PERKIRAAN WAKTU
180 menit
PERLENGKAPAN
Kertas metaplan 4 warna ukuran 30 x 10. Masing-
masing 30 lembar.
Lem semprot 3M atau double tape.
Tempelkan sepotong double tape di seluruh kertas
metaplan (salah satu sisi saja).
4 Spidol pemanen.
4 Helai kain berwarna hitam ukuran 1 x 3 meter,
tempelkan horizontal di dinding. Semprot dengan
lem 3M.
Fotokopi bahan rujukan: Bagan Arus Advokasi Terpadu,
dari buku Merubah Kebijakan Publik (Mansoer Faqih, dkk).
32 Bacaan Pengantar untuk Fasilitator
33 Bacaan Pengantar untuk Fasilitator
Mengapa Advokasi merupakan jalinan interaksi dari berbagai pihak, aktivitas dan situasi.
Peserta Untuk memudahkan peserta memahami keseluruhan interaksi itu, maka
Perlu fasilitator perlu memberikan suatu kerangka kerja (framework). Kerangka
Memahami kerja yang baik itu bersifat lengkap, jelas dan rinci sehingga dapat berfungsi
Kerangka sebagai alat bantu/rujukan bagi peserta melakukan advokasi.
Kerja Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Advokasi • Kerangka yang lengkap adalah kerangka yang mencakup semua pihak,
Terpadu? aktivitas dan situasi yang mempunyai peran dalam suatu advokasi. Tidak
ada satu pun yang terlewat dan tidak ada satu pun yang diada-adakan.
“Think Globally • Kerangka kerja yang jelas adalah kerangka yang mampu membedakan
Act Locally”
masing-masing pihak, aktivitas maupun situasi yang diikutkan ke dalam
(Anonimous, 1999) kerangka melalui tolok ukur yang dapat dipahami dan digunakan. Tidak
ada grey area dan tidak ada definisi longgar yang bisa dipakaikan kepada
banyak komponen.
• Kerangka kerja yang rinci adalah kerangka yang menguraikan hubungan
atau kaitan antara satu komponen dengan komponen lainnya.
Dalam sesi ini peserta akan menyusun kerangka kerja berdasarkan analisa
mereka sendiri pada kasus yang diberikan. Hasil kerja peserta dapat
bervariasi, tergantung keluasan wawasan dan kecakapan melihat hubungan
antar fakta yang berserak dalam kasus. Apapun hasil kerja peserta, fasilitator
perlu mengapresiasi lebih dulu sebelum mengarahkan kepada kerangka yang
menjadi acuan. Ingat, partisipasi adalah kata kunci dalam proses advokasi.
Selanjutnya, fasilitator perlu menyampaikan kepada peserta bahwa tidaklah
praktis jika tiap kali berhadapan dengan kasus, kita menyusun kerangka kerja
advokasi. Selain mendorong kita bersikap reaktif, kerangka kerja yang disusun
ad hoc semacam itu akan sulit diharapkan memenuhi kaidah kerangka
yang lengkap, jelas dan rinci. Mengapa? Kasus menuntut penanganan
segera dan jika kita berkutat dengan penyusunan kerangka kerja, maka kita
sudah menyia-nyiakan energi dan sumberdaya yang mestinya sudah bisa
dimanfaatkan untuk penanganan.
Berangkat dari fakta ini, fasilitator dapat mengarahkan peserta pada
kesadaran bahwa diperlukan suatu kerangka advokasi yang cukup universal
untuk dapat diterapkan pada kasus manapun yang dihadapi. Kerangka ini
disusun oleh tokoh-tokoh dengan pengalaman luas sekaligus intensif dalam
melakukan advokasi.
Penyadaran seperti ini perlu dilakukan agar tidak timbul resistensi dari
peserta yang mungkin menyangka bahwa sedang ada proses indoktrinasi
suatu kerangka baku. Mungkin respon yang timbul bisa berupa kecurigaan
34 Bacaan Pengantar untuk Fasilitator
“konspirasi pemikir barat yang idenya belum tentu sesuai dengan budaya
timur” sampai “pemasungan kreativitas dengan pemaksaan standarisasi
yang bertentangan dengan semangat pembebasan Paulo Freire”,
dan seterusnya.
Fasilitator dapat menggunakan studi kasus yang disertakan dalam modul
ini atau mengadaptasinya. Dalam menyusun studi kasus, fasilitator perlu
memiripkan dengan situasi nyata dan diuraikan secara lengkap dengan
menghindari nama dan lokasi yang sama.
Setelah mempelajari, peserta membuat perkiraan hasil akhir/konsekuensi
dari situasi tersebut. Perkiraan dari peserta itu dibandingkan dengan
konsekuensi aktual. Dari perbandingan itulah peserta belajar, baik dengan
mengenali aspek-aspek yang terlewat maupun dengan komponen-komponen
yang sesuai. Dari situ diharapkan peserta mempunyai gambaran yang lebih
utuh terhadap suatu isu.
Selanjutnya, peserta akan belajar apakah cara pandang mereka sudah mampu
memperkirakan hasil akhir atau tidak. Katakanlah dari perkiraan peserta ada
tiga komponen yang sesuai, namun komponen yang paling berpengaruh
ternyata bukan seperti yang diperkirakan peserta. Di sini peserta dapat meraih
manfaat yang besar dalam memandang kerangka kerja secara utuh.
35 Bacaan Pengantar untuk Fasilitator
TOPIK Cipta Suasana Analisa Kasus Presentasi Membandingkan Penjelasan Diskusi dan
Kelompok dengan Bagan 3 lini advokasi Kesimpulan
Arus Advokasi
Terpadu
PROSES LENGKAP
No Kegiatan Keterangan
1. Cipta Suasana
• Berdiri di depan, ucapkan kalimat pembukaan yang positif,
hangat, apresiatif, segar dan mantap.
• Ajukan beberapa pertanyaan sederhana untuk memancing
perhatian peserta.
- Misalnya, “Sudah makan malam semuanya?”
• Mulai dengan memaparkan analogi advokasi dengan
konser musik (lampiran).
3. Presentasi Kelompok
• Bawa semua peserta mendekati bagan metaplan
kelompok 1, persilakan kelompok 1 menjelaskan bagan
metaplan mereka.
• Persilakan kelompok lain mengomentari.
37 Bacaan Pengantar untuk Fasilitator
PROSES LENGKAP
No Kegiatan Keterangan
PROSES LENGKAP
No Kegiatan Keterangan
CATATAN
VARIASI
Jika jumlah peserta kurang dari 30 atau waktu yang sangat pendek, maka akan lebih baik
jika peserta dibagi menjadi tiga kelompok untuk menghemat waktu.
39 Lampiran
Pementasan ini memerlukan banyak peralatan dan biaya sehingga untuk itu
diperlukan pemasukan dari penonton. Makin banyak penonton, makin
Contoh
Hasil
Flowchart
Peserta
40 Lampiran
BENTUK
LINGKAR
INTI
(Allies)
Kumpul
data/info
Analisis
PILIH ISSU data/info
STRATEGIS
Pengorganisasian masyarakat
Tetapkan
sikap & nalar
Siapkan satuan/barisan pendukung
Pendidikan politik
(dana, logistik, informasi, akses)
Pengaruhi
Pengaruhi pembuat & Ajukan
Lancarkan Lakukan
pendapat pelaksana konsep
tekanan pembelaan
umum kebijaksanaan tanding
PERUBAHAN
KEBIJAKAN PUBLIK :
-isi/naskah
-tata-laksana
-budaya
41 Lampiran
LAMPIRAN Lembar Kasus ini adalah yang dipakai dalam Advokasi Penyederhanaan
Pencatatan Kelahiran/Penggratisan Biaya Salinan Akta Kelahiran. Untuk
KASUS
pelatihan yang menggunakan isu lain, silahkan membuat kasus sendiri
atau dengan cara mengadaptasikan kisah di bawah dengan fakta dan data
yang relevan.
penerbitan akta kelahiran yang melewati batas waktu pelaporan (30 hari),
dikenakan biaya tambahan sebesar Rp. 17.500. Namun Hong Lee, anggota
GEPRAK keturunan Cina saat mengurus akta kelahiran anaknya, merasa
dipingpong dan dipersulit, yang buntutnya harus mengeluarkan ongkos
tambahan lebih besar.
Standar waktu layanan pengurusan akta kelahiran adalah seminggu, sejak
dokumen permohonan lengkap masuk ke DKC. Namun kenyataannya
berbeda, Kutipan Akta tersebut rata-rata baru diterima pemohon sebulan
kemudian. Jika menghendaki layanan cepat, warga akan dipungut biaya
administrasi di luar biaya retribusi resmi yang besarnya tergantung permintaan
waktu jadi. Ini merupakan sumber pendapatan ekstra para petugas di DKC.
Selain itu, tidak jelasnya persyaratan administratif yang harus dipenuhi
pemohon, menyebabkan orang harus bolak-balik ke Kantor DKC di ibukota
kabupaten. Padahal jarak antara ibukota dengan kecamatan-kecamatan
dan kelurahan bervariasi sekali jauhnya, mengingat sebagian wilayah ini
merupakan kepulauan. Maka tidak mengherankan jika jumlah anak-anak yang
memiliki akta kelahiran di Kabupaten X sangat kecil, yakni di bawah 40%.
Menyambut pelantikan bupati baru, GEPRAK berencana berdemo besar-
besaran menuntut kepada bupati agar menertibkan pelaksanaan layanan
pengurusan Akta Kelahiran, baik dalam hal biaya maupun prosedur pelaksanaannya.
Selain masalah di atas, bupati baru juga harus menghadapi permasalahan
serius. Ada 150-an penduduk yang pergi ke luar negeri sebagai TKI tenyata
dipulangkan secara paksa. Mereka dianggap sebagai imigran gelap karena
setelah diperiksa dokumen kependudukannya, ternyata umurnya tidak sesuai
dengan penampilannya. Banyak sekali yang ternyata berumur di bawah 17
tahun namun dipalsukan menjadi 20 tahunan.
Bahkan beberapa dari TKI perempuan ini juga mengalami pelecehan seksual
selama di luar negeri, namun tidak bisa dilakukan upaya pembelaan karena
status kewarganegaraannya yang tidak jelas (tidak punya akta kelahiran, tapi
punya KTP aspal). Isu ini sedemikian mencuat, sehingga sempat menjadi
bahan seminar dari organisasi Lawyer Club di tingkat provinsi yang umumnya
memiliki concern pada isu HAM (hak asasi manusia).
Masalah sosial lain adalah di daerah itu banyak preman yang suka menjadi
pemalak di daerah wisata, sebagian diantaranya juga merangkap sebagai
petugas keamanan. Menurut penuturan warga, banyaknya preman ini adalah
akibat mereka menganggur setelah tidak diterima di sekolah kepolisian/
ketentaraan karena tidak punya akta kelahiran. Mereka memilih menjadi
preman/petugas keamanan tidak resmi karena tidak suka bekerja kecuali
di bidang keamanan.
44 Lampiran
2. DPRD
a. DPRD terdiri dari 5 fraksi, dengan distribusi kursi:
• 43% kursi di DPRD dikuasai oleh partai KENTANG, yang 90%
anggotanya menolak untuk memilih Bupati lama.
• 15% dikuasai oleh partai SAGU.
• 10% dikuasai oleh partai PADI yang mendukung Bupati baru.
• 22% dikuasai oleh partai GANDUM.
• 10 % berisi gabungan partai kecil yang mendirikan fraksi pelangi.
b. Isu-isu yang sekarang ini tengah hangat diperbincangkan di DPRD adalah
TKI yang dipulangkan dengan paksa, juga cara peningkatan PAD.
c. Rata-rata tingkat pemahaman anggota DPRD terhadap perlindungan hak
anak masih rendah.
d. Tunjangan kesejahteraan anggota DPRD berasal dari PAD yang salah satu
di antaranya bersumber dari biaya resmi penerbitan akta kelahiran.
3. Bappeda
a. Selama masa pemerintahan bupati lama, Kepala Bappeda dan jajarannya
harus bekerja pontang-panting karena keinginan dan kebijakan bupati
berkaitan dengan perencanaan pembangunan daerah sering berubah-ubah.
b. Sebab utama dari permasalahan ini adalah karena kabupaten ini
tidak memiliki angka vital statistik yang valid dalam merencanakan
pembangunan, karena jumlah kelahiran yang tidak tercatat dengan baik.
c. Sebagai akibatnya, tudingan masyarakat mengenai ketidakbecusan dalam
merencanakan pembangunan daerah, nyaris selalu ditujukan kepada Bappeda.
5. Organisasi Bidan
a. Karena suksesnya program BKKBN , masyarakat terbiasa memanfaatkan
jasa bidan untuk membantu persalinan. Sebagian besar bidan ini
terorganisir dalam sebuah kelompok yang dipimpin seorang bidan senior.
b. Banyak bidan yang menawarkan jasa pengurusan akta kelahiran namun
sangat sedikit warga yang memanfaatkannya. Hal ini disebabkan selain
mengutip biaya cukup mahal (Rp 25.000 – Rp 30.000), rata-rata bidan tidak
memiliki pengetahuan mengenai manfaat akta kelahiran.
7. Kelompok GEPRAK
• Kelompok GEPRAK (Gerakan Penertiban Retribusi Akta Kelahiran)
dimotori oleh seorang anak muda bernama Setyaki. Ia hanya lulusan SMA
tapi cerdas dan memiliki bakat alam sebagai orator serta organisator.
• Setyaki adalah ketua Organisasi Buruh pada sebuah pabrik sandal japit
yang cukup besar di Kabupaten X. Selain itu, ia pernah menjabat sebagai
Sekretaris Umum Organisasi Pemuda Daerah terbesar di kabupaten itu
dan dikenal dekat dengan Partai KENTANG.
• Peran Setyaki dalam memperjuangkan hak-hak buruh pabrik di Kabupaten
X sangat besar sehingga namanya cukup dikenal, baik di kalangan Dinas
Tenaga Kerja, DPRD, Sekretariat Daerah hingga Kejaksaan dan Kepolisian.
• Ia pernah mengorganisasikan unjukrasa puluhan ribu buruh di Kabupaten
X pada saat perundingan Tripartit (Pemda, Asosiasi Pengusaha Indonesia/
Apindo dan Organisasi Buruh) mengenai besaran minimal THR bagi buruh
tahun 2000.
• Seperti juga Hong Lee, Setyaki juga merasa dirugikan ketika mengurus
akta kelahiran anak pertamanya di DKC Kabupaten X sehingga
membentuk Kelompok GEPRAK.
• Sebagian besar anggota Kelompok GEPRAK adalah pengurus organisasi
buruh yang tersebar di berbagai pabrik di Kabupaten X.
46 Lampiran
C. Tugas Kelompok Anda adalah tim advokasi “andalan” yang baru saja didirikan di
Kabupaten X. Berdasarkan informasi di atas, kelompok Anda bermaksud
membuat strategi advokasi menyangkut pembuatan akta kelahiran.
Usulan advokasi ini berdasarkan pengetahuan salah satu anggota kelompok
Anda yang pernah ikut pelatihan mengenai hak anak, bahwa ada Undang-
undang Perlindungan Anak (UUPA) no 23/tahun 2002, bab V pasal 28 yang
seingatnya berisi antara lain:
• Ayat 1: “Pembuatan Akta kelahiran menjadi tanggung jawab pemerintah
yang pelaksanaannya diselenggarakan serendah-rendahnya pada tingkat
kelurahan/desa.
• Ayat 3: “Pembuatan akta kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak dikenakan biaya.
Pertanyaan Panduan
Berdasarkan kasus di atas:
• Apa isu utama yang akan dipilih kelompok Anda dalam kasus di atas?
• Mengapa isu itu dipilih sebagai isu utama oleh kelompok Anda?
• Apa saja tujuan/sasaran yang ingin kelompok Anda capai dengan
memperjuangkan isu tersebut?
• Bagaimana saja cara kelompok Anda mencari data yang diperlukan?
• Siapa saja yang hendak dilibatkan dalam memperjuangkan kasus di atas?
• Sebagai apa posisi mereka dalam kasus ini?
• Organisasi/kelompok apa saja yang dapat dijadikan jaringan dan sekutu
Anda dalam memperjuangkan kasus ini?
• Siapa saja yang dapat dikatakan sebagai tokoh utama?
• Apa yang akan kelompok Anda lakukan bersama orang/kelompok yang
dilibatkan dalam memperjuangkan isu tersebut?
• Siapa sasaran kelompok yang untuk kegiatan tersebut?
• Apa saja bentuk atau taktik pemanfaatan media yang bisa digunakan?
• Siapa saja sasaran penggunaan media itu?
TUGAS
• Tulis dalam kertas metaplan setiap jawaban dari pertanyaan diatas.
• Satu pertanyaan bisa memiliki lebih dari satu jawaban.
o Setiap jawaban ditulis dalam satu kertas metaplan dengan huruf cukup besar.
o Setiap kertas metaplan usahakan maksimal 3-5 kata.
• Setelah selesai, tempelkan metaplan di kain hitam yang sudah disediakan
dengan menggunakan urutan proses (alur) berpikir yang runtut.