Anda di halaman 1dari 17

Membangun Perpustakaan Ideal Di SMK

Posted by: Pemustaka on 22 January 2010 in Artikel Perpustakaan Leave a comment Salah satu kebijakan pemerintah tentang pendidikan menengah adalah peningkatan jumlah dan kualitas Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Secara umum kegiatan belajar- mengajar di SMK meliputi teori dan praktik. Kegiatan belajar teori pada prinsipnya sama dengan sekolah umum. Sedangkan kegiatan belajar praktik merupakan kegiatan belajar yang seharusnya lebih banyak dibanding dengan kegiatan teori. Oleh karena itu sebenarnya untuk siswa SMK ruang teori bukan merupakan hal sangat penting, karena siswa seharusnya lebih banyak di ruang praktik. Kondisi seperti ini menambah panjang deretan permasalahan mengenai keterpurukan perpustakaan disekolah. Keberadaannya yang hampa, tidak berarti, atau ada tetapi seolah tak ada dan tak bermakna. Gambaran perpustakaan sekolah itu sepi, dingin, lengang, dan asing, sangat terlihat jelas. Padahal pada hakekatnya, perpustakaan sekolah idealnya menjadi pusat aktifitas membaca, merenung, menulis, diskusi, bertukar pengetahuan dan informasi, dan kegiatan-kegiatan lain yang merangsang kreatifitas (Agus M Irkhan, Media Pustaka : 2007). Bagaimana mendapatkan kondisi ideal bagi perpustakaan sekolah khususnya di SMK itu dapat tercapai? Apa sebenarnya yang diinginkan oleh siswa di usia-usia remaja yang notabene identik dengan hal-hal menyenangkan? Permasalahan Dari uraian di atas, penulis rumuskan permasalahan artikel ini sebagai berikut, Bagaimanakah mencari bentuk perpustakaan ideal di SMK sehingga meningkatkan minat baca siswa? Tujuan Mencari bentuk perpustakaan ideal di SMK ini bertujuan untuk: 1. Memberi dorongan kepada siswa SMK agar senang dan rajin berkunjung ke Perpustakaan. 2. Meningkatkan minat baca siswa SMK 3. mengembalikan peran perpustakaan sekolah sesuai dengan tujuan dan fungsinya. Adapun fungsi perpustakaan sekolah adalah sebagai pusat kegiatan belajar siswa, pusat penelitian sederhana, dan tempat membaca guna menambah pengetahuan dan rekreasi Landasan Teori Perpustakaan Sekolah menurut Keputusan Menteri Pendidiknan dan Kebudayaan nomor 0103/O/1981, tanggal 11 Maret 1981, mempunyai fungsi sebagai : a. Pusat kegiatan belajar-mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan seperti tercantum dalam kurikulum sekolah

b. Pusat Penelitian sederhana yang memungkinkan para siswa mengembangkan kreativitas dan imajinasinya. c. Pusat membaca buku-buku yang bersifat rekreatif dan mengisi waktu luang (buku-buku hiburan) Semua fungsi tersebut akan tergambar dalam koleksi pepustakaan bersangkutan. Sedangkan menurut Drs. Rohanda, Msi (16 September 2000) yang disampaikan dalama rangka seminar sehari Ikatan Pustakawan Indonesia Pustakawan dan Guru, Perpustakaan Sekolah merupakan unit kerja dan sebagai perangkat mutlak (complement) dari sekolah yang bersangkutan. Dengan tujuan menyediakan koleksi pustakan untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. Dikatakan juga bahawa perpustakaan tersebut sebagai jantungnya pelaksanaan pendidikan pada lembaga itu. Sedangkan fungsi utamanya yaitu sebagai pusat sumber belajar,pusat sumber informasi dan pusat bacaan rekreasi dan pengisi waktu senggang. Untuk selanjutnya perpustakaan itu sebagai tempat membina minat dan bakat siswa, menuju belajar sepanjang hayat (Long Life Education) Berdasarkan penelitian yang dikaji oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, perpustakaan Sekolah ternyata mempunyai beberapa problematika/permasalahan perpustakaan dapat terindentifikasi sebagai berikut: 1. Banyak sekolah belum menyelenggarakan perpustakaan

2. Banyak perpustakaan yang belum menyelenggarakan layanan secara semestinya, dan hanya merupakan tempat penyimpanan buku belaka. 3. Belum ada keterkaitan atau integrasi yang bagus dengan kegiatan belajar mengajar

4. Keberadaan dan kegiatan perpustakaan sangat tergantung dari sikap kepala sekolah sebagai pemegang kebijaksanaan dalam pendanaan 5. Tidak adanya tenaga pustakawan tetap dikarenakan hanya dikelola oleh staf atau guru sebagai sampingan dimana nanti setiap saat dapat dimutasikan 6. Pekerjaan pustakawan kurang disukai, bahkan dianggap rendah daripada tugas guru. Ada beberapa perpustakaan yang diserahkan kepada petugas Tata Usaha dalam pengelolaannya. 7. Koleksi perpustakaan sangat lemah dan belum terarah

8. Layanan perpustakaan belum dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan kurangnya tenaga terdidik bidang perpustakaan 9. 10. Sumber dana yang terbatas Banyak sekolah belum mempunyai ruangan khusus untuk perpustakaan.

Pembahasan

SMK mempunyai karakteristik agak berbeda dengan sekolah yang lain. Secara umum kegiatan belajar- mengajar di SMK meliputi teori dan praktik. Kegiatan belajar teori pada prinsipnya sama dengan sekolah umum. Sedangkan kegiatan belajar praktik merupakan kegiatan belajar yang seharusnya lebih banyak dibanding dengan kegiatan teori. Oleh karena itu sebenarnya untuk siswa SMK ruang teori bukan merupakan hal sangat penting, karena siswa seharusnya lebih banyak di ruang praktik. Kondisi yang seperti itulah yang membuat pengunjung perpustakaan di SMK terlihat lebih sepi dibandingkan dengan perpustakaan di jenjang pendidikan yang lain. Beberapa hal yang harus dilakukan oleh perpustakaan di SMK agar lebih mendapatkan perhatian dari siswa adalah sebagai berikut: 1. Membuat promosi perpustakaan, dengan harapan hal tersebut akan menumbuhkan minat baca siswa. Beberapa bentuk promosi yang bisa dilakukan diantaranya: a. Memajang cover buku-buku baru di ruang pajang/display/rak di depan perpustakaan

b. Membuat leaflet koleksi-koleksi terbaru perpustakaan yang ditempelkan di papan pengumuman utama di sekolah. c. Mengadakan berbagai macam lomba, misalnya: lomba membaca, lomba pengunjung terajin, lomba meresume buku, dan berbagai macam lomba lain yang mungkin akan merangsang minat baca siswa. 1. Menata ulang desain interior perpustakaan Penataan layout perpustakaan di SMK dengan desain interior yang lebih santai dan hommy diharapkan akan membuat siswa menjadi lebih nyaman dan betah berlama-lama di perpustakaan. Selain itu suasana layout ruang baca dan penataan buku yang akrab dan tidak kaku juga akan menghilangkan kesan yang menjemukan bila memasuki ruangan perpustakaan. 3. Memperkaya Koleksi Buku Pengadaan koleksi selain koleksi wajib perpustakaan sebuah SMK mungkin akan menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa. Contohnya koleksi-koleksi buku-buku populer dan sedang trend di kalangan anak-anak muda, sehingga menimbulkan rasa bangga jika mereka telah membacanya. Dari tiga macam upaya yang dilakukan tadi, setidaknya perpustakaan di SMK bisa menjadi daya tarik bagi siswa untuk selalu merasa senang dan nyaman ketika berada di perpustakaan. Disana mereka bisa dengan asik membaca, berdiskusi, ataupun mencari koleksi-koleksi yang mereka butuhkan. Walaupun sebenarnya banyak sekali komponen dalam sebuah perpustakaan sekolah yang harus dibenahi, dimanajemen dan diupayakan kehadirannya menjadi green area siswa yang selalu haus akan ilmu dan berita-berita terkini. Kesimpulan

Dengan dibangunnya perpustakaan SMK yang bernuansa agak berbeda tersebut, diharapkan minat berkunjung siswa akan meningkat di perpustakaan dan hal tersebut akan berimbas kepada peningkatan minat baca, peran perpustakaan akan berjalan sesuai fungsinya dan kondisi ideal sebuah perpustakaan sekolah khususnya di SMK akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Saran 1. Kepala Sekolah sebagai pemegang kebijakan dalam pendanaan sebuah perpustakaan sekolah hendaknya menempatkan skala prioritas perpustakaan sekolah pada garis atas. 2. Kurikulum KTSP yang dikembangkan oleh SMK hendaknya melink dan matchkan materi-materi yang disampaikan guru berdasarkan sumber-sumber bacaan yang dapat digali siswa di perpustakaan, sehingga kewajiban siswa setiap saat dating ke perpustakaan akan menjadikan budaya baca di sekolah menjadi lebih tinggi. DAFTAR PUSTAKA Agus M Irkhan, Media Pustaka : 2007). Arif Surachman. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Yogyakarta: 2007 Darmono. http://library.um.ac.id/index.php/Artikel-Pustakawan/perlunya-pengembanganperpustakaan-smk.html http://www.ipi.or.id/Rohanda.doc Penulis: Arifah Suryaningsih, S. Pd Jl. KH Ali Maksum 284 Krapyak Kulon Yogyakarta
Kata Kunci Untuk Artikel ini:

layout perpustakaan sekolah, lay out perpustakaan sekolah, layout perpustakaan, desain ruang perpustakaan sekolah, lay out perpustakaan yang baik, pengertian layout perpustakaan perguruan tinggi

Posts related to Membangun Perpustakaan Ideal Di SMK

Qurrata A`yun, bukan Sekadar Perpustakaan

Share !

inShare

Tagged with: budaya baca

About Pemustaka

Dengan senang hati kami akan menerima kiriman artikel anda. Anda bebas mengirim artikel, baik itu berupa Cerpen, Dongeng, Review, Informasi Lowongan Kerja, Promosi Perpustakaan, Catatan Harian dan lain-lain. Kirim ke : admin@pemustaka.com Previous: Pengertian Sekolah SMA, SMP, SD Next: Mengoptimalkan Perpustakaan Di Sma Negeri 1 Pakem

Related Articles

PERPUSTAKAAN [Puisi]
5 April 2013

Peradaban Bangsaku: Maju Atau Tak Pernah Maju?


5 April 2013

Memaksimalkan Perpustakaan Sekolah

5 April 2013

Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked * Name * Email * Website

Login Pemustaka
Username

********

Remember Me

Register Lost your password? Popular Recent Comments Tags

Pengelompokan Buku Berdasarkan Klasifikasi Desimal Dewey (DDC)


5 February 2011

Lowongan Kerja di STIKES MAHARDIKA CIREBON


4 February 2012

Perpustakaan Kafe dan Warkop: Sebuah Inovasi Perpustakaan Masa Kini


12 February 2010

Daftar Perpustakaan Pengguna SLiMS (Senayan Library Management System)


28 July 2012

Konsep Perpustakaan Ideal Untuk Sekolah


26 January 2010

Aktivitas Terbaru @pemustaka Follow Me

about 6 days ago Hikmah Wahyu Illahi - Bakhtiar Affandie | Book Preview OPAC: Pengarang: Bakhtiar Affandie | Penerbit: Jasana... bit.ly/176xJNd about 6 days ago Poestakaradja poerwa, Jilid IX A - Ronggowarsito | Book Preview - OPAC: Pengarang: Ronggowarsito | Penerbit: K... bit.ly/13GWeN7 about 6 days ago Pementasan Disekitar Hari Kebangunan Maulid Nabi Muhammad SAW - Junan Helmy Nasution | Book ...: Pengarang: ... bit.ly/13GD3TF

Bubblews Links

Establishing Harmony Between Green Multimedia Library Libraries, Community Land Inspiration! Library Cafe or Cafe Library? Library Is My Second Home Library, Friends of Studying Quality and Library Service Socializing Library Community Feeding

Find us on Facebook

Copyright 2011, All Rights Reserved Sumber: http://www.pemustaka.com/membangun-perpustakaan-ideal-di-smk.html

Perpustakaan Interaktif Dengan Konsep Berbagi Ilmu Dan Pencarian Jaringan Sebagai Inovasi Model Perpustakaan
Posted by: Pemustaka on 21 August 2010 in Artikel Perpustakaan Leave a comment Menumbuhkembangkan minat baca di kalangan masyarakat luas merupakan salah satu tantangan besar bagi bangsa Indonesia. Keberadaan perpustakaan harus diberdayakan secara optimal agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai secara optimal pula. Oleh karena itu, penulis menggagasi inovasi model perpustakaan di tahun 2010 yaitu perpustakaan interaktif dengan konsep berbagi ilmu dan pencarian jaringan. Dengan adanya inovasi model perpustakaan ini, diharapkan dapat membantu menumbuhkembangkan budaya membaca di tengah-tengah masyarakat sehingga secara tidak langsung dapat menggali potensi masyarakat sekitar dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kehidupan manusia juga mengalami perkembangan. Informasi dapat tersalur dengan cepat di seluruh dunia berkat perkembangan teknologi ilmu komunikasi. Masyarakat seluruh dunia dapat dengan mudah untuk berinteraksi, sehingga terbentuk kebebasan interaksi sesama penduduk bumi dan terciptalah suatu istilah global village sebagai hasil dari globalisasi. Di era globalisasi, semua orang memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk bersaing dan maju. Namun tidak banyak orang yang mau memanfaatkan kesempatan tersebut. Untuk memenangkan persaingan di era globalisasi, orang-orang yang bersaing harus memiliki kualifikasi. Orangorang yang tidak atau kurang berkualitas akan tereliminasi dari persaingan. Oleh karena itu, kita sebagai masyarakat negara berkembang harus memiliki kesadaran untuk mau belajar dan berkembang. Untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang cerdas, kreatif dan berwawasan luas, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menumbuhkembangkan budaya membaca secara merata di kalangan seluruh masyarakat Indonesia. Melalui membaca, diharapkan masyarakat mendapat banyak mendapatkan pengetahuan dan informasi. Saat membaca, seseorang mengalami proses dan pengalaman berfikir. Proses dan pengalaman berfikir ini akan membentuk suatu pola pikir. Sehingga diharapkan, informasi dan pengetahuan yang didapat dari membaca dapat berkorelasi positif bagi pembentukan pola pikir masyarakat. Pola pikir masyarakat yang baik diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka (Undang-Undang Tentang Perpustakaan Pasal1;Ayat1). Perpustakaan didirikan oleh berbagai pihak seperti perpustakaan daerah, perpustakaan sekolah, perpustakaan mesjid, perpuatakaan kampus bahkan

perpustakaan pribadi. Namun sayangnya, tidak jarang perpustakaan yang merupakan gudang informasi dan pengetahuan sepi akan pengunjung. Bahkan, ada yang memanfaatkan perpustakaan hanya sebagai tempat bersenda gurau atau melepas lelah. Sehingga tujuan dari pendirian perpustakaan tidak tercapai secara optimal. Dalam hal ini, permasalahan utama yang sedang dialami dan mengakar pada budaya kita adalah kurangnya budaya membaca di kalangan masyarakat umum. Masyarakat yang membaca pada umumnya hanya pada kalangan masyarakat tertentu dan kebanyakan dari mereka hanya membaca bacaan yang mereka perlukan, misalnya mahasiswa fisika hanya membaca buku-buku mengenai fisika, para ahli ekonomi hanya membaca buku-buku tentang ekonomi, para pengusaha hanya membaca kolom koran info bisnis, bahkan banyak kalangan pekerja yang tidak menyentuh dunia membaca sama sekali. Sebenarnya, tidak akan menjadi masalah bila mereka membaca karena benar-benar menekuni bidang tersebut. Namun akan menjadi masalah bila membaca itu dilakukan dengan terpaksa atau sebatas ritual saja. Bila hal tersebut terjadi, maka kegiatan membaca akan terhenti setelah pendidikan formal berakhir, seperti yang terjadi pada umumnya. Salah satu faktor pemicu rendahnya minat baca adalah adanya pemikiran yang menyebarluas di tengah-tengah masyarakat bahwa membaca tidak akan memberikan perubahan dalam hidup. Bahkan, orang-orang yang gemar membaca atau biasa digelari kutu buku dianggap kurang mampu membina hubungan sosial yang baik dengan sekitar sehingga disingkirkan dari pergaulan. Berbagai faktor yang telah dikemukakan sebelumnya menyebabkan adanya ketakutan di dalam diri seseorang untuk gemar membaca. Pada hari ini, mayoritas orangorang lebih menggemari musik, olahraga dan sebagainya daripada bahan bacaan. Implikasi dari kenyataan ini adalah perpustakaan sebagai tempat yang menyediakan berbagai ilmu pengetahuan dan informasi menjadi bangunan yang sepi pengunjung. Dari beberapa hal yang telah dipaparkan di atas, tentu kita tahu bahwa membaca adalah hal yang sangat perlu untuk dikembangkan di tengah-tengah masyarakat kita. Namun, permasalahannya adalah bagaimana menumbuhkembangkan budaya gemar membaca di kalangan masyarakat kita. Keberadaan perpustakaan sebagai tempat yang sengaja dibangun untuk pusat kegiatan membaca harus diberdayakan untuk mengembangkan budaya membaca di tengah-tengah masyarakat kita. Menyongsong tantangan di tahun 2010, model perpustakaan juga harus dikembangkan agar dapat menjadi tempat yang nyaman bagi para pengunjung sehingga dapat mengembangkan budaya membaca di kalangan masyarakat umum. Rumusan Masalah Bagaimana menciptakan inovasi suasana dan model perpustakaan untuk membantu menumbuhkembangkan minat membaca di tengah-tengah masyarakat? Tujuan Untuk mengembangkan model perpustakaan yang inovatif agar dapat membantu menumbuhkembangkan minat membaca di tengah-tengah masyarakat. BAB II

METODE PENULISAN Pada penulisan artikel ini tidak ada pemaparan data kuantitatif baik data primer ataupun data sekunder. Artikel ini ditulis setelah penulis mencari informasi dari berbagai sumber, diantaranya: 1. Bacaan yang berkaitan. 2. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada orang-orang di sekitar penulis mengenai ciri-ciri perpustakaan yang baik menurut mereka. Dari informasi yang didapat, penulis berupaya memikirkan inovasi model perpustakaan agar menjadi perpustakaan yang baik sehingga dapat membantu menumbuhkembangkan budaya membaca di kalangan masyarakat. BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Ideal Perpustakaan Salah satu syarat utama sebuah perpustakaan ideal adalah terpenuhinya kondisi bersih, rapi dan nyaman. Semua bentuk inventaris perpustakaan harus terawat dengan baik. Oleh karena itu, hendaknya perpustakaan memiliki pekerja yang khusus menangani masalah perawatan inventaris, penataan ruang dan buku hingga petugas kebersihan. Hal ini diperlukan untuk memastikan buku-buku dan inventaris perpustakaan lainnya terawat dan tertata dengan rapi, ruangan bersih dan nyaman sehingga pengunjung merasa nyaman membaca di perpustakaan. Setiap orang memiliki perbedaan dalam banyak hal termasuk perbedaan kepentingan, begitu pula dengan sebuah masyarakat. Oleh karena itu, bahan-bahan bacaan yang disediakan di sebuah perpustakaan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sekitar. Bahan bacaan yang disediakan sebaiknya adalah bahan bacaan yang bermanfaat dan menunjang kualitas hidup dari masyarakat sekitar. Misalnya, dilingkungan akademisi sebaiknya terdapat perpustakaan yang menyediakan jurnal-jurnal ilmiah yang bersumber dari lembaga-lembaga penelitian, pusat penelitian universitas dan sebagainya agar masyarakat akademisi tersebut dapat mengetahui perkembangan keilmuan terbaru dari luar, mudah mendapatkan referensi bagi tulisan-tulisannya, mendapatkan koneksi untuk penelitian sehingga lebih termotivasi dalam menjalankan kegiatan akademis. Contoh lainnya adalah perpustakan yang berada di lingkungan masyarakat petani, sebaiknya mayoritas berisi buku-buku yang menunjang kegiatan pertanian seperti tata cara bercocok-tanam, teknologi pertanian terbaru dan juga menyediakan koneksi untuk menunjang kegiatan pertanian seperti tempat membeli bibit tani dan peralatan pertanian. Hal ini bertujuan agar ilmu yang didapat dari membaca langsung dapat dipraktekkan sehingga para petani dapat langsung merasakan manfaat membaca. Lokasi pembangunan perpustakaan juga menjadi pertimbangan. Bila letak perpustakaan terjalu jauh dan sulit dijangkau oleh masyarakat, tentu saja akan mempengaruhi jumlah masyarakat yang mengunjungi perpustakaan dan frekuensi kunjungannya. Oleh karena itu, perpustakaan hendaknya dibangun pada lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Inovasi Model Perpustakaan

Selain ciri-ciri perpustakaan ideal secara umum, dalam tulisan ini penulis ingin memaparkan konsep perpustakaan interaktif sekaligus perpustakaan yang mencarikan koneksi kegiatan lapangan bagi anggotanya sebagai inovasi untuk model perpustakaan ideal di tahun 2010. Konsep dasar dari perpustakaan interaktif adalah perpustakaan berbagi. Perpustakaan interaktif memungkinkan semua pengunjung perpustakaan untuk berinteraksi. Interaksi yang dimaksud disini bisa dalam bentuk bertanya, bertukar pendapat, berbagi pengetahuan atau bentuk kegiatan lainnya yang bermanfaat bagi pengunjung perpustakaan itu sendiri. Biasanya, orang saling bertanya, bertukar pendapat atau berbagi pengetahuan dalam bentuk berdiskusi. Namun bila kegiatan diskusi ini dilakukan diperpustakaan, tentu dapat mengganggu konsentrasi orang lain yang sedang melakukan kegiatan secara individu. Untuk mengatasi hal ini, usaha pertama yang dapat dilakukan adalah dengan membangun ruangan diskusi dengan peredam suara sehingga kegiatan di ruangan diskusi tidak terganggu atau mengganggu kegiatan di luar ruangan diskusi. Selain usaha pertama, fakta yang juga dipertimbangkan adalah kegiatan diskusi biasanya hanya terbatas dalam kelompok yang memiliki satu kepentingan dan sudah saling kenal. Padahal, mungkin saja ada pengunjung di perpustakaan yang tidak ikut berdiskusi memiliki pengetahuan yang lebih mengenai topik yang sedang didiskusikan. Oleh karena itu, konsep perpustakaan berbagi ilmu harus lebih dikembangkan. Teknik yang dapat digunakan adalah teknik manual atau berbasis IT. Teknis manual dapat dilakukan dengan menyediakan papan tulis berukuran besar yang memperbolehkan pengunjung perpustakaan untuk menuliskan sesuatu disana baik berupa pengetahuan yang dimilikinya, pertanyaan atau yang lainnya. Untuk selanjutnya, pengunjung perpustakaan yang lain dapat memberi tanggapan atas tulisan sebelumnya seperti memberi tanggapan atas pertanyaan yang diajukan baik berupa jawaban, pendapat, solusi dan sebagainya. Misalnya, ada seorang siswa yang membutuhkan informasi mengenai deret konvergen dalam matematika, maka dia dapat menuliskan pertanyaan beserta permohonan jawaban secara singkat pada papan perpustakaan interaktif. Kemudian seorang mahasiswa jurusan ilmu matematika yang juga mengunjungi perpustakaan tersebut mengetahui jawabannya, maka dia dapat menuliskan jawabannya setelah pertanyaan tersebut. Tidak tertutup kemungkinan satu pertanyaan mendapatkan lebih dari satu jawaban. Bila ada pengunjung perpustakaan lain yang membaca papan interaktif, maka mereka akan mendapatkan informasi mengenai deret konvergen. Dengan hal ini, di harapkan adanya jaringan ilmu, wawasan dan informasi antar pengunjung perpustakaan sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan mereka sendiri. Sedangkan teknik berbasis IT yang dimaksud disini adalah dengan menggunakan jaringan internet sebagai sarana untuk berinteraksi antar pengunjung perpustakaan. Namun, agar tidak terjadi penyalahgunaan harus dilakukan pengontrolan terhadap isi dari sarana perpustakaan interaktif ini. Jika ditinjau dari segi kemudahan dalam penggunaan dan jumlah biaya operasi perpustakaan interaktif ini, tentu saja penyediaan perpustakaan interaktif dengan teknik manual lebih menguntungkan. Namun bila perpustakaan yang dibuat adalah perpustakaan dalam skala makro, ada kemungkinan munculnya permasalahan dalam hal kekurangan area papan tulis. Hal yang juga perlu diperhatikan adalah tidak semua orang yang menyukai cara belajar berdiskusi dan tidak semua bidang keilmuan yang sesuai untuk dipelajari dengan cara

berdiskusi. Berlandaskan hal tersebut, juga perlu disediakan tempat yang mendukung terbentuknya suasana yang nyaman dan tidak ribut di bagian-bagian tertentu perpustakaan. Salah satu tujuan membaca adalah memperoleh pengetahuan dan informasi yang bermanfaat, sehingga dengannya seseorang dapat memperbaiki kualitas hidup. Ironinya, banyak orang yang tidak dapat mempraktekkan apa yang sudah mereka baca. Sehingga, berkembang paradigma di tengah-tengah masyarakat bahwa membaca tidak dapat merubah nasib hidup dan membaca hanya membuang-buang waktu saja. Hal ini jugalah yang menjadi salah satu alasan kenapa budaya membaca sulit berkembang. Oleh karena itu, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan bantuan pihak perpustakaan dalam mencarikan koneksi kegiatan langsung yang bermanfaat bagi masyarakat. Misalnya, perpustakaan di lingkungan petani mencarikan koneksi tempat pembelian bibit unggul dan alat tani modern atau bahkan bekerjasama dengan pemerintah dan masyarakat mengundang ahli pertanian untuk melaksanakan pelatihan kegiatan tani dengan teknologi baru sehingga pengetahuan yang didapat oleh petani dari buku dapat dipraktekkan secara langsung. Dengan adanya pencarian koneksi kegiatan langsung ini, diharapkan secara perlahan dan bertahap dapat mengubah paradigma bahwa membaca tidak bermanfaat bagi hidup menjadi membaca adalah kegiatan yang perlu dilakukan terus-menerus agar dapat terus memperbaiki kualitas hidup. BAB IV KESIMPULAN Perpustakaan interaktif dengan konsep berbagi ilmu diharapkan dapat berkorelasi positif terhadap pengetahuan dan wawasan pengunjung perpustakaan sekaligus menjadikan perpustakaan sebagai pusat kegiatan belajar.Pencarian koneksi kegiatan lapangan oleh pihak perpustakaan diharapkan dapat mengubah paradigma yang berkembang di masyarakat bahwa membaca tidak dapat membawa hal-hal positif secara nyata di dalam hidup, sehingga diharapkan dapat membantu mengembangkan budaya membaca. Dengan adanya inovasi model perpustakaan diharapkan dapat berdampak positif bagi perkembangan budaya membaca di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Anonim. Perpustakaan PPIPTEK http://ppiptek.ristek.go.id/perpustakaan.html TMII [online]. Alamat:

Anonim. 2007. Undang-Undang Tentang Perpustakaan [online]. Alamat: http://wwwfiles.pnri.go.id/homepage_folders/activities/highlight/ruu_perpustakaan/pdf/UU_4 3_2007_PERPUSTAKAAN.pdf Saefudin dan Setiawan. 2007. Pembinaan Perpustakaan Khusus Institusi Pertanian: Observasi Terhadap Perpustakaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat [online]. Alamat: http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/pp162074.pdf Saputera, Agus. 2009. Peraturan Perundang-Undangan Perpustakaan dan Upaya Merancang Model Perpustakaan Masa Depan [online]. Alamat:

http://www.scribd.com/doc/13446778/Peraturan-Perundangan-Perpustakaan-Dan-UpayaMerancang-Model Penulis: Ersa Desmelinda Riau

Perpustakaan Inovatif Menuju Era Globalisasi


By admin February 14, 2012Posted in: Article

Dalam perkembangan zaman, insan manusia dituntut untuk mengimbangi dan mengikuti regulasi perkembangan teknologi. Tantangan zaman semakin berat bila tidak diimbangi dengan pengembangan pengetahuan melalui media penyedia informasi, salah satunya adalah perpustakaan. Perpustakan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak dan atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007). Di Indonesia yang berbudaya timur masih banyak didominasi dengan budaya lisan yang menyebabkan lemahnya dokumentasi sumber informasi. Dengan keadaan seperti ini, masyarakat seharusnya menyadari perpustakaan sebagai learning center. Pada kenyataannya, perpustakan seringkali ditempatkan hanya sebagai bagian (terkecil) atau hanya pendukung teknis dari institusi lain, seperti yang terjadi di perpustakaan sekolah atau perpustakaan rumah tangga. (Anonim, 2008: 23) Realita bahwa perkembangan teknologi yang semakin maju sebagai sumber penyedia informasi sebagai contoh internet harus diimbangi dengan perkembangan perpustakaan yang berperan sebagai penyedia informasi di era global. PERMASALAHAN

Dalam penulisan artikel ini, penulis merumuskan : 1. Layanan perpustakaan seperti apa untuk menciptakan perpustakaan inovatif di era global? 2. Apakah perlu mengembangkan profesi pustakawan umtuk menunjang terciptanya perpustakaan inovatif di era global? TUJUAN Penulisan artikel ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui layanan perpustakaan untuk menciptakan perpustakaan inovatif di era global. 2. Mengetahui perlu atau tidaknya mengembangkan profesi pustakawan umtuk menunjang terciptanya perpustakaan inovatif di era global. LANDASAN TEORI Perpustakaan adalah tempat, gedung, ruangan yang disediakan untuk pemeliharaan dan penggunaan koleksi buku dan sebagainya. (Anonim, 2002: 912) Anonim (2008: 51) bahwa pustakawan dalam menjalankan praktek kepustakaannya harus berkemampuan menguasai teknologi informasi yang sedang menjadi trend dunia (global). Soekarman (2004: 4) bahwa pada dasarnya perubahan akan menimbulkan masalah, namun tujuan perubahan tentu saja sangat penting, Perpustakaan bisa diramalkan ada kecenderungan berubah dari layanan tradisional yang ditawarkan menuju ke pelayanan yang berbasis jaringan. Tujuan utama sebuah perpustakaan adalah menyediakan layana akses informasi. Keberadaan perpustakaan sangat bermanfaat bagi pemikir, tetapi kebanyakan selalu terbentur masalah akuisisi, penyimpanan dan penanganan dokumen dan berkas-berkas sesuai kebutuhan. (Anonim,2008: 53) Perpustakaan berdasarkan kegiatan berbasis teknologi dan bahab baku adalah perpustakaan kertas, terotomasi dan elektronik. Konsep perpustakaan elektronik sangat penting karena bahan pustaka berkembang dan tersedia dalam bentuk terbacakan mesin (machine-readable), pemakai akan berminat untuk mengakses akan tersedia. Secara spekulatif seseorang dapat menyeimbangkan antara bahan pustaka kertas dengan elektronik, atau bila dikehendaki, seseorang dapat mengubah menjadi perpustakaan tanpa kertas (paperless libraries). (Anonim, 2008: 57) Pinfiled (2001) menyatakan pustakawan memerlukan ketrampilan campuran berupa hard skills seperti pengalaman teknis dan IT serta soft skills seperti keterampilan antar pribadi dan komunikasi. Kepustakaan memiliki nilai abadi dan tujuan akhir yang abadi pula. Buku terkemuka yang menawarkan kepada kita bagaiman memandang, jalan baru yang memunjukkan kita untuk mencari sesuatu dan ide, buku tersebut adalah Redesigning Liberary Services. Jalan yang

ditawarkan kepada kita yang dapat dipakai untuk melihat dan melakukan perbaikan perpustakaan dan pelayanan perpustakaan. (Michael Buckland, 1992) Kemampuan dan karier mereka harus selalu dikembangka sebagaimana tersurat pada UU No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan pasal 31 ayat (1) bahwa tenaga perpustakaan (termasuk pustakawan) berhak atas: penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial, pembinaan karier sesuai dengan tuntunan pengembangan kualitas, kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas perpustakaan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas. (Anonim, 2008: 107) PEMBAHASAN Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi, perpustakaan diharapkan mampu untuk bersaing dalam penyediaan informasi. Dewasa ini banyak sumber yang dapat menggeser peran perpustakaan antara lain dengan adanya internet yang dapat memanjakan para pencari informasi dengan akses yang cepat. Perlu kita ketahui, daya ingat manusia terbatas, keadaan seperti ini yang menguatkan keberadaan perpustakaan yang dapat mendokumentasikan informasi-informasi yang dibutuhkan. Dalam persaingan layanan perpustakan, tidak hanya dibutuhkan bangunan fisik dan aktifitas-aktifitas keilmuan dalam perpustakaan, tapi bagaimana kita menciptakan perpustakaan yang menjadi primadona para pemburu informasi. Jika fungsi perpustakaan tidak mengimbangi perkembangan teknologi akan tergeser lambat tahun dengan internet. Solusi yang dapat kita ambil adalah bagaimana mewujudkan perpustakaan masa depan. Perpaduan perpustakaan terotomasi dan perpustakaan elektronik menjadi solusi mewujudkan perpustakaan masa depan. Perpustakaan terotomasi teknik oprasionalnya menggunakan komputer dan bahan pustakanya menggunakan kertas. Kelebihannya yaitu data-data dapat didokumentasikan mengingat daya ingat manusia terbatas dan sewaktu-waktu bisa dibaca kembali. Kelemahannya adalah akses datanya kurang cepat, keadaan ini dapat didukung dengan perpustakaan elektronik yang mempunyai keunggulan bahan pustakanya adalah media elektronik yang akses datanya cepat. Perpaduan perpustakaan terotomasi dan elektronik akan menjadi menjadi sebuah perpustakaan yang apik. Perpustakaan membutuhkan tenaga kerja yang dapat mendukung peran perpustakaan, salah satunya adalah pustakawan yang mempunyai kompeten dalam bidangnya. Untuk menciptakan tenaga kerja yang berkualitas, dibutuhakan keahlian soft skill, hard skills dan pendidikan profesi bagi pustakawan untuk meningkatkan profesionalitas pustakawan ini sebagai aplikasi dari kebijakan pemerintah dalam UU No. 43 tahun 2007 tentang perpustakaan pasal 31 ayat (1). Perpustakaan dalam negeri mempunyai peluang untuk lebih berkembang karena dari pemerintah pusat sudah mengeluarkan undang-undang nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan dan peran semua lapisan masyarakat sebagai user. KESIMPULAN DAN SARAN Dalam penulisan artikel ini, penulis menyimpulkan: 1. Layanan parpaduan perpustakaan terotomasi dan perpustakaan elektronik mampu menciptakan perpustakaan inovatif di era global

2. Profesi pustakawan diperlukan untuk menunjang terciptanya perpustakaan inovatif di era global 3. Peran semua lapisan masyarakat sangat mendukung fungsi perpustakaan di era global Dalam penulisan artikel ini, penulis memberi saran : 1. Pemerintah pusat dan daerah lebih memperhatikan peran perpustakaan dalam masyarakat 2. Koleksi buku dalam perpustakan ditambah agar lebih mendukung fungsi perpustakaan 3. Masyarakat dan pustakawan bisa bekerja sama dalam membangun perpustakaan DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. Perpustakaan Dalam Dinamika Pendidikan dan Kemasyarakatan. Semarang: Universitas Katolik Soegipranata Anonim. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Bucland, Michael. 1992. Redesigning Library Services. http://sunsite.berkeley.edu/Literature/Library/Redesigning. html SunSITE Manager: manager@sunsite. Berkeley.edu Kartosedono, Soekarman. 2004. Upaya Peningkatan Profesionalisme Pustakawan di Era Global. Media Pustakawan, 11 (3-4): 3-5 S, Pinfield. 1998. The Electronic Library 4th Edition of Computers for Libraries. London: Library Association Penulis: Rina mawaddatur Roziyana

Anda mungkin juga menyukai