Anda di halaman 1dari 16

03

KERANGKA KERJA ADVOKASI


TUJUAN
Mampu melakukan analisa kasus sesuai isu yang
dibahas secara komprehensif untuk menemukan proses
alur berpikir.
Memahami kerangka kerja advokasi secara lengkap.
Menunjukkan bahwa satu tujuan besar hanya bisa
dicapai melalaui beberapa sasaran antara.

PERKIRAAN WAKTU

180 menit
PERLENGKAPAN
Kertas metaplan 4 warna ukuran 30 x 10. Masing-
masing 30 lembar.
Lem semprot 3M atau double tape.
Tempelkan sepotong double tape di seluruh kertas
metaplan (salah satu sisi saja).
4 Spidol pemanen.
4 Helai kain berwarna hitam ukuran 1 x 3 meter,
tempelkan horizontal di dinding. Semprot dengan
lem 3M.
Fotokopi bahan rujukan: Bagan Arus Advokasi Terpadu,
dari buku Merubah Kebijakan Publik (Mansoer Faqih, dkk).
32 Bacaan Pengantar untuk Fasilitator
33 Bacaan Pengantar untuk Fasilitator

Mengapa Advokasi merupakan jalinan interaksi dari berbagai pihak, aktivitas dan situasi.
Peserta Untuk memudahkan peserta memahami keseluruhan interaksi itu, maka
Perlu fasilitator perlu memberikan suatu kerangka kerja (framework). Kerangka
Memahami kerja yang baik itu bersifat lengkap, jelas dan rinci sehingga dapat berfungsi
Kerangka sebagai alat bantu/rujukan bagi peserta melakukan advokasi.
Kerja Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Advokasi • Kerangka yang lengkap adalah kerangka yang mencakup semua pihak,
Terpadu? aktivitas dan situasi yang mempunyai peran dalam suatu advokasi. Tidak
ada satu pun yang terlewat dan tidak ada satu pun yang diada-adakan.
“Think Globally • Kerangka kerja yang jelas adalah kerangka yang mampu membedakan
Act Locally”
masing-masing pihak, aktivitas maupun situasi yang diikutkan ke dalam
(Anonimous, 1999) kerangka melalui tolok ukur yang dapat dipahami dan digunakan. Tidak
ada grey area dan tidak ada definisi longgar yang bisa dipakaikan kepada
banyak komponen.
• Kerangka kerja yang rinci adalah kerangka yang menguraikan hubungan
atau kaitan antara satu komponen dengan komponen lainnya.

Dalam sesi ini peserta akan menyusun kerangka kerja berdasarkan analisa
mereka sendiri pada kasus yang diberikan. Hasil kerja peserta dapat
bervariasi, tergantung keluasan wawasan dan kecakapan melihat hubungan
antar fakta yang berserak dalam kasus. Apapun hasil kerja peserta, fasilitator
perlu mengapresiasi lebih dulu sebelum mengarahkan kepada kerangka yang
menjadi acuan. Ingat, partisipasi adalah kata kunci dalam proses advokasi.
Selanjutnya, fasilitator perlu menyampaikan kepada peserta bahwa tidaklah
praktis jika tiap kali berhadapan dengan kasus, kita menyusun kerangka kerja
advokasi. Selain mendorong kita bersikap reaktif, kerangka kerja yang disusun
ad hoc semacam itu akan sulit diharapkan memenuhi kaidah kerangka
yang lengkap, jelas dan rinci. Mengapa? Kasus menuntut penanganan
segera dan jika kita berkutat dengan penyusunan kerangka kerja, maka kita
sudah menyia-nyiakan energi dan sumberdaya yang mestinya sudah bisa
dimanfaatkan untuk penanganan.
Berangkat dari fakta ini, fasilitator dapat mengarahkan peserta pada
kesadaran bahwa diperlukan suatu kerangka advokasi yang cukup universal
untuk dapat diterapkan pada kasus manapun yang dihadapi. Kerangka ini
disusun oleh tokoh-tokoh dengan pengalaman luas sekaligus intensif dalam
melakukan advokasi.
Penyadaran seperti ini perlu dilakukan agar tidak timbul resistensi dari
peserta yang mungkin menyangka bahwa sedang ada proses indoktrinasi
suatu kerangka baku. Mungkin respon yang timbul bisa berupa kecurigaan
34 Bacaan Pengantar untuk Fasilitator

“konspirasi pemikir barat yang idenya belum tentu sesuai dengan budaya
timur” sampai “pemasungan kreativitas dengan pemaksaan standarisasi
yang bertentangan dengan semangat pembebasan Paulo Freire”,
dan seterusnya.
Fasilitator dapat menggunakan studi kasus yang disertakan dalam modul
ini atau mengadaptasinya. Dalam menyusun studi kasus, fasilitator perlu
memiripkan dengan situasi nyata dan diuraikan secara lengkap dengan
menghindari nama dan lokasi yang sama.
Setelah mempelajari, peserta membuat perkiraan hasil akhir/konsekuensi
dari situasi tersebut. Perkiraan dari peserta itu dibandingkan dengan
konsekuensi aktual. Dari perbandingan itulah peserta belajar, baik dengan
mengenali aspek-aspek yang terlewat maupun dengan komponen-komponen
yang sesuai. Dari situ diharapkan peserta mempunyai gambaran yang lebih
utuh terhadap suatu isu.
Selanjutnya, peserta akan belajar apakah cara pandang mereka sudah mampu
memperkirakan hasil akhir atau tidak. Katakanlah dari perkiraan peserta ada
tiga komponen yang sesuai, namun komponen yang paling berpengaruh
ternyata bukan seperti yang diperkirakan peserta. Di sini peserta dapat meraih
manfaat yang besar dalam memandang kerangka kerja secara utuh.
35 Bacaan Pengantar untuk Fasilitator

RINGKASAN ALUR SESI

TOPIK Cipta Suasana Analisa Kasus Presentasi Membandingkan Penjelasan Diskusi dan
Kelompok dengan Bagan 3 lini advokasi Kesimpulan
Arus Advokasi
Terpadu

TUJUAN • Membangun • Mampu • Memperluas • Memahami • Memahami • Memperluas


suasana melakukan wacana dari kerangka kerja tiga lini wacana.
(state analisa kasus berbagai advokasi advokasi
of mind). sesuai dengan perspektif. secara yang harus
• Menjelaskan isu yang lengkap. disasar.
tujuan sesi. dibahas secara
komprehensif
untuk
menemukan
proses alur
berpikir.
• Menunjukkan
bahwa satu
tujuan besar
hanya bisa
dicapai melalaui
beberapa
sasaran antara.

ALAT • Lembar kasus • Mikrofon • Kertas • Kertas


BANTU • Kertas ekstra Rujukan: Rujukan:
metapkan Bagan Arus Tiga Lini
Advokasi Advokasi
• Spidol Terpadu
• Kain hitam
• Lem semprot
3M/double tape

METODE • Kisah • Studi Kasus • Presentasi • Dialog • Ceramah • Diskusi


• Ceramah • Diskusi Kelompok

WAKTU 5” 60” 45” 45” 15” 10”


36 Bacaan Pengantar untuk Fasilitator

PROSES LENGKAP

No Kegiatan Keterangan

1. Cipta Suasana
• Berdiri di depan, ucapkan kalimat pembukaan yang positif,
hangat, apresiatif, segar dan mantap.
• Ajukan beberapa pertanyaan sederhana untuk memancing
perhatian peserta.
- Misalnya, “Sudah makan malam semuanya?”
• Mulai dengan memaparkan analogi advokasi dengan
konser musik (lampiran).

2. Analisa Kasus Pada prinsipnya


• Jelaskan tujuan sesi. isu apapun bisa
digunakan,
• Minta peserta berkumpul duduk melingkar dalam
namun yang
kelompok masing-masing.
terbaik adalah
• Bagikan lembar kasus mengenai isu. yang relevan
• Jelaskan bahwa kasus ini mengandung komponen dan dengan tujuan
peserta diminta mengidentifikasi komponen tersebut pelatihan.
sesuai pertanyaan yang ada di lembar kasus.
• Persilakan peserta membahas kasus dalam kelompok
dan merumuskan pendapat mereka.
• Setiap pertanyaan (yang ada di lembar kasus) bisa lebih
dari jawaban. Setiap jawaban ditulis dalam selembar
kertas metaplan oleh kelompok (bukan perorangan).
• Usahakan tulisan cukup besar untuk bisa dibaca dari
jarak 2 meter. Minta peserta merumuskan tiap jawaban
dalam kalimat pendek (3-5 kata/lembar metaplan)
• Setelah selesai, minta mereka menempelkan jawaban
dalam bentuk bagan proses (flowchart) di kain hitam
yang ada di dinding (lihat lampiran).

3. Presentasi Kelompok
• Bawa semua peserta mendekati bagan metaplan
kelompok 1, persilakan kelompok 1 menjelaskan bagan
metaplan mereka.
• Persilakan kelompok lain mengomentari.
37 Bacaan Pengantar untuk Fasilitator

PROSES LENGKAP

No Kegiatan Keterangan

• Catat komentar kelompok lain dan tanggapan kelompok 1.


• Ulangi proses yang sama untuk kelompok berikutnya.
• Kembalikan peserta ke bentuk pleno, paparkan rangkuman
catatan dan bagikan salinan kepada peserta.
• Jelaskan bahwa tidak ada benar salah pada sesi ini.

4. Membandingkan dengan Bagan Arus Advokasi Terpadu


• Awali dengan pertanyaan pemandu “Saya baru pertama
kali mengunjungi kota ini. Jika saya ingin pergi dari tempat
ini ke tempat wisata, bagaimana caranya?”. Minta seorang
peserta menjawab, catat di flipchart. Lanjutkan “Terima
kasih, adakah jalan lain ke sana?”. Minta seorang peserta lain
menjawab, catat di flipchart. Lanjutkan “Terima kasih, satu
kali lagi, adakah jalan alternatif ke sana?”. Minta
seorang peserta lain menjawab, catat di flipchart.
• Tanyakan, “Hadirin sekalian, sekarang ada tiga jalan menuju
tempat wisata. Yang manakah yang paling cepat?” Catat
jawaban peserta, tandai di flipchart. Tanyakan “Kalau yang
paling indah pemandangannya, jalan yang mana?”. Catat
jawaban peserta, tandai di flipchart. Tanyakan “Jalan mana
yang paling murah biayanya?”. Catat jawaban peserta,
tandai di flipchart.
• Bahas “Kita bisa lihat bahwa untuk mencapai satu
tujuan yang sama, ada beberapa jalan menuju ke sana.
Masing-masing meminta biaya yang berbeda, memberi
pemandangan yang berbeda dan memerlukan waktu
yang berbeda. Seperti itu pula advokasi.”
• Tampilkan Bagan advokasi terpadu.
• Jelaskan “Dalam advokasi, satu tujuan yang sama, misalnya
perubahan kebijakan publik, dapat dicapai melalui berbagai
cara, contoh lobi. Lobi memerlukan lima aktivitas, tiap
aktivitas dilakukan oleh dua stakeholder, satu stakeholder
menjadi pelaku aktivitas, yang lain menjadi sasarannya.”
• Jelaskan “tujuan akhir advokasi yaitu perubahan situasi
dicapai melalui lima sasaran antara sesuai yang ada di bagan”.
38 Bacaan Pengantar untuk Fasilitator

PROSES LENGKAP

No Kegiatan Keterangan

5. Proses komunikasi dalam mempengaruhi


kebijakan publik
• Jelaskan adanya tiga lini advokasi yang
perlu dilibatkan secara bersama agar proses
advokasi sukses.
o Lini legislatif (mendorong terciptanya
payung hukum).
o Lini eksekutif (mendorong perubahan tata
laksana sesuai produk hukum).
o Lini sosial mobilisasi masyarakat (mengubah
perilaku masyarakat agar sesuai dengan
produk hukum).

6. Diskusi dan kesimpulan

CATATAN

Manajemen waktu sangat dipelukan di sini, umumnya peserta tergoda untuk


mengobrol saat diskusi kasus.
Fasilitator juga perlu mengupayakan agar seluruh peserta aktif dalam diskusi
dan perumusan masalah.
Ingatkan agar peserta membawa data-data yang sudah disiapkan dari rumah
untuk sesi berikutnya (dialog dengan narasumber).

VARIASI

Jika jumlah peserta kurang dari 30 atau waktu yang sangat pendek, maka akan lebih baik
jika peserta dibagi menjadi tiga kelompok untuk menghemat waktu.
39 Lampiran

LAMPIRAN Advokasi mirip dengan konser musik


Advokasi dapat dianalogikan dengan pelaksanaan konser musik di stadion.
Hasil akhirnya adalah kelompok musik beraksi di atas panggung dalam
stadion yang dipenuhi penonton dan pertunjukan berlangsung aman
hingga akhir.

Terjadinya hasil akhir di atas mencakup banyak kegiatan yang dilakukan


banyak pihak. Pertama, tentu saja harus ada kelompok musik yang akan
tampil. Berikutnya, kelompok ini dihubungi oleh penyelenggara untuk
menyepakati jadwal dan kontrak pementasan. Begitu kontrak disepakati,
penyelenggara perlu menyiapkan stadion dan panggung tempat pementasan.

Pementasan ini memerlukan banyak peralatan dan biaya sehingga untuk itu
diperlukan pemasukan dari penonton. Makin banyak penonton, makin

banyak pemasukan. Namun di lain pihak, makin besar kemungkinan


terjadinya kerusuhan sehingga diperlukan pengamanan ekstra.
Beberapa kegiatan dilakukan berurutan, seperti penjualan tiket dilakukan
sesudah kontrak ditandatangani. Beberapa kegiatan dilakukan bersamaan
seperti pengamanan oleh petugas bersamaan dengan kelompok musik
mengalunkan lagu.

Pelaksanaan advokasi juga mencakup banyak kegiatan, baik berurutan


mapun serempak. Satu tujuan yang dapat diraih dengan melakukan beberapa
hal secara serentak dan saling mendukung.

Contoh
Hasil
Flowchart
Peserta
40 Lampiran

BAGAN ARUS ADVOKASI TERPADU

BENTUK
LINGKAR
INTI
(Allies)

Kumpul
data/info

Analisis
PILIH ISSU data/info
STRATEGIS
Pengorganisasian masyarakat

Tetapkan
sikap & nalar
Siapkan satuan/barisan pendukung

Pendidikan politik
(dana, logistik, informasi, akses)

Galang sekutu Kemasan issu


(Alliance) sebanyak semenarik

diskusi, seminar, dll


mungkin mungkin

Lakukan pemantauan evaluasi


Bangun
basis
gerakan
Pelatihan
teknis

Pengaruhi
Pengaruhi pembuat & Ajukan
Lancarkan Lakukan
pendapat pelaksana konsep
tekanan pembelaan
umum kebijaksanaan tanding

- unjuk rasa - kampanya - lobbi - class action - legal drafting


- mogok, boikot - siaran/pernyataan - negosiasi - legal standing - counter draft
- pembangkangan - jajak pendapat - mediasi (untuk - judicial review
sosial - selebaran - kolaborasi melahirkan
- aksi massa lainnya jurisprudensi)

PERUBAHAN
KEBIJAKAN PUBLIK :
-isi/naskah
-tata-laksana
-budaya
41 Lampiran

PROSES KOMUNIKASI DALAM MEMPENGARUHI


KEBIJAKAN PUBLIK
42 Lampiran

LAMPIRAN Lembar Kasus ini adalah yang dipakai dalam Advokasi Penyederhanaan
Pencatatan Kelahiran/Penggratisan Biaya Salinan Akta Kelahiran. Untuk
KASUS
pelatihan yang menggunakan isu lain, silahkan membuat kasus sendiri
atau dengan cara mengadaptasikan kisah di bawah dengan fakta dan data
yang relevan.

LEMBAR KASUS AKTA KELAHIRAN


Kasus di bawah ini hanya rekaan, jika ada kemiripan dengan nama tokoh/
lokasi kejadian, maka hanya kebetulan belaka. Tidak ada maksud apapun
kecuali untuk bahan analisa pelatihan advokasi.

A. Latar Kabupaten X memiliki keunikan tersendiri karena terletak di pinggir pesisir


Belakang pantai, dan sebagian dari wilayahnya berupa rangkaian kepulauan kecil.
Masalah Profesi masyarakatnya sangat beragam, karena di daerah itu juga banyak
berdiri pabrik-pabrik. Ditinjau dari kepemilikan sumberdaya yang siap
digarap untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Kabupaten
X kurang beruntung. Sebagian terbesar sumberdaya yang dimiliki berupa
potensi di sektor wisata. Sayangnya potensi pariwisata tersebut kurang
dilirik investor, karena infrastruktur – terutama kondisi jalan dan jembatan,
masih kurang memadai.
Berangkat dari terbatasnya sumber PAD yang siap digali, bupati lama
menerbitkan rancangan Perda (peraturan daerah) tentang Layanan
Kependudukan. Targetnya adalah menggali pendapatan dari retribusi layanan
kependudukan, diantaranya penerbitan Akta Kelahiran yang sudah disahkan
DPRD tahun 2000 yang lalu.
Dua tahun Perda itu berjalan, bupati lama selesai masa tugasnya dan
dilaksanakan Pilkada baru. Ternyata Bupati lama kalah telak dan segera
diganti bupati baru yang berasal dari partai PADI. Sebagian besar masyarakat
menduga-duga apakah bupati baru akan mewarisi sistem pemerintahan yang
korup juga? Hampir semua kepala dinas dan pejabat teras adalah “orang-
orang” bupati lama yang dinilai korup di mata masyarakat. Bupati lama
diangap memberi kesempatan kepada aparatnya untuk cari-cari “uang saku
tambahan” saat melakukan pekerjaannya.
Contoh kasus yang disorot sebuah kelompok lokal yang menamakan diri
Gerakan Penertiban Retribusi Akta Kelahiran (GEPRAK) adalah Perda tentang
Pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Akta Catatan Sipil. Disahkan oleh
DPRD pada pertengahan tahun 2000, Perda tersebut menurut GEPRAK
penuh dengan kejanggalan. Misalnya dalam biaya retribusi pengurusan akta
kelahiran. Resminya, besaran retribusi yang dikenakan sebesar Rp. 15.000,-
untuk pelayanan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (DKC), serta
Rp. 20.000,- untuk pelayanan jemput bola. Untuk kasus-kasus khusus yakni
43 Lampiran

penerbitan akta kelahiran yang melewati batas waktu pelaporan (30 hari),
dikenakan biaya tambahan sebesar Rp. 17.500. Namun Hong Lee, anggota
GEPRAK keturunan Cina saat mengurus akta kelahiran anaknya, merasa
dipingpong dan dipersulit, yang buntutnya harus mengeluarkan ongkos
tambahan lebih besar.
Standar waktu layanan pengurusan akta kelahiran adalah seminggu, sejak
dokumen permohonan lengkap masuk ke DKC. Namun kenyataannya
berbeda, Kutipan Akta tersebut rata-rata baru diterima pemohon sebulan
kemudian. Jika menghendaki layanan cepat, warga akan dipungut biaya
administrasi di luar biaya retribusi resmi yang besarnya tergantung permintaan
waktu jadi. Ini merupakan sumber pendapatan ekstra para petugas di DKC.
Selain itu, tidak jelasnya persyaratan administratif yang harus dipenuhi
pemohon, menyebabkan orang harus bolak-balik ke Kantor DKC di ibukota
kabupaten. Padahal jarak antara ibukota dengan kecamatan-kecamatan
dan kelurahan bervariasi sekali jauhnya, mengingat sebagian wilayah ini
merupakan kepulauan. Maka tidak mengherankan jika jumlah anak-anak yang
memiliki akta kelahiran di Kabupaten X sangat kecil, yakni di bawah 40%.
Menyambut pelantikan bupati baru, GEPRAK berencana berdemo besar-
besaran menuntut kepada bupati agar menertibkan pelaksanaan layanan
pengurusan Akta Kelahiran, baik dalam hal biaya maupun prosedur pelaksanaannya.
Selain masalah di atas, bupati baru juga harus menghadapi permasalahan
serius. Ada 150-an penduduk yang pergi ke luar negeri sebagai TKI tenyata
dipulangkan secara paksa. Mereka dianggap sebagai imigran gelap karena
setelah diperiksa dokumen kependudukannya, ternyata umurnya tidak sesuai
dengan penampilannya. Banyak sekali yang ternyata berumur di bawah 17
tahun namun dipalsukan menjadi 20 tahunan.
Bahkan beberapa dari TKI perempuan ini juga mengalami pelecehan seksual
selama di luar negeri, namun tidak bisa dilakukan upaya pembelaan karena
status kewarganegaraannya yang tidak jelas (tidak punya akta kelahiran, tapi
punya KTP aspal). Isu ini sedemikian mencuat, sehingga sempat menjadi
bahan seminar dari organisasi Lawyer Club di tingkat provinsi yang umumnya
memiliki concern pada isu HAM (hak asasi manusia).
Masalah sosial lain adalah di daerah itu banyak preman yang suka menjadi
pemalak di daerah wisata, sebagian diantaranya juga merangkap sebagai
petugas keamanan. Menurut penuturan warga, banyaknya preman ini adalah
akibat mereka menganggur setelah tidak diterima di sekolah kepolisian/
ketentaraan karena tidak punya akta kelahiran. Mereka memilih menjadi
preman/petugas keamanan tidak resmi karena tidak suka bekerja kecuali
di bidang keamanan.
44 Lampiran

B. Informasi 1. Bupati Baru


Tambahan Pengusaha lokal yang cukup sukses, bergerak di bidang perdagangan saprodi
(sarana produksi padi), agrobisnis dan peternakan sapi sistem bagi hasil
dengan petani setempat. Sebelum menjadi Bupati, beliau adalah mantan
ketua umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) di tingkat provinsi.

2. DPRD
a. DPRD terdiri dari 5 fraksi, dengan distribusi kursi:
• 43% kursi di DPRD dikuasai oleh partai KENTANG, yang 90%
anggotanya menolak untuk memilih Bupati lama.
• 15% dikuasai oleh partai SAGU.
• 10% dikuasai oleh partai PADI yang mendukung Bupati baru.
• 22% dikuasai oleh partai GANDUM.
• 10 % berisi gabungan partai kecil yang mendirikan fraksi pelangi.
b. Isu-isu yang sekarang ini tengah hangat diperbincangkan di DPRD adalah
TKI yang dipulangkan dengan paksa, juga cara peningkatan PAD.
c. Rata-rata tingkat pemahaman anggota DPRD terhadap perlindungan hak
anak masih rendah.
d. Tunjangan kesejahteraan anggota DPRD berasal dari PAD yang salah satu
di antaranya bersumber dari biaya resmi penerbitan akta kelahiran.

3. Bappeda
a. Selama masa pemerintahan bupati lama, Kepala Bappeda dan jajarannya
harus bekerja pontang-panting karena keinginan dan kebijakan bupati
berkaitan dengan perencanaan pembangunan daerah sering berubah-ubah.
b. Sebab utama dari permasalahan ini adalah karena kabupaten ini
tidak memiliki angka vital statistik yang valid dalam merencanakan
pembangunan, karena jumlah kelahiran yang tidak tercatat dengan baik.
c. Sebagai akibatnya, tudingan masyarakat mengenai ketidakbecusan dalam
merencanakan pembangunan daerah, nyaris selalu ditujukan kepada Bappeda.

4. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil


a. Selama pemerintahan bupati lama, anggaran untuk DKC sangat minim,
baik untuk operasional kantor maupun kesejahteraan karyawan.
b. Kepala Dinas memutuskan untuk melakukan kebijakan ganda, yakni
menetapkan dua pilihan pengurusan KTP dan Akta Kelahiran. Pertama,
pengurusan standar yang sengaja di-setting dalam waktu 1 bulan dengan
biaya resmi. Dan kedua, pengurusan cepat (di bawah seminggu) dengan
tambahan biaya “tidak resmi” berkisar dari Rp 25.000,- sampai Rp 50.000,-.
45 Lampiran

c. Akumulasi pendapatan “tidak resmi” itulah yang digunakan untuk


membiayai administrasi dan peningkatan kesejahteraan karyawan.

5. Organisasi Bidan
a. Karena suksesnya program BKKBN , masyarakat terbiasa memanfaatkan
jasa bidan untuk membantu persalinan. Sebagian besar bidan ini
terorganisir dalam sebuah kelompok yang dipimpin seorang bidan senior.
b. Banyak bidan yang menawarkan jasa pengurusan akta kelahiran namun
sangat sedikit warga yang memanfaatkannya. Hal ini disebabkan selain
mengutip biaya cukup mahal (Rp 25.000 – Rp 30.000), rata-rata bidan tidak
memiliki pengetahuan mengenai manfaat akta kelahiran.

6. Rumah Sakit Umum “Harapan Sehat”


Satu-satunya Rumah Sakit yang memiliki jasa untuk membantu persalinan
di kabupaten itu adalah RSU “Harapan Sehat”. Selama ini rumah sakit ini tidak
memandang perlu memberikan layanan mengenai pengurusan akta kelahiran.
Kesempatan ini digunakan petugas kantin rumah sakit menjadi biro jasa
pengurusan akta, dengan biaya cukup mahal (Rp 50.000).

7. Kelompok GEPRAK
• Kelompok GEPRAK (Gerakan Penertiban Retribusi Akta Kelahiran)
dimotori oleh seorang anak muda bernama Setyaki. Ia hanya lulusan SMA
tapi cerdas dan memiliki bakat alam sebagai orator serta organisator.
• Setyaki adalah ketua Organisasi Buruh pada sebuah pabrik sandal japit
yang cukup besar di Kabupaten X. Selain itu, ia pernah menjabat sebagai
Sekretaris Umum Organisasi Pemuda Daerah terbesar di kabupaten itu
dan dikenal dekat dengan Partai KENTANG.
• Peran Setyaki dalam memperjuangkan hak-hak buruh pabrik di Kabupaten
X sangat besar sehingga namanya cukup dikenal, baik di kalangan Dinas
Tenaga Kerja, DPRD, Sekretariat Daerah hingga Kejaksaan dan Kepolisian.
• Ia pernah mengorganisasikan unjukrasa puluhan ribu buruh di Kabupaten
X pada saat perundingan Tripartit (Pemda, Asosiasi Pengusaha Indonesia/
Apindo dan Organisasi Buruh) mengenai besaran minimal THR bagi buruh
tahun 2000.
• Seperti juga Hong Lee, Setyaki juga merasa dirugikan ketika mengurus
akta kelahiran anak pertamanya di DKC Kabupaten X sehingga
membentuk Kelompok GEPRAK.
• Sebagian besar anggota Kelompok GEPRAK adalah pengurus organisasi
buruh yang tersebar di berbagai pabrik di Kabupaten X.
46 Lampiran

C. Tugas Kelompok Anda adalah tim advokasi “andalan” yang baru saja didirikan di
Kabupaten X. Berdasarkan informasi di atas, kelompok Anda bermaksud
membuat strategi advokasi menyangkut pembuatan akta kelahiran.
Usulan advokasi ini berdasarkan pengetahuan salah satu anggota kelompok
Anda yang pernah ikut pelatihan mengenai hak anak, bahwa ada Undang-
undang Perlindungan Anak (UUPA) no 23/tahun 2002, bab V pasal 28 yang
seingatnya berisi antara lain:
• Ayat 1: “Pembuatan Akta kelahiran menjadi tanggung jawab pemerintah
yang pelaksanaannya diselenggarakan serendah-rendahnya pada tingkat
kelurahan/desa.
• Ayat 3: “Pembuatan akta kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak dikenakan biaya.

Pertanyaan Panduan
Berdasarkan kasus di atas:
• Apa isu utama yang akan dipilih kelompok Anda dalam kasus di atas?
• Mengapa isu itu dipilih sebagai isu utama oleh kelompok Anda?
• Apa saja tujuan/sasaran yang ingin kelompok Anda capai dengan
memperjuangkan isu tersebut?
• Bagaimana saja cara kelompok Anda mencari data yang diperlukan?
• Siapa saja yang hendak dilibatkan dalam memperjuangkan kasus di atas?
• Sebagai apa posisi mereka dalam kasus ini?
• Organisasi/kelompok apa saja yang dapat dijadikan jaringan dan sekutu
Anda dalam memperjuangkan kasus ini?
• Siapa saja yang dapat dikatakan sebagai tokoh utama?
• Apa yang akan kelompok Anda lakukan bersama orang/kelompok yang
dilibatkan dalam memperjuangkan isu tersebut?
• Siapa sasaran kelompok yang untuk kegiatan tersebut?
• Apa saja bentuk atau taktik pemanfaatan media yang bisa digunakan?
• Siapa saja sasaran penggunaan media itu?

TUGAS
• Tulis dalam kertas metaplan setiap jawaban dari pertanyaan diatas.
• Satu pertanyaan bisa memiliki lebih dari satu jawaban.
o Setiap jawaban ditulis dalam satu kertas metaplan dengan huruf cukup besar.
o Setiap kertas metaplan usahakan maksimal 3-5 kata.
• Setelah selesai, tempelkan metaplan di kain hitam yang sudah disediakan
dengan menggunakan urutan proses (alur) berpikir yang runtut.

Anda mungkin juga menyukai