Anda di halaman 1dari 6

ANTITESIS IDENTITAS: KAJIAN MENDALAM TENTANG

DINAMIKA RELIGIOSITAS MASYARAKAT SUKU MADURA


DENGAN TANTANGAN STIGMANYA YANG TERKENAL

i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...............................................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL......................................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan Riset.................................................................................................................2
1.4 Manfaat Riset...............................................................................................................2
1.4.1 Manfaat Teoritis...................................................................................................2
1.4.2 Manfaat Praktis....................................................................................................2
1.5 Keutamaan Riset..........................................................................................................2
1.6 Temuan yang Ditargetkan............................................................................................2
1.7 Kontribusi terhadap Ilmu Humaniora..........................................................................3
1.8 Luaran yang Diharapkan.............................................................................................3

ii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL

iii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebudayaan merupakan identitas nasional suatu bangsa. Identitas nasional bangsa
dapat dikatakan sebagai keunikan, karakteristik, atau kecirikhasan, agar suatu bangsa tersebut
dapat dibedakan dengan bangsa lainnya (Aprianti, et al., 2022). Sesuai dengan UUD 1945
Pasal 32 Ayat 1 yang berbunyi: “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di
tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya”, maka terlihat jelas bahwa masyarakat Indonesia
memiliki hak dan kebebasan dalam menjalankan, memelihara, dan mengembangkan budaya
yang telah ada secara turun-temurun. Selain itu, pemerintah juga memiliki tugas untuk tetap
menjaga hubungan interaksi antar suku bangsa dalam menjaga dan mengembangkan
budayanya masing dengan nilai serta keunikan yang berbeda (Febriathie, et al., 2023). Begitu
pula dengan suku Madura yang memiliki kekhasan dan kebudayaan menarik tersendiri.

Suku Madura (Bahasa Madura: Orèng Mâdhurâ) merupakan salah satu etnis dengan
populasi besar di Indonesia. Badan Pusat Statistik menunjukkan sebanyak 3.131.564 jiwa
berasal dari Pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya (BPS, 2020). Sebagian besar penduduk
Madura menunjukkan tingkat etos kerja yang tinggi dan semangat petualangan yang kuat.
Oleh karena itu, mereka cenderung memilih untuk bermigrasi atau merantau dari tempat
kelahiran mereka demi mencari penghidupan.

Awal mula hadirnya Islam sebagai agama mayoritas di Pulau Madura diawali pada
abad XV M. Islam di Pulau Madura hadir tidak berbeda jauh dengan hadirnya Islam di
Indonesia, yakni melalui perdagangan dan pernikahan. Islamisasi di Madura bisa dikatakan
cukup merata karena mayoritas dari penduduk di Madura beragama Islam. Ini dapat
dibuktikan dengan terjangkaunya Islam hingga ke pedalaman Madura. Ditambah lagi dengan
data banyaknya jumlah pesantren di Madura yang memperkuat identitas Islam di Madura ini.

Masyarakat suku Madura dikenal memiliki watak dan karakter sosial yang memegang
teguh adat istiadat dan tradisi setempat. Jumlah pesantren di Pulau Madura sebanyak 1.367
unit pondok pesantren dengan 178.087 santri (Kementerian Agama, 2023). Berdasarkan data
tersebut, religiositas masyarakat disana masih sangat kental. Namun, meskipun masyarakat
Madura dikenal sangat religius, masih terdapat paradoks dengan stigma negatif dari
masyarakat luar. Keberagaman tradisi baik mereka bertolak belakang dengan citra buruk
masyarakat Madura di mata masyarakat luar. Stigma masyarakat Madura sebagai masyarakat
yang kasar, temperamental, suka berkelahi, bahkan suka memungut besi tua sudah melekat
dalam benak masyarakat luar. Padahal, kekerasan dan amarah yang ditampilkan masyarakat
Madura hanyalah sebagian kecil dari keseluruhan identitas mereka.

Madura dalam komunitas lintas budaya seringkali mengalami dinamika sosial yang
perilakunya mengarah pada identitas stereotipikal dan bahkan di-stigmatik seperti; watak
keras, tidak mau mengalah, bicara kasar, sering kali tidak mau mengikuti aturan. Pemahaman
orang luar Madura terhadap etnis Madura yang tidak lengkap dan utuh membuat orang luar
Madura memiliki prasangka (stereotip) bahwa kelompok atau etnis Madura yang kurang baik
di hadapan kelompok atau etnis yang lain (Hadi, et al., 2023). Kondisi perekonomian
masyarakat Madura terbilang tidak terlalu berkembang dibanding daerah-daerah lain di Jawa
Timur terutama Surabaya, sehingga mata pencaharian orang Madura tetap bertumpu pada
sektor pertanian yang masih tradisional (Herlianto, 2019). Kondisi ini membuat mereka

1
berpikir untuk menambah penghasilan sehari-hari dan salah satu caranya yaitu dengan
mengumpulkan besi-besi bekas yang sudah tidak dipakai atau biasa dikenal dengan “besi
tua”. Bahan-bahan tidak terpakai itu dijual sebagai bahan daur ulang yang hasilnya digunakan
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka. Adanya kejadian-kejadian kurang etis,
seperti kasus pencurian besi layak pakai yang dilakukan oleh segelintir oknum tidak
bertanggung jawab dari suku Madura merupakan salah satu faktor stigma masyarakat Madura
di hadapan etnis lain.
Dikarenakan adanya kerancuan yang terjadi antara identitas masyarakat Madura yang
berhadapan dengan tantangan stigma mereka di hadapan etnis lain, maka riset ini bertujuan
untuk menggali lebih dalam mengenai faktor-faktor yang memengaruhi antitesis identitas
masyarakat Madura. Tidak hanya itu, dalam riset ini juga disertai dampak yang muncul dari
dua antitesis yang terjadi saat ini, baik dampak dalam perekonomian, kesejahteraan, bahkan
budaya mereka sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam riset ini adalah
1. Apa saja faktor mendalam yang memengaruhi antitesis terhadap suku Madura?
2. Bagaimana antitesis identitas ini berdampak secara signifikan terhadap suku Madura?
3. Bagaimana mengurangi stigma yang tersebar di masyarakat terhadap suku Madura?

1.3 Tujuan Riset


Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dilakukannya riset ini adalah
1. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi antitesis terhadap suku Madura secara
mendalam.
2. Mengidentifikasi dampak signifikan dari adanya antitesis identitas pada suku Madura.
3. Menemukan solusi untuk mengurangi stigma terhadap suku Madura yang tersebar di
masyarakat.

1.4 Manfaat Riset

1.4.1 Manfaat Teoritis


Riset ini diharapkan dapat berkontribusi pada bidang ilmu sosial humaniora,
khususnya yang berkaitan dengan pengembangan masyarakat.

1.4.2 Manfaat Praktis


Riset ini dapat dijadikan sebagai rujukan pemerintah dalam upaya peningkatan
kelestarian budaya Madura dan menjadi penguat ciri khas budaya asli Madura, yang
diharapkan mampu menjadi faktor dalam mewujudkan masyarakat Madura yang
sejahtera.

1.5 Keutamaan Riset


Keutamaan riset ini adalah untuk menjadi kajian sosial humaniora baru yang
membahas tentang antitesis identitas suku Madura di kalangan etnis lain karena
seharusnya identitas asli mereka memiliki potensi besar untuk mewujudkan
masyarakat sejahtera.

2
1.6 Temuan yang Ditargetkan
Dalam pelaksanaannya, peneliti berharap mendapatkan temuan mengenai identitas
budaya positif suku Madura yang dapat menepis persepsi buruk etnis Madura di hadapan
etnis lain. Peneliti juga berharap temuan ini dapat menjadi sebuah bahan pembaharuan bagi
riset-riset mengenai identitas suku Madura, khususnya yang berkaitan dengan citra buruk
mereka di hadapan etnis luar Suku Madura.

1.7 Kontribusi terhadap Ilmu Humaniora


Riset ini akan memberikan kontribusi terhadap ilmu humaniora, khususnya dalam
lingkup kajian menggali citra baik dan menghapus citra buruk dari kebudayaan ataupun
identitas lokal yang dimiliki. Dalam prosesnya, riset ini akan melakukan tinjauan kultural dan
menjelaskan parameter yang dibutuhkan untuk mengkaji adat Suku Madura, sehingga dapat
berguna dalam upaya mengungkapkan citra baik dan kepercayaan diri Suku Madura serta
mendukung pengembangan masyarakat dan kesejahteraan berkelanjutan.

1.8 Luaran yang Diharapkan


Riset ini diharapkan dapat menghasilkan laporan kemajuan, laporan akhir, artikel
ilmiah, dan akun media sosial mengenai konsep pengenalan identitas asli yang baik dari Suku
Madura. Dengan adanya luaran tersebut, diharapkanlah lahir kesadaran tentang tingginya
potensi pemanfaatan budaya identitas lokal yang baik sebagai dasar mewujudkan
pengembangan wilayah berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai