Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmiah Psikologi MANASA

2018, Vol. 7, No. 2, 72-81

GAMBARAN KONSEP DIRI BAPAK RUMAH TANGGA

Della, Weny Savitry S. Pandia, & Arafani Saezarina


Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta
dellakristiawan@gmail.com

Abstrak
Bapak rumah tangga semakin umum ditemui, meski masih dinilai sebagai sesuatu yang tidak
lazim apalagi dikaitkan dengan peran gender tradisional dan budaya patrilineal. Bapak rumah
tangga adalah laki-laki yang sudah menikah, tidak bekerja, bekerja paruh waktu, atau bekerja
dengan memiliki bisnis sendiri, yang memilih untuk menjadi pengurus utama anak-anaknya
dan menghabiskan waktu berinteraksi dengan anak minimal enam jam per hari. Sedangkan
konsep diri merupakan gambaran diri individu mengenai dirinya sendiri yang meliputi
kepercayaan yang membentuk sifat seseorang itu sendiri. Penelitian kualitatif ini bertujuan
mengetahui gambaran konsep diri bapak rumah tangga. Data dikumpulkan dari tiga partisipan
penelitian utama berusia dewasa awal dan tiga partisipan triangulasi, menggunakan panduan
wawancara berdasarkan teori konsep diri Fitts. Hasil penelitian menunjukkan konsep diri bapak
rumah tangga memiliki sisi positif terutama pada dimensi fisik, moral-etika, dan keluarga, dan
juga sisi negatif terutama pada dimensi personal dan sosial dari konsep diri.
Kata kunci: bapak rumah tangga, konsep diri, dewasa awal, peran ayah, peran gender

Abstract
The amount of stay-at-home dad is increasing, although it is still considered as something
unusual especially in traditional gender roles and patrilineal culture. Stay-at-home dad is a
man who is married, does not work, works part time, or works by owning his own business,
who chooses to be the primary caregiver of his children and spends a minimum of six hours
per day for interacting with his children. Self-concept is an individual's self-image of beliefs
that shape one's own nature. The aim of this qualitative study is to make an objective
description about self concept of stay-at-home dads. Data was collected from three main
subjects whom are in early adulthood and three triangulation subjecs, using an interview
guidelines based on Fitts’ theory of self concept. Result shows that the self concept of stay-at-
home dads have positive sides, especially in physical, moral-ethics, and family dimensions of
self-concept, and negative sides, especially in personal and social dimensions of self-concept.
Keywords: stay-at-home dads, self-concept, early adulthood, fatherhood, gender roles

Bapak rumah tangga telah menjadi mendefinisikan bapak rumah tangga


salah satu fenomena di Amerika Serikat sebagai bapak yang bekerja, baik full-time,
(Fischer, 2010) dan negara Timur, yakni paruh waktu, maupun memiliki bisnis
Korea Selatan (Su Jin, 2007), Jepang sendiri dan lebih banyak menghabiskan
(Mutsumi, 1999), dan Tiongkok (People’s waktu dengan anak-anaknya jika
Daily Online, 2006). Doucet (2004) dibandingkan dengan istri yang bersama
mendefinisikan bapak rumah tangga dengan anak-anaknya.
sebagai laki-laki yang sudah menikah yang Berdasarkan hasil penelitian
memilih untuk menjadi pengurus utama Harrington, Van Deusen, dan Mazar (2012)
anak-anaknya. Penyebab mereka memilih di Amerika Serikat, bapak rumah tangga
untuk menjadi pengurus utama anak- biasanya menghabiskan waktu bersama
anaknya adalah karena mereka kehilangan anak-anaknya kurang lebih enam jam per
pekerjaan, bekerja di rumah, ataupun hari jika anak-anaknya sudah bersekolah,
memiliki pekerjaan paruh waktu di luar dan hingga dua belas jam per hari jika anak-
rumah. U.S. Cencus Bureau (2004) anaknya belum bersekolah. Dalam waktu

72
tersebut, bapak rumah tangga memiliki 2014). Berdasarkan penelitian Brescoll dan
rutinitas seperti membangunkan anak, Uhlmann di tahun 2005 (dalam Fischer,
memandikan anak, menyiapkan makanan 2010), ditemukan bahwa bapak rumah
untuk anak, memberi makan anak, tangga lebih dipandang negatif jika
membereskan rumah, bermain dengan dibandingkan bapak yang bekerja.
anak, menidurkan anak, dan mengantar Dikarenakan pandangan negatif dari
serta menjemput anak sekolah jika anaknya masyarakat, bapak rumah tangga merasa
sudah bersekolah. Dapat disimpulkan tidak nyaman. Menurut Casey dan Corday
bahwa bapak rumah tangga adalah laki-laki (2009), bapak rumah tangga sendiri merasa
yang sudah menikah, tidak bekerja, bekerja bersalah karena tidak dapat menghasilkan
paruh waktu, atau bekerja dengan memiliki uang dan merasa terisolasi. Mereka juga
bisnis sendiri, yang memilih untuk menjadi kurang mendapat dukungan emosional dari
pengurus utama anak-anaknya dan pasangannya sehingga seringkali
menghabiskan waktu minimal enam jam mengalami pertengkaran. Bisa jadi bapak
per hari untuk berinteraksi dengan anak- rumah tangga memiliki pandangan yang
anaknya. cederung negatif terhadap dirinya sendiri
Di Amerika Serikat, jumlah bapak karena pandangan masyarakat yang negatif
rumah tangga meningkat dari 1,1 juta orang terhadap bapak rumah tangga serta adanya
(Drexler, 2013) menjadi 2 juta orang rasa bersalah dalam diri bapak rumah
(Torabi, 2014). Di Asia, jumlah bapak tangga tersebut. Pandangan negatif ini
rumah tangga juga meningkat, yakni di dapat memengaruhi konsep diri bapak
Korea Selatan (Su Jin, 2007), Jepang rumah tangga.
(Mutsumi, 1999), dan Tiongkok (People’s Pastorino dan Doyle-Portillo (2013)
Daily Online, 2006), padahal negara-negara menyatakan bahwa konsep diri adalah
tersebut menganut budaya patrilineal persepsi atau gambaran diri individu
dimana laki-laki adalah pencari nafkah mengenai kemampuan dan keunikan diri
utama, sehingga adanya peningkatan individu itu sendiri. Weiten, Dunn, dan
jumlah bapak rumah tangga dinilai tidak Hammer (2012) menyatakan bahwa konsep
sesuai dengan budaya patrilineal tersebut. diri adalah kumpulan dari kepercayaan
Indonesia juga menganut budaya seseorang mengenai sifat alaminya,
patrilineal, sehingga kemungkinan situasi kualitasnya yang unik, dan perilaku
yang sama juga dialami di Indonesia. tertentu. Baumeister pada tahun 1999
Kebudayaan yang dimotori oleh budaya (dalam McLeod, 2008) menyatakan bahwa
patrilineal ini menafsirkan pandangan konsep diri adalah kepercayaan individu
mengenai peran gender sebagai indikator mengenai dirinya sendiri, termasuk sifat
kepantasan dalam berperilaku. Secara tidak dan diri itu sendiri. Sementara itu, Purkey
langsung, budaya Indonesia dengan peran (1988) menyatakan bahwa konsep diri
gender tradisional membentuk keluarga adalah hasil dari sebuah sistem yang
yang terdiri dari bapak sebagai pencari kompleks, terorganisir, dan dinamis dari
nafkah utama dan ibu yang mendidik anak. kepercayaan yang telah dipelajari, sikap,
Jika dilihat dari peran gender tradisional dan opini bahwa setiap orang memiliki
dan budaya patrilineal, fenomena bapak pegangan mengenai kebenaran eksistensi
rumah tangga dinilai tidak lazim dan tidak diri mereka sendiri. Jika disimpulkan,
sesuai dengan apa yang seharusnya. konsep diri adalah gambaran diri individu
Pew Research Center yang mengadakan mengenai dirinya sendiri yang meliputi
survei dengan responden berbadai kalangan kepercayaan yang membentuk sifat
usia di Amerika pada tahun 2013 seseorang itu sendiri. Setiap konsep diri
menemukan bahwa 76% orang berpendapat unik, sehingga konsep diri yang dimiliki
lebih baik bapak bekerja dibandingkan di oleh seseorang tentu berbeda dengan
rumah dan mengurus anak (Livingston, konsep diri yang dimiliki oleh orang lain.

73
Ada banyak faktor yang dapat tangga adalah orang tua yang baik,
memengaruhi konsep diri. Menurut Argyle mendedikasikan diri untuk merawat anak-
(2008) terdapat empat faktor yang dapat anaknya, peduli dengan istri, dan sangat
mempengaruhi konsep diri seseorang, aktif dalam menyertai tumbuh kembang
yakni bagaimana orang lain memandang anak. Studi Galovan, et al. (2013)
individu, bagaimana individu menyatakan bahwa semakin kuat hubungan
membandingkan dirinya dengan orang lain, ayah dan anak, maka keluarga tersebut akan
peran sosial individu, dan sampai sejauh semakin bahagia. Shpancer et al. di tahun
mana individu melihat dirinya 2009 (dalam Fischer, 2010) menemukan
dibandingkan dengan orang lain. Bracken bahwa bapak rumah tangga dinilai lebih
(1996) menyatakan bahwa usia, budaya, kompeten dalam menyertai tumbuh
ras, dan gender dapat mempengaruhi kembang anak jika dibandingkan dengan
konsep diri seseorang. ayah dan ibu yang bekerja. Secara tidak
Pandangan masyarakat terhadap langsung, dapat dikatakan bahwa bapak
bapak rumah tangga mempengaruhi tingkat rumah tangga adalah sosok yang
kepercayaan diri mereka (self esteem), yaitu berkompeten dalam menyertai tumbuh
salah satu bagian dari konsep diri, yang kembang anak, namun bapak rumah tangga
dapat menurun karena dianggap tidak sendiri merasa kurang mendapatkan
mampu membiayai keluarganya dukungan dari orang-orang di sekitarnya.
(Benokraitis, 2008) dan dipandang sebagai Dapat disimpulkan bahwa konsep
orang tua yang buruk karena dianggap diri bapak rumah tangga bisa saja positif
melarikan diri dari ketidakmampuannya maupun negatif karena beberapa faktor
untuk mendapatkan pekerjaan oleh seperti kurangnya support dari masyarakat
lingkungan sosial (Fischer, 2010). Menurut sekitar, budaya patrilineal, peran gender
Bealmer, Bussell, Bussell, Cunningham, tradisional, agama, serta pandangan
Gideon, Gunderson, dan Livingston di masyarakat. Di negara lain, contohnya di
tahun 1965 (dalam Fitts,1971), konsep diri Amerika, telah terdapat beberapa support
berpengaruh pada kehidupan bapak rumah group untuk bapak rumah tangga,
tangga sehari-hari, termasuk saat menyertai sedangkan di Indonesia belum ada. Budaya
tumbuh kembang anaknya. Orang tua yang individualis kemungkinan
mempunyai peran yang signifikan terhadap menyebabkan lingkungan sosial tidak
pembentukan konsep diri anak-anaknya, terlalu berpengaruh terhadap konsep diri
bahkan sampai remaja hingga dewasa muda bapak rumah tangga, namun hal ini tentu
(Fitts, 1971). Tak jarang, sang anak berbeda dengan budaya Indonesia yang
menjadi objek amarah maupun kekesalan masih memiliki hubungan cukup erat
bapak rumah tangga akibat kurangnya dengan lingkungan sosialnya.
social support bagi sang bapak (Petroski & Penelitian ini dilakukan untuk
Edley, 2006). Selain itu, bapak rumah mendapatkan gambaran konsep diri bapak
tangga cenderung dipandang sebagai suami rumah tangga sehingga dapat membuat
yang tidak bertanggung jawab (Casey & support group yang tepat untuk bapak
Corday, 2009) dan merasa kurang rumah tangga. Konsep diri bapak akan
mendapat dukungan dari lingkungan berpengaruh terhadap anak yang diurus
sekitar, sehingga beberapa bapak rumah oleh bapak rumah tangga, sehingga
tangga mengalami depresi (Petroski & gambaran konsep diri dan faktor-faktor
Edley, 2006). yang mempengaruhi konsep diri bapak
Di samping berbagai dampak rumah tangga penting untuk diteliti.
negatif, ada hal positif yang dapat
ditemukan dari bapak rumah tangga. METODE
Penelitian Harrington, Deusen, dan Mazar
(2012) menyatakan bahwa bapak rumah

74
Penelitian dilakukan secara mereka sebagai bapak rumah tangga tidak
kualitatif naratif. Variabel penelitian ini terlalu mendapat pandangan yang cukup
adalah konsep diri yang merupakan berarti dari masyarakat.
gambaran diri individu mengenai dirinya Ketiga partisipan memiliki ciri
sendiri, baik positif maupun negatif. khasnya masing-masing. Adi adalah
Dimensi konsep diri terdiri dari dimensi seseorang yang cuek dan tidak peka. Ia
internal dan eksternal. Karakteristik tidak terlalu percaya dengan agama dan
partisipan penelitian ini adalah bapak memiliki tingkat kepercayaan diri yang
rumah tangga yang bekerja full-time atau tinggi. Selain itu, ia juga seseorang yang
paruh waktu, atau memiliki usaha, atau logis, tidak mau menurut dengan orang lain,
tidak bekerja yang berusia dewasa awal, dan memiliki teman dekat yang memiliki
yakni 18 hingga 40 tahun (Hurlock, dalam sifat yang mirip dengan istrinya. Keluarga
Santrock, 2011). Ia juga memiliki anak di inti memiliki efek yang besar dalam
bawah umur 12 tahun (U.S. Cencus Bureau, kehidupannya. Sony adalah orang yang
2004), menjadi pengasuh utama anak- santai, memiliki tingkat agresi yang rendah,
anaknya karena istrinya bekerja, dan dan tidak ambisius. Ia mudah puas akan
minimal menghabiskan waktu enam jam segala sesuatu dan tertutup. Keluarga
bersama anak-anaknya (Harrington, Van menurutnya berpengaruh pada
Deusen, dan Mazar (2012). Ia menjadi kepribadiannya. Tio adalah orang yag
pengurus utama anak-anaknya karena sensitif, tertutup, dan pendiam. Ia memiliki
keinginan dirinya sendiri, bukan karena tingkat kepercayaan terhadap agama yang
tidak mendapat pekerjaan, disabilitas, kuat. Ia adalah seorang yang pasrah dan
maupun alasan-alasan lain. Digunakan menerima keadaan. Ia juga mengaku
teknik judgmental sampling dalam memilih kecewa dan kurang nyaman menjadi bapak
partisipan penelitian. Subjek penelitian rumah tangga.
berjumlah enam orang, terdiri dari 3 subjek Konsep diri dari dimensi fisik
utama dan 3 subjek triangulasi ketiga partisipan cenderung baik, terutama
Pengumpulan data akan dilakukan dengan mengenai indikator kesehatan mereka.
menggunakan in-depth interview dengan Ketiga partisipan menyatakan bahwa
panduan wawancara yang disusun kesehatan adalah hal yang penting dan
berdasarkan teori Fitts dan teori mengenai ketiga partisipan menjaga kesehatannya
bapak rumah tangga. masing-masing, namun partisipan terakhir,
Metode validitas yang digunakan yakni Tio, tidak memiliki kegiatan fisik
adalah triangulasi. Triangulasi dilakukan untuk menjaga kesehatannya, dimana Adi
terhadap kerabat partisipan. Untuk analisis dan Sony sama-sama memiliki kegiatan
data, digunakan metode content analysis, fisik untuk menjaga kesehatan mereka.
yakni metode analisis data yang terdiri dari Ketiga partisipan juga menjaga asupan
proses identifikasi, coding, dan mereka walaupun caranya berbeda, yakni
mengkategorikan data-data utama (Patton, Adi dan Tio dengan menjaga asupan
2001). makanan sedangkan Sony meminum
vitamin. Dari segi kesehatan, ketiga
HASIL DAN PEMBAHASAN partisipan mengaku sudah cukup puas
dengan kesehatan mereka, namun Adi dan
Secara umum ketiga partisipan Sony masih ingin menambah waktu berolah
memiliki konsep diri yang cukup baik raga mereka jika mereka memiliki waktu
walaupun tidak semua dimensi maupun lebih. Dalam indikator penampilan fisik,
indikator berada dalam kategori baik. mereka cenderung tidak terlalu
Kesamaan dari ketiga partisipan ini adalah mementingkan penampilan fisik mereka.
memiliki dimensi sosial yang tidak terlalu Mereka merasa bahwa penampilan fisik
baik. Menurut ketiga partisipan, status tidak terlalu penting selama mereka bisa

75
beraktivitas sehari-hari dengan normal. partisipan menganggap bahwa kepuasan
Dalam menjaga penampilan fisik mereka, hidup penting untuk dicapai dan ketiga
mereka hanya menjalankan kegiatan sehari- partisipan merasa bahwa kepuasan hidup
hari dan berolah raga. Ketiga partisipan adalah ketika mereka bisa bersama dengan
sudah merasa cukup puas dengan keluarga dan berhasil membuat anaknya
penampilan fisik yang dimiliki oleh mereka sukses dan bahagia.
sekarang. Konsep diri dimensi personal dari
Untuk dimensi moral dan etik, ketiga partisipan cenderung kurang baik.
secara umum ketiga partisipan memiliki Adi memiliki tingkat kepercayaan diri yang
gambaran konsep diri yang cukup baik, lebih tinggi dibanding dua partisipan
kecuali Adi yang tidak mempercayai lainnya. Sony merasa dirinya tidak
keberadaan Pencipta. Ketiga partisipan berharga, sedangkan Tio merasa belum
sama-sama mempelajari nilai moral dan puas dengan dirinya sendiri karena
etika dari orang tua masing-masing, dimana ketidakmampuannya untuk menjadi tulang
Adi lebih banyak belajar dari kedua orang punggung keluarga. Selain itu, Adi dan
tuanya, Sony dari ibunya, dan Tio dari Sony cenderung tidak terlalu
bapaknya. Adi dan Sony menilai bahwa mempedulikan pandangan orang sekitar
orang tua mereka terkadang melakukan apa mengenai diri mereka sendiri, sedangkan
yang dilarang oleh mereka sendiri, seperti Tio sangat mempedulikan pandangan orang
orang tua Adi yang melarang untuk lain terhadap dirinya. Adi memiliki tingkat
memukul anak tetapi malah memukul Adi. agresi yang cukup tinggi dan tidak terlalu
Lain halnya dengan Tio, bapaknya mau mendengarkan pandangan orang lain,
melakukan apa yang diajarkan oleh menyusul Sony dan terakhir Tio. Tio
bapaknya sendiri. Sementara itu, nilai memiliki tingkat agresi yang rendah, ia
kejujuran menjadi nilai yang penting bagi tidak pernah terlihat membela diri ketika
kedua partisipan, yakni Adi dan Sony, orang lain membicarakan dirinya. Tio
sedangkan Tio lebih memandang bahwa mengaku bahwa dirinya sering memikirkan
nilai-nilai yang diperintahkan oleh pandangan orang lain terhadap dirinya.
agamanya adalah nilai yang penting dalam Mengenai kepribadian partisipan, rata-rata
kehidupannya. Adi dan Sony merasa dari partisipan memiliki kepribadian yang
kesulitan untuk menjalankan kehidupannya tertutup namun mau menerima masukan
dengan menerapkan nilai moral yang orang lain. Masalah-masalah yang dialami
mereka anggap penting, sedangkan Tio oleh partisipan biasanya diceritakan hanya
tidak merasa kesulitan namun ketiga pada orang-orang terdekat, bahkan Sony
partisipan berusaha untuk menerapkan nilai dan Tio jarang menceritakan masalah
yang mereka anggap penting dalam mereka pada orang-orang di sekitar mereka
kehidupan mereka sehari-hari. Mengenai kecuali masalah tersebut dianggap sudah
agama dan hubungan dengan Pencipta, cukup berat. Tio juga termasuk orang yang
hanya dua partisipan yakni Sony dan Tio sulit bergaul dengan orang lain dan
yang menganggap bahwa hubungan dengan kebanyakan menghabiskan waktu dengan
Pencipta dan agama adalah hal yang keluarganya serta tidak terlihat memiliki
penting, sedangkan Adi tidak menganggap teman dekat.
hubungan tersebut penting. Sony Sementara itu, untuk dimensi
menganggap bahwa Pencipta tidak keluarga konsep diri ketiga partisipan
menentukan hidupnya, namun dirinya sangat baik, kecuali Sony dan Tio dalam
sendiri. Selain itu, ketiga partisipan juga indikator teman baik mereka. Mereka
mengaku bahwa mereka bukan sepenuhnya jarang bertemu dengan teman dekat mereka
orang yang baik walaupun tidak bisa ketimbang Adi, dan mereka sendiri
dikatakan bahwa mereka orang yang tidak mengaku bahwa keberadaan teman dekat
baik. Mengenai kepuasan hidup, ketiga tidak penting untuk mereka. Pada indikator

76
keluarga, ketiga partisipan memiliki sendiri juga tidak terlalu banyak mengikuti
pandangan yang sangat baik, mengingat kegiatan yang berhubungan dengan
mereka menganggap keluarga adalah hal masyarakat kecuali Tio karena pekerjaan
yang penting dan mereka juga memiliki sampingannya sebagai sekertaris rukun
keinginan untuk membuat istri dan anak- tetangga di wilayahnya. Ketiga partisipan
anaknya bahagia. Akan tetapi, ketiga sendiri merasa senang dengan status bapak
partisipan lebih mementingkan anaknya rumah tangga yang disandangnya namun
ketimbang istrinya, sehingga ketiga Tio ingin menjadi tulang punggung
partisipan lebih banyak membicarakan keluarganya.
anaknya ketimbang istrinya walaupun Ketiga partisipan telah menilai
mereka tetap menganggap istri mereka dirinya sendiri sesuai dengan keadaan yang
masing-masing penting. Ketiga partisipan sebenarnya dan telah dikonfirmasi kembali
juga mengaku senang ketika mereka dapat dengan partisipan triangulasinya masing-
berinteraksi dengan anak-anaknya. Ketiga masing. Adi dan Sony agak sulit untuk
partisipan juga mengaku sudah cukup puas menerima pandangan dari orang lain
dengan diri mereka sendiri sebagai suami walaupun pada akhirnya tetap diterima oleh
maupun sebagai bapak kecuali Tio karena mereka, sedangkan Tio menerima
ia masih belum puas sebagai suami karena pandangan dari orang lain namun kadang
belum bisa menjadi tulang punggung terlalu memikirkan pandangan tersebut. Di
keluarga. Mengenai teman dekat, Adi antara ketiga partisipan, konsep diri Tio
menganggap keberadaaan teman dekatnya dinilai paling mudah “rapuh” karena Tio
penting baginya, sedangkan Sony dan Tio terlalu memikirkan pandangan orang lain
tidak terlalu mementingkan keberadaan terhadap dirinya. Jika dibiarkan terus
teman dekat mereka. Adi masih sering menerus dan Tio tidak kunjung mengubah
berinteraksi baik langsung maupun tidak pikiran atau mendapat pekerjaan yang lebih
langsung dengan teman dekatnya, baik, ditakutkan Tio akan mengalami
sedangkan Sony dan Tio lebih jarang. masalah kesehatan mental.
Walaupun begitu, ketiga partisipan merasa Secara umum, gambaran konsep diri bapak
sudah melakukan sesuatu untuk membantu rumah tangga positif. Bapak rumah tangga
teman dekatnya dan merasa puas dengan dapat menerima keadaan dirinya dan
apa yang telah mereka untuk teman merasa berharga seperti orang lain. Mereka
dekatnya. juga memiliki kepercayaan diri untuk
Dimensi sosial dari konsep diri ketiga menyelesaikan masalah-masalah hidup
partisipan cenderung tidak baik karena meskipun dihadapkan pada kegagalan.
ketiga partisipan tidak terlalu memiliki Mereka tidak mengalami kekhawatiran
hubungan yang dekat dengan masyarakat di pada masa lalu dan masa depan, serta
sekitarnya. Hal ini mungkin karena ketiga sensitif pada kebutuhan orang lain. Akan
partisipan tinggal di Jakarta dimana Jakarta tetapi, bapak rumah tangga juga memiliki
memiliki masyarakat yang cenderung sisi-sisi negatif dari konsep diri itu sendiri
individualis dan tidak terlalu seperti sulit untuk mengakui kelemahan
mempedulikan orang-orang di sekitarnya. dan kegagalan.
Masyarakat di sekitar ketiga partisipan Peran orang tua memengaruhi
cenderung tidak masalah dengan konsep diri seseorang, seperti ajaran orang
keberadaan mereka sebagai bapak rumah tua dan cara penanaman nilai yang
tangga. Mereka juga mengaku tidak terlalu dilakukan oleh orang tua. Hal ini terbukti
mempedulikan pandangan masyarakat dari partisipan pertama yang tidak
mengenai status mereka sebagai bapak mementingkan hubungan dirinya dengan
rumah tangga dan tetap menjalankan Pencipta karena orang tuanya sendiri tidak
aktivitas mereka sebagai bapak rumah mementingkan agama dan mengajarkan
tangga dengan biasa. Ketiga partisipan pada partisipan pertama bahwa yang

77
menentukan hidupnya adalah tindakannya dibicarakan oleh orang lain, partisipan
sendiri, bukan kehendak Tuhan. Begitu ketiga lebih memilih untuk diam dan tidak
juga dengan partisipan ketiga, dikarenakan bercerita mengenai masalahnya. Hal ini
ayahnya adalah orang yang mempercayai menjadikan partisipan ketiga memiliki
dan memegang nilai-nilai agama dalam kepribadian yang pendiam.
hidupnya, partisipan ketiga pun menjadi Selain itu, pandangan bapak rumah
orang yang mempercayai dan memegang tangga terhadap dirinya sendiri cenderung
nilai-nilai agama dalam hidupnya. positif, melihat dari pandangan partisipan
Pola asuh orang tua juga pertama dan kedua terhadap diri mereka
dipengaruhi oleh kepribadian orang tuanya sendiri. Hal ini bertentangan dengan hasil
yang kemungkinan besar akan penelitian yang dilakukan oleh Brescoll dan
memengaruhi konsep diri anaknya. Uhlmann di tahun 2005 (dalam Fischer,
Partisipan pertama memiliki orang tua yang 2010), Livingston (2014), dan Casey dan
cukup keras yang menanamkan nilai-nilai Corday (2009) yang menyatakan bahwa
pada Adi dengan cukup keras, sehingga pandangan bapak rumah tangga terhadap
ketika dewasa, partisipan pertama menjadi dirinya negatif.
orang yang tetap percaya pada nilai-nilai Faktor sosial budaya memengaruhi
yang dipegangnya. Partisipan pertama pandangan masyarakat terhadap bapak
memiliki tingkat agresi dan dominasi yang rumah tangga dan pandangan tersebut dapat
cukup tinggi. Sedangkan, partisipan ketiga memengaruhi konsep diri bapak rumah
memiliki orang tua yang mengayomi dan tangga. Ketiga partisipan merupakan
tidak terlalu keras, sehingga penanaman individu yang tinggal di Jakarta. Di Jakarta,
nilai pada partisipan ketiga tidak dilakukan masyarakat cenderung hidup secara
secara keras seperti partisipan pertama, individualis sehingga tidak terlalu peduli
sehingga ketika dewasa, partisipan ketiga dengan keberadaan dan status bapak rumah
menjadi orang yang memiliki tingkat agresi tangga karena sibuk mengurus dirinya
dan dominasi yang cukup rendah. Kedua masing-masing. Hal ini membuktikan teori
hal di atas membuktikan bahwa teori yang yang diajukan oleh Bracken (1996), yang
diajukan Fitts (1971) adalah benar, yakni menyebutkan bahwa budaya dapat
orang tua memiliki peran yang signifikan memengaruhi konsep diri seseorang.
pada proses pembentukan konsep diri anak- Selanjutnya, keluarga inti dan
anaknya. keluarga besar berpengaruh pada konsep
Selain itu, keberadaan teman dekat diri seseorang. Partisipan pertama sering
tidak terlalu menjadi hal yang utama di usia mendapat keluhan dari keluarga besar
dewasa awal, terlihat dari partisipan kedua mengenai statusnya sebagai bapak rumah
dan ketiga yang tidak menganggap penting tangga. Walaupun terlihat tidak peduli
keberadaan teman dekatnya. Sesuai dengan dengan pandangan tersebut, terkadang
teori Santrock (2011), individu pada usia partisipan pertama masih menjadikan
dewasa awal lebih fokus pada pasangan pandangan keluarga besar sebagai masukan
hidup, keluarga, maupun pekerjaan. untuk dirinya. Support yang diberikan istri
Konsep diri dipengaruhi oleh pada partisipan ketiga juga memengaruhi
pandangan orang lain terbukti dalam konsep diri partisipan ketiga sehingga
penelitian ini. Sesuai dengan Malcolm dan partisipan ketiga tidak terlalu kecewa pada
Selve (dalam Krissanti, 2005) dan Argyle statusnya sebagai bapak rumah tangga
(2008), konsep diri banyak dipengaruhi karena istri tidak memaksa partisipan
oleh faktor-faktor dari luar individu, salah ketiga untuk menjadi pencari nafkah utama.
satunya adalah bagaimana orang lain Penerimaan pasangan juga dapat
memandang individu. Partisipan ketiga memengaruhi konsep diri seseorang. Pada
sering memikirkan pandangan orang lain masa dewasa awal, manusia membutuhkan
terhadap dirinya sehingga daripada pasangan dalam menjalankan

78
kehidupannya (Erikson, dalam Santrock, status mereka sebagai bapak rumah tangga.
2011). Pasangan dari masing-masing Ketiga partisipan tetap menjalani
partisipan penelitian mendukung suaminya kehidupannya sehari-hari sebagai bapak
masing-masing dengan status mereka rumah tangga tanpa beban. Akan tetapi,
sebagai bapak rumah tangga, sehingga partisipan ketiga tetap berusaha untuk
konsep diri partisipan tidak buruk. mencari pekerjaan yang memiliki
Karakteristik kepribadian juga penghasilan yang tetap sehingga dapat
memengaruhi konsep diri. Penelitian ini menjadi tulang punggung keluarga,
membuktikan dukungan terhadap teori sedangkan partisipan pertama dan kedua
yang dikemukakan oleh Demo (1992) dan sudah cukup puas dengan pekerjaan yang
Bealmer, Bussell, Cunningham, Gideon, dimilikinya sekarang.
Gunderson, dan Livingston di tahun 1965
(dalam Fitts, 1971) yang menyatakan SIMPULAN DAN SARAN
bahwa konsep diri dapat memengaruhi
sikap, kepribadian, serta perilaku individu Hasil penelitian ini menunjukkan
sehari-hari. Partisipan pertama dan kedua bahwa gambaran konsep diri bapak rumah
memiliki kecenderungan untuk tidak peduli tangga pada umumnya positif. Bapak
dengan pandangan orang lain dan dapat rumah tangga dapat menerima keadaan
“melawan” pandangan orang lain jika tidak dirinya dan merasa berharga seperti orang
sesuai dengan apa yang mereka percayai. lain. Mereka juga memiliki kepercayaan
Partisipan ketiga cenderung lebih sensitif, diri untuk menyelesaikan masalah-masalah
memiliki tingkat agresi yang rendah, dan hidup meskipun dihadapkan pada
overthinking, sehingga ia sangat kegagalan. Mereka tidak mengalami
mempedulikan pandangan orang lain dan kekhawatiran pada masa lalu dan masa
sering memikirkan pandangan orang lain depan serta sensitif pada kebutuhan orang
mengenai dirinya. lain. Dimensi fisik, moral-etika, dan
Penelitian ini menghasilkan gambaran keluarga dari konsep diri bapak rumah
konsep diri yang dimiliki oleh bapak rumah tangga cenderung positif. Akan tetapi,
tangga. Ketiga partisipan berasal dari bapak rumah tangga juga memiliki sisi-sisi
Jakarta namun memiliki agama yang negatif dari konsep diri itu sendiri seperti
berbeda. Setiap partisipan memiliki istri sulit untuk mengakui kelemahan dan
yang bekerja di luar rumah dan anak yang kegagalan. Dimensi personal dan sosial dari
masih belum dapat beraktivitas mandiri konsep diri bapak rumah tangga cenderung
serta masih membutuhkan orang tua untuk negatif.
membesarkan dan mendidik mereka. Beberapa saran metodologis yang
Ketiga partisipan juga bukanlah orang yang dapat diberikan adalah: pada penelitian
tidak memiliki pekerjaan sama sekali, selanjutnya, sebaiknya mencari partisipan
melainkan masih memiliki pekerjaan yang dengan usia yang lebih beragam, sebaiknya
dapat dikerjakan di dekat rumah seperti mencari partisipan yang memiliki anak
partisipan pertama, atau yang memiliki berusia 6 hingga 12 tahun karena tingkat
pekerjaan yang dapat dikerjakan di rumah ketergantungan anak berusia di bawah
seperti partisipan kedua dan ketiga. enam tahun akan berbeda dengan anak di
Masyarakat di sekitar partisipan hidup atas enam tahun. Lokasi penelitian yang
secara individualis sehingga pandangan berbeda juga dapat dilakukan guna
masyarakat terhadap status ketiga mendapatkan gambaran menyeluruh
partisipan sebagai bapak rumah tangga mengenai konsep diri bapak rumah tangga
cenderung normal. di Indonesia. Saran praktis yang dapat
Ketiga partisipan terutama diberikan adalah membuat support group
partisipan satu dan dua tidak terlalu untuk bapak rumah tangga untuk
mempedulikan pandangan masyarakat pada memperbaiki dimensi konsep diri bapak

79
rumah tangga yang negatif dan mengubah 10484/1166/1/Fischer,%20Jessica%2
pandangan masyarakat terhadap bapak 0Lynn.PDF pada 8 Juli 2015.
rumah tangga. Bagi pasangan, penting Fitts, W. H. (1971). The self concept and
untuk tetap mendukung langkah yang self actualization (1st ed). Los
dipilih oleh suami dan memberikan support Angeles: Western Psychological
seperti tetap memberi semangat pada Services.
suami. Bapak rumah tangga perlu tetap Full-time househusband challenge China’s
menjalankan tugas mereka sebagai bapak traditional family dynamics. (2006,
rumah tangga, tidak merasa rendah diri dan Juli 21). Diakses dari
tetap berpikir positif dengan statusnya http://en.people.cn/200607/21/eng200
sebagai bapak rumah tangga. Keluarga dan 60721_285379.html pada 24
kerabat dekat diharapkan memberikan September 2015.
secara langsung maupun tidak langsung, Galovan, A. M., Holmes, E. K., Schramm,
dan masyarakat sebaiknya tidak D.G., Lee, T. R. (2013). Father
memandang bapak rumah tangga sebagai involvement, father-child relationship
sesuatu yang negatif. quality, and satisfaction with family
work: Actor and partner influences in
DAFTAR PUSTAKA marital quality. Journal of Family
Issues.35 (13)1846-1867. doi:
Argyle, M. (2008). Social encounters: 10.1177/0192513X13479948.
Contributions to social interaction. Harrington, B., Van Deusen, F., Mazar, I.
Aldine Transaction. (2012). The new dad: Right at home.
Benokraitis, N. V. (2008). Marriages & MA: Boston College Center for Work
families: Changes, choices and & Family.
constraints. New Jersey: Pearson Indian businessman promoting their wives
Educations Inc. as deadline looms for every board to
Bracken, B. A. (1996). Handbook of self- have one female director. (2015, Maret
concept: Developmental, social, and 28). Diakses dari
clinical considerations. New York: http://www.scmp.com/news/asia/sout
John Wiley & Sons. h-asia/article/1749791/indian-
Casey, J., Corday, K. (2009). businessmen-promoting-their-wives-
Conversations with the experts: The deadline-looms-every pada 18 Januari
daddy shift: Stay-at-home fathers. The 2016.
Sloan Work and Family Research Krissanti, K. (2005). Pengaruh dukungan
Network. 11 (6). sosial orang tua dan teman sebaya
Doucet, A. (2004). “It’s almost like I have terhadap pembentukan konsep diri
a job, but I don’t get paid”: Fathers at remaja penderita thallasaemia mayor.
home reconfiguring work, care, and Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi
masculinity. Fathering, 2, 277-303. Unika Atma Jaya.
Drexler, P. (2013, Agustus 21). Stay-at- Livingston, G. (2014). Growing number of
home dads will never become the dads home with the kids. Diakses dari
norm. Diakses dari http://www.pewsocialtrends.org/2014/
http://ideas.time.com/2013/08/21/vie 06/05/growing-number-of-dads-
wpoint-stay-at-home-dads-will-never- home-with-the-kids/ pada 15
become-the-norm/ pada 7 Juli 2015 September 2015.
Fischer, J. (2011). Stay at home fathers: McLeod, S. A. (2008). Self concept.
The new gender benders. Thesis. Diakses dari
Diakses dari http://www.simplypsychology.org/
http://scholars.indstate.edu/bitstream/ pada tanggal 11 Juni 2015.

80
Mutsumi, O. (1999). Dad takes child-care
leave. Diakses dari
http://www.eqg.org/document/JapanQ
uarterly.html pada 24 September 2015
Patton, M. Q. (2001). Qualitative
evaluation and research methods 3rd
ed. California: Sage Publications.
Pastorino, E. & Doyle-Portillo, S. M.
(2013). What is psychology?:
Essentials. Belmont, CA: Wadsworth.
Petroski, D. J. & Edley, P. P. (2006). Stay-
at-home fathers: Masculinity, family,
work, and gender stereotypes. The
Electronic Journal of Communication,
16, 3-4.
Purkey, W. (1988). An overview of self-
concept theory for counselors. ERIC
Clearinghouse on Counseling and
Personnel Services, Ann Arbor, Mich.
(ERIC/CAPS Digest: ED304630)
Su Jin, C. (2007, November 1). She brings
home the bacon, he cooks it (English
ed.). Diakses dari
http://joongangdaily.joins.com/article/
view.asp?aid=2882214 pada 24
September 2005.
Torabi, F. (2014, Mei 7). Don’t let your
husband be a stay-at-home dad. Diakses
dari http://time.com/89992/dont-let-
your-husband-be-a-stay-at-home-dad/
pada 7 Juli 2015.
Weiten, W., Dunn, D. S., & Hammer, E. Y.
(2012) Psychology applied to modern life:
Adjustments in the 21st Century.
Belmont, CA: Wadsworth.
Yin, R. K. (2011). Qualitative research
from start to finish. New York: The
Guilford Press

81

Anda mungkin juga menyukai