Anda di halaman 1dari 8

BAB II

LANDASAN TEORI
A. PERPUSTAKAAN
1. Definisi Perpustakaan
a. Pengertian Perpustakaan
Sebelum kita mendefinisikan perpustakaan sekolah, sebaiknya
terlebih dahulu kita memahami arti atau definisi perpustakaan, sebab
kata “sekolah” pada istilah “Perpustakaan sekolah” merupakan kata
yang menerangkan kata “Perpustakaan”. Memahami perpustakaan
secara umum merupakan dasar memahami perpustakaan sekolah.
Perpustakaan sekolah merupakan bagian dari perpustakaan secara
umum.1
b. Tata Kerja Perpustakaan Sekolah
Secara definitif, pengelolan perpustakaan sekolah berarti segenap
usaha pengkoordinasian segala kegiatan yang berhubungan dengan
penyelenggaraan perpustakaan sekolah. Usaha pengkoordinasian
tersebut biasanya diwadahi dalam suatu struktur organisasi yang
disebut struktur organisasi perpustakaan sekolah. Oleh karena struktur
organisasi merupakan wadah pengkoordinasian, maka struktur
organisasi perpustakaan sekolah harus mampu menunjukan hubungan
antara pejabat dan bidang kerja yang satu dengan yang lainnya
sehingga jelas kedudukan, wewenang, dan tanggung jawabnya masig
masing
Sampai saat ini belum ada struktur organisasi perpustakaan sekolah
yang baku. Sebagian besar masih dibuat sendiri oleh guru pustakawan
yang disesuaikan dengan kondisi perpustakaan sekolahnya. Di bawah
ini di sajikan struktur organisasi perpustakaan sekolah yang dapat di
jadikan pedoman oleh guru pustakawan dalam membuat struktur
organisasi perpustakaan di sekolahnya. Struktur organisasi di bawah ini

1
Ibrahim Bafadal, PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2009), 1.

9
cocok untuk perpustakaan sekolah yang masih baru berdiri dan
perpustakaan sekolah yang sednag berkembang.

Keteladanan yang baik

Gambar 1: Struktur Organisasi Perpustakaan Sekolah


 Tugas kepala perpustakaan sekolah adalah mengkoordinasi
penyelenggaraan perpustakaan sekolah. Dalam pelaksanaan
tugasnya, kepala perpustakaan sekolah berusaha menggerakan
segenap tenaga dan mengerahkan segala fasilitas kerja agar
perpustakaan sekolah dapat terselanggarakan dengan sebaik
baiknya.
 Tugas unit tata usaha adalah berhubungan dengan masalah surat
menyurat, personalia, keuangan, pengadaan dan pemeliharaan
sarana prasarana perpustakaan sekolah.
 Tugas pelayanan teknis adalah memproses atau mengolah
bahan-bahan Pustaka secara sistematis sesuai dengan aturan
yang berlaku. Kegiatan-kegiatan unit ini antara lain berupa
pengadaan bahan-bahan Pustaka, inventarisasi, klasifikasi,
katologisasi, membuat perlengkapan-perlengkapan buku seperti
label buku atau “call number”, kantong buku, slip tanggal dan
akhirnya Menyusun buku buku yang telah selesai diproses
tersebut di lemari atau rak buku yang tersedia.

10
 Tugas pelayan pembaca adalah melayani peminjaman dan
pengembalian buku-buku, memberikan bimbingan menbaca
kepada murid-murid, serta memberikan bantuan informasi
kepada siapa saja yang memerlukan khususnya warga sekolah.
Struktur organisasi tersebut di atas dapat dilengkapi dengan bagian
fungsi, yaitu suatu bagian struktur yang mrnggambarkan rincian tugas
dari tiap-tiap satuan unit kerja organisasi. Pembuatan bagian fungsi ini
banyak manfaatnya. Dengan melihat bagian fungsi seseorang dapat
memperoleh gambaran tantang besarnya organisasi, pembagian
organisasi saluran-saluran perintah dan tanggung jawab dari pimpinan
sampai ke bawah, rincian dan batas batas tugas setiap unit kerja
organisasi perpustakaan sekolah, serta jabatan-jabatan yang terdapat
pada organisasi tersebut. 2
2. Pengelolaan Perpustakaan Pesantren
Secara umum perpustakaan mempunyai arti sebagai suatu tempat
yang di dalammya terdapat kegiatan perhimpunan, pengolahan, dan
penyebarluasan (pelayanan) segala macam informasi baik yang tercetak
maupun yang terekam dalam berbagai media seperti buku, majalah,
surat kabar, film, kaset, tape recorder, video, computer, dan lain-lain.
Semua koleksi sumber informasi tersebut disusun berdasarkan system
tertentu dan di pergunakan untuk kepentingan belajar melalui kegiatan
membaca dan mencari informasi bagi segenap masyarakat yang
membutuhkannya. Perpustakaan bagi kalangan pondok pesantren belum
mendapatkan perhatian yang serius, hal ini di buktikan dengan
keberadaannya di pondok pesantren. Hampir di setiap pondok pesantren
tidak memiliki perpustakaan jikapun ada mungkin kondisinya sangat
memprihatinkan, padahal perpustakaan merupakan jantungnya
Lembaga Pendidikan termasuk pondok pesantren, bahkan secara
historis kemajuan peradaban islam didorong oleh keberadaan

2
Ibrahim Bafadal, PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2009), 10.

11
perpustakaan, dan perpustakaan yang terkenal dalam sejarah islam
adalah Baitul Hikmah, yang didirikan oleh Khalifah Al-Ma’Mum dari
dinasi abbasiyah tahun 318 H. dengan demikian, agar terwujudnya
budaya literasi di pondok pesantren, maka hal pertama yang perlu di
kembangkan adalah keberdaan perpustakaan yang up to date, rapi,
bersih, nyaman dan sejuk, serta memiliki fasilitas yang lengkap agar
menarik minat bagi kalangan pesantren.

B. FAKTOR PENGHAMBAT PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN


Dalam setiap kegiatan di sebuah organisasi tentu akan ditemukan
berbagai kendala atau hambatan, begitu pula dengan tata Kelola di
perpustakaan. Hambatan pengelolaan merupakan kendala yang
menyebabkan terhentinya proses mencapai tujuan yang di harapkan.
Hambatan muncul karena ada beberapa kegiatan kerja yang tidak berjalan
sesuai perencanaan, jika hal ini dibiarkan saja atau tidak ditemukan jalan
keluarnya menyebabkan bubarnya organisasi tersebut, atau organisasinya
ada namun tidak memiliki manfaat banyak bagi semua orang yang ada di
dalamnnya.
Hambatan yang ada dalam kegiatan tata Kelola perpustakaan
dimanapun termasuk pesantren yang paling sering dihadapi adalah
hambatan yang berhubungan dengan anggaran. Hal tersebut disebabkan
pesantren/madrasah tidak memiliki dana khusus bagi perpustakaan.
Selama ini anggaran yang terdapat dalam perpustakaan diperoleh melalui
dana BOS buku, dikarenakan kurangnnya dana sehingga guna
mengadakan sarana prasarana ataupun koleksi buku yang bersifat amat
mendadak tidak bisa direalisasi langsung serta haruslah dikoordinasi pada
bendahara BOS dahulu. Sesudah itu dikarenakan kurangnya anggaran bagi
perpustakaan, sehingga guna mengadakan buku non fiksi jarang dilakukan
dan upaya pembaharuan buku non fiksi yang sudah ada sangat lemah,
sehingga koleksi buku non fiksi di perpustakaan kurang mengikuti
perkembangan IPTEK ataupun tren. Padahal bagi koleksi buku non fiksi,

12
banyak dicari-cari oleh pengunjung perpustakaan, khususnya para santri
tidak sedikit yang suka juga membaca buku non fiksi. Ketersediaan buku
non fiksi dengan jumlah yang kurang dan tidak terdapat pembaharuan
yang memberi akibat menurunnya jumlah jumlah pengunjung dan aktifitas
peminjaman buku dalam perpustakaan menjadi menurun juga.
Dalam pengorganisasian perpustakaan juga ditemukan beberapa
hambatan. Diantaranya kepala masih kurang memiliki peran pada struktur
organisasi perpustakaan, kepala madrasan belum menunjukkan perannya
yang sungguh-sungguh dalam tata Kelola perpustakaan di pesantren. Hal
ini muncul karena kepala madrasah belum memiliki pengetahuan
bagaimana tata Kelola sebuah perpustakaan yang baik dan modern.
Demikian juga peran dan fungsi dari seorang kepala perpustakaan belum
berjalan dengan baik. Persoalan ini timbul disebabkan selain tugas
pokoknya sebagai kepala perpustakaan juga merangkap sebagai guru mata
pelajaran, sehingga kepala perpustakaan tidak mempunyai waktu lebih
untuk membantu mengelola perpustakaan. Kepala perpustakaan senantiasa
menggunakan waktu utamanya untuk kegiatan mengajar di kelas,
disamping itu tugas kepala perpustakaan dalam kegiatannya mengelola
perpustakaan dianggap hanya sebagai tugas tambahan.
Tugas dan fungsi petugas perpustakaan dalam mengelola
perpustakaan juga mengalami kendala dan hambatan. Petugas
perpustakaan sering kali kesusahan dan kelelahan saat perpustakaan di
kunjungi banyak santri, sebab harus dilayani seorang diri. Apalagi disaat-
saat membersihkan dan merawat buku serta kegiatan administrasi
perpustakaan yang semuanya harus di lakukan sendiri
Kendala pada pengarahan yakni minimnya pengkoordinasian yang
diberikan kepala madrasah langsung pada pihak perpustakaan. Hal tersebut
memberikan akibat tidak jelasnya tugas yang hendak dilaksanakan
pengelola perpustakaan, serta seiring pengelola perpustakaan bekerja
sendirian dan tidak terdapat pengarahan melalui kepala madrasah. Di
tambah lagi pengelola perpustakaan pesantren belum memiliki

13
keterampilan di bidang tata Kelola perpustakaan dan bukan merupakan
lulusan sarjana perpustakaan. Dengan pengetahuan apa adanya ysng
dimiliki pengelola perpustakaan, maka tugas dan kegiatan diperpustakaan
tidak berlangsung secara maksimal. Berdasarkan pengelola perpustakaan
dan kepala madrasah guna menangani permasalahan itu pihak madrasah
melibatkan petugas dan kepala madrasah pada seminar perpustakaan.
Kendala pada perpustakaan pesantren yaitu minimnya transparansi
dalam permasalahan anggaran. Hal tersebut memberikan akibat kurang
optimal penyusunan laporan yang dilaksanakan pihak perpustakaan saat
terdapat program pengadaan koleksi buku perpustakaan. Disamping itu
kendala yang terdapat pada pengawasan perpustakaan merupakan waktu
pengawasan yang dilaksanakan masihlah jarang. Sebaiknya waktu dari
pengawasan haruslah ditambah supaya mengurangi kekeliruan yang
terdapat dalam pengelolaan perpustakaan.
Kegiatan layanan di perpustakaan juga belum menunjukkan
aktifitas yang baik. Pelayanan yang di berikan kepada pengunjung baik
terhadap santri maupun guru kurang optimal sebab pegawai perpustakaan
melakukan tugas hanyalah sendiri. Minimnya SDM dalam perpustakaan
pesantren menambah kendala dan hambatan dalam kegiatan layanan di
perpustakaan.3
C. TUJUAN DAN MANFAAT PERPUSTAKAAN SEKOLAH
Penyelenggaraan perpustakaan sekolah bukan hanya untuk
mengumpulkan dan menyimpan bahan-bahan Pustaka, tetapi dengan
adanya penyelenggaraan perpustakaan sekolah diharapkan dapat
membentu murid murid dan guru menyelesaikan tugas-tugas dalam proses
belajar mengajar. Oleh sebab itu segala bahan Pustaka yang dimiliki
perpustakaan sekolah harus dapat menunjang proses belajar mengajar.

3
Rizkon jadidah Pasaribu. “Strategi tata kelola perpustakaan di pondok pesantren
mawaridussalam ”, Dalam Skripsinya (Program studi: Ilmu perpustakaan), Universitas
Islam negeri sumatra urata, hal. 91-93

14
Agar dapat menunjang proses belajar mengajar, maka dalam pengadaan
bahan Pustaka hendaknya mempertimbangkan kurikulum sekolah, serta
selera para pembaca yang dalam hal ini adalah murid-murid.
Perpustakaan sekolah tampak bermanfaat apabila benar-benar
memperlancar pencapaian tujuan proses belajar-mengajar di sekolah.
Indikasi manfaat tersebut tidak hanya berupa tingginya prestasi murid-
murid, tetapi lebih jauh lagi, antara lain adalah murid-murid mampu
mencari, menemukan, menyaring dan menilai informasi, murid-murid
terbiasa belajar mandiri, murid-murid terlatih kea rah tanggung jawab,
murid-murid selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, dan sebagainya.
Secara terinci, manfaat perpustakaan sekolah, baik yang di
selenggarakan di sekolah dasar, maupun di sekolah menengah adalah
sebagai berikut:
1. Perpustakaan sekolah dapat menimbulkan kecintaan murid-murid
terhadap membaca.
2. Perpustakaan sekolah dapat memperkaya pengalaman belajar
murid murid.
3. Perpustakaan sekolah dapat menanamkan kebiasaan belajar
mandiri yang akhirnya murid-murid mampu belajar mandiri.
4. Perpuatakaan sekolah dapat mempercepat proses penguasaaan
Teknik membaca.
5. Perpustakaan sekolah dapat membantu perkembangan kecakapan
berbahasa.
6. Perpustakaan sekolah dapat melatih murid-murid kearah tanggung
jawab.
7. Perpustakaan sekolah dapat memperlancar murid-murid dalam
menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
8. Perpustakaan sekolah dapat membantu guru-guru menemukan
sumber sumber pengajaran

15
9. Perpustakaan sekolah dapt membantu murid-muri, guru-guru, dan
anggota staf sekolah dalam mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. 4
Tidak hanya disekolah juga perpustakaan memiliki jasa bagi masyarakat,
perpustakaan tidaklah berada di awang-awang, perpustakaan berada di tengah
masyarakat. Eksistensi perpustakaan muncul karena kebutuhan masyarakat serta
dipelihara dan dikembangkan oleh masyarakat. Maka sudah sepatutnya
perpustakaan memberi jasa untuk masyarakat, khususnya masyarakat pemakai. 5

Salah satu prinsip kepustakawan menyatakan bahwa perpustakaan


diciptakan oleh masyarakat dari dana masyarakat dengan tujuan utama melayani
kepentingan masyarakat. Maka perpustakaan harus memanfaatkan sumber daya
yang ada semaksimal mungkin untuk kepentingan pemakai. Dalam hal jasa untuk
pemakai terdapat dua kubu, di satu pihak kubu pustakawan dengan koleksinya,
sedangkan di pihak lain ialah pemakai dengan segala harapannya.

Pemakai sebagai anggota masyarakat memiliki kebutuhan kultural dan


informasi, kebutuhan itu lazimmya di penuhi melalui perpustakaan, terutama
perpustakaan umum, bagi Lembaga khusus, kebutuhan informasi dan kultural
disediakan oleh perpustakaan khusus. Bagi mahasiswa dan dosen informasi akan
dipenuhi melalui perpustakaan perguruan tinggi. Sebenarnya pemisahan antara
perpustakaan khusus dengan perpustakaan perguruan tinggui merupakan hal
buatan belaka karena sebenarnya perpustakaan perguruan tinggi termasuk
kelompok perpustakaan khusus. Adanya pemisahan itu semata mata karena alas
an historis. 6

4
Ibrahim Bafadal, PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2009), 6
5
Sulisyo Basuki, PENGANTAR ILMU PERPUSTAKAAN(Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama,1991), 127
6
Ibid, hal. 127

16

Anda mungkin juga menyukai