Anda di halaman 1dari 17

PENELITIAN SOSIAL

Pengaruh Budaya Asing Terhadap Pola Perilaku Remaja

Studi Kasus di SMAN 3 CIBINONG

Penyusun:

1. Evita Pratiwi Wulandari


2. Muhammad Erdiansyah
3. Muhammad Fayzal Daminis
4. Siti Nuraini Nabawiyah
5. Vicka Nurrahayu Batmomolin

KELAS XII IPS 1

SMAN 3 CIBINONG

Perumahan Bogor Asri Kel. Nanggewer Kec. Cibinong Kab. Bogor 16912 Nomor Telepon
(021)8659686

facebook http//www.facebook.com/SMAN3CIBINONG
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan penelitian sosial yang berjudul “Pengaruh Budaya Asing Terhadap Pola
Perilaku Remaja” ini dibuat oleh Evita Pratiwi Wulandari, Muhammad Fayzal Daminis, Siti
Nuraini Nabawiyah, dan Vicka Nurrahayu Batmomolin, telah diteliti dan disahkan pada:

Hari :

Tanggal :

Cibinong, Januari 2017

Guru Mata Pelajaran.

Nevi Nuryani, S.Sos


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Globalisasi merupakan tantangan besar bagi setiap negara. Keadaan ini di tinjau oleh
bangsa Indonesia yang mengikuti arus globalisasi. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini
kebudayaan barat yang masuk ke Indonesia semakin berkembang dengan pesat. Hal ini dapat
kita lihat dari semakin banyaknya rakyat Indonesia yang bergaya hidup kebarat-baratan
seperti mabuk-mabukan, clubbing, memakai pakaian ketat, bahkan berciuman di tempat
umum seperti sudah lumrah di Indonesia.

Kebudayaan orang-orang barat tersebut sifatnya negatif dan cenderung merusak dan
telah mengadi suatu kebiasaan yang membudaya. Sehingga melanggar norma-norma yang
berlaku dan mempengaruhi kbudayaan bangsa Indonesia yang ketimuran.

Tetapi tidak semua kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia bersifat negatif,
karena ada juga sisi positif dari masuknya budaya asing tersebut. semua dampak positif dan
negatif tersebut akan saya uraikan dalam pembahasan.

1.2 Perumusan Masalah

Pada era globalisasi ini, kebanyakan pola perilaku remaja mengikuti budaya asing
yang masuk ke Indonesia. Salah satunya masyarakat lebih menyukai berpakaian terbuka,
clubbing, berciuman di tempat umum. Akibatnya adanya budaya asing yang masuk ke
indonesia, budaya lokal semakin terbaikan bahkan sampai terlupakan.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Bagaimana pengaruh budaya asing terhadap pola perilaku remaja?


1.4 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh budaya asing terhadap pola perilaku remaja

1.5 Manfaat Penelitian

A. Manfaat Teoritis
Untuk menambah wawasan tentang pengaruh budaya asing terhadap
masyarakat lokal. Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan
pemikiran supaya para remaja indonesia selalu mencintai budaya kita sendiri atau
budaya lokal, dan tidak dipengaruhi oleh budaya asing.
B. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang bisa dirasakan dapat berupa kecintaan yang tinggi
kepada budaya-budaya lokal agar remaja tidak lagi terlalu mengikuti budaya-budaya
asing masuk ke indonesia. Manfaat lainnya juga supaya kita bisa mengetahui dampak
apa saja yang dapat ditimbulkan akibat adanya budaya asing itu.
BAB 2

KERANGKA TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

A. Kebudayaan Asing di Indonesia

Bangsa Indonesia dalam mengikuti arus globalisasi terkadang dapat melunturkan jati
diri bangsa yang begitu kental dengan kesopanan dan budaya timur. Di mata dunia Indonesia
dikenal sebagai bangsa yang menjunjung adab ketimuran yang sangat baik. Tapi bangsa
Indonesia tidak menutup diri bagi budaya asing yang ingin masuk ke Indonesia tanpa
melunturkan jati diri dan kepribadian bangsa Indonesia. Karena terkadang globalisasi dapat
menjadikan bangsa semakin kreatif tanpa meninggalkan adab bangsanya.

Kebudayaan asing yang masuk akibat era globalisasi (perluasan cara-cara sosial antar
benua) ke Indonesia turut mengubah perilaku dan kebudayaan Indonesia, baik itu kebudayaan
nasional maupun kebudayaan murni yang ada di setiap daerah di Indonesia. Dalam hal ini
sering terlihat ketidakmampuan manusia di Indonesia untuk beradaptasi dengan baik terhadap
kebudayaan asing sehingga melahirkan perilaku yang cenderung ke barat-baratan
(westernisasi).

Hal tersebut terlihat dengan seringnya orang-orang terutama remaja Indonesia keluar-
masuk pub, diskotik dan tempat hiburan malam lainnya, dengan berbagai perilaku
menyimpang yang menyertainya dan sering melahirkan komunitas tersendiri terutama di
kota-kota besar dan metropolitan. Dalam hal ini terjadinya berbagai kasus penyimpangan
seperti penyalah gunaan zat adiktif, berbagai bentuk pelanggaran susila dan lain sebagainya.
Ini merupakan ketidakmampuan masyarakat Indonesia dalam beradaptasi dan menyeleksi
pengaruh asing sehingga masih bersikap ‘latah’ terhadap kebudayaan asing.

B. Masuknya Budaya Asing di Indonesia

Pada awalnya, budaya asing telah masuk ke Indonesia sejak mereka menjajah bangsa
indonesia. Selain itu budaya asing juga masuk melalui perdagangan yang memang
berkembang pada saat itu, namun pada saat ini perkembangan teknologi yang sangat pesat
memudahkan kita untuk mengakses informasi dibidang apapun. Perkembangan teknologi ini
jugalah yang merupakan faktor utama pemicu mudahnya budaya asing masuk ke Indonesia.
Selain itu usia remaja merupakan usia yang sangat kritis, apa yang menarik dan
menyenangkan baginya dengan mudah akan ditiru. Budaya tersebut masuk melalui media
komunikasi yang semakin lama semakin canggih seperti televisi, dalam bentuk film, video
klip, dll.

Bukan hanya media elektronik tetapi juga media cetak yang memuat informasi seputar
budaya barat tersebut. Selain itu, internet bukanlah sesuatu yang langka pada saat sekarang
ini. Para remaja dapat dengan mudah mengakses sesuatu hal yang baru melalui internet, baik
hal yang positif maupun negatif. Setelah mereka melihat gaya hidup dan kebiasaan orang
barat mereka mulai meniru dan merubah gaya hidupnya menjadi kebarat-baratan. Contohnya
saja dalam hal penampilan, banyak remaja sekarang yang meniru gaya dan penampilan orang
barat yaitu dengan mewarnai rambut mereka, memberi warna pada mata mereka agar terlihat
seperti orang barat yang memiliki warna rambut dan mata berbeda dengan orang Indonesia.
Selain itu dalam hal etika pun remaja Indonesia memakai etika barat yang tidak seperti di
Indonesia, mereka tidak punya aturan hukum mengenai kesopanan, agama, dan sosial.

Disamping itu kondisi lingkungan turut memicu faktor berkembangnya budaya barat di
Indonesia. Dimana di kota-kota besar yang akses informasinya sangat cepat dan remajanya
yang terbuka dalam hal-hal yang berbau barat membuat masyarakatnya lebih mudah
terpengaruh dibandingkan dengan remaja yang berada di pedesaan. Teman sepergaulan juga
dapat memberikan pengaruh kepada kita, jika teman kita memiliki budaya yang kebarat-
baratan otomatis kita akan mengikutinya. Masalah perekonomian juga merupakan faktor
pemicu suksesnya budaya barat tersebut berkembang di Indonesia. Remaja yang merasa
mampu mengikuti budaya barat tersebut berusaha membeli barang-barang yang dapat
mendukung penampilannya yang kebarat-baratan, seperti pakaian, model rambut, dll.

C. Pengaruh Budaya Asing di Indonesia

Dari sekian banyak budaya asing yang masuk ke Indonesia, diantaranya adalah
budaya barat. Barat, sesuai namanya, merupakan produk perkembangan di bilangan barat
dunia yang menekankan individualitas dan kebebasan. Sementara Indonesia merupakan
bagian bangsa timur yang menghendaki harmoni, komando, dan kolektivitas.
Bangsa Barat yang memberikan pengaruh cukup membekas adalah Portugis dan
Belanda. Terutama Belanda, budaya bangsa-bangsa ini sebagiannya telah terserap dan masuk
ke dalam struktur budaya bangsa Indonesia.

Sesungguhnya, terdapat sejumlah pengaruh “Barat” yang hingga kini terus membekas
di dalam struktur kebudayaan Indonesia. Utamanya di dalam sistem pendidikan Indonesia.
Pendidikan merupakan salah satu komponen nonmaterial kebudayaan yang punya peran
signifikan dalam melestarikan suatu budaya. Selain pendidikan, mekanisme administratif
pemerintahan negara barat yang pernah menjajah Indonesia, yaitu Belanda juga punya
pengaruh tersendiri dalam pembentukan sistem sosial (politik) Indonesia.

Tidak hanya Negara barat saja yang mempengaruhi, tetapi negara-negara Timur
seperti Cina dan Jepang pun memberikan derajat pengaruh tertentu bagi perkembangan
sistem sosial dan budaya Indonesia. Jepang tentu saja, memberikan pengaruh , yaitu lewat
penjajahan singkat mereka atas Indonesia. Sementara Cina, yang telah punya hubungan
dengan kepulauan nusantara jauh sebelum Islam menyentuh Indonesia, dan telah membentuk
derajat pengaruh tersendiri.

Sedangkan sekarang ini, kebiasaan-kebiasaan orang barat yang telah membudaya


hampir dapat kita saksikan setiap hari melalui media elektronik dan cetak yang celakanya
kebudayaan orang-orang barat tersebut yang sifatnya negatif dan cenderung merusak serta
melanggar norma-norma ketimuran kita sehingga ditonton dan ditiru oleh orang-orang kita
terutama para remaja yang menginginkan kebebasan seperti orang-rang barat.

Contoh kebudayaan-kebudayaan barat tersebut dapat kita lihat dari cara mereka
berpakaian dan mode, film, sampai pada pergaulan dengan lawan jenis.

D. Dampak Kebudayaan Asing di Indonesia

Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara


termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh
negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik,
ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan mempengaruhi nilai-nilai nasionalisme
terhadap bangsa.
1. Dampak Positif

a. Perubahan Tata Nilai dan Sikap

b. Adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai


dan sikap masyarakat yang semula irasional menjadi rasional.

c. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi

d. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi


lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju.

e. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik

f. Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang


canggih merupakan salah satu usaha mengurangi penggangguran dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat.

2. Dampak Negatif

a. Pola Hidup Konsumtif

Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan


masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang
dengan banyak pilihan yang ada.

b. Sikap Individualistik

Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa


tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa
mereka adalah makhluk sosial.

c. Gaya Hidup Kebarat-baratan

Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif
yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua,
kehidupan bebas remaja, remaja lebih menyukai dance dan lagu barat dibandingkan tarian
dari Indonesia dan lagu-lagu Indonesia, dan lainnya. Hal ini terjadi karena kita sebagai
penerus bangsa tidak bangga terhadap sesutu milik bangsa.
d. Kesenjangan Sosial

Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat
mengikuti arus modernisasi dan globalisai maka akan memperdalam jurang pemisah antara
individu dengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial.
Kesenjangan social menyebabkan adanya jarak antara si kaya dan si miskin sehingga sangat
mungkin bias merusak kebhinekaan dan ketunggalikaan Bangsa Indonesia.

E. Mempertahankan Kebudayaan Indonesia

Nilai kebudayaan yang menjadi karakteristik bangsa Indonesia, sperti gotong royong,
silahturahmi, ramah tamah dalam masyarakat menjadi keistimewaan dasar yang dapat
menjadikan individu-individu masyarakat Indonesia untuk mencintai dan melestarikan
kebudayaan bangsa sendiri.

Tapi karakteristik masyarakat Indonesia yang dikenal sebagai masyarakat yang ramah
dan sopan santun kini mulai pudar sejak masuknya budaya asing ke Indonesia yang tidak bisa
diseleksi dengan baik oleh masyarakat Indonesia.

Maka, dalam hal ini pemerintah memiliki peranan penting untuk mempertahankan
nilai-nilai kebudayaan Indonesia dalam kehidupan masyarakatnya karena nilai-nilai
kebudayaan dari leluluhur merupakan filosofi hidup pada tiap daerahnya meskipun tanpa
bantuan teknologi. Nilai-nilai budaya tersebut bukan berarti mengharuskan kita untuk
bersikap tertutup terhadap budaya asing, namun nilai dan makna filosofi kebudayaan
Indonesia harus dijadikan sebagai sumber inspirasi dan kreatifitas.

Berikut ini adalah beberapa cara mempertahankan kebudayaan Indonesia agar tidak
terpengaruh oleh kebudayaan asing yang bersifat negatif :

a. Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat


mencintai produk dan kebudayaan dalam negeri.

b. Menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya.

c. Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya.

d. Selektif terhadap kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia.


e. Memperkuat dan mempertahankan jati diri bangsa agar tidak luntur.

Dengan begitu masayarakat dapat bertindak bijaksana dalam menentukan sikap agar
jatidiri serta kepribadian bangsa tidak luntur karena adanya budaya asing yang masuk ke
Indonesia khususnya.

F. Perubahan Sosial

Secara Umum, Pengertian Perubahan Sosial adalah perubahan yang terjadi pada
masyarakat mengenai nilai-nilai sosia, norma, dan berbagai pola dalam kehidupan manusia.
Hakikatnya, setiap masyarakat diseluruh dunia akan mengalami perubahan-perubahan yang
diketahui jika membandingkan suatu masyarakat di masa tertentu dengan masyarkat di masa
lampau. Sehingga dapat dikatakan bahwa masyarakat pada dasarnya terus menerus
mengalami perubahan. Akan tetapi masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain tidak
selalu sama karena terdapat suatu masyarakat dengan perubahan yang lebih cepat
dibandingkan dengan masyarakat lainnya.

Tidak semua gejala-gejala sosial mengakibatkan perubahan dapat dikatakan dengan


perubahan sosial, namun gejala yang mengakibatkan perubahan sosial memiliki
ciri-ciri/karakteristik tertentu. Ciri-ciri perubahan sosial adalah sebagai berikut.
 Setiap masyarakat tidak akan berhenti berkembang karena mengalami perubahan baik
dengan lambat maupun dengan cepat.
 Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti oleh
perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya

 Perubahan sosial yang cepat, mengakibatkan disorganisasi yang sifatnya sementara


sebagai proses penyesuaian diri.

 Tidak dibatasi oleh bidang kebendaan atau bidang spritual karena kedua hal tersebut
saling berinteraksi dengan kuat.

G. Sosialisasi

Definisi dari sosialisasi yaitu suatu konsep umum yang dapat diartikan sebagai suatu
proses di mana kita dapat belajar melalui interaksi dengan orang lain, tentang cara berpikir,
merasakan dan bertindak, di mana kesemuanya itu merupakan hal-hal yang sangat penting
dalam menghasilkan partisipasi sosial yang efektif.
Sosialisasi merupakan proses yang terus terjadi selama hidup kita. Di dalam
Wikipedia Bahasa Indonesia, pengertian dari sosialisasi yaitu sebuah proses persamaan atau
transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari generasi yang satu ke generassi yang lainnya
didalam sebuah kelompok masyarakat tertentu.

Tujuan Sosialisasi

Setelah mengerti apa itu sosialisasi, maka selanjutnya adalah tujuan dari sosialisasi. Dan
berikut ini beberapa tujuan dari sosialisasi :
 Mengembangkan keahlian/kemampuan anak di dalam kehdupan untuk berkomunikasi
dengan sesama secara baik dan efektif.
 Memeberikan suatu keterampilan yang diperlukan oleh seseorang yang memiliki
tugas pokok di dalam masyarakat.

 Menanamkan nilai-nilai kepercayaan kepada seseorang yang memiliki tugas pokok di


dalam masyarakat.

 Membentuk suatu karakter dan juga kepribadian seseorang

Macam-macam Sosialisasi

Setelah memahami tentang pengertian dan tujuan sosialisasi, berikutnya adalah


macam-macam sosialisasi. Dan berikut ini macam-macam atau jenis-jenis sosialisasi.

1. Sosialisasi berdasarkan jensinya

Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua macam yaitu sosialisasi primer
(sosialisasi yang berada di lingkungan keluarga) dan sosialisasi skunder (sosialisasi yang
berada di lingkungan masyarakat). Menurut Goffman kedua proses tersebut berlangsung
dalam instituti total.
Pengertian dari instituti total adalah tempat tinggal dan juga tempat bekerja. Dalam
kedua intituti tersebut, terdapat beberapa individu dalam situasi yang sama, yaitu terpisah
dari masyarakat luas dalam waktu tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang
terkurung dan diatur secara formal.

a. Sosialisasi primer
Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan bahwa pengertian dari sosialisasi
primer adalah sebagai sosialisasi pertama yang akan dijalani oleh individu semasa kecil
dengan belejar menjadi anggota masyarakat dalam lingkup keluarga. Sosialisasi primer
berlangsung saat anak menginjak usia 1 - 5 tahun atau saat anak tersebut belum
bersekolah. Anak akan mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga.
Secara bertahap di akan mulai dapat membedakan dirinya dengan orang lain disekitar
keluarganya.

Dalam tahap ini, peran orang-orang terdekat dengan anak menjadi sangat penting
karena sesorang anak akan melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna
kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang
terjadi antara anak dengan keluarga terdekatnya.

b. Sosialisasi skunder
Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialiasi lanjutan setelah seseorang
melakukan sosialisasi primer yang mengenalkan individu ke dalam kelompok tertentu
dalam masyarakat. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang
baru, sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami perubahan identitas diri
yang baru.

2. Sosialisasi berdasarkan tipenya

Setiap kelompok masyarakat memiliki standar dan nilai yang berbeda-beda, misalnya
ketika berada di sekolah, seseorang siswa akan disebut baik (pandai) apabila nilai
ulangannya tuntas semua, tidak pernah terlambat, tidak pernah bolos sekolah. Sementara
itu di kelompok spermainan, seseorang disebut baik apabila ia mempunyai solidaritas
yang baik, dan mampu menjalin hubungan yang baik serta dermawan. Perbedaan standar
dan nilai pun tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang ada. Ada dua tipe sosialisasi yaitu
sebagai berikut :
a. Formal
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui suatu lembaga yang berwenang menurut ketentuan
yang sudah berlaku di dalam suatu negara, seperti pendidikan di sekolah, dan pendidikan
kemiliteran, dll.

b. Informal
Sosialisasi yang satu ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat
kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub dan kelompok-
kelompok sosial lainnya yang berada di lingkungan masyarakat.

3. Sosialisasi berdasarkan polanya

Sosialisasi berdasarkan polanya dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut :

a. Sosialisasi represif (represivve socialization)


Sosialisasi ini menekankan pada penggunaan hukuman terhadap seseorang yang
melakukan kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif yaitu penenkanan pada
penggunaan materi dalam hukuman dan juga imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak
dan orang tua. Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal, dan berisi
perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang tua dan eran
keluarga sebagai significant other.

b. Sosialisasi partisipatoris (participatory)


Sosialisasi partisipatoris merupakan pola di mana anak-anak diberi imbalan ketika
berperilaku baik. Selain itu juga, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses
sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada interaksi dan
komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak.
Keluarga menjadi generalized other.
H. Nilai dan Norma di Indonesia
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian


Pendekatan ini merupakan penelitian eksploratif bertujuan untuk menjawab
pertanyaan pertanyaan yang telah dirumuskan terlebih dahulu atau mengembangkan
hipotesis untuk penelitian lanjutan. peneliti dalam penelitian eksploratif mencari
hubungan gejala gejala sosial atau fisik untuk mengetahui bentu hubungan tersebut.
Peneliti memperluas dan mempertajam dasar dasar empiris mengenai hubungan diantara
gejala sosial dan gejala fisik sehingga ia benar benar mampu merumuskan hipotesis-
hipotesis yang berarti bagi penelitian lanjutan. Data yang berhubungan dengan objek
penelitian dikumpulkan sebanyak mungkin guna mendukung kesimpulan dan meciptakan
hipotesis.

3.2 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian
yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau
sampel tertentu, teknik pengambilan sampel dilakukan secara random, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

3.3 Subjek Penelitian


Subjek penelitian yang penyusun buat adalah teknik random sampling (pemilihan
sampel acak) yang diberikan kepada siswa siswi SMAN 3 CIBINONG.

3.4 Sumber Data


Sumber data yang diperoleh penyusun dalam penelitian ini adalah data primer. Teknik
ini adalah teknik yang memperoleh hasil data dari survey lapangan, seperti penyebaran
angket dan juga wawancara.

3.5 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

a. Angket
Angket atau kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah disusun
sebelumnya. Pertanyaan- pertanyaa yang terdapat dalam kuesioner, atau daftar
pertanyaan tersebut cukup terperinci dan lengkap dan sudah disediakan pilihan
jawaban (kuesioner tertutup) dan ada juga yang menberikan kesempatan responden
menjawab secara bebas (kuesioner terbuka).

Prinsip yang digunakan peneliti dalam penelitian angket berdasarkan beberapa faktor
antara lain:
1. Isi dan tujuan pertanyaan
2. Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden.
3. Tipe dan bentuk pertanyaan terbuka dan tertutup. Terbuka artinya jawaban yang
diberiakan artinya bebas, dan pertanyaan tertutup, responden hanya diminta untuk
memilih jawaban yang disediakan.
Angket ini diserahkan peneliti kepada apara responden secara pribadi, karena
memiliki keunggulan seperti dapat membangun hubungan dan memotivasi
responden serta lebih murah.

b. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap
muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara
sumber atau sumber data. Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya
dilakukan sebagai studi pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara
pada 1000 responden, sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapat
diterapkan sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian
kualitatif).

Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur:


1. Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa informasi
yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya sudah dibuat secara
sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape recorder, kamera photo,
dan material lain yang dapat membantu kelancaran wawancara.
2. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan diajukan secara
spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin digali dari
responden.

3.6 Lokasi Penelitian


Lokasi yang menjadi tempat bagi kami untuk melakukan penelitian adalah
lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar SMAN 3 CIBINONG.

Anda mungkin juga menyukai