TUJUAN
• Mampu melakukan analisa kasus sesuai isu yang dibahas secara
komprehensif untuk menemukan proses alur berpikir.
• Memahami k erangka kerja advokasi secara lengkap.
• Menunjukkan bahwa satu tujuan besar hanya bisa dicapai melalaui beberapa
sasaran antara.
PERKIRAAN WAKTU
180 menit
PERLENGKAPAN
• Kertas metaplan 4 warna ukuran 30 x 10. Masing- masing 30
lembar.
• Lem semprot 3M atau double tape.
• Tempelkan sepotong doubl e tape di seluruh kertas metaplan (salah
satu sisi saja).
• 4 Spidol pemanen.
• 4 Helai kain berwarna hitam ukuran 1 x 3 meter, tempelkan
horizontal di dinding. Semprot dengan l em 3M.
• Fotokopi bahan rujukan: Bagan Arus Advokasi Terpadu, dari buku
Merubah Kebijakan Publik (Mansoer Faqih, dkk).
BACAAN PENGANTAR UNTUK FASILITATOR
Dalam sesi ini peserta akan menyusun kerangka kerja berdasarkan analisa
mereka sendiri pada kasus yang diberikan. Hasil kerja peserta dapat bervariasi,
tergantung keluasan wawasan dan kecakapan melihat hubungan antar fakta yang
berserak dalam kasus. Apapun hasil kerja peserta, fasilitator perlu mengapresiasi
lebih dulu sebelum mengarahkan kepada kerangka yang menjadi acuan. Ingat,
partisipasi adalah kata kunci dalam proses advokasi.
Selanjutnya, fasilitator perlu menyampaikan kepada peserta bahwa tidaklah
praktis jika tiap kali berhadapan dengan kasus, kita menyusun kerangka kerja
advokasi. Selain mendorong kita bersikap reaktif, kerangka kerja yang disusun ad
hoc semaca m itu akan sulit diharapkan memenuhi kaidah kerangka yang lengkap,
jelas dan rinci. Mengapa? Kasus menuntut penanganan segera dan jika kita berkutat
dengan penyusunan kerangka kerja, maka kita sudah menyia-nyiakan energi dan
sumberdaya yang mestinya sudah bisa dimanfaatkan untuk penanganan.
Berangkat dari fakta ini, fasilitator dapat mengarahkan peserta pada
kesadaran bahwa diperlukan suatu kerangka advokasi yang cukup universal untuk
dapat diterapkan pada kasus manapun yang dihadapi. Kerangka ini disusun oleh
tokoh-tokoh dengan pengala man luas sekaligus intensif dalam melakukan
advokasi.
Penyadaran seperti ini perlu dilakukan agar tidak timbul resistensi dari peserta
yang mungkin menyangka bahwa sedang ada proses indoktrinasi suatu kerangka
baku. Mungkin respon yang ti mbul bisa berupa kecurigaan “konspirasi pemikir
barat yang idenya belum tentu sesuai dengan budaya timur” sampai “pemasungan
kreativitas dengan pemaksaan standarisasi yang bertentangan dengan semangat
pembebasan Paulo Freire”, dan seterusnya.
Fasilitator dapat menggunakan studi kasus yang disertakan dalam modul ini
atau mengadaptasinya. Dalam menyusun studi kasus, fasilitator perlu memiripkan
dengan situasi nyata dan diuraikan secara lengkap dengan menghindari nama dan
lokasi yang sama.
Setelah mempelajari, peserta membuat perkiraan hasil akhir/konsekuensi dari
situasi tersebut. Perkiraan dari peserta itu dibandingkan dengan konsekuensi
aktual. Dari perbandingan itulah peserta belajar, baik dengan mengenali aspek-
aspek yang terlewat maupun dengan komponen-komponen yang sesuai. Dari situ
diharapkan peserta mempunyai gambaran yang lebih utuh terhadap suatu isu.
Selanjutnya, peserta akan belajar apakah cara pandang mereka sudah ma mpu
memperkirakan hasil akhir atau tidak. Katakanlah dari perkiraan peserta ada tiga
komponen yang sesuai, namun komponen yang paling berpengaruh ternyata bukan
seperti yang diperkirakan peserta. Di sini peserta dapat meraih manfaat yang besar
dalam memandang k erangka kerja secara utuh.
Ringkasan Alur Sesi
Topik Tujuan Alat Bantu Metode Waktu
1. Cipta Suasana • Membangun suasana (state of mind ). • Kisah 5”
• Menjelaskan tujuan sesi. • Ceramah
2. Analisa Kasus • Mampu melakukan analisa kasus sesuai dengan isu o Lembar kasus • Studi 60”
yang dibahas secara komprehensif untuk menemukan o Kertas metapkan Kasus
proses alur berpikir. o Spidol • Diskusi
• Menunjukkan bahwa satu tujuan besar hanya bisa o Kain hitam
dicapai melalaui beberapa sasaran antara. o Lem semprot
3M/doubl etape
3. Presentasi • Memperluas wacana dari berbagai perspektif. • Mikropon ekstra • Presentasi 45”
Kelompok Kelompok
4. Membandingkan • Memahami k erangka kerja advokasi secara lengkap. • Kertas Rujukan: • Dialog 45”
dengan Bagan Bagan Arus Advokasi
Arus Advokasi Terpadu
Terpadu
5. Penjelasan 3 lini • Memahami tiga lini advokasi yang harus disasar. • Kertas Rujukan: Tiga • Ceramah 15”
advokasi Lini Advokasi
CATATAN
Manajemen waktu sangat dipelukan di sini, umumnya peserta tergoda untuk
mengobrol saat diskusi kasus.
Fasilitator juga perlu mengupayakan agar seluruh peserta aktif dalam diskusi dan
perumusan masalah.
Ingatkan agar peserta membawa data-data yang sudah disiapkan dari rumah
untuk sesi berikutnya (dialog dengan narasumber).
VARIASI
Jika jumlah peserta kurang dari 30 atau waktu yang sangat pendek, maka akan lebih
baik jika peserta dibagi menjadi tiga kelompok untuk menghemat waktu.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lembar Kasus ini adalah yang dipakai dalam Advokasi Penyederhanaan Pencatatan
Kelahiran/Penggratisan Biaya Salinan Akta Kelahiran. Untuk pelatihan yang
menggunakan isu lain, silahkan membuat kasus sendiri atau dengan cara
mengadaptasikan kisah di bawah dengan fakta dan data yang relevan.
Kasus di bawah ini hanya rekaan, jika ada kemiripan dengan nama tokoh/lokasi
kejadian, maka hanya kebetulan belaka. Tidak ada maksud apapun kecuali untuk bahan
analisa pelatihan advokasi.
1. Bupati Baru
Pengusaha lokal yang cukup sukses, bergerak di bidang perdagangan saprodi
(sarana produksi padi), agrobisnis dan peternakan sapi sistem bagi hasil dengan
petani setempat. Sebelum menjadi Bupati, beliau adalah mantan ketua umum
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Api ndo) di tingkat provinsi.
2. DPRD
a. DPRD terdiri dari 5 fraksi, dengan distribusi kursi:
• 43% kursi di DPRD dikuasai oleh partai KENTANG, yang 90% anggotanya
menolak untuk memilih Bupati lama.
• 15% dikuasai oleh partai SAGU.
• 10% dikuasai oleh partai PADI yang mendukung Bupati baru.
• 22% dikuasai oleh partai GANDUM.
• 10 % berisi gabungan partai kecil yang mendirikan fraksi pelangi.
b. Isu-isu yang sekarang ini tengah hangat diperbincangkan di DPRD adalah TKI
yang dipulangkan dengan paksa, juga cara peningkatan PAD.
c. Rata-rata tingkat pemaha man anggota DPRD terhadap perlindungan hak anak
masih rendah.
d. Tunjangan kesejahteraan anggota DPRD berasal dari PAD yang salah satu di
antaranya bersumber dari biaya resmi penerbitan akta kelahiran.
3. Bappeda
a. Sela ma masa pemerintahan bupati lama, Kepala Bappeda dan jajarannya harus
bekerja pontang-panting karena keinginan dan kebijakan bupati berkaitan
dengan perencanaan pembangunan daerah sering berubah-ubah.
b. Sebab uta ma dari permasalahan ini adalah karena kabupaten ini tidak memiliki
angka vital statistik yang valid dalam merencanakan pembangunan, karena
jumlah kelahiran yang tidak tercatat dengan baik.
c. Sebagai akibatnya, tudingan masyarakat mengenai ketidakbecusan dalam
merencanakan pembangunan daerah, nyaris selalu ditujukan kepada Bappeda.
4. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
a. Sela ma pemerintahan bupati lama, anggaran untuk DKC sangat mini m, baik
untuk operasional kantor maupun kesejahteraan karyawan.
b. Kepala Dinas memutuskan untuk melakukan kebijakan ganda, yakni
menetapkan dua pilihan pengurusan KTP dan Akta Kelahiran. Pertama,
pengurusan standar yang sengaja disetting dalam waktu 1 bulan dengan biaya
resmi. Dan kedua, pengurusan cepat (di bawah seminggu) dengan ta mbahan
biaya “tidak resmi” berkisar dari Rp 25.000,- sa mpai Rp 50.000,-.
c. Akumulasi pendapatan “tidak resmi” itulah yang digunakan untuk membiayai
administrasi dan peningkatan kesejaht eraan karyawan.
5. Organisasi Bidan
a. Karena suksesnya program BKKBN , masyarakat terbiasa memanfaatkan jasa
bidan untuk membantu persalinan. Sebagian besar bidan ini terorganisir dalam
sebuah kel ompok yang dipi mpin seorang bidan senior.
b. Banyak bidan yang menawarkan jasa pengurusan akta kelahiran namun sangat
sedikit warga yang memanfaatkannya. Hal ini disebabkan selain mengutip biaya
cukup mahal (Rp 25.000 – Rp 30.000), rata-rata bidan tidak memiliki
pengetahuan mengenai manfaat akta kelahiran.
6. Rumah Sakit Umum “Harapan Sehat”
Satu-satunya Rumah Sakit yang memiliki jasa untuk membantu persalinan di
kabupaten itu adalah RSU “Harapan Sehat”. Selama ini rumah sakit ini tidak
memandang perlu memberikan layanan mengenai pengurusan akta kelahiran.
Kesempatan ini digunakan petugas kantin rumah sakit menjadi biro jasa pengurusan
akta, dengan biaya cukup mahal (Rp 50.000).
7. Kelompok GEPRAK
• Kelompok GEPRAK (Gerakan Penertiban Retribusi Akta Kelahiran) dimotori oleh
seorang anak muda bernama Setyaki. Ia hanya lulusan SMA tapi cerdas dan
memiliki bakat alam sebagai orator serta organisator.
• Setyaki adalah ketua Organisasi Buruh pada sebuah pabrik sandal japit yang cukup
besar di Kabupaten X. Selain itu, ia pernah menjabat sebagai Sekretaris Umum
Organisasi Pemuda Daerah terbesar di kabupaten itu dan dikenal dekat dengan
Partai KENTANG.
• Peran Setyaki dalam memperjuangkan hak-hak buruh pabrik di Kabupaten X
sangat besar sehingga namanya cukup dikenal, baik di kalangan Dinas Tenaga
Kerja, DPRD, Sekretariat Daerah hingga Kejaksaan dan Kepolisian.
• Ia pernah mengorganisasikan unjukrasa puluhan ribu buruh di Kabupaten X pada
saat perundingan Tripartit (Pemda, Asosiasi Pengusaha Indonesia/Apindo dan
Organisasi Buruh) mengenai besaran mini mal THR bagi buruh tahun 2000.
• Seperti juga Hong Lee, Setyaki juga merasa dirugikan ketika mengurus akta
kelahiran anak pertamanya di DKC Kabupaten X sehingga membentuk Kelompok
GEPRAK.
• Sebagian besar anggota Kelompok GEPRAK adalah pengurus organisasi buruh yang
tersebar di berbagai pabrik di Kabupaten X.
C. TUGAS
Kelompok Anda adalah tim advokasi “andalan” yang baru saja didirikan di
Kabupaten X. Berdasarkan informasi di atas, kelompok Anda bermaksud membuat
strategi advokasi menyangkut pembuatan akta kelahiran.
Usulan advokasi ini berdasarkan pengetahuan salah satu anggota kelompok Anda
yang pernah ikut pelatihan mengenai hak anak, bahwa ada Undang-undang
Perlindungan Anak (UUPA) no 23/tahun 2002, bab V pasal 28 yang seingatnya berisi
antara lain:
• Ayat 1: “Pembuatan Akta kelahiran menjadi tanggung jawab pemerintah yang
pelaksanaannya diselenggarakan serendah-rendahnya pada tingkat
kelurahan/desa.
• Ayat 3: “Pembuatan akta kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dikenakan biaya.
Pertanyaan Panduan
Berdasarkan kasus di atas:
• Apa isu utama yang akan dipilih kelompok Anda dala m kasus di atas?
• Mengapa isu itu dipilih sebagai isu utama ol eh k elompok Anda?
• Apa saja tujuan/sasaran yang ingin kelompok Anda capai dengan memperjuangkan
isu tersebut?
• Bagaimana saja cara kelompok Anda mencari data yang diperlukan?
• Siapa saja yang hendak dilibatkan dalam memperjuangkan kasus di atas?
• Sebagai apa posisi mereka dalam kasus ini?
• Organisasi/kelompok apa saja yang dapat dijadikan jaringan dan sekutu Anda dalam
memperjuangkan kasus ini?
• Siapa saja yang dapat dikatakan sebagai tokoh utama?
• Apa yang akan kelompok Anda lakukan bersama orang/kelompok yang dilibatkan
dalam memperjuangkan isu tersebut?
• Siapa sasaran kelompok yang untuk kegiatan tersebut?
• Apa saja bentuk atau taktik pemanfaatan media yang bisa digunakan?
• Siapa saja sasaran penggunaan media itu?
TUGA S