Anda di halaman 1dari 6

1.

PENDAHULUAN

Makalah argumentatif ini membahas tentang pendekatan teknik konseling dalam pendekatan
psikoanalisa yang memiliki gambaran umum bahwa psikoanalisa merupakan ilmu psikologi
ilmiah yang membantu mengentaskan masalah konseli dengan mempelajari, menelusuri dan
mengetahui keterkaitan sebuah masalah dengan masa lalunya sehingga konselor membantu
konseli menyelesaikan permasalahan mereka dengan menyeluruh dimulai pada masa sekarang
hingga ke masalalu. Hal serupa juga dikemukakan oleh Ziegler&Hjelle (Hartono, 2012:104)
yaitu psikoanalisis mempunyai tiga arti penting yaitu teori tentang kepribadian dan
psikopatologi, metode terapi untuk gangguan kepribadian, dan teknik untuk menginvestasikan
pemikiran dan perasaan individu. Psikoanalisa adalah salah satu aliran tertua dalam psikologi
yang dipelopori oleh Sigmund Freud sedangkan aliran kedua adalah behavioristik dan ketiga
adalah eksential-humanistik.

Namun, setelah mengkaji pembahasan mengenai teori tersebut ada beberapa poin utama yang
ingin penulis diskusikan dan paparkan dalam makalah argumentatif ini:

a. Konsep dasar psikoanalisa menekankan pada penyelesaian masalah lebih banyak pada alam
bawah sadar 60% dan sedikit sekali menggunakan alam kesadaran hanya 40%. Menurut
pendapat penulis, penggunaan teori ini sangat terbatas karena pengentasan masalah hanya
dengan memberdayakan alam bawah sadar manusia melalui teknik-tekinik tertentu yang
ingin digunakan padahal sebagaimana dipahami bersama bahwa banyak factor-faktor lainnya
yang disadari oleh manusia dan memicu timbulnya suatu masalah.
b. Paham psikoanalisa menekankan bahwa sukses ata tidak perkembangan kepribadian manusia
ditentukan pada saat 5 tahun pertama kehidupan manusia. Menurut pendapat penulis,
kesuskssan perkembangan jiwa dan kondisi psikologis manusia tidak hanya ditentukan oleh
awal usia 5 pertama kehidupan manusia, tetapi kesuksesan tersebut dapat diperoleh melalui
proses belajar seumur hidup, pendidikan yang ditempuh, factor lingkungan, dan pola asuh
yang diterapkan oleh oarng tua
c. Sempitnya ranah penerapan psikoanalisa yang mana hanya bisa digunakan untuk pasien-
pasien yang mengalami gejala gangguan kejiwaan tahap awal ke menengah dan pada tahapan
tersebut para pasien cenderung tidak menyadari apa yang ia katakan. Dan bisa saja ada
kecenderungan kesalahan dalam menggungkapkan masalah karena pada dasarnya pasien
tersebut kehilangan control terhadap apa yang ingin ia ungkapkan.
d. Menurut pendapat penulis psikoanalisa sangat rumit dan kompleks dalam menerapkan teknik
tersebut. Maksudnya teknik ini hanya dapat diterapkan oleh psikolog-psikolog yang sudah
berpengalaman dan sudah tersertifikasi dalam melakukan praktek. Serta teknik ini tidak dapat
diterapkan pada kaum masyarakat miskin, karena jika individu ingin menggunakan teknik ini
maka ia harus menyiapkan banyak dana agar bisa membayar psikolog handal untuk
mendapatkan treatment ini.
e. Penggunaan teknik psikoanalisa juga membutuhkan waktu lama untuk mengentaskan
masalah pasien. Jika pasien ingin mendapatkan feedback sesegera mungkin dan melihat
adanya perubahan perilaku baik in a short time, maka teknik ini tidak dapat digunakan.
f. Pengggunaan teknik ini hanyalebih tepat untuk treatment dalam dunia psikiater yang
menangani masalah kejiwaan kronis, dan tidak cocok digunakan oleh konselor yang pada
umumnya mengatasi masalah pada individu sehat pamikiran dan rohani.
g. Paham psikoanalisa bertentangan dengan paham teori ekstensial humanistic yang dipelopori
oleh Abraham maslow, akan tetapi pemahaman psikoanalisa sejalan dengan pemahaman
teori Adler yang mana sama-sama berfokus pada pengentasan masalah individual melalui
layanan individual.
h. Penerapan psikoanalisa hanya untuk pengentasan masalah saja dan hanya dapat digunakan
melalui layanan konsleing individual dan teori ini tidak bisa diterapkan untuk keperluan
pengembangan individu dan tidak bisa digunakan dalam bentuk layanan kelompok.
i. Teori ini bisa digunakan fleksible untuk penelitian sastra karena menggunakan teori ini
peneliti mampu menelusuri karakteristik personal tokoh novel yang ingin dibahas.s

2. PEMBAHASAN DAN ANALISA

Menurut penulis, tujuan psikoanalisa ialah menguatkan ego sehingga perilaku yang ditimbulkan
oleh Id harus dilakukan berdasarkan pada realitas, rasional dan tidak terpaku pada keinginan
insting dan mengentaskan masalah melalui membangunkan kembali pengalaman masa kecil
yang bisa dibahas, ditafsirkan, dan dianalisis guna memecahkan masalah dan mempelajari
perilaku baru. Hal serupa juga dikemukakan oleh Kartono (Ikramah:5) psikoterapi bukan semata-
mata menghilangkan sindrom yang tidak dikehendaki, tetapi terutama bertujuan memperkuat
Ego sehingga mampu mengontrol impuls insting, dan memperbesar kapasitas individu untuk
mencintai dan berkarya.

Menurut pendapat penulis, pendekatan psikoanalisa bertolak belakang dengan pendekatan


psikologi humanistik karena menurut teori humanistik yang dipelopori oleh Abraham Maslow,
manusia dianggap ada dan tidak mudah dideterminasi,memilki konsep diri kuat, sadar akan
keberadaannya dan perilaku yang ia lakukan dan mampu berfkir dan membuat keputusan.
Pendapat ini juga didukung oleh analisa Wahidah (Wahidah, 2017:160) yaitu humanistik
berasusmsi bahwa manusia memiliki kesadaran dan kemauan. Menurut pendapat penulis, disisi
lainnya, walaupun tokoh psikologi memiliki cara pandang yang berbeda mengenai kepribadian
tetapi mereka tetap berpijak pada konsep fundamental yang sama yaitu manusia menyadari dan
bertanggung jawab atas pilihan keberadaaannya.

Menurut pendapat penulis, psikonalisa spesifik membahas tentang kehidupan mental individu
bisa dipahami, perilaku individu sebagian besar dipengaruhi oleh alam bawah sadar, dan
dipengaruhi oleh perkembangan kepribadian dimasa kanak-kanak pada usia lima tahun pertama
kehidupan. Pendapat ini sejalan dengan pandangan Freud (Hartono dkk, 2012:104) memandang
manusia disetir oleh tekanan-tekanan irasional, motivasi yang tidak disadari, dorongan biologis,
dorongan naluri, dan kejadian psikoseksual pada usia lima atau enam tahun pertama kehidupan.

Menurut Freud (Corey, 2010) pada usia lima tahun pertama perkembangan manusia terbagi
dalam beberapa fase yaitu fase Oral (Usia 0 – 1 tahun), fokus pada mulut, yakni berkaitan
dengan pemuasan kebutuhan dasar akan makanan atau air. Fase Anal (Usia 1 – 2/3 tahun), energi
libidal dialihkan dari mulut ke daerah dubur serta kesenangan atau kepuasan diperoleh dari
kaitannya dengan tindakan mempermainkan atau menahan faeces (kotoran) pada fase ini pulalah
anak mulai diperkenalkan kepada aturan-aturan kebersihan oleh orang tuanya melalui toilet
training, yakni latihan mengenai bagaimana dan dimana seharusnya seorang anak membuang
kotorannya. Fase Falis (Usia 2/3 – 5/6 tahun), fokus pada energi libido sasarannya dialihkan dari
daerah dubur ke daerah alat kelamin.

Pendapat tersebut juga didukung oleh Freud lainnya (dalam Ikramah) membagi perkembangan
kepribadian menjadi tiga tahapan. Pertama, tahap infantil (0-5 tahun), yaitu; fase oral (usia 0;0-
1;0); fase anal (usia 1;0-2/3;0), dan; fase falis (usia 2/3;0-5/6;0). Kedua, tahap laten atau periode
laten (5/6-12/13tahun). Pada fase ini anak mengembangkan kemampuan sublimasi, yakni
mengganti kepuasan libido dengan kepuasan nonseksual, khususnya bidang intelektual, atletik,
ketrampilan, dan hubungan teman sebaya. Ketiga, tahap genital (>12 tahun). Fase genedital
berlanjut hingga tutup usia, di mana puncak perkembangan kepribadian dicapai ketika orang
dewasa mengalami kemasakan kepribadian yang ditandai dengan menunda kesenangan,
memproritaskan tangggung jawab, pemindahan/ sublimasi, dan identifikasi. Menurut pendapat
penulis, pendapat ini kurang lengkap jika dibandingkan dengan tahapan perkembangan manusia
menurut Carl Jung (Kanisius, 1993) yang mana tahapan perkembangan manusia terbagi pada
empat tahap yaitu fase anak-anak, (usia 0-12 tahun), pemuda, usia pertengahan dan usia tua.

Menurut pendapat penulis, struktur dan jiwa manusia ibarat gunung es dan bagian permukaan
yang tampak ialah bagian kecil saja yang mewakili perilaku kesadaran (concius) dan bagian
terbesar justru bagian yang mewakili alam bawah sadar (unconcius) yang berhubungan dengan
Id yang terbenam didalam lautan. Sementara, pada bagian (pre-concius) berhubungan dengan
Ego dan Super-Ego yang mana kedua bagian ini berperan sebagai pengontrol dan pengemudi
dalam tahapan proses berfikir guna memenuhi kebutuhan Id. Seorang konselor dituntut
memahami alam bawah sadar karena umumnya masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia
berkaitan dengan kejadian dimasalalu yang belum terselesaikan. Dengan memahami masalalu,
konselor sangat terbantu dalam mengentaskan masalah tersebut, menyadarkan konseli untuk
mampu mengontrol kehidupannya dan membatu konseli mencapai perilaku-perilaku baik.

Pendapat penulis juga didukung oleh pendapat Freud yaitu (Afrizal, 2014) mengumpamakan
struktur ini ibarat gunung es yang mengambang di tengah lautan, di mana bagian permukaan
yang timbul hanyalah sebagian kecil dari apa yang dapat diobservasi tentang keadaan dalam jiwa
itu. Bagian terbesar justru tidak tampak dan tenggelam di bawah permukaan, yang merupakan
alam ketidaksadaran. Baginya, alam ketidaksadaran inilah yang paling penting diperhatikan
untuk memahami apa yang menjadi isi pikiran dan perasaan manusia. Karena itu untuk
memahami gangguan perilaku dibutuhkan teknik khusus untuk menganalisis alam
ketidaksadaran yang digambarkan oleh Freud berada di bawah dan yang tertutup oleh alam
kesadarannya.

Lebih konkrit, penulis menjabarkan contoh keterkaitan Id, Ego dan SuperEgo yaitu seorang
wanita menjalani diet. Dia ingin sekali makan coklat, kemudian ia mencari cara yang terbaik
untuk memenuhi keinginannya makan coklat dengan cara meminum air terlebih dahulu guna
mengontrol keinginannya setelah itu ia memakan sedikit coklat. Kemudian, ia menguatkan
tekadnya dan memikirkan akibat baik dan buruk jika memamkan coklat ketika program diet.
Dalam kasus ini, keinginan makan coklat sebagai Id, yang mana keinginan tersebut slit dikontrol,
cara terbaik untuk makan coklat sebagai Ego, yaitu berfikir kembali ia bisa makan sedikit coklat,
dan memikirkan baik dan buruk jika makan coklat adalah SuperEgo.

Menurut pendapat penulis, psikoanalisa memberikan perhatian khusus pada topik kecemasan
karena kecemasan erat kejadiannya dengan alam sadar akan tetapi dapat menyimpan trauma pada
alam bawah sadar dan dapat menimbulkan masalah dikemudiah hari. Pendapat serupa juga
dikemukakan oeh Freud (Juraman, 2017) mengeluarkan konsep chateix dan antichateix sebagai
energy pendorong dan energi penolak dari susunan kepribadian. Dalam memahami hal tersebut
diperlukan pemahaman bahwa fungsi dari kedua konsep ini adalah sebagai pereda keadaan
ketegangan yang mana kecemasan yang sangat dakat dengan ego individu seperti kecemasan
tentang kenyataan, kecemasan neurotis (Syaraf) kecemasan moral. Kecemasan dibagi tiga
kategori yaitu:

a. Kecemasan realitas, dirasakan karena adanya ancaman yang nyata atau ancaman yang akan
dihadapi dilingkungan. Contoh, cemas meninggalkan kendaraan yang baru dibeli ditempat
yang sunyi.
b. Kecemasan moral, kecamasan yang dihasilkan dari hati nurani. Contoh, cemas akan gagal
dalam menghadapi ujian.
c. Kecemasan neurotik, kecemasan yang muncul karena rasa bimbang, tidak ada yang
mengontrol tingkah lakunya, bersifat tidak sadar.

Menurut penulis, ciri khas lainnya dari psikoanalisa adalah memberikan perhatian khusus pada
topik mekanisme pertahanan ego yang berkaitan dengan kecemasan, Mekanisme pertahanan ego
yaitu teknik-teknik psikoanalisa yang dapat digunakan oleh konselor dalam proses konseling
untuk membantu mengatasi kecemasan dan mencegah terlukanya ego. Mekanisme pertahanan
sama-sama memiliki dua ciri menyangkal atau mendistorsi kenyataan dan beropreasi pada taraf
tak sadar. Menurut Freut (Saraswati, 2011) Mekanisme pertahanan ego terbagi atas sembilan
jenis yaitu:

1. Represi 5. Rasionalisasi
2. Pembentukan Reaksi 7. Sublimasi
3. Proyeksi 8. Kompensasi
4. Penempatan yang keliru 9. Regresi

Menurut pendapat penulis, teknik-teknik konseling yang terdapat pada pendekatan


psikoanalisa harus diaplikasikan oleh konselor atau psikolog yang benar-benar telah ahli
dibidang terapi karena teknik ini membutuhkan kemampuan tinggi untuk memahami dan
menginterperasi kejadia masalalu konseli. Jika teknik ini diaplikasikan oleh konselor pemula
ditakutkan mengakibatkan ambigu dalam memaknai kejadian dan masalah yang diceritakan oleh
konseli. Beberapa teknik psikoanalisa yaitu:

1. Asosiasi bebas, yaitu mengupayakan klien untuk menjernihkan alam pikirannya yang
berkaitan dengan alam pengalaman dan pemikiran sehari-hari sehingga klien mudah
mengungkapkan pengalaman masa lalunya.
2. Analisis mimpi, klien diminta untuk mengungkapkan tentang berbagai kejadian dalam
mimpinya dan konselor berusaha untuk menganalisisnya. Menurut Freud, mimpi ini
ditafsirkan sebagai jalan raya mengekspresikan keinginan-keinginan dan kecemasan yang tak
disadari.
3. Interpretasi, yaitu mengungkap apa yang terkandung di balik apa yang dikatakan klien.
Konselor menetapkan, menjelaskan kepada klien tentang makna perilaku yang
termanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resitensi dan transferensi.
4. Analisis resistensi, resistensi berati penolakan, analisis resistensi ditujukan untuk
menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya penolakannya (resistensi). Menurut
Freud (Wahidah, 2017:162) resistensi merupakan suatu dinamika yang tidak disadari untuk
mempertahankan kecemasan sehingga konseli enggan untuk menngungkapkan materi
ketidaksadaran yang mengancam dirinya, yang berarti ada pertahanan diri terhadap
kecemasan yang dialaminya.
5. Analisis transferensi adalah mengalihkan, bisa berupa perasaan dan harapan masa lalu.

3. PENUTUP

Berdasarkan pembahasan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa:

1. Psikoanalisa adalah salah satu metode pemecahan masalah ilmiah yang dapat digunakan oleh
konselor dalam mengentaskan masalah konseli dan membantu konseli mengendalikan
hidupnya.
2. Psikoanalisa terlalu mengutamakan alam bawah sadar dan sebenarnya tidak semua masalah
mmiliki keterkaitan dengan alam bawah sadar.
3. Ciri khas pendekatan psikoanalisa yaitu memiliki cara pandang khusus terhadap manusia
yaitu manusia didorong oleh tiga aspek utama yaitu Id, Ego dan SuperEgo, memberikan
perhatian khusus pada masa perkembangan lima tahun pertama awal kehidupan, memilki
jenis-jenis mekanisme pertahanan ego, memberikan perhatian khusus pada kecemasan,
menggunakan teknik-teknik khusus melakukan konseling melalui psikonalisa yang mana
pada umumnya dilakukan dengan proses wawancara dan membutuhkan konselor ahli
(expert) untuk menerapkan teknik tersebut dalam proses konseling.
DAFTAR PUSTAKA

Afrizal Lalu Heri. (2014). Psikoanalisa Islam, Menggali Struktur Psikis Manusia dalam
Perspektif Islam, 12, No. 2.

Corey. Gerald, 2010. Konseling dan Psikoterapi Teori dan Praktek. Bandung : Refika Aditama

Hall, Calvin S & Garner Lindzey. Teori-teori Psikodinamik (Klinis), Kanisius. Yogyakarta 1993

Hartono dan Boy Soedarmadji. 2012. Psikolgi Konseling. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Ikramah, Mariati, & Titik Maslikatin. Kondisi Psikis Tokoh Zarah Dalam Novel Partikel Karya
Dewi Lestari: Suatu Kajian Psikoanalisis Psychic Condition Of Zarah Character In
Novel Entitled Partikel By Dewi Lestari: Psychoanalisis

Juraman Stefanus Rodrick. (2017). Jurnal Studi Komunikasi, 1, 280 – 287

Saraswati Ekarini. (2011). Pergeseran Citra Pribadi Perempuan Dalam Sastra Indonesia:
Analisis Psikoanalisis Terhadap Karya Sastra Indonesia Mulai Angkatan Sebelum
Perang Hingga Mutakhir, 12 No.2.

Wahidah Evita Yuliatul. (2017) Resistensi dalam Psikoterapi Terhadap Trauma Kdrt Al
Murabbi, 3, 2540-7619 159

Anda mungkin juga menyukai