Anda di halaman 1dari 3

Nama : Gede Taji Iswara Sakti

NIM : 1704020146
Mata Kuliah : Teori Perencanaan

Resensi Buku Homo Deus

Bagian III Homo Sapiens Kehilangan Kendali: Agama Data

“Dalam sebuah sistem yang di dalamnya pengetahuan tentang fakta-fakta yang relevan
tersebar ke banyak orang, harga-harga bisa bertindak untuk mengoordinasi tindakan-tindakan
yang terpisah dari orang-orang berbeda”. – Friedrich Hayek dalam Homo Deus, 425

Dataisme yang terlahir dari dua pengaruh besar dunia sains yaitu biologi dan teknologi telah
merobohkan dinding penghalang antara binatang dan mesin. Yang kemudian diharapkan dapat
menjadi algoritma elekronik otomatis yang dapat mengalahkan algoritma biokimia serta
perkembangan evolusi. Charles Darwin dengan On the Origin of Species nya dan Alan Turing
dalam rumusan ide Mesin Turing nya yang menjadi cikal bakal dataisme, telah dipandang
sebagai langkah awal dalam aktivitas intelektual. Manusia tidak lagi harus menyaring data untuk
kemudian memroses menjadi informasi, semua telah dapat dilakukan oleh kecerdasan artifisial
dengan algoritma nya.

Namun dataisme tidak dapat dijauhkan dari dua disiplin ilmu induknya, yaitu biologi dan
teknologi. Ini dikarenakan biologi lebih penting, manusia bisa saja bergantung pada teknologi
namun tidak dapat dipungkiri bahwa pencipta teknologi adalah makhluk hidup juga, suatu
organisme yaitu manusia. Manusia mungkin tidak dapat menahan ataupun memahami seluruh
data dan informasi yang terkumpul begitu banyak, namun menyerahkan sepenuhnya pada
teknologi mungkin saja bukan keputusan yang bijak. Tetap harus ada sosok yang bertanggung
jawab terhadap aktivitas algoritma ini, sebagai antisipasi sewaktu-waktu teknologi berkekuatan
kecerdasan melebihi manusia ini mulai merencanakan sesuatu dari pikirannya sendiri. – Homo
Deus, 423-424

Dapat dipahami penjelasan dari Harari bahwa dalam sudut pandang ekonomi, kapitalisme
dapat bekerja lebih baik daripada komunisme. Ini dikarenakan paham komunisme melakukan
pemrosesan data yang terpusat dan menahan seluruh informasi hanya untuk kepentingan
pemegang kekuasaan. Pada tingkat negara, ini akan menimbulkan ketimpangan karena
kebutuhan rakyat tidak mampu terpenuhi ketika rakyat hanya dapat memenuhi kebutuhannya
berdasarkan apa yang ditentukan oleh pemimpin. Dalam Homo Deus, diceritakan seorang ahli
dari Soviet yang ingin membangkitkan ekonomi negaranya yang menganut sistem komunisme
ingin mempelajari sistem lain dan mendatangi Kota London yang menjalankan sistem
kapitalisme. Dengan sistem tersebut, London berhasil menyelamatkan rakyatnya dalam hal
pemenuhan kebutuhan dasar karena seluruh manajemen diserahkan kepada pasar. Inilah
keunggulan dari kapitalisme yang memroses seluruh data dan terdistribusi, sehingga semua
orang memiliki akses untuk mengetahui informasi-informasi yang dapat menyeimbangkan harga
di pasaran London.

Apa yang menjadi menarik adalah bagaimana suatu negara dapat membebaskan rakyat dalam
menentukan harga di pasaran pada masa abad 20. Perkembangan informasi sangat pesat
menjadikan negara yang tidak teraliri informasi seperti Soviet kala itu, menjadi tidak lebih dari
suatu negara yang condong akan kediktaktoran pemimpinnya. Ketika seluruh akses informasi
hanya dimiliki oleh petinggi negara dan pemegang kuasa, rakyat yang bergantung pada
keberuntungan mendapatkan bahan pangan menjadi terancam hidupnya. Namun bukan berarti
kebebasan demokrasi dalam data dan informasi tidak memberikan ancaman kepada dunia di
masa yang akan datang.

Menjelang abad 21 kini teknologi berkembang dengan begitu pesatnya hingga melampaui
batas pendistribusian lokal dalam lingkup satu negara saja, terciptanya internet. Internet dengan
mudahnya menyajikan berbagai data secara virtual maya kepada siapapun dimanapun
mengabaikan privasi, perbatasan hingga politik. Dalam menyajikan tampilan desain di web nya,
para desainer tidak harus melakukan pemungutan suara dalam menentukan apa-apa saja yang
dapat dipajang secara luas. Ini meningkatkan risiko kejahatan cyber ketika berbagai negara
sedang dalam masa peralihan dalam menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Berbagai
data mengenai keamanan negara, kondisi politik serta berbagai rahasia lainnya menjadi
terancam. Harari menyebut “Kura-kura pemerintahan tidak bisa mengimbangi kecepatan kelinci
teknologi”. – Homo Deus, 427-431

Dataisme menganut kebebasan data adalah segalanya, seluruh data di muka bumi harus dapat
diakses oleh seluruh orang. Ini berada diatas tingkatan hak cipta, bagi dataisme ide-ide dalam
hasil penelitian atau jurnal ilmiah yang diciptakan bukanlah milik perseorangan. Karena seluruh
ide, emosional dan inspirasi manusia dianggap hasil algoritma. Kenapa bisa dikategorikan
sebagai negara maju atau negara berkembang? Kenapa indeks kepuasan masyarakat tiap negara
bisa berbeda-beda? Perkembangan peradaban yang dilandasi oleh informasi dan data yang
dicapai oleh negara-negara maju, tidak tersebar ke seluruh dunia. Informasi ini tidak menjangkau
seluruh insan kehidupan. Dataisme meyakini bahwa suatu saat, ketika kebebasan data telah
tercapai di planet ini akan dapat mengantarkan manusia menuju dunia yang tak terbatas dengan
algoritma-algoritma saintifik.

Sejauh ini paragraf paling menarik bagi saya adalah penjelasan Harari mengenai perencanaan
transportasi yang berbasis data. Ketika mobilitas di seluruh dunia telah dipenuhi oleh kendaraan
pribadi, ini bukan berarti bahwa manusia tidak menginginkan untuk menaiki transportasi umum.
Sebagai analogi, Harari menggunakan permisalan saya memiliki sebuah mobil. Mobil ini saya
gunakan mulai pagi hari jam 8 hingga jam setengah 9 menuju kampus. Dimana selanjutnya saya
parkirkan hingga jam 6 sore hari. Kemudian kembali pulang dan sampai dirumah pada setengah
7 malam. Mobil ini hanya terpakai 1 jam dalam sehari, untuk apa saya membeli mobil jika hanya
harus digunakan sejam dari 24 jam? Usul Harari berikutnyalah yang menurut saya merupakan
ide paling visioner yang dapat dicapai manusia apabila diterapkan tidak lebih dari abad ini.

Kita tidak harus menggunakan mobil pribadi jika hanya ingin melakukan perjalanan menuju
kampus untuk kemudian menghabiskan waktu disana seharian. Cukup menunggu jemputan dari
tranportasi umum yang dikendalikan oleh sistem untuk berangkat dan pulang. Sistem akan
mencatat jadwal keberangkatan kita untuk kemudian mengutus jemputan dirumah dan diantar
menuju tujuan. Ini sangat efektif, dalam mengurai kemacetan juga meminimalkan mobilitas serta
pemborosan sumber daya yang tidak perlu. Namun untuk mewujudkan itu, saya harus merelakan
kebebasan saya untuk terus dipantau oleh sistem algoritma demi mendapatkan kemudahan
transportasi itu. – Homo Deus, 438-442

Anda mungkin juga menyukai