Anda di halaman 1dari 9

Buletin Kaffah, No.

335
27 Sya’ban 1445 H
08 Maret 2024 M

MARHABAN YÂ
RAMADHÂN

M
1445 H.
arhaban yâ Ramadhân. Selamat datang Ramadhan.
Tak terasa, Ramadhan akan kembali menyapa kita.
Kali ini kita akan segera memasuki Bulan Ramadhan

Ramadhan adalah bulan istimewa. Bulan yang di dalamnya


diwajibkan puasa, yang bisa mengantarkan seorang Muslim
meraih derajat takwa. Allah SWT berfirman:
‫ﻳﻦ ِﻣ ْﻦ ﻗَـْﺒﻠِ ُﻜ ْﻢ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ‬ ِ‫ﱠ‬
َ ‫ﺐ َﻋﻠَﻰ اﻟﺬ‬
ِ ِ
َ ‫اﻟﺼﻴَﺎمُ َﻛ َﻤﺎ ُﻛﺘ‬
ّ ‫ﺐ َﻋﻠَْﻴ ُﻜ ُﻢ‬
ِ
َ ‫آﻣﻨُﻮا ُﻛﺘ‬
َ ‫ﻳﻦ‬
ِ‫ﱠ‬
َ ‫َ� أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﺬ‬
‫ﺗَـﺘﱠـ ُﻘﻮ َن‬
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa,
sebagaimana puasa itu telah diwajibkan atas orang-orang
sebelum kalian, agar kalian bertakwa (TQS al-Baqarah [2]: 183).

01
Ramadhan adalah bulan yang bertabur dengan pahala dan
aneka keberkahan. Pada bulan ini pintu-pintu surga dibuka,
pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu. Rasu-
lullah saw. bersabda:
‫اب ا ْﳉَﻨ ِﱠﺔ‬ ِِ ِ
ُ ‫اﻪﻠﻟُ َﻋﻠَْﻴ ُﻜ ْﻢ ﺻﻴَ َﺎﻣﻪُ ﺗـُ ْﻔﺘَ ُﺢ ﻓﻴﻪ أَﺑْـ َﻮ‬
‫ض ﱠ‬ َ ‫ﻀﺎ ُن َﺷ ْﻬٌﺮ ُﻣﺒَ َﺎرٌك اﻓََْﱰ‬
َ ‫ﻗَ ْﺪ َﺟﺎءَ ُﻛ ْﻢ َرَﻣ‬
ِ ِِ ِ ِِ
‫ﲔ‬ُ ‫اب ا ْﳉَﺤﻴ ِﻢ َوﺗـُﻐَ ﱡﻞ ﻓﻴﻪ اﻟﺸﱠﻴَﺎﻃ‬
ُ ‫َوﻳـُ ْﻐﻠَ ُﻖ ﻓﻴﻪ أَﺑْـ َﻮ‬
Sungguh telah datang Bulan Ramadhan. Bulan yang diberkahi.
Allah telah mewajibkan atas kalian puasa di dalamnya. Pada
Bulan Ramadhan pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka
ditutup dan setan-setan dibelenggu (HR Ahmad).

Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya ada satu malam


yang lebih baik dari seribu bulan. Itulah Lailatul Qadar. Pada
malam ini pula Allah SWT menurunkan al-Quran, pedoman
hidup manusia, yang menjadi sumber kebahagiaan mereka di
dunia dan di akhirat. Allah SWT berfirman:
ِ ‫◌ ِﻣ ۡﻦ أ َۡﻟ‬ٞ ‫ ﻟَ ۡﻴـﻠَﺔُ ۡٱﻟ َﻘ ۡﺪ ِر َﺧ ۡﲑ‬. ‫ﻚ ﻣﺎ ﻟَ ۡﻴـﻠَﺔُ ۡٱﻟ َﻘ ۡﺪ ِر‬
‫ﻒ‬ ‫ﯨ‬
ٰ‫ر‬ ۡ ‫ وﻣﺎ أ‬. ‫َﻧﺰﻟ ٰﻨﻪ ِﰲ ﻟ ۡﻴـﻠ ِﺔ ۡٱﻟﻘ ۡﺪ ِر‬
‫َد‬ ٓ َ َ َ
ۡ
ُ َ َ ‫إِ ﱠ�ٓ أ‬
ّ َ َ َ ََ
◌ٖ ‫َﺷ ۡﻬﺮ‬
Sungguh Kami telah menurunkan al-Quran pada saat Lailatul
Qadar. Tahukah engkau, apakah Lailatul Qadar itu? Lailatul
Qadar itu lebih baik dari seribu bulan (TQS al-Qadar [97]: 1-3).

02
Singkatnya, Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah
berlimpah. Karena itu selayaknya setiap Muslim bergembira
sekaligus menyiapkan diri sebaik mungkin setiap kali menyam-
but kedatangan Ramadhan. Tamu agung yang membawa
banyak sekali keutamaan.

Perisai dan Penghapus Dosa


Puasa Ramadhan yang benar-benar dijalankan secara ikhlas
dan sesuai dengan tuntunan syariah adalah perisai (pelin-
dung) dari siksa api neraka. Rasul saw. bersabda:
‫َﺣ ِﺪ ُﻛ ْﻢ ِﻣ ْﻦ اﻟْ ِﻘﺘَ ِﺎل‬ ِ ‫ﺼﻮم ﺟﻨﱠﺔٌ ِﻣﻦ اﻟﻨﱠﺎ ِر َﻛ‬
َ ‫ﺠﻨﱠﺔ أ‬
ُ ْ ُ ُ ْ ‫اﻟ ﱠ‬
Puasa Ramadhan merupakan perisai (pelindung) dari azab
neraka, seperti perisai salah seorang dari kalian dalam
peperangan (HR an-Nasa’i dan Ahmad).

Puasa Ramadhan juga bisa menjadi sarana penghapus


dosa. Rasulullah saw. bersabda:
‫ﱠم ِﻣ ْﻦ ذَﻧْﺒِ ِﻪ‬ ِ ِ ‫ﻀﺎ َن إِﳝَﺎ ً� و‬
َ ‫اﺣﺘ َﺴ ًﺎﺎﺑ ﻏُﻔَﺮ ﻟَﻪُ َﻣﺎ ﺗَـ َﻘﺪ‬
ْ َ َ ‫ﺻ َﺎم َرَﻣ‬
َ ‫َﻣ ْﻦ‬
Siapa saja yang berpuasa Ramadhan karena keimanan dan ha-
nya mengharap ridha Allah, dosa-dosanya yang telah lalu pasti
diampuni (HR al-Bukhari).

03
Puasa dan Takwa
Memasuki Ramadhan kali ini, tentu kita berharap puasa kita
benar-benar bisa mewujudkan ketakwaan hakiki pada diri kita
(Lihat: QS al-Baqarah [2]: 183).
Tentu Allah SWT tidak pernah menyelisihi janji dan firman-
Nya. Jika umat ini mengerjakan ibadah puasa Ramadhan
dengan benar (sesuai tuntunan al-Quran dan as-Sunnah) dan
ikhlas semata-mata mengharap ridha Allah SWT, niscaya
takwa sebagai hikmah puasa itu akan dapat terwujud dalam
dirinya.
Apa yang disebut dengan takwa? Imam ath-Thabari, saat
menafsirkan QS al-Baqarah ayat 183 di atas, antara lain
mengutip Imam al-Hasan yang menyatakan, “Orang-orang
bertakwa adalah mereka yang takut terhadap perkara apa saja
yang telah Allah haramkan atas diri mereka sekaligus melak-
sanakan perkara apa saja yang telah Allah titahkan kepada
mereka.” (Ath-Thabari, Jâmi’ al-Bayân li Ta’wîl al-Qur’ân, I/232-
233).
Takwa dalam pengertian semacam ini tentu harus selalu
melekat pada setiap Muslim dimana pun, kapan pun dan
dalam keadaan bagaimana pun. Demikian sebagaimana sabda
Baginda Rasulullah saw. kepada Muadz bin Jabal ra.:
ِ
َ ‫اﺗ ِﱠﻖ ﷲَ َﺣﻴْـﺜُ َﻤﺎ ُﻛْﻨ‬
‫ﺖ‬

04
Bertakwalah engkau kepada Allah di manapun, kapan pun dan
dalam keadaan bagaimana pun (HR at-Tirmidzi).

Terkait dengan frasa ittaqilLâh (bertakwalah engkau


kepada Allah) dalam potongan hadis di atas, banyak ciri/sifat
yang dilekatkan kepada orang-orang bertakwa (Muttaqîn).
Orang bertakwa antara lain adalah orang yang mengimani
yang gaib, mendirikan shalat, menginfakkan sebagian harta,
mengimani al-Quran dan kitab-kitab yang Allah SWT turunkan
sebelum al-Quran dan meyakini alam akhirat (Lihat: QS al-
Baqarah [2]: 1-4).
Orang bertakwa juga biasa menginfakkan hartanya pada
saat lapang ataupun sempit, mampu menahan amarah,
mudah memaafkan kesalahan orang lain, lalu jika melakukan
dosa maka ia segera ingat kepada Allah SWT serta memohon
ampunan-Nya dan tidak meneruskan perbuatan dosanya
(Lihat: QS Ali Imran [3]: 133-135).
Tentu masih banyak ciri/sifat orang bertakwa yang
disebutkan di dalam al-Quran maupun as-Sunnnah.
Adapun terkait frasa haytsuma kunta, dapat dijelaskan
bahwa kata haytsu di sini bisa merujuk pada tiga makna:
tempat (makân), waktu (zamân) dan keadaan (hâl). Karena itu
sabda Baginda Rasul saw. kepada Muadz ra. tersebut adalah
isyarat agar ia bertakwa kepada Allah SWT tak hanya di

05
Madinah; tak hanya saat turun wahyu-Nya; tak hanya saat
bersama beliau; juga tak hanya saat dekat dengan Masjid Nabi
saw. Namun, hendaklah ia bertakwa kepada Allah SWT di
mana pun, kapan pun dan dalam keadaan bagaimana pun
(‘Athiyah bin Muhammad Salim, Syarh al-Arba’în an-
Nawawiyyah, 42/4-8).
Dengan demikian, jika memang takwa adalah buah dari
puasa Ramadhan yang dilakukan oleh setiap Mukmin, idealnya
usai Ramadhan, setiap Mukmin senantiasa berupaya menja-
lankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-
Nya. Tentu dengan mengamalkan seluruh syariah-Nya baik
terkait aqidah dan ibadah; makanan, minuman, pakaian dan
akhlak; muamalah (ekonomi, politik, pendidikan, pemerinta-
han, sosial, budaya, dll); maupun ‘uqûbât (sanksi hukum)
seperti hudûd, jinâyât, ta’zîr maupun mukhâlafât.
Bukan takwa namanya jika seseorang biasa melakukan
shalat, melaksanakan puasa Ramadhan atau bahkan menu-
naikan ibadah haji ke Baitullah; sementara ia biasa memakan
riba, melakukan suap dan korupsi, mengabaikan urusan ma-
syarakat, menzalimi rakyat dan menolak penerapan syariah
secara kâffah dalam semua aspek kehidupan.

06
Totalitas Takwa
Perlu dipahami, tak hanya puasa yang bisa mengantarkan
pelakunya meraih derajat takwa. Di dalam al-Quran tak hanya
ayat tentang kewajiban puasa yang diakhiri dengan frasa;
la’allakum tattaqûn (agar kalian bertakwa). Di dalam beberapa
ayat lain Allah SWT juga berfirman, antara lain:
‫ﻳﻦ ِﻣ ْﻦ ﻗَـْﺒﻠِ ُﻜ ْﻢ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗَـﺘﱠـ ُﻘﻮ َن‬ ِ‫ﱠ‬ ِ‫ﱠ‬
َ ‫ﱠﺎس ْاﻋﺒُ ُﺪوا َرﺑﱠ ُﻜ ُﻢ اﻟﺬي َﺧﻠَ َﻘ ُﻜ ْﻢ َواﻟﺬ‬
ُ ‫َ� أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﻨ‬
Hai manusia, beribadahlah kalian kepada Tuhan kalian yang
telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, agar
kalian bertakwa (TQS al-Baqarah [2]: 21).

ِ ‫ُوﱄ اْﻷَﻟْﺒ‬
‫ﺎب ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗَـﺘﱠـ ُﻘﻮن‬ ِ
َ ِ ‫ﺎص َﺣﻴَﺎةٌ َ� أ‬
ِ ‫ﺼ‬َ ‫َوﻟَ ُﻜ ْﻢ ِﰲ اﻟْﻘ‬
Bagi kalian, dalam hukum qishâsh itu ada kehidupan, wahai
orang-orang yang memiliki akal, agar kalian bertakwa (TQS al-
Baqarah [2]: 179).

‫اﻃﻲ ُﻣ ْﺴﺘَ ِﻘ ًﻴﻤﺎ ﻓَﺎﺗﱠﺒِﻌُﻮﻩُ َوﻻَ ﺗَـﺘﱠﺒِﻌُﻮا اﻟ ﱡﺴﺒُ َﻞ ﻓَـﺘَـ َﻔ ﱠﺮ َق ﺑِ ُﻜ ْﻢ َﻋ ْﻦ َﺳﺒِﻴﻠِ ِﻪ َذﻟِ ُﻜ ْﻢ‬ ِ ‫و أَ ﱠن ﻫ َﺬا ِﺻﺮ‬
َ َ َ
‫ﺻﺎ ُﻛ ْﻢ ﺑِِﻪ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗَـﺘﱠـ ُﻘﻮ َن‬
‫َو ﱠ‬
Sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus (Islam). Karena itu ikutilah
jalan itu dan jangan kalian mengikuti jalan-jalan lain hingga
kalian tercerai-berai dari jalan-Nya. Yang demikian Allah perin-
tahkan agar kalian bertakwa (TQS al-An’am [6]: 153).

07
Jelas, tak cukup dengan puasa orang bisa meraih derajat
takwa. Ibadah (yakni totalitas penghambaan kita kepada Allah
SWT), pelaksanaan hukum qishâsh serta keberadaan dan
keistiqamahan kita di jalan Islam dan dalam melaksanakan
seluruh syariah Islam, itulah yang bisa mengantarkan diri kita
meraih derajat takwa.

Perlu Pemimpin Bertakwa


Di tengah sistem kehidupan sekuler yang tidak menerapkan
syariah Islam secara kâffah saat ini, kaum Muslim tentu
membutuhkan pemimpin yang benar-benar bisa mewujudkan
hikmah puasa dalam dirinya, yakni takwa. Di antara kesem-
purnaan puasa pemimpin yang bertakwa adalah menjaga
puasanya dari perkataan dusta (qawl az-zûr). Kedustaan hanya
akan membuat puasa seseorang sia-sia. Nabi saw. bersabda:
ِ ِ ‫ﻣﻦ َﱂ ﻳ َﺪع ﻗَـﻮَل اﻟ ﱡﺰوِر واﻟْﻌﻤﻞ ﺑِِﻪ ﻓَـﻠَﻴ‬
َ ‫ﺎﺟﺔٌ ِﰱ أَ ْن ﻳَ َﺪ‬
ُ‫ع ﻃَ َﻌ َﺎﻣﻪُ َو َﺷَﺮاﺑَﻪ‬ َ ‫ﺲ ﱠﻪﻠﻟ َﺣ‬
َ ْ َ ََ َ ْ ْ َْ َْ
Siapa saja yang tidak meninggalkan perkataan dan perilaku
dusta maka Allah tidak membutuhkan upayanya dalam mening-
galkan makan dan minumnya (HR al-Bukhari).

Pemimpin yang bertakwa adalah pemimpin yang adil, yakni


yang menerapkan syariah Islam. Pemimpin yang bertakwa
sekaligus adalah pemimpin yang amanah. Ia tidak akan meng-
khianati Allah SWT dan Rasul-Nya atau secara sengaja menya-

08
lahi al-Quran dan as-Sunnah. Pemimpin semacam ini tak akan
mengkriminalisasi Islam dan kaum Muslim. Mereka pun tidak
akan menghalang-halangi apalagi memusuhi orang-orang
yang memperjuangkan penerapan syariah, termasuk penega-
kan Khilafah yang merupakan tâj al-furûdh (mahkota kewaji-
ban) dalam Islam. Bahkan mereka akan berupaya menerapkan
syariah Islam secara kâffah sebagai wujud ketaatan total diri
mereka kepada Allah SWT.
Alhasil, mari kija jadikan Ramadhan kali ini sebagai
momentum untuk mewujudkan totalitas takwa baik dalam
level pribadi, keluarga, masyarakat maupun negara.
WalLâhu a’lam bi ash-shawâb. []

HIKMAH:

Allah SWT berfirman:


‫ﻳﻦ‬ ِ ‫ ٱﻟﱠ‬. ‫ﱠت ﻟِ ۡﻠﻤﺘ ِﱠﻘﲔ‬
‫ﺬ‬ ۡ ‫وﺳﺎ ِرﻋﻮا إِﱃ ﻣ ۡﻐ ِﻔﺮة◌ ِﻣﻦ رﺑِﻜ ۡﻢ وﺟﻨﱠﺔٍ ﻋ ۡﺮﺿﻬﺎ ٱﻟﺴﻤٰﻮت و ۡٱﻷ َۡرض أُﻋِﺪ‬
َ َ ُ ُ َ ُ َٰ َ ‫َ َ ُٓ ْ َ ٰ َ َ ٖ ّ ﱠّ ُ َ َ َ ُ َ ﱠ‬
ۡ ۡ
ِ‫ﺐ ٱﻟﻤﺤ ِﺴﻨ‬ ُِ ‫ٱﻪﻠﻟ‬ ۗ ‫ﻆ و ۡٱﻟﻌﺎﻓِﲔ ﻋ ِﻦ ٱﻟﻨ‬ ۡ ‫ﻀﺮآِء و ۡٱﻟ َٰﻜ ِﻈ ِﻤﲔ ۡٱﻟﻐ‬ ِ ِ
‫ﲔ‬
َ ُ ‫ﱡ‬ ‫ﳛ‬ ‫ﱠ‬
ُ َ‫و‬ ِ
‫ﱠﺎس‬ َ َ َ َ َ َ َ ‫ﻴ‬ َ ‫ﻳُﻨﻔ ُﻘﻮ َن ِﰲ ٱﻟ ﱠﺴ ﱠﺮآء َوٱﻟ ﱠ ﱠ‬
Bersegeralah kalian meraih ampunan Tuhan kalian dan surga yang
luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi kaum yang
bertakwa; yaitu mereka yang menginfakkan (harta mereka) baik dalam
kelapangan maupun dalam kesempitan, yang sanggup menahan
amarah, yang biasa memberi maaf orang lain, dan Allah menyukai
orang-orang yang berbuat baik. (TQS Ali Imran [3]: 133-134). []

09

Anda mungkin juga menyukai