993. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis (penerjemah: Eidman, M.,
Koesoebiono, D.G. Bengen, M. Hutomo dan S. Sukardjo). Jakarta: PT Gramedia.
Yuwono, N. 1986. Teknik Pantai. Ed. ke-2, vol. I. Yogyakarta: Biro Penerbit Keluarga
Mahasiswa Teknik Sipil, Fakultas Teknik UGM.