Anda di halaman 1dari 15

MODUL 3

Kerangka Kerja Advokasi

TUJUAN
• Mampu melakukan analisa kasus sesuai isu yang dibahas secara
komprehensif untuk menemukan proses alur berpikir.
• Memahami k erangka kerja advokasi secara lengkap.
• Menunjukkan bahwa satu tujuan besar hanya bisa dicapai melalaui beberapa
sasaran antara.
PERKIRAAN WAKTU
180 menit

PERLENGKAPAN
• Kertas metaplan 4 warna ukuran 30 x 10. Masing- masing 30
lembar.
• Lem semprot 3M atau double tape.
• Tempelkan sepotong doubl e tape di seluruh kertas metaplan (salah
satu sisi saja).
• 4 Spidol pemanen.
• 4 Helai kain berwarna hitam ukuran 1 x 3 meter, tempelkan
horizontal di dinding. Semprot dengan l em 3M.
• Fotokopi bahan rujukan: Bagan Arus Advokasi Terpadu, dari buku
Merubah Kebijakan Publik (Mansoer Faqih, dkk).
BACAAN PENGANTAR UNTUK FASILITATOR

Mengapa Peserta Perlu Memahami Kerangka Kerja Advokasi Terpadu?

“Think Globally Act Locally”


(Anoni mous , 1999)

Advokasi merupakan jalinan interaksi dari berbagai pihak, aktivitas dan


situasi. Untuk memudahkan peserta memaha mi k eseluruhan interaksi itu, maka
fasilitator perlu memberikan suatu kerangka kerja (framework). Kerangka kerja yang
baik itu bersifat lengkap, jelas dan rinci sehingga dapat berfungsi sebagai alat
bantu/rujukan bagi peserta melakukan advokasi. Hal ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:
• Kerangka yang lengkap adalah kerangka yang mencakup semua pihak, aktivitas
dan situasi yang mempunyai peran dalam suatu advokasi. Tidak ada satu pun
yang terlewat dan tidak ada satu pun yang diada-adakan.
• Kerangka kerja yang jelas adalah kerangka yang mampu membedakan masing-
masing pi hak, aktivitas maupun situasi yang diikutkan ke dalam kerangka
melalui tolok ukur yang dapat dipahami dan digunakan. Tidak ada grey area dan
tidak ada definisi longgar yang bisa dipakaikan kepada banyak komponen.
• Kerangka kerja yang rinci adalah kerangka yang menguraikan hubungan atau
kaitan antara satu komponen dengan komponen lainnya.

Dalam sesi ini peserta akan menyusun kerangka kerja berdasarkan analisa
mereka sendiri pada kasus yang diberikan. Hasil kerja peserta dapat bervariasi,
tergantung keluasan wawasan dan kecakapan melihat hubungan antar fakta yang
berserak dalam kasus. Apapun hasil kerja peserta, fasilitator perlu mengapresiasi
lebih dulu sebelum mengarahkan kepada kerangka yang menjadi acuan. Ingat,
partisipasi adalah kata kunci dalam proses advokasi.
Selanjutnya, fasilitator perlu menyampaikan kepada peserta bahwa tidaklah
praktis jika tiap kali berhadapan dengan kasus, kita menyusun kerangka kerja
advokasi. Selain mendorong kita bersikap reaktif, kerangka kerja yang disusun ad
hoc semaca m itu akan sulit diharapkan memenuhi kaidah kerangka yang lengkap,
jelas dan rinci. Mengapa? Kasus menuntut penanganan segera dan jika kita berkutat
dengan penyusunan kerangka kerja, maka kita sudah menyia-nyiakan energi dan
sumberdaya yang mestinya sudah bisa dimanfaatkan untuk penanganan.
Berangkat dari fakta ini, fasilitator dapat mengarahkan peserta pada
kesadaran bahwa diperlukan suatu kerangka advokasi yang cukup universal untuk
dapat diterapkan pada kasus manapun yang dihadapi. Kerangka ini disusun oleh
tokoh-tokoh dengan pengala man luas sekaligus intensif dalam melakukan
advokasi.
Penyadaran seperti ini perlu dilakukan agar tidak timbul resistensi dari peserta
yang mungkin menyangka bahwa sedang ada proses indoktrinasi suatu kerangka
baku. Mungkin respon yang ti mbul bisa berupa kecurigaan “konspirasi pemikir
barat yang idenya belum tentu sesuai dengan budaya timur” sampai “pemasungan
kreativitas dengan pemaksaan standarisasi yang bertentangan dengan semangat
pembebasan Paulo Freire”, dan seterusnya.
Fasilitator dapat menggunakan studi kasus yang disertakan dalam modul ini
atau mengadaptasinya. Dalam menyusun studi kasus, fasilitator perlu memiripkan
dengan situasi nyata dan diuraikan secara lengkap dengan menghindari nama dan
lokasi yang sama.
Setelah mempelajari, peserta membuat perkiraan hasil akhir/konsekuensi dari
situasi tersebut. Perkiraan dari peserta itu dibandingkan dengan konsekuensi
aktual. Dari perbandingan itulah peserta belajar, baik dengan mengenali aspek-
aspek yang terlewat maupun dengan komponen-komponen yang sesuai. Dari situ
diharapkan peserta mempunyai gambaran yang lebih utuh terhadap suatu isu.
Selanjutnya, peserta akan belajar apakah cara pandang mereka sudah ma mpu
memperkirakan hasil akhir atau tidak. Katakanlah dari perkiraan peserta ada tiga
komponen yang sesuai, namun komponen yang paling berpengaruh ternyata bukan
seperti yang diperkirakan peserta. Di sini peserta dapat meraih manfaat yang besar
dalam memandang k erangka kerja secara utuh.
Ringkasan Alur Sesi
Topik Tujuan Alat Bantu Metode Waktu
1. Cipta Suasana • Membangun suasana (state of mind ). • Kisah 5”
• Menjelaskan tujuan sesi. • Ceramah

2. Analisa Kasus • Mampu melakukan analisa kasus sesuai dengan isu o Lembar kasus • Studi 60”
yang dibahas secara komprehensif untuk menemukan o Kertas metapkan Kasus
proses alur berpikir. o Spidol • Diskusi
• Menunjukkan bahwa satu tujuan besar hanya bisa o Kain hitam
dicapai melalaui beberapa sasaran antara. o Lem semprot
3M/doubl etape
3. Presentasi • Memperluas wacana dari berbagai perspektif. • Mikropon ekstra • Presentasi 45”
Kelompok Kelompok

4. Membandingkan • Memahami k erangka kerja advokasi secara lengkap. • Kertas Rujukan: • Dialog 45”
dengan Bagan Bagan Arus Advokasi
Arus Advokasi Terpadu
Terpadu
5. Penjelasan 3 lini • Memahami tiga lini advokasi yang harus disasar. • Kertas Rujukan: Tiga • Ceramah 15”
advokasi Lini Advokasi

6. Diskusi dan • Memperluas wacana. • Diskusi 10”


Kesimpulan
PROSES LENGKAP
No Kegiatan Keterangan
1 Cipta Suasana
• Berdiri di depan, ucapkan kalimat pembukaan yang positif,
hangat, apresiatif, segar dan mantap.
• Ajukan beberapa pertanyaan sederhana untuk memancing
perhatian peserta.
o Misalnya, “Sudah makan malam semuanya?”
• Mulai dengan mema parkan analogi advokasi dengan konser
musik (la mpiran).
2 Analisa Kasus Pada
• Jelaskan tujuan sesi. prinsipnya isu
• Minta peserta berkumpul duduk melingkar dalam kelompok apapun bisa
masing- masing. digunakan,
• Bagikan lembar kasus mengenai isu. namun yang
• Jelaskan bahwa kasus ini mengandung komponen dan terbaik adalah
peserta diminta mengi dentifikasi komponen tersebut sesuai yang relevan
pertanyaan yang ada di lembar kasus. dengan tujuan
• Persilakan peserta membahas kasus dalam k elompok dan pelatihan.
merumuskan pendapat mereka.
• Setiap pertanyaan (yang ada di lembar kasus) bisa lebih dari
jawaban. Setiap jawaban ditulis dalam sel embar kertas
metaplan oleh k elompok (bukan perorangan).
• Usahakan tulisan cukup besar untuk bisa dibaca dari jarak 2
meter. Minta peserta merumuskan tiap jawaban dalam
kalimat pendek (3- 5 kata/lembar metaplan)
• Setelah selesai, minta mereka menempelkan jawaban dalam
bentuk bagan proses (flowchart) di kain hitam yang ada di
dinding (lihat la mpiran).
3 Presentasi Kelompok
• Bawa semua peserta mendekati bagan metaplan kelompok
1, persilakan kelompok 1 menjelaskan bagan metaplan
mereka.
• Persilakan kelompok lain mengomentari.
• Catat komentar kelompok lain dan tanggapan kelompok 1.
• Ulangi proses yang sama untuk kelompok berikutnya.
• Kembalikan peserta ke bentuk pleno, paparkan rangkuman
catatan dan bagikan salinan kepada peserta.
• Jelaskan bahwa tidak ada benar salah pada sesi ini.
4 Membandingkan dengan Bagan Arus Advokasi Terpadu
• Awali dengan pertanyaan pemandu “Saya baru pertama kali
mengunjungi kota ini. Jika saya ingin pergi dari tempat ini
ke tempat wisata, bagaimana caranya?”. Minta seorang
peserta menjawab, catat di flipchart. Lanjutkan “Terima
kasih, adakah jalan lain ke sana?”. Minta seorang peserta
lain menjawab, catat di flipchart. Lanjutkan “Terima kasih,
satu kali lagi, adakah jalan alternatif ke sana?”. Minta
seorang peserta lain menjawab, catat di flipchart.
• Tanyakan, “Hadirin sekalian, sekarang ada tiga jalan menuju
tempat wisata. Yang manakah yang paling cepat?” Catat
jawaban peserta, tandai di flipchart. Tanyakan “Kalau yang
paling indah pemandangannya, jalan yang mana?”. Catat
jawaban peserta, tandai di flipchart. Tanyakan “Jalan mana
yang paling murah biayanya?”. Catat jawaban peserta, tandai
di flipchart.
• Bahas “Kita bisa lihat bahwa untuk mencapai satu tujuan
yang sama, ada beberapa jalan menuju ke sana. Masing-
masing meminta biaya yang berbeda, memberi
pemandangan yang berbeda dan memerlukan waktu yang
berbeda. Seperti itu pula advokasi.”
• Tampilkan Bagan advokasi terpadu.
• Jelaskan “Dalam advokasi, satu tujuan yang sama, misalnya
perubahan kebijakan publik, dapat dicapai melalui berbagai
cara, contoh lobi. Lobi memerlukan li ma aktivitas, tiap
aktivitas dilakukan oleh dua stakeholder, satu stakeholder
menjadi pelaku aktivitas, yang lain menjadi sasarannya.”
• Jelaskan “tujuan akhir advokasi yaitu perubahan situasi
dicapai melalui lima sasaran antara sesuai yang ada di
bagan”.
5 Proses komunikasi dala m mempengaruhi kebijakan publik
• Jelaskan adanya tiga lini advokasi yang perlu dilibatkan
secara bersama agar proses advokasi sukses.
o Lini legislatif (mendorong t erciptanya payung
hukum).
o Lini eksekutif (mendorong perubahan tata
laksana sesuai produk hukum).
o Lini sosial mobilisasi masyarakat (mengubah
perilaku masyarakat agar sesuai dengan produk
hukum).
6 Disk usi dan kesi mpulan

CATATAN
† Manajemen waktu sangat dipelukan di sini, umumnya peserta tergoda untuk
mengobrol saat diskusi kasus.
† Fasilitator juga perlu mengupayakan agar seluruh peserta aktif dalam diskusi dan
perumusan masalah.
† Ingatkan agar peserta membawa data-data yang sudah disiapkan dari rumah
untuk sesi berikutnya (dialog dengan narasumber).

VARIASI
Jika jumlah peserta kurang dari 30 atau waktu yang sangat pendek, maka akan lebih
baik jika peserta dibagi menjadi tiga kelompok untuk menghemat waktu.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Advokasi mirip dengan konser musik

Advokasi dapat dianalogikan dengan pelaksanaan konser musik di stadion.


Hasil akhirnya adalah kelompok musik beraksi di atas panggung dalam stadion
yang dipenuhi penonton dan pertunjukan berlangsung a man hingga akhir.
Terjadinya hasil akhir di atas mencakup banyak kegiatan yang dilakukan
banyak pihak. Pertama, tentu saja harus ada kelompok musik yang akan tampil.
Berikutnya, kelompok ini di hubungi ol eh penyelenggara untuk menyepakati jadwal
dan kontrak pementasan. Begitu kontrak disepakati, penyelenggara perlu
menyiapkan stadion dan panggung t empat pementasan.
Pementasan ini memerlukan banyak peralatan dan biaya sehingga untuk itu
diperlukan pemasukan dari penonton. Makin banyak penonton, makin banyak
pemasukan. Namun di lain pihak, makin besar kemungkinan terjadinya kerusuhan
sehingga diperlukan penga manan ekstra. Beberapa kegiatan dilakukan berurutan,
seperti penjualan tiket dilakukan sesudah kontrak ditandatangani. Beberapa
kegiatan dilakukan bersamaan seperti pengamanan oleh petugas bersamaan
dengan k elompok musik mengalunkan lagu.
Pelaksanaan advokasi juga mencakup banyak kegiatan, baik berurutan
mapun serempak. Satu tujuan yang dapat diraih dengan melakukan beberapa hal
secara serentak dan saling mendukung.

Contoh hasil flowchart peserta


Proses komunikasi dalam mempengaruhi kebijakan publik

Proses Legislasi Pengajuan usul, konsep tanding


dan Jurisdiksi & pembelaan: Legal drafting, counter
draft, judicial review, class action, dll

Proses Politik Mempengaruhi pembuat keputusan


dan Birokrasi dan pelaksana peraturan: pesertasi,
lobby, mediasi, negosiasi, kolaborasi

Proses Sosialisasi Membentuk opini dan tekanan publik:


dan Mobilisasi Kampanye, siaran pers, unjuk rasa, boikot,
pendidikan politik, bangun basis.
Lampiran Kasus

Lembar Kasus ini adalah yang dipakai dalam Advokasi Penyederhanaan Pencatatan
Kelahiran/Penggratisan Biaya Salinan Akta Kelahiran. Untuk pelatihan yang
menggunakan isu lain, silahkan membuat kasus sendiri atau dengan cara
mengadaptasikan kisah di bawah dengan fakta dan data yang relevan.

LEMBAR KASUS AKTA KELAHIRAN

Kasus di bawah ini hanya rekaan, jika ada kemiripan dengan nama tokoh/lokasi
kejadian, maka hanya kebetulan belaka. Tidak ada maksud apapun kecuali untuk bahan
analisa pelatihan advokasi.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kabupaten X memiliki keunikan tersendiri karena terletak di pinggir pesisir


pantai, dan sebagian dari wilayahnya berupa rangkaian kepulauan kecil. Profesi
masyarakatnya sangat beragam, karena di daerah itu juga banyak berdiri pabrik-
pabrik. Ditinjau dari kepemilikan sumberdaya yang siap digarap untuk meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Kabupaten X kurang beruntung. Sebagian terbesar
sumberdaya yang dimiliki berupa potensi di sektor wisata. Sayangnya potensi
pariwisata tersebut kurang dilirik investor, karena infrastruktur – terutama kondisi jalan
dan jembatan, masih kurang memadai.
Berangkat dari terbatasnya sumber PAD yang siap digali, bupati lama
menerbitkan rancangan Perda (peraturan daerah) tentang Layanan Kependudukan.
Targetnya adalah menggali pendapatan dari retribusi layanan kependudukan,
diantaranya penerbitan Akta Kelahiran yang sudah disahkan DPRD tahun 2000 yang
lalu.
Dua tahun Perda itu berjalan, bupati lama selesai masa tugasnya dan
dilaksanakan Pilkada baru. Ternyata Bupati lama kalah telak dan segera diganti bupati
baru yang berasal dari partai PADI. Sebagian besar masyarakat menduga-duga apakah
bupati baru akan mewarisi sistem pemerintahan yang korup juga? Hampir semua
kepala dinas dan pejabat teras adalah “orang-orang” bupati lama yang dinilai korup di
mata masyarakat. Bupati lama diangap memberi kesempatan kepada aparatnya untuk
cari-cari “uang saku tambahan” saat melakukan pekerjaannya.
Contoh kasus yang disorot sebuah k elompok lokal yang mena makan diri
Gerakan Penertiban Retribusi Akta Kelahiran (GEPRAK) adalah Perda tentang Pelayanan
Pendaftaran Penduduk dan Akta Catatan Sipil. Disahkan ol eh DPRD pada pertengahan
tahun 2000, Perda tersebut menurut GEPRAK penuh dengan kejanggalan. Misalnya
dalam biaya retribusi pengurusan akta kelahiran. Resminya, besaran retribusi yang
dikenakan sebesar Rp. 15.000,- untuk pelayanan di Kantor Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil (DKC), serta Rp. 20.000,- untuk pelayanan jemput bola. Untuk kasus-
kasus khusus yakni penerbitan akta kelahiran yang melewati batas waktu pelaporan (30
hari), dikenakan biaya tambahan sebesar Rp. 17.500. Namun Hong Lee, anggota
GEPRAK keturunan Cina saat mengurus akta kelahiran anaknya, merasa dipingpong dan
dipersulit, yang buntutnya harus mengeluarkan ongkos tambahan lebih besar.
Standar waktu layanan pengurusan akta kelahiran adalah seminggu, sejak
dokumen per mohonan lengkap masuk ke DKC. Na mun kenyataannya berbeda, Kutipan
Akta tersebut rata-rata baru diterima pemohon sebulan kemudian. Jika menghendaki
layanan cepat, warga akan dipungut biaya administrasi di luar biaya retribusi resmi
yang besarnya tergantung permintaan waktu jadi. Ini merupakan sumber pendapatan
ekstra para petugas di DKC.
Selain itu, tidak jelasnya persyaratan administratif yang harus dipenuhi
pemohon, menyebabkan orang harus bolak-balik ke Kantor DKC di ibukota
kKabupaten. Padahal jarak antara Ibukota dengan k eca matan-kecamatan dan
kelurahan bervariasi sekali jauhnya, mengingat sebagian wilayah ini merupakan
kepulauan. Maka tidak mengherankan jika jumlah anak-anak yang memiliki akta
kelahiran di Kabupaten X sangat kecil, yakni di bawah 40%.
Menyambut pelantikan bupati baru, GEPRAK berencana berdemo besar-besaran
menuntut kepada bupati agar menertibkan pelaksanaan layanan pengurusan Akta
Kelahiran, baik dalam hal biaya maupun prosedur pelaksanaannya.
Selain masalah di atas, bupati baru juga harus menghadapi per masalahan
serius. Ada 150-an penduduk yang pergi ke luar negeri sebagai TKI tenyata
dipulangkan secara paksa. Mereka dianggap sebagai i migran gelap karena setelah
diperiksa dokumen kependudukannya, ternyata umurnya tidak sesuai dengan
pena mpilannya. Banyak sekali yang ternyata berumur di bawah 17 tahun namun
dipalsukan menjadi 20 tahunan.
Bahkan beberapa dari TKI perempuan ini juga mengalami pelecehan seksual
selama di luar negeri, namun tidak bisa dilakukan upaya pembelaan karena status
kewarganegaraannya yang tidak jelas (tidak punya akta kelahiran, tapi punya KTP
aspal). Isu ini sedemikian mencuat, sehingga sempat menjadi bahan semi nar dari
organisasi Lawyer Club di tingkat provinsi yang umumnya memiliki concern pada isu
HAM (hak asasi manusia).
Masalah sosial lain adalah di daerah itu banyak preman yang suka menjadi
pemalak di daerah wisata, sebagian diantaranya juga merangkap sebagai petugas
keamanan. Menurut penuturan warga, banyaknya preman ini adalah akibat mereka
menganggur setelah tidak diteri ma di sekolah kepolisian/k etentaraan karena tidak
punya akta kelahiran. Mereka memilih menjadi preman/petugas kea manan tidak resmi
karena tidak suka bekerja kecuali di bidang kea manan.
B. I NFORMASI TAMBAHAN

1. Bupati Baru
Pengusaha lokal yang cukup sukses, bergerak di bidang perdagangan saprodi
(sarana produksi padi), agrobisnis dan peternakan sapi sistem bagi hasil dengan
petani setempat. Sebelum menjadi Bupati, beliau adalah mantan ketua umum
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Api ndo) di tingkat provinsi.
2. DPRD
a. DPRD terdiri dari 5 fraksi, dengan distribusi kursi:
• 43% kursi di DPRD dikuasai oleh partai KENTANG, yang 90% anggotanya
menolak untuk memilih Bupati lama.
• 15% dikuasai oleh partai SAGU.
• 10% dikuasai oleh partai PADI yang mendukung Bupati baru.
• 22% dikuasai oleh partai GANDUM.
• 10 % berisi gabungan partai kecil yang mendirikan fraksi pelangi.
b. Isu-isu yang sekarang ini tengah hangat diperbincangkan di DPRD adalah TKI
yang dipulangkan dengan paksa, juga cara peningkatan PAD.
c. Rata-rata tingkat pemaha man anggota DPRD terhadap perlindungan hak anak
masih rendah.
d. Tunjangan kesejahteraan anggota DPRD berasal dari PAD yang salah satu di
antaranya bersumber dari biaya resmi penerbitan akta kelahiran.
3. Bappeda
a. Sela ma masa pemerintahan bupati lama, Kepala Bappeda dan jajarannya harus
bekerja pontang-panting karena keinginan dan kebijakan bupati berkaitan
dengan perencanaan pembangunan daerah sering berubah-ubah.
b. Sebab uta ma dari permasalahan ini adalah karena kabupaten ini tidak memiliki
angka vital statistik yang valid dalam merencanakan pembangunan, karena
jumlah kelahiran yang tidak tercatat dengan baik.
c. Sebagai akibatnya, tudingan masyarakat mengenai ketidakbecusan dalam
merencanakan pembangunan daerah, nyaris selalu ditujukan kepada Bappeda.
4. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
a. Sela ma pemerintahan bupati lama, anggaran untuk DKC sangat mini m, baik
untuk operasional kantor maupun kesejahteraan karyawan.
b. Kepala Dinas memutuskan untuk melakukan kebijakan ganda, yakni
menetapkan dua pilihan pengurusan KTP dan Akta Kelahiran. Pertama,
pengurusan standar yang sengaja disetting dalam waktu 1 bulan dengan biaya
resmi. Dan kedua, pengurusan cepat (di bawah seminggu) dengan ta mbahan
biaya “tidak resmi” berkisar dari Rp 25.000,- sa mpai Rp 50.000,-.
c. Akumulasi pendapatan “tidak resmi” itulah yang digunakan untuk membiayai
administrasi dan peningkatan kesejaht eraan karyawan.
5. Organisasi Bidan
a. Karena suksesnya program BKKBN , masyarakat terbiasa memanfaatkan jasa
bidan untuk membantu persalinan. Sebagian besar bidan ini terorganisir dalam
sebuah kel ompok yang dipi mpin seorang bidan senior.
b. Banyak bidan yang menawarkan jasa pengurusan akta kelahiran namun sangat
sedikit warga yang memanfaatkannya. Hal ini disebabkan selain mengutip biaya
cukup mahal (Rp 25.000 – Rp 30.000), rata-rata bidan tidak memiliki
pengetahuan mengenai manfaat akta kelahiran.
6. Rumah Sakit Umum “Harapan Sehat”
Satu-satunya Rumah Sakit yang memiliki jasa untuk membantu persalinan di
kabupaten itu adalah RSU “Harapan Sehat”. Selama ini rumah sakit ini tidak
memandang perlu memberikan layanan mengenai pengurusan akta kelahiran.
Kesempatan ini digunakan petugas kantin rumah sakit menjadi biro jasa pengurusan
akta, dengan biaya cukup mahal (Rp 50.000).

7. Kelompok GEPRAK
• Kelompok GEPRAK (Gerakan Penertiban Retribusi Akta Kelahiran) dimotori oleh
seorang anak muda bernama Setyaki. Ia hanya lulusan SMA tapi cerdas dan
memiliki bakat alam sebagai orator serta organisator.
• Setyaki adalah ketua Organisasi Buruh pada sebuah pabrik sandal japit yang cukup
besar di Kabupaten X. Selain itu, ia pernah menjabat sebagai Sekretaris Umum
Organisasi Pemuda Daerah terbesar di kabupaten itu dan dikenal dekat dengan
Partai KENTANG.
• Peran Setyaki dalam memperjuangkan hak-hak buruh pabrik di Kabupaten X
sangat besar sehingga namanya cukup dikenal, baik di kalangan Dinas Tenaga
Kerja, DPRD, Sekretariat Daerah hingga Kejaksaan dan Kepolisian.
• Ia pernah mengorganisasikan unjukrasa puluhan ribu buruh di Kabupaten X pada
saat perundingan Tripartit (Pemda, Asosiasi Pengusaha Indonesia/Apindo dan
Organisasi Buruh) mengenai besaran mini mal THR bagi buruh tahun 2000.
• Seperti juga Hong Lee, Setyaki juga merasa dirugikan ketika mengurus akta
kelahiran anak pertamanya di DKC Kabupaten X sehingga membentuk Kelompok
GEPRAK.
• Sebagian besar anggota Kelompok GEPRAK adalah pengurus organisasi buruh yang
tersebar di berbagai pabrik di Kabupaten X.

C. TUGAS

Kelompok Anda adalah tim advokasi “andalan” yang baru saja didirikan di
Kabupaten X. Berdasarkan informasi di atas, kelompok Anda bermaksud membuat
strategi advokasi menyangkut pembuatan akta kelahiran.
Usulan advokasi ini berdasarkan pengetahuan salah satu anggota kelompok Anda
yang pernah ikut pelatihan mengenai hak anak, bahwa ada Undang-undang
Perlindungan Anak (UUPA) no 23/tahun 2002, bab V pasal 28 yang seingatnya berisi
antara lain:
• Ayat 1: “Pembuatan Akta kelahiran menjadi tanggung jawab pemerintah yang
pelaksanaannya diselenggarakan serendah-rendahnya pada tingkat
kelurahan/desa.
• Ayat 3: “Pembuatan akta kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dikenakan biaya.

Pertanyaan Panduan
Berdasarkan kasus di atas:

• Apa isu utama yang akan dipilih kelompok Anda dala m kasus di atas?
• Mengapa isu itu dipilih sebagai isu utama ol eh k elompok Anda?
• Apa saja tujuan/sasaran yang ingin kelompok Anda capai dengan memperjuangkan
isu tersebut?
• Bagaimana saja cara kelompok Anda mencari data yang diperlukan?
• Siapa saja yang hendak dilibatkan dalam memperjuangkan kasus di atas?
• Sebagai apa posisi mereka dalam kasus ini?
• Organisasi/kelompok apa saja yang dapat dijadikan jaringan dan sekutu Anda dalam
memperjuangkan kasus ini?
• Siapa saja yang dapat dikatakan sebagai tokoh utama?
• Apa yang akan kelompok Anda lakukan bersama orang/kelompok yang dilibatkan
dalam memperjuangkan isu tersebut?
• Siapa sasaran kelompok yang untuk kegiatan tersebut?
• Apa saja bentuk atau taktik pemanfaatan media yang bisa digunakan?
• Siapa saja sasaran penggunaan media itu?

TUGA S

• Tulis dalam k ertas metaplan setiap jawaban dari pertanyaan diatas.


• Satu pertanyaan bisa memiliki lebih dari satu jawaban.
o Setiap jawaban ditulis dalam satu kertas metaplan dengan huruf cukup
besar.
o Setiap kertas metaplan usahakan maksimal 3-5 kata.
• Setelah selesai, tempelkan metaplan di kain hitam yang sudah disediakan dengan
menggunakan urutan proses (alur) berpikir yang runtut.

Anda mungkin juga menyukai