Anda di halaman 1dari 9

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan, maka

dapat dirumuskan beberapa simpulan berikut:

1. Praktik model bimbingan dan konseling karir bagi siswa

pendidikan menengah atas yang dilaksanakan oleh guru

bimbingan dan konseling/konselor belum mengikuti tahapan

layanan bimbingan dan konseling karir secara utuh. Kesimpulan

ini diperoleh berdasarkan data berikut: (1) kegiatan bimbingan

dan konseling karir pada tahap 1 sampai dengan tahap 5 yakni:

tahap 1: membangun rapport dan komitmen; tahap 2: asesmen

karakteristik konseli; tahap 3: merencanakan karir; tahap 4:

memutuskan karir; tahap 5: merealisasikan karir; telah

dilaksanakan, namun secara keseluruhan kurang dari 50% guru

yang selalu melaksanakan tahapan-tahapan tersebut secara

penuh, (2) untuk tahap 6 dan tahap 7, yakni tahap 6: evaluasi;

dan tahap 7: tindak lanjut, menunjukkan 100% guru tidak

melaksanakan kedua tahapan tersebut.

2. Telah dihasilkan Model Bimbingan dan Konseling Karir Holistik,

yang terdiri dari 7 (tujuh) tahap, yakni: tahap 1: membangun

237
238

rapport, komitmen, dan evaluasi; tahap 2: asesmen karakteristik

konseli, dunia kerja, dan evaluasi; tahap 3: merencanakan karir

dan evaluasi; tahap 4: memutuskan karir dan evaluasi; tahap 5:

merealisasikan karir dan evaluasi; (6) tahap: evaluasi akhir; dan

tahap 7: tindak lanjut dan evaluasi.

2. Model Bimbingan dan Konseling Karir Holistik yang

dikembangkan melalui penelitian ini telah teruji keefektifannya

untuk meningkatkan kemampuan siswa pendidikan menengah

atas dalam membuat keputusan karir. Kesimpulan ini diperoleh

berdasarkan hasil analisis data berikut:

1) Hasil analisis data penelitian pada siswa Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) menunjukkan harga thitung = -10,14 dan pada taraf

nyata 0,05(28) diperoleh ttabel = 2,048 artinya thitung beradadi luar

daerah penerimaan H . Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan

antara skor pretest (kemampuan siswa sekolah menengah

kejuruan dalam membuat keputusan karir sebelum diberikan

layanan bimbingan dan konseling karir dengan menggunakan

Model Bimbingan dan Konseling Karir Holistik) dengan skor

postes (kemampuan siswa sekolah menengah kejuruan dalam

membuat keputusan karir setelah diberikan layanan bimbingan

dan konseling karir dengan menggunakan Model Bimbingan dan

Konseling Karir Holistik). Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa Model Bimbingan dan


239

Konseling Karir Holistik berpengaruh terhadap kemampuan

siswa sekolah menengah kejuruan dalam membuat keputusan

karir.

2) Hasil analisis data penelitian pada siswa Sekolah MenengahAtas

(SMA) menunjukkan harga thitung = -148,74 dan pada taraf nyata

0,05(28) diperoleh ttabel = 2,048 artinya thitung berada di luar daerah

penerimaan H . Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan antara

skor pretest (kemampuan siswa sekolah menengah atas dalam

membuat keputusan karir sebelum diberikan layanan bimbingan

dan konseling karir dengan menggunakan Model Bimbingan dan

Konseling Karir Holistik) dengan skor postes (kemampuan siswa

sekolah menengah atas dalam membuat keputusan karir setelah

diberikan layanan bimbingan dan konseling karir dengan

menggunakan Model Bimbingan dan Konseling Karir Holistik).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Model Bimbingan dan

Konseling Karir Holistik berpengaruh terhadap kemampuan siswa

sekolah menengah atas dalam membuat keputusan karir.

3. Model Bimbingan dan Konseling Karir Holistik ini memiliki

beberapa keterbatasan, yakni: (1) pengujian keefektifan model

dibatasi pada kemampuan siswa membuat keputusan karir (tahap

4), dengan pertimbangan jika pengujian dilakukan sampai tahap

7, maka akan dibutuhkan waktu yang panjang; oleh sebab


240

itu masih dibutuhkan penelitian lanjutan di luar penelitian yang

telah dilaksanakan ini; (2) Model Bimbingan dan Konseling Karir

Holistik ini dirancang untuk siswa pendidikan menengah atas,

namun demikian jika dicermati lebih jauh, maka model ini dapat

digunakan untuk siswa pendidikan menengah pertama,

mengingat siswa pendidikan menengah pertama dan siswa

pendidikan menengah atas berada pada tahap eksplorasimenurut

teori perkembangan karir yang dikemukakan oleh Super; dalam

arti keterbatasannya terletak pada tidak dilakukan kajian tentang

penggunaan Model Bimbingan dan Konseling Karir Holistik bagi

siswa pendidikan menengah pertama; (3) tahapan layanan yang

harus dilalui akan sulit dilakukan oleh guru bimbingan dan

konseling/konselor sekolah yang memiliki siswa asuh sejumlah

150 (1:150 orang) sesuai ketentuan yang berlaku dalam Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor

111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada

Pendidikan Dasar dan Menengah; (4) ditinjau dari langkah-

langkah penelitian pengembangan menurut Sugiyono (2016) yang

digunakan dalam penelitian ini, maka penelitian ini tidak melalukan

langkah “produksi masal”.


241

B. Implikasi

Sebuhungan dengan temuan penelitian, maka hasil penelitian

berimplikasi sebagai berikut:

a. Praktik layanan bimbingan dan konseling karir bagi siswa pendidikan

menengah atas yang dilaksanakan oleh guru bimbingan dan

konseling/konselor di sekolah belum terlaksana secara optimal, di

mana layanan bimbingan dan konseling karir bagi siswa/konseli lebih

banyak dalam bentuk pemberian informasi karir dan belum

dilaksanakan berdasarkan tahapan-tahapan bimbingan dan

konseling karir. Hal ini menunjukkan perlunya upaya peningkatan

kompetensi guru bimbingan dan konseling/konselor pada pendidikan

menengah atas dalam melaksanakan layanan bimbingan dan

konseling karir, baik yang dilakukan secara mandiri oleh guru

maupun melalui koordinasi dengan pihak yang berwewenang, dalam

hal ini pihak departemen pendidikan dan kebudayaan, dan pihak

organisasi profesi, yakni Asosiasi Bimbingan dan Konseling

Indonesia (ABKIN) yang telah terbentuk di tingkat pusat dan di

tingkat daerah.

b. Model Bimbingan dan Konseling Karir Holistik ini telah teruji

keefektifannya dalam meningkatkan kemampuan siswa pendidikan

menengah atas dalam membuat keputusan karir, oleh sebab itu

Model Bimbingan dan Konseling Karir Holistik ini telah dapat


242

digunakan oleh guru bimbingan dan konseling/konselor di lingkup

pendidikan menengah atas dalam melaksanakan layanan bimbingan

dan konseling karir untuk membantu siswa memperoleh ketepatan

karir.

c. Penerapan model ini membutuhkan guru bimbingan dan

konseling/konselor yang berkompeten sebagai konselor karir,dalam

arti guru bimbingan dan konseling/konselor yang memiliki

kompetensi dalam bidang layanan bimbingan dan konseling karir.

Di samping kompetensi, juga komitmen yang tinggi, mengingat

penggunaan model Bimbingan dan Konseling Karir Holistik

membutuhkan waktu dan beberapa kegiatan sesuai tahapan yang

tercakup di dalamnya, yakni membantu siswa/konseli merumuskan

tujuan layanan, membantu siswa/konseli memahami diri, membantu

siswa/konseli memahami dunia kerja, membantu siswa/konseli

membuat perencaan karir, membantu siswa/konseli membuat

keputusan karir, membantu siswa/konseli merealisasikan karir, dan

membantu siswa/konseli dalam bentuk tindak lanjut ketika telah

menekuni karir yang telah dipilihnya.

d. Penerapan Model Bimbingan dan Konseling Karir Holistik

membutuhkan waktu yang telah dirancang secara khusus agar

benar-benar dapat membantu konseli dalam mempeoleh pilihankarir

yang tepat. Untuk mengoptimalkan dan mengefektifkan kinerja


243

guru bimbingan dan konseling/konselor di sekolah dalam

melaksanakan layanan bimbingan dan konseling karir dengan Model

Bimbingan dan Konseling Karir Holistik, maka diperlukanpeninjauan

kembali regulasi yang mengatur rasio antara guru bimbingan dan

konseling/konselor dan siswa asuh, yakni 1:150orang. Hal ini juga

didasarkan pada pertimbangan bahwa tugasguru bimbingan dan

konseling/konselor di sekolah tidak terbatas pada bidang layanan

bimbingan dan konseling karir, tetapi juga meliputi bidang bidang

layanan bimbingan dan konseling pribadi, bidang layanan bimbingan

dan konseling sosial, dan bidang layanan bimbingan dan konseling

belajar.

C. Rekomendasi

Bertolak dari hasil dan temuan penelitian dan pengembangan yang

telah dilakukan, maka diberikan beberapa saran berikut:

a. Bagi guru-guru bimbingan dan konseling/konselor hendaknya

melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kompetensi

dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling karir,

mengingat layanan ini sangat bermanfaat dalam membantu

siswa/konseli merencanakan karir dan membuat keputusan karir,

yang akan bemimplikasi pada kehidupan karir dan siswa/konseli

di masa-masa selanjutnya. Di samping itu juga


244

diharapkan guru-guru bimbingan dan konseling/konselor

memiliki komitmen yang tinggi dalam melaksanakan setiap

tahapan layanan dalam Model Bimbingan dan Konseling Karir

Holistik ini.

b. Bagi guru-guru bimbingan dan konseling/konselor di lingkup

pendidikan menengah atas diharapkan dapat menggunakan

model Bimbingan dan Konseling Karir Holistik dalam

melaksanakan layanan bimbingan dan konseling karir,

mengingat model Bimbingan dan Konseling Karir Holistik initelah

teruji keefektifannya dalam meningkatkan kemampuan siswa

pendidikan menengah atas dalam hal membuat keputusan karir.

c. Bagi pemerintah diharapkan dapat meninjau kembali regulasi

yang mengatur rasio guru bimbingan dan konseling/konselor

yakni 1:150, mengingat tugas guru bimbingan dan

konseling/konselor di sekolah meliputi empat bidang layanan,

yakni: layanan bimbingan dan konseling karir, layanan bimbingan

dan konseling pribadi, layanan bimbingan dan konseling sosial,

dan layanan bimbingan dan konseling belajar, di mana masing-

masing bidang layanan tersebut membutuhkan waktu yang

memadai agar dapat memberikan hasil yang terbaik


245
dalam perkembangan karir, perkembangan pribadi,

perkembangan sosial, dan perkembangan belajar siswa/konseli.

d. Penelitian lanjutan terhadap Model Bimbingan dan Konseling

Karir Holistik ini diperlukan untuk melakukan pengujian hingga

tahap 7 (tujuh), mengingat pengujian keefektifan Model

Bimbingan dan Konseling Karir Holistik dalam penelitian ini

dibatasi pada tahap 4, yakni tahap membuat keputusan karir.

Penelitian terhadap keefektifan tahap 5 (merealisasikan karirdan

evaluasi), tahap 6 (evaluasi), dan tahap 7 (tindak lanjut dan

evaluasi) Model Bimbingan dan Konseling Karir Holistik tersebut

membutuhkan waktu panjang, sehingga diperlukan penelitian

longitudinal.

e. Bagi peneliti lanjut, hendaknya menggunakan tahap-tahap Model

Bimbingan dan Konseling Karir Holistik sebagaimana telah

dijabarkan dalam penjelasan tahapan Model Bimbingan dan

Konseling Karir Holistik.

Anda mungkin juga menyukai