Menurut Pokey & Siders dalam Santrock Penilaian Autentik atau biasa disebut dengan
authentic assessment merupakan proses penilaian terhadap siswa utamanya terhadap
kompetensi yang telah diperoleh siswa atau bentuk evaluasi pengetahuan atau keahlian
siswa dalam konteks yang mendekati dunia real atau kehidupan nyata sedekat mungkin.
Sementara Mueller berpendapat Penilaian autentik atau authentic assessment merupakan
“suatu bentuk penilaian di mana siswa diminta untuk melakukan tugas-tugas dunia nyata
yang menunjukkan penerapan pengetahuan dan keterampilan penting yang bermakna.”
Jadi, penilaian autentik atau authentic assessment merupakan suatu bentuk tugas yang
menghendaki pelajar atau siswa untuk menunjukkan kinerja di dunia nyata secara
bermakna yang merupakan penerapan esensi pengetahuan dan keterampilan.
Jadi dapat disimpulkan Penilaian Autentik adalah cara mengukur kemajuan belajar
siswa dengan menggunakan situasi atau konteks yang mirip dengan kehidupan nyata. Ini
berarti siswa dinilai berdasarkan kemampuan mereka dalam menyelesaikan masalah dunia
nyata, bukan hanya mengingat fakta atau menjawab soal di atas kertas. Dalam penilaian
ini, siswa diuji untuk melihat seberapa baik mereka bisa menggunakan pengetahuan dan
keterampilan yang mereka pelajari untuk menemukan solusi untuk masalah yang
kompleks. Jadi, guru akan melihat bagaimana siswa berpikir, bekerja sama, dan
menunjukkan kreativitas dalam menyelesaikan masalah tersebut. Selama proses
pembelajaran, guru akan terus memantau kemajuan siswa dan mengukur berbagai aspek
pembelajaran, termasuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan, baik selama pembelajaran
berlangsung maupun di luar kelas.
Tujuan dari penilaian autentik adalah untuk grading, seleksi, mengetahui tingkat
penguasaan kompetensi, bimbingan, diagnosis, dan prediksi.
a. Sebagai grading, penilaian autentik ditujukan untuk menentukan atau membedakan
kedudukan hasil kerja peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lain. Penilaian
ini akan menunjukkan kedudukan peserta didik dalam urutan dibandingkan dengan
anak yang lain. Karena itu, fungsi penilaian untuk grading ini cenderung
membandingkan anak dengan anak yang lain sehingga lebih mengacu kepada
penilaian acuan norma (norm-referenced assessment).
b. Sebagai alat seleksi, penilaian autentik ditujukan untuk memisahkan antara peserta
didik yang masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak. Peserta didik yang boleh
masuk sekolah tertentu atau yang tidak boleh. Dalam hal ini, fungsi penilaian untuk
menentukan seseorang dapat masuk atau tidak di sekolah tertentu.
c. Untuk menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai
kompetensi.
d. Sebagai bimbingan, penilaian autentik bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar
peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya, membuat
keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan
kepribadian maupun untuk penjurusan. Sebagai alat diagnosis, penilaian bertujuan
menunjukkan kesulitan belajar yang dialami peserta didik dan kemungkinan prestasi
yang bisa dikembangkan. Ini akan membantu guru menentukan apakah seseorang
perlu remidiasi atau pengayaan.
e. Sebagai alat prediksi, penilaian autentik bertujuan untuk mendapatkan informasi yang
dapat memprediksi bagaimana kinerja peserta didik pada jenjang pendidikan
berikutnya atau dalam pekerjaan yang sesuai. Contoh dari penilaian ini adalah tes
bakat skolastik atau tes potensi akademik.
Dari definisi dan tujuan yang sudah kita bahas sebelumnya menurut kami Penilaian
autentik memegang peran kunci dalam pembelajaran aktif dengan memberikan
pengukuran yang relevan terhadap kemampuan siswa dalam konteks dunia nyata. Melalui
penilaian ini, siswa diarahkan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan mereka
dalam dunia nyata, mendorong keterlibatan aktif siswa dalam memecahkan masalah,
menganalisis informasi, dan pengambilan keputusan. Selain itu, penilaian autentik
memungkinkan kita sebagai calon guru untuk memberikan umpan balik yang berarti, yang
tidak hanya menyoroti kesalahan atau kebenaran, tetapi juga memperdalam pemahaman
siswa tentang Pelajaran yang mereka dapatkan selama pembelajaran.
Dengan penekanan pada pembelajaran yang berbasis proyek dan tugas yang
berkelanjutan, penilaian autentik menurut kami mampu memetakan perkembangan jangka
panjang siswa. Selain itu, penilaian semacam itu mendorong kolaborasi antara siswa serta
komunikasi yang efektif dengan orang-orang lain di luar kelas maupun sekolah,
mempromosikan keterampilan sosial dan kolaboratif yang penting dalam dunia nyata.
Dengan demikian, penilaian autentik tidak hanya berfungsi sebagai alat evaluasi, tetapi
juga sebagai instrumen pembelajaran yang holistik, memperkuat hubungan antara
pengetahuan akademis dan pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam Kurikulum 2013, integrasi penilaian autentik menjadi salah satu pilar utama
dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Kurikulum ini mendorong penggunaan
beragam instrumen penilaian yang mencerminkan konteks nyata, seperti proyek,
portofolio, atau penugasan berbasis masalah, yang memberikan gambaran yang lebih
holistik tentang kemampuan siswa. Selain itu, penilaian autentik dalam Kurikulum 2013
tidak hanya difokuskan pada hasil akhir, tetapi juga pada proses pembelajaran siswa,
dengan menekankan pentingnya refleksi, keterlibatan siswa secara aktif, dan
pengembangan keterampilan metakognitif.
Dengan memasukkan penilaian autentik dalam Kurikulum 2013, pendekatan ini tidak
hanya memberikan gambaran yang lebih akurat tentang pencapaian siswa, tetapi juga
mendukung pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dengan menempatkan penekanan
pada pemecahan masalah, penerapan pengetahuan dalam konteks nyata, dan
pengembangan keterampilan berpikir kritis, penilaian autentik membantu menciptakan
lingkungan pembelajaran yang merangsang, mendukung perkembangan holistik siswa,
dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan dunia nyata.
Daftar Pustaka
Armiyati, Laely, and Fachrurozi; Miftahul Habib. “Technological Pedagogical Content
Knowledge (TPACK) Mahasiswa Calon Guru Di Tasikmalaya.” JIPSINDO (Jurnal
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia) 09, no. 02 (2022): 164–76.
Fajero, Tommi, Rifqi Festiawan, Dewi Anggraeni, Didik Rilastiyo Budi, Jurusan Pendidikan
Jasmani, and Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan. “Analisis Technological Pedagogical
Content Knowledge (TPACK) Dalam Implementasi Metode Pembelajaran Daring
Pada Era Covid-19 Di SMA Negeri Se-Kota Tegal.” Jurnal Pendidikan Kesehatan
Rekreasi 7, no. 2 (2021): 342–53.
Janah, Eka Fajriatul. “Konsep Dan Implementasi TPACK Pada Pembelajaran Di Sekolah
Dasar.” Kalam Cendekia: Jurnal Ilmiah Kependidikan 10, no. 2 (2022): 348.