Anda di halaman 1dari 10

PENGEMBANGAN LABORATORIUM

KULTUR JARINGAN ANGGREK SKALA SEDERHANA


DI DESA NGESREPBALONG, KENDAL, JAWA TENGAH
UNTUK KONSERVASI ANGGREK LANGKA
Enni Suwarsi Rahayu1)*, Yustinus Ulung Anggraito1), Rini Kusumawardani1),
Melika Citra Tania), Na Dame Maulibulung Sinaga1), Fadhila Isnahardiyanti1)

Universitas Negeri Semarang, Indonesia


*Corresponding author: enni_sr@mail.unnes.ac.id

ABSTRAK

Di Desa Ngesrepbalong Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal telah dilakukan


konservasi anggrek spesies alam dari Gunung Ungaran yang langka. Pada tahun 2023 jumlah
anggrek langka yang dikonservasi menurun karena beberapa jenis mengalami kematian dan
belum dapat dikembangbiakkan. Perkembangbiakan anggrek dapat dilakukan secara efisien
melalui kultur jaringan tanaman (KJT). Selama ini teknik KJT belum dapat dilakukan karena 1)
masyarakat setempat belum memahami karakteristik, manfaat, dan teknik pengelolaan
laboratorium KJT; dan 2) laboratorium KJT belum ada. Metode pemecahan untuk mengatasi
masalah tersebut adalah 1) melakukan penyuluhan dan pelatihan tentang karakteristik,
manfaat, dan teknik pengelolaan laboratorium KJT, dan 2) mengembangkan laboratorium KJT
skala sederhana. Kegiatan dilakukan di Desa Ngesrepbalong pada bulan Mei sampai Oktober
2023. Mitra atau khalayak sasaran adalah 10 orang pegiat konservasi lingkungan yang
tergabung dalam lembaga sosial “Omah Sawah”. Kegiatan dilakukan secara partisipatif dengan
mengaktifkan peran serta mitra, meliputi fasilitasi pelatihan, perancangan dan pengembangan
laboratorium, pengadaan alat dan bahan laboratorium, pendampingan, monitoring dan evaluasi.
Hasil kegiatan yang diperoleh menunjukkan bahwa 1) 100% mitra mempunyai pemahaman
yang tinggi dan sangat tinggi tentang karakteristik dan manfaat laboratorium KJT; 2) di Desa
Ngesrepbalong telah terbentuk laboratorium KJT skala sederhana, dan 3) 80% mitra trampil
melakukan pengelolaan laboratorium KJT dan memanfaatkan untuk perkecambahan anggrek.
Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan laboratorium KJT telah dapat dikembangkan dan mitra
sasaran telah memahami karakteristik serta trampil menggunakannya untuk perkembangbiakan
anggrek. Hal ini bermanfaat mendukung kegiatan konservasi anggrek langka dari Gunung
Ungaran.

Kata Kunci: laboratorium kultur jaringan tanaman, anggrek langka, Ngesrepbalong,


konservasi

PENDAHULUAN anggrek menjadi langka dan sulit


Anggrek merupakan salah satu ditemukan. Jika dibiarkan hal ini dapat
jenis flora yang hidup di lereng Gunung mengakibatkan kepunahan.
Ungaran Kabupaten Semarang Provinsi Untuk mengatasi hal tersebut
Jawa Tengah. Ekplorasi di kawasan tersebut kelompok pelestari lingkungan dari Desa
pada tahun 2020 menemukan 115 jenis Ngesrepbalong Kecamatan Limbangan
anggrek spesies alam (Kurniawan et al., Kabupaten Kendal telah melakukan upaya
2021). Flora ini mempunyai bunga yang konservasi dengan cara memelihara
indah dan unik sehingga banyak anggrek spesies alam dari Gunung Ungaran
dieksploitasi atau diambil oleh masyarakat yang sudah langka. Hal tersebut dilakukan
untuk dijual. Akibatnya beberapa jenis dengan mengumpulkan anggrek dari hutan,
kemudian dipelihara di greenhouse yang lingkungan yang terkontrol (Lakhera et al.,
disebut Omah Anggrek (Gambar 1). Omah 2018). Teknik ini sangat efisien dalam
Anggrek yang dibangun di Desa menghasilkan individu baru dalam jumlah
Ngesrepbalong tersebut pada awalnya besar sehingga relevan dimanfaatkan untuk
mengoleksi 26 jenis anggrek spesies alam konservasi tumbuhan langka. Salah satu
(Martuti et al., 2021). Berdasarkan teknik perbanyakan yang banyak dilakukan
Convention on International Trade in
adalah perkecambahan benih secara in vitro
Endangered Species (CITES) of Wild Flora
yang dapat mengatasi masalah
and Fauna, jenis-jenis anggrek tersebut
terdaftar dalam Appendix II, yaitu golongan perkembangbiakan tumbuhan yang bijinya
langka yang pemanfaatannya perlu sulit berkecambah secara alamiah seperti
perlakuan internasional (CITES, 2021). anggrek (Gupta, 2016); Kartikaningrum et
al., 2017).
Teknik KJT membutuhkan
ketrampilan dan sarana prasarana.
Ketrampilan KJT telah dimiliki oleh 3
orang pegiat konservasi lingkungan dari
Desa Ngesrepbalong yang tergabung dalam
lembaga “Omah Sawah”. Lembaga tersebut
bergerak di bidang edukasi, budaya, dan
konservasi lingkungan. Mereka pernah
mendapat kesempatan mengikuti pelatihan
teknik KJT anggrek di Laboratorium KJT di
Jurusan Biologi UNNES (hasil wawancara
Gambar 1. Omah Anggrek di Desa 2023). Selain itu mereka telah mengikuti
Ngesrepbalong pelatihan aklimatisasi anggrek sebagai
tahap lanjut perbanyakan secara kultur
jaringan (Utami et al., 2022). Hal yang
Pada awal tahun 2023 koleksi menjadi masalah adalah mitra belum paham
anggrek yang ada di Omah Anggrek Desa tentang seluk beluk laboratorium dan belum
Ngesrepbalong telah menurun menjadi 17 adanya sarana laboratorium KJT untuk
jenis. Hal ini berarti ada sembilan jenis melaksanakan perkembangbiakan anggrek.
anggrek mati dan belum menghasilkan Laboratorium KJT yang ideal harus
keturunan baru. Penyebab utama hilangnya mempunyai minimal empat ruang, dua di
sembilan jenis anggrek tersebut adalah antaranya harus bersifat steril. Selain itu
belum dilakukannya perkembangbiakan harus memiliki alat-alat standar seperti
secara memadai. Jadi bukan karena laminar air flow (LAF), autoklaf, almari
lingkungan yang tidak sesuai karena pendingin, rak botol kultur, alat-alat kaca,
Ngesrepbalong mempunyai suhu 23-25oC alat tanam, dan lain-lain. Bahan-bahan
dan kelembaban relatif 70-80% (hasil laboratorium juga harus lengkap yang
observasi, Januari 2023). Kondisi tersebut meliputi garam-garam an-organik, asam
optimal untuk pertumbuhan anggrek amino, zat pengatur tumbuh, vitamin, dan
(Purwanto, 2016). Untuk mencegah lain-lain (Lakhera et al., 2018). Namun
hilangnya jenis-jenis lain perlu dilakukan semua itu dapat dibuat dalam skala
kegiatan perbanyakan anggrek. sederhana dan murah, yaitu menggunakan
Perbanyakan anggrek yang efisien ruang yang lebih sedikit, alat alternatif, dan
adalah dengan teknik kultur jaringan bahan alami yang tersedia di lingkungan
tanaman (KJT). Teknik KJT merupakan (Rahayu et al., 2018); Kadam et al., 2018);
teknik perbanyakan tumbuhan dengan Dhanalakshmi & Stephan, 2016).
menumbuhkembangkan bagian tumbuhan Laboratorium KJT skala sederhana dan
menjadi individu baru dalam kondisi murah terbukti efektif untuk melakukan
aseptik di bejana kaca dengan kondisi perbanyakan berbagai tanaman, antara lain
mint (Biswas et al., 2014), pisang
(Dhanalakshmi & Stephan, 2016) dan panili dalam proses belajar dapat
(Ayele & Tefera, 2018). memanfaatkannya secara optimal.
Laboratorium kultur jaringan layak
dan cocok dikembangkan di Desa METODE KEGIATAN
Ngesrepbalong. Desa yang terletak di Kegiatan dilakukan di Dusun
lereng utara Gunung Ungaran pada Gempol Desa Ngesrepbalong Kecamatan
ketinggian 524 – 1437 m dpl ini Limbangan Kabupaten Kendal pada bulan
mempunyai suhu yang sejuk (BPS, 2022). Mei hingga Oktober 2023 atau selama 6
Desa ini berbatasan langsung dengan hutan bulan. Metode yang digunakan adalah
alami di Gunung Ungaran dan memiliki fasilitasi penyuluhan, pelatihan,
bentang alam yang unik sehingga pengembangan laboratorium,
keanekaragaman hayatinya cukup beragam. pendampingan, monitoring dan evaluasi.
Berbagai jenis tumbuhan mulai dari lumut Kegiatan penyuluhan tentang karakteristik
hingga tumbuhan tingkat tinggi tumbuh dan manfaat laboratorium KJT dilakukan
subur di wilayahnya. Di kawasan Resort melalui diskusi informasi dengan
Limbangan Gunung Ungaran terdapat tujuh mengaktifkan peran serta mitra. Penyuluhan
jenis tanaman langka. Potensi yang dilakukan pada bulan Mei 2023. Materi
menonjol di Desa Ngesrepbalong adalah penyuluhan meliputi jenis dan karakteristik
potensi wisata (Nugraha, 2022). Bila ruang, alat, dan bahan, serta manfaat
perkembangbiakan anggrek spesies alam laboratorium KJT. Sebelum dilakukan
dapat dioptimalkan hingga jumlah penyuluhan peserta diberi 10 pertanyaan
koleksinya meningkat, maka hal ini tentang materi penyuluhan sebagai
diharapkan dapat mendukung potensi penjajagan pengetahuan awal peserta.
wisata yang dimiliki. Sepuluh pertanyaan tersebut meliputi tujuan
Mitra atau khalayak sasaran (1 pertanyaan), ciri khas (1 pertanyaan),
kegiatan ini adalah 10 orang pegiat fungsi ruang laboratorium (1 pertanyaan),
konservasi lingkungan yang tergabung fungsi alat (2 pertanyaan), teknik
dalam lembaga Omah Sawah Desa pelaksanaan (2 pertanyaan), dan teknik
Ngesrepbalong. Jumlah anggota ini cukup sterilisasi (3 pertanyaan).
memadai untuk menjamin keberlanjutan Setelah itu tim pengabdi memberi
kegiatan pada masa yang akan datang. informasi melalui ringkasan materi dan
Berdasarkan hasil wawancara dengan mitra, video agar perhatian mitra terfokus;
ada dua permasalahan pelestarian anggrek kemudian memberi kesempatan kepada
yang ditemukan di lapangan, yaitu 1) para mitra untuk berdiskusi dan menanyakan
pegiat konservasi belum memahami hal-hal yang belum diketahui. Pada akhir
karakteristik, manfaat dan pengelolaan pertemuan tim pengabdi meminta peserta
laboratorium KJT, dan 2) di Desa menjawab 10 pertanyaan pilihan ganda
Ngesrepbalong belum ada laboratorium secara tertulis (materi pertanyaan sama
KJT. dengan dengan yang diajukan sebelum
Solusi untuk memecahkan masalah penyuluhan) untuk mengetahui peningkatan
tersebut adalah 1) melakukan penyuluhan pengetahuan yang diperoleh mitra setelah
dan pelatihan tentang karaktersitik, penyuluhan. Jawaban mitra diberi skor 10
manfaat, dan pengelolaan laboratorium untuk setiap jawaban benar, sehingga skor
KJT, dan 2) mengembangkan laboratorium minimal adalah 0 dan skor maksimal 100.
KJT. Dengan demikian kegiatan ini Skor total dikategorikan sebagai berikut:
bertujuan untuk mengoptimalkan
pengetahuan tentang laboratorium KJT dan
ketrampilan mengelola laboratorium KJT,
serta mendirikan laboratorium KJT.
Laboratorium yang dikembangkan dalam
taraf sederhana agar masyarakat yang masih
Tabel 1. Kategori skor tes mengikuti pelatihan tentang teknik KJT.
Rentang skor Kategori pemahaman Hal ini menunjukkan pengetahuan peserta
0 – 20 Sangat rendah tentang laboratorium KJT pada umumnya
30 – 40 Rendah masih sangat rendah. Tingkat pengetahuan
50 – 60 Sedang yang rendah ini sangat logis karena
70 – 80 Tinggi sebagian besar dari mereka memang belum
90 – 100 Sangat tinggi pernah melihat laboratorium tersebut,
apalagi beraktivitas di dalamnya. Selama
Pengembangan laboratorium KJT ini laboratorium KJT hanya terdapat di
skala sederhana dilakukan pada bulan Juni beberapa perguruan tinggi, dinas pertanian
2023. Laboratorium KJT skala sederhana dan lembaga-lembaga penelitian. Dapat
dikembangkan dari satu ruang berukuran 3 dikatakan belum ada laboratorium KJT
m x 3 m yang kemudian disekat menjadi yang didirikan di suatu wilayah desa.
dua bagian. Bagian pertama dimanfaatkan Sesi pemberian informasi dan
sebagai ruang persiapan, sedangkan bagian diskusi berlangsung secara serius namun
kedua sebagai ruang steril untuk ruang santai. Para mitra tampak memperhatikan
tanam dan inkubasi atau pemeliharaan dengan penuh minat sambil membaca
kultur. ringkasan materi (Gambar 2). Ketika diberi
Kegiatan pelatihan tentang teknik kesempatan bertanya, beberapa mitra juga
mengelola laboratorium dilakukan di mengajukan pertanyaan yang relevan. Hal
laboratorium KJT yang baru ini merupakan indikator bahwa mereka
dikembangkan. Pelatihan dilakukan secara antusias dan memiliki motivasi untuk
on the spot dengan melatih penggunaan dan memahami materi penyuluhan. Motivasi
pemeliharaan alat-alat, serta mengatur merupakan faktor penting yang dapat
penempatan alat di ruang laboratorium. mendorong peserta penyuluhan untuk
Kegiatan ini dilaksanakan pada Juli 2023. memusatkan perhatian terhadap penyuluhan
Materi pelatihan terdiri atas hal-hal yang sehingga mencapai pemahaman yang baik
harus dilakukan agar laboratorium KJT (Rahayu et al., 2018).
berfungsi dengan efektif dan aman.
Setelah laboratorium
dikembangkan, peserta diberi kesempatan
melakukan penanaman benih anggrek dan
subkultur plantlet pada bulan Agustus
hingga Oktober 2023. Dalam kegiatan itu
dilakukan monitoring secara on line. Jika
ada masalah maka dapat ditanyakan kepada
tim pengabdi melalui telepon. Selain itu
pendampingan juga diberikan ketika
dibutuhkan penjelasan langsung.
Gambar 2. Sebagian peserta yang
mengikuti acara penyuluhan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sikap antusias dari para peserta
1. Penyuluhan tentang karakteristik
juga ditunjukkan dengan hasil jawaban tes
dan manfaat laboratorium KJT
setelah penyuluhan selesai. Skor tes
Dalam penyuluhan hadir 10 orang
berkisar antara 70 hingga 90 dengan rerata
pegiat konservasi lingkungan dari beberapa
83. Sebanyak 50% mitra mempunyai
dusun di Desa Ngesrepbalong ditambah
pemahaman tinggi, dan 50% sisanya
pamong desa setempat. Pada saat diajukan
mencapai kategori sangat tinggi (Tabel 1).
pertanyaan penjajagan, dari 10 pertanyaan
Ada dua pertanyaan yang dapat dijawab
hanya 3 pertanyaan yang dapat dijawab
oleh semua mitra, yaitu tentang tujuan dan
oleh 3 orang peserta. Ketiga orang ini
ciri khas teknik KJT. Sebaliknya ada 1
adalah mitra yang sebelumnya pernah
pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh
semua mitra, yaitu tentang teknik sterilisasi sedangkan sebagian kecil memperoleh
alat dan botol kultur. tingkat pengetahuan kategori cukup atau
kurang (Kurnianingsih et al., 2020).
Tabel 1. Skor tes setelah penyuluhan 2. Pengembangan laboratorium kultur
No Nama Skor Kategori jaringan anggrek (KJA), pengadaan
pemahaman alat dan bahan serta penataan ruang
1. Riyono 80 Tinggi laboratorium
2. Ari Saputri 70 Tinggi Laboratorium KJT yang
dikembangkan di Desa Ngesrepbalong pada
Sangat
90 tahap ini dikhususkan untuk
3. Sri Darni tinggi
perkembangbiakan anggrek, sehingga
Sangat disebut Laboratorium Kultur Jaringan
90
4. Kaeromah tinggi Anggrek (KJA) (Gambar 3). KJA skala
Sangat sederhana dikembangkan dari satu ruang
90
5. Siti Arifah tinggi berukuran 3 m x 3 m yang kemudian
Sangat disekat menjadi dua bagian. Bagian
90
6. Yulikah tinggi pertama dimanfaatkan sebagai ruang
Budi Sangat persiapan, sedangkan bagian kedua sebagai
90 ruang steril untuk ruang tanam dan inkubasi
7. Nuralim tinggi
8. Muhtadin 80 Tinggi atau pemeliharaan kultur (Gambar 4).
9. Bambang S. 70 Tinggi
10. Munasikin 80 Tinggi
Rerata 83 Tinggi

Hasil tersebut mengindikasikan


bahwa semua peserta memahami tujuan
dilakukannya teknik KJT dan ciri khasnya.
Hal ini dapat terjadi karena kedua hal
tersebut merupakan sesuatu yang bersifat
kognitif sehingga pemahaman dapat
diperoleh setelah seseorang membaca dan Gambar 3. Tampak depan ruang
berdiskusi tentang suatu hal. Sebaliknya laboratorium
teknik sterilisasi merupakan suatu fakta
yang harus diamati untuk dapat dapat
memahami maknanya, sehingga karena
mitra belum mempraktekkan dan
melihatnya maka hampir semua mitra tidak
dapat menjawab pertanyaan tentang hal
tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Megawati (2018) bahwa pengalaman
belajar menunjang peningkatan pemahaman
peserta didik dalam pembelajaran IPA.
Hasil kegiatan yang relevan menunjukkan
bahwa pelatihan teknik dasar KJT dapat
membantu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan peserta tentang kultur
jaringan. Hal ini dapat dilihat dari
antusiasme peserta selama kegiatan dan
meningkatnya persentase pemahaman
peserta, yaitu sebagian besar mencapai Gambar 4. Denah laboratorium KJA yang
tingkat pengetahuan kategori baik, dikembangkan
Ada 15 jenis alat yang diserahkan Selain alat-alat, enam macam
untuk melengkapi laboratorium skala bahan yang dibutuhkan dalam teknik KJT
sederhana (Tabel 2). Beberapa alat tersebut juga diserahkan kepada mitra (Tabel 3).
antara lain enkas sebagai tempat menanam
Plastik shield digunakan untuk merapatkan
kultur secara steril, rak kultur untuk
menyimpan botol kultur (Gambar 5), meja tutup botol agar kultur tidak terkontaminasi.
untuk meletakkan enkas dan alat-alat lain, Alkohol digunakan untuk sterilisasi tangan
serta panci presto sebagai alat sterilisasi. ketika akan menanam dan sterilisasi enkas.
Selain itu alat-alat untuk memasak media Media kultur diberikan untuk digunakan
berupa kompor, tabung gas, dan regulator; sub kultur.
seperangkat alat-alat tanam berupa cawan
petri, pinset, skalpel, dan mata pisau; alat
sterilisasi berupa sprayer; serta jas Tabel 3. Daftar bahan yang diserahkan
laboratorium untuk dipakai ketika mitra kepada mitra sasaran
menanam kultur. Nama
No alat/bahan Jumlah Keterangan
Tabel 2. Daftar alat yang diserahkan kepada 1 Plastik Shield 2 Buah
mitra sasaran 2 Alkohol 70% 2 Liter
Nama 3 Kertas tisu 2 Pak
No alat/bahan Jumlah Keterangan 4 Media Kultur 30 Botol
1 Enkas 1 Buah 5 Protokorm 5 Botol
2 Rak Kultur 1 Buah 6 Planlet 2 Botol
3 Meja 2 Buah
4 Kursi 1 Buah Dengan adanya alat-alat dan bahan tersebut
5 Panci Presto 1 Buah maka teknik KJT sudah dapat dilaksanakan
6 Kompor 1 Buah di laboratorium KJA.
7 Tabung Gas 1 Buah 3. Pelatihan tentang pengelolaan
8 Regulator 1 Buah laboratorium KJT
9 Cawan Petri 5 Pasang Kegiatan pelatihan dilaksanakan
10 Pinset 5 Buah pada bulan Juli 2023. Materi pelatihan
terdiri atas hal-hal yang harus dilakukan
11 Skalpel 5 Buah agar laboratorium KJT berfungsi dengan
12 Mata Pisau 1 Box efektif dan aman. Kegiatan dilakukan di
13 Kontainer 1 Buah rumah koordinator lembaga sosial Omah
14 Sprayer 1 Buah Sawah Dusun Gempol Desa
Ngesrepbalong. Pelatihan diikuti oleh 10
15 Jas Lab 1 Buah orang pegiat konservasi lingkungan dari
desa setempat. Dalam pelatihan ini tim
pengabdi mendemonstrasikan teknik
penggunaan alat dan mitra mencoba
berlatih menggunakan alat (Gambar 6).
Hasil pelatihan menunjukkan mitra
sasaran cukup trampil menggunakan alat
dan melakukan kegiatan pengelolaan
laboratorium. Ketrampilan yang diperoleh
mitra sasaran setelah pelatihan tersebut
Gambar 5. Sebagian alat-alat laboratorium yang sejalan dengan hasil kegiatan Harahap &
diserahkan Pusat (2020)yang menyimpulkan bahwa
pelatihan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap keterampilan kerja yang
signifikan pada karyawan Pusat Pelatihan memindahkan plantlet ke botol kultur yang
Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian baru belum optimal. Mereka agak canggung
(PPMKP) Ciawi. dalam membuka dan menutup botol,
mengambil plantlet dari botol lama dan
kemudian memindahkannya ke botol baru.
Hal ini merupakan suatu hal yang lazim
terjadi karena menanam plantlet memang
membutuhkan pengalaman yang terus
menerus. Dari hasil latihan melakukan sub
kultur telah dihasilkan empat botol plantlet
baru dari satu botol plantlet lama. Dengan
demikian telah dapat dihasilkan 20 botol
plantlet baru (Gambar 7B). Botol kultur
Gambar 6. Pelatihan pengelolaan yang baru yang dihasilkan dilihat
laboratorium keberhasilannya dalam 4-5 hari kemudian.
Jika botol kultur bebas dari kontaminasi
maka pelaksanaan sub-kultur dapat
4. Monitoring dan evaluasi
dikatakan berhasil.
pemanfaatan laboratorium KJA
untuk perkembangbiakan anggrek
Hasil monitoring pemanfaatan
laboratorium KJA menunjukkan bahwa
80% mitra sasaran telah trampil melakukan
sub-kultur plantlet anggrek dengan baik.
Mereka mampu melakukan sterilisasi
ruang, sterilisasi eksplan dan sterilisasi
entkas. Tahap-tahap yang dilakukan sudah
sesuai dengan standard operational Gambar 7. Seorang mitra sedang
procedure (SOP) yang dilatihkan (Gambar menanam melakukan sub-kultur eksplan
7A). Hasil ini sejalan dengan hasil kegiatan di entkas (A) dan hasilnya berupa botol-
Kardika et al. (2023), yaitu setelah mitra botol kultur (B)
berlatih mempraktikan tahapan KJT yang
meliputi cara pemilihan tanaman induk,
sterilisasi, pembuatan media, penanaman Hasil kegiatan berupa laboratorium
dan aklimatisasi; keterampilan dan KJT, alat dan bahan serta ketrampilan
pengetahuan mereka menjadi meningkat pengelolaan laboratorium bermanfaat dan
secara signifikan. Peningkatan juga sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
ditunjukkan oleh beberapa kegiatan sejenis, masyarakat setempat, khususnya pegiat
bahkan para peserta menyatakan bahwa konservasi. Kesesuaian ini disampaikan
kegiatan pelatihan KJT menambah dalam sambutan Kepala Desa
wawasan baru dan menyenangkan Ngesrepbalong yang menerima dengan baik
(Nurcahyani et al., 2021); Susanto et al., adanya laboratorium KJT karena selain
2023). Pelatihan dalam bidang lain jufga memfasilitasi pelestarian anggrek asli
mampu meningkatkan ketrampilan peserta Gunung Ungaran juga dapat digunakan
pelatihan, misalnya pada pelatihan untuk perbanyakan tanaman lain yang
pembuatan dodol terong dengan metode banyak diminati masyarakat dan laku
ceramah, diskusi, dan pendampingan. dijual. Hal ini mendukung program
Hasilnya menunjukkan bahwa masyarakat pengembangan wisata yang sedang
sasaran terampil mengaplikasikan digalakkan di Desa Ngesrepbalong.
pengolahan terong menjadi dodol terong Hasil kegiatan ini juga mendapat
(Kesumawati et al., 2023). apresiasi dari koordinator Omah Sawah
Kelemahan yang terjadi pada yang menyatakan senang, karena
kegiatan ini adalah ketrampilan laboratorium ini sudah lama diimpikan.
Bagi pemikiran orang awam laboratorium kunjungan dalam program ekowisata yang
itu pasti berisikan barang-barang yang sedang dikembangkan di Ngesrepbalong.
mahal dan dimiliki oleh institusi yang PENUTUP
khusus, tetapi ternyata laboratorium itu Berdasarkan hasil kegiatan dapat
dapat dibuat secara sederhana dan tidak disimpulkan bahwa 1) 100% mitra
sesulit yang dibayangkan. Koordinator mempunyai pemahaman yang tinggi dan
Omah Sawah berharap kegiatan ini dapat sangat tinggi tentang karakteristik dan
berjalan terus, masyarakat juga dapat manfaat laboratorium KJT; 2) di Desa
mengembangbiakkan komoditas tanaman Ngesrepbalong telah berdiri laboratorium
lain misalnya tanaman holtikultura, seperti KJT skala sederhana, dan 3) 80% mitra
kentang, pisang, dan sebagainya. Berkait trampil melakukan pengelolaan
dengan anggrek, adanya laboratorium laboratorium KJT dan memanfaatkan untuk
KJA dapat menyelamatkan anggrek spesies perkecambahan anggrek. Dengan demikian
dari Gunung Ungaran agar tidak punah. metode dan hasil kegiatan ini sesuai untuk
Masyarakat peserta pelatihan juga memecahkan masalah yang terjadi pada
sangat antusias mengikuti kegiatan ini. kegiatan konservasi anggrek spesies di
Mereka menyatakan bahwa teknik KJA Ngesrepbalong. Dampak dari hal ini adalah
merupakan teknik baru yang belum mereka masyarakat Ngesrepbalong, khususnya
kenal sebelumnya. Mereka bangga pegiat konservasi, mampu berpartisipasi
mendapat kesempatan untuk memperoleh dalam konservasi anggrek yang telah
ketrampilan mengecambahkan biji anggrek dilakukan di Omah Anggrek melalui
yang sangat bermanfaat. Mereka juga perkecambahan biji dengan teknik KJT.
berjanji akan menggunakan laboratorium Oleh karena itu kegiatan ini bermanfaat
KJA untuk membantu program pelestarian untuk mencegah kepunahan koleksi
anggrek langka. Selain itu, menurut mereka anggrek langka di Omah Anggrek. Agar
laboratorium KJA akan melengkapi kegiatan tersebut dapat berlangsung secara
program eduwisata dan ekowisata yang berkesinambungan, direkomendasikan
sedang dikembangkan di Desa untuk dilakukan pengabdian masyarakat
Ngesrepbalong. lanjutan, yaitu pendampingan
Dalam melaksanakan kegiatan ini perkembangbiakan anggrek langka melalui
tidak ada kesulitan yang berarti. Seluruh pegiat perkecambahan biji dan pemisahan anakan
konservasi aktif dalam mengikuti semua menggunakan teknik kultur jaringan.
kegiatan. Demikian pula perangkat desa dan
tokoh masyarakat selalu berpartisipasi dalam DAFTAR PUSTAKA
setiap kegiatan yang dilaksanakan. Mungkin Ayele, Y., & Tefera, W. (2018). Low cost
kesulitan yang akan ditemui mitra adalah sterilization technique and in vitro
memanfaatkan laboratorium secara kontinyu initiation of vanilla (Vanilla planifolia
untuk berlatih mengkulturkan tanaman yang Andr.). Journal Of Agricultural
lain selain anggrek. Namun kesulitan ini dapat Science and Food Research, 9(3), 1–6.
diatasi melalui konsultasi dengan tim pengabdi Biswas, K., Biswas, R., & Negi, P. (2014).
secara on line atau telpon. Dengan demikian Original Research Article Novel low
laboratorium yang dikembangkan akan cost culture media KFA and KFA plus
memberi makna yang berarti bagi masyarakat For micropropagation of Mentha sps.
Desa Ngesrepbalong. Int.J.Curr.Microbiol.App.Sci, 3(4),
Laboratorium KJT yang 172–182. http://www.ijcmas.com
dikembangkan berpeluang besar untuk BPS. (2022). Kecamatan Limbangan
difungsikan dalam skala yang lebih luas, antara Dalam Angka. 1–110.
lain untuk perbanyakan tanaman pangan yang CITES. (2021). Convection on
khas Ngesrepbalong, mempunyai nilai International Trade in Endangered
ekonomi tinggi namun sulit Species of wild fauna and flora:
dikembangbiakkan. Selain itu juga dapat Appendices I, II and III. June.
dimanfaatkan untuk melengkapi paket https://cites.org/eng/app/appendices.p
hp Kesumawati, N., Feni, R., Hayati, R.,
Dhanalakshmi, S., & Stephan, R. (2016). Mulyadi, M., Armadi, Y., Bengkulu,
International Journal of Advanced U. M., Curup, K., & Lebong, K. R.
Research in Biological Sciences Low (n.d.). Pemanfaatan Hasil Pertanian
cost micropropagation package for Sayuran Terong. 77–81.
Banana (Musa paradisiaca L.). Int. J. Kurnianingsih, R., Ghazali, M., Rosidah,
Adv. Res. Biol. Sci, 3(5), 240–253. S., Muspiah, A., Astuti, S. ., &
http://s-o-i.org/1.15/ijarbs-2016-3-5- Nikmatullah, A. (2020). Pelatihan
34 Teknik Dasar Kultur Jaringan
Gupta, A. (2016). Asymbiotic Seed Tumbuhan. JMM (Jurnal Masyarakat
Germination in Orchids: Role of Mandiri), 4(5), 888–896.
Organic Additives. International http://journal.ummat.ac.id/index.php/j
Advanced Research Journal in mm/article/view/3049
Science, Engineering and Technology, Kurniawan, F. H., Nazar, L., Anjarwati, R.,
3(5),143-147.https://doi.org/10.17148/ Sasono, H. D., & Rahayuningsih, M.
IARJSET.2016.3530 (2021). Orchids of Mount Ungaran
Harahap, Y. E., & Pusat. (2020). Pengaruh (Indonesia) compiled from a decade of
Pelatihan Dan Motivasi Pelatihan data collections between 2010 and
Terhadap Keterampilan Kerja. Jurnal 2021. Nusantara Bioscience, 13(2),
Agriwidya, 1(1), 159–168. 238–252.
http://repository.pertanian.go.id/handl https://doi.org/10.13057/nusbiosci/n13
e/123456789/10142 0214
Kadam D., D., Chhatre A., A., Lavale A., Lakhera, K., Kumar, A., Rani, A., Dixit, R.,
S., & Shinde A., N. (2018). Low-Cost & Rana, S. (2018). Plant tissue culture
Alternatives for Conventional Tissue and its application. Bulletin of Pure &
Culture Media. International Journal Applied Sciences- Botany, 37b(1), 32.
of Current Microbiology and Applied https://doi.org/10.5958/2320-
Sciences, 7(04), 2523–2529. 3196.2018.00004.6
https://doi.org/10.20546/ijcmas.2018. Martuti, N.K.T., Rahayuningsih, M., Nazar,
704.288 L., Mutiatari, D.P. & Arifin, M.S.
Kardika, A. J., Faradilla, F., Rajab, A., (2021). Anggrek Hutan di Rumah
Malaysia, E., Fathiah, F., Abidin, Z., Anggrek Gempol. Semarang:
Mudi, L., & Roby, R. (2023). Penerbit LP2M Unnes. Megawati.
Pengenalan dan Pelatihan Kultur (2018). Pentingnya Pengakomodasian
Jaringan bagi Gapoktan di Kelurahan Pengalaman Belajar pada
Tani Aman sebagai Upaya Pembelajaran IPA. Jurnal Tunas
Peningkatan Pendapatan Petani. Pendidikan, 1(1), 21–30.
Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Nugraha, S. B. (2022). Pemetaan Potensi
Masyarakat, 5(2), 1014. Desa Ngesrepbalong Berbasis
https://doi.org/10.20527/btjpm.v5i2.7 Masyarakat. Dimas: Jurnal Pemikiran
611 Agama Untuk Pemberdayaan, 21(2),
Kartikaningrum, S., Pramanik, D., Dewanti, 153–166.
M., Soehendi, R., Yufdy, M. P., https://doi.org/10.21580/dms.2021.21
Penelitian, B., Hias, T., Raya, J., 2.6877
Pacet, C., & Barat, J. (2017). Nurcahyani, E., Zulkifli, Z., & Kanedi, M.
Konservasi Anggrek Spesies Alam (2021). Pengenalan dan Pelatihan
Menggunakan Eksplan Biji pada Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan
Media Vacin & Went ( Conservation Bagi Guru Biologi SMA Se-
of Orchid Natural Species Using Seed Kabupaten Tanggamus Provinsi
Explants on Vacin & Went Medium ) Lampung. Jurnal Pengabdian Kepada
dan Rumah Kaca Balai Penelitian Masyarakat (JPKM) TABIKPUN,
Tanaman Hias. Bul. Plasma Nutfah, 2(1), 39–46.
23(2), 109–118. https://doi.org/10.23960/jpkmt.v2i1.2
6 di Samarinda untuk Mendukung
Purwanto, A. W. (2016). Anggrek Budi Kurikulum Merdeka. 12(3), 1172–
Daya dan Perbanyakan. 1179.
Rahayu, E. S., Rahayuningsih, M., & Utami, N. R., Rahayuningsih, M., Suwarsi,
Noekent, V. (2018). Mengoptimalkan E., Alighiri, D., & Yuwono, S. (2022).
Pembelajaran Bioteknologi Modern Aklimatisasi Anggrek Species Hasil
Di SMA Melalui Seminar Dan Kultur Jaringan Melalui
Pelatihan Kultur Jaringan Tanaman. Pemberdayaan Masyarakat Dusun
Rekayasa, 16(1), 29–34. Gempol. Sarwahita, 19(01), 171–181.
Susanto, D., Yuliatin, E., Sari, Y. P., & https://doi.org/10.21009/sarwahita.191
Manurung, H. (2023). Pembekalan .15
Teknik Propagasi Kultur Jaringan
Tumbuhan bagi Guru SMA / Sederajat

Anda mungkin juga menyukai