Anda di halaman 1dari 11

REVIEW : KULTUR JARINGAN TUNAS JATI (Tectona

grandis)
Jidan Akbar1), Anom Bustanussuruur2), Syahri Prasetyo3), M. Lufti Alin Naufal4), M.
Ardika Pangestu5)
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta
Jl. KH. Ahmad Dahlan, No. 1, Cirendeu, Ciputat. 15419
Email: jidanakbar23@gmail.com

ABSTRAK

Tanaman jati yang dapat kita kenal sebagai Tectona grandis L merupakan tanaman
pohon tropis dengan distribusi yang luas di Asia Tenggara seperti Thailand, Laos,
Burma, dan Indonesia. Namun penanaman secara kultur jaringan masih kurang dari segi
peminatannyadan keberhasilannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
kombinasi terbaik dari zat pengatur tumbuh kombinasi NAA dan BAP dalam
meningkatkan produksi jati merah dengan menggunakan kultur jaringan skala in vitro.
Review ini sangatlah penting dikarenakan menjelaskan mengenai perbanyakan kultur
jaringan pada jati secara NAA dan BAP agar meningkatkan kualitas pada produktifitas
tanaman jati. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 9 November 2023 di
laboratorium fakultas pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta. Bahan yang
digunakan dalam penelítian adalah planlet pucuk jati merah (Tectona grandis L.), media
Murashige & Skoog (MS), sukrosa, agar pemadat. aquades, aquabidest, Naphthalene
Acetic Acid, Benzyl Aminopurine, sabun cair, bakterisida, fungisida, byclin 10% dan 5%,
alkohol 96%, spirtus, plastik tahan panas, karet gelang, tisu dan beberapa bahan yang
umumnya digunakan dalam laboratorium kultur jaringan. Hasil yang didapat dari kultur
jaringan jati tidak terdapat satu pun eksplan yang mengindikasi pertumbuhan tunas. Hal
ini dikarenakan kematian eksplan yang terjadi pada saat tahap sterilisasi mempengaruhi
ketahanan imunitas dari eksplan itu sendiri, kesimpulannya yaitu tanaman jati yaitu
tanaman yang bernilai tinggi dan pada media budidaya. Ada 2 jenis ZPT yaitu auksin
dan sitokinin, namun hasil pada eksplan terkontaminasi dikarenakan jamur bakteri dan
cendawan dikarenkan kurangnya sterilisasi pada alat maupun pembuatannya.seharusnya
sterilisasi pada byclin tidak boleh terlalu lama menghindari adanya perusakan pada
sampel tanaman jati tersebut.

Kata kunci : In-vitro, Murashige & Skoog, , Naphthalene Acetic Acid, Tectona grandis L

ABSTRACT

The teak plant, known as Tectona grandis L., is a tropical tree with widespread
distribution in Southeast Asia, including Thailand, Laos, Burma, and Indonesia.
However, tissue culture cultivation of teak is still lacking in terms of interest and success.
The objective of this research is to determine the best combination of growth regulators,
specifically the combination of NAA (Naphthalene Acetic Acid) and BAP (Benzyl
Aminopurine), in enhancing the production of red teak using in vitro tissue culture. This
review is crucial as it explains the tissue culture propagation of teak using NAA and BAP
to improve the quality and productivity of teak plants. The study was conducted on
November 9, 2023, in the agriculture laboratory of Muhammadiyah University Jakarta.
The materials used in the research included red teak shoot planlets (Tectona grandis L.),
Murashige & Skoog (MS) medium, sucrose, agar as a solidifying agent, distilled water,
Naphthalene Acetic Acid, Benzyl Aminopurine, liquid soap, bactericide, fungicide, byclin
10% and 5%, 96% alcohol, spirit, heat-resistant plastic, rubber bands, tissues, and
various commonly used materials in tissue culture laboratories. The results obtained
from teak tissue culture showed no explants indicating shoot growth. This is attributed to
the death of explants during the sterilization stage, which affected the immune resistance
of the explants themselves. In conclusion, teak is a valuable plant with high economic
significance in cultivation media. There are two types of plant growth regulators (ZPT),
namely auxins and cytokinins, but contamination in explants occurred due to bacterial
and fungal infestations, possibly due to insufficient sterilization of equipment and
preparation. Sterilization using byclin should not be excessively prolonged to avoid
damaging in the park plants.

Keywords: In-vitro, Murashige & Skoog, , Naphthalene Acetic Acid, Tectona grandis L
PENDAHULUAN Perbanyakan tanaman jati biasanya
Tanaman jati (Tectona dilakukan dengan biji atau bagian
grandis L.) telah lama dianggap vegetatif seperti stek dan sambungan.
sebagai jenis pohon yang bernilai Sulit untuk menyediakan tanaman
ekonomi tinggi, terutama karena jati berumur genjah dalam jumlah
keunggulan kayunya, seperti besar dengan menggunakan metode
keawetan, kekuatan, dan kemudahan perbanyakan tradisional (stek atau
dalam pengolahan. Hal ini pula yang sambungan). Oleh karena itu
menjadi alasan mengapa spesies ini perbanyakan tanaman kini banyak
begitu populer di kalangan dilakukan dengan teknik kultur
masyarakat, terbukti dengan semakin jaringan (mariska 2003).
banyaknya masyarakat yang Kultur jaringan adalah
menanam jati di lahan agroforestri metode perbanyakan tanaman yang
(suryanto 2006). banyak digunakan untuk
Jati (Tectona grandis L.) perbanyakan tanaman. Menurut
merupakan tanaman berkayu Fauzi (2010), perbanyakan tanaman
tahunan yang mempunyai nilai dengan kultur jaringan memiliki
ekonomi komersial tinggi. Tanaman banyak keuntungan, seperti dapat
ini mempunyai kualitas kayu yang berkembang biak kapan saja tanpa
sangat baik, sangat populer, dan memandang musim dan
permintaan pasar yang sangat tinggi. menghasilkan bibit tanaman dalam
Kualitas, kekuatan dan keindahan jumlah besar dalam waktu singkat.
seratnya menjadikan kayu jati Regenerasi atau organogenesis
pilihan utama. Ini banyak digunakan dengan teknik kultur dapat terjadi
untuk bahan pembuatan kapal, bahan melalui regenerasi secara langsung
konstruksi, furnitur, kerajinan maupun tidak langsung. Pada
tangan, dll. Akar jati juga sering regenerasi eksplan meristem secara
digunakan untuk menghasilkan langsung langsung terbentuk tunas-
pewarna alami kuning, coklat, dan tunas tambahan, sedangkan pada
merah. Selain itu, daun jati juga regenerasi tidak langsung eksplan
sering digunakan untuk kemasan terlebih dahulu tumbuh menjadi
makanan dan pengobatan penyakit kalus kemudian menjadi tunas
kolera. (Siregar, 2005) (Rosmaina, 2010). Proses yang
Saat ini telah tersedia dan terjadi pada organogenesis antara
dikembangkan sebanyak 4444 lain respon sel somatik terhadap zat
tanaman jati berkualitas tinggi pengatur tumbuh, dilanjutkan dengan
dengan siklus hidup panen yang inisiasi dan perkembangan tunas baru
relatif singkat (jati cepat tumbuh) dari sel responsif (Purnaningsih,
dan berasal dari pohon induk yang 2006; Zhang dan Lemaux, 2004).
dipilih dengan cermat. Mulai Perbanyakan tanaman jati
sekarang di artikel ini saya akan sendiri biasanya dilakukan dengan
menyebutnya sebagai "Jati Genja". biji atau bagian vegetatif seperti stek
Saat ini jati genja digunakan sebagai dan sambungan. Namun untuk
bahan baku utama untuk mengatasi menyediakan tanaman jati dalam
sulitnya memperoleh bahan baku jumlah banyak dan cepat, hal ini sulit
jati, dan permasalahan reproduksinya dicapai dengan cara perbanyakan
menjadi perhatian utama dalam tradisional (stek atau sambungan).
pengembangan tanaman ini. Oleh karena itu, perbanyakan
tanaman kini banyak dilakukan Tahapan Penelitian
melalui teknik kultur jaringan 1. Sterilisasi Alat dan Penviapan
(mikropropagasi). Tanaman jati yang Media Kultura
dihasilkan Kebun Pembibitan Menurut Pelczar dan Chan
Permanen (KBP) melalui (2010) seluruh peralatan yang akan
mikropropagasi adalah jati dengan digunakan terlebih dahulu disterilkan
nama dagang Jati Unggul Lamongan untuk menghindari terjadinya
(JUL).( farah 2023) kontaminasi. Alat-alat yang di
Berdasarkan permasalahan gunakan dicuci terlebih dahulu
yang terkemuka diatas maka tujuan menggunakan detergen setelah itu
dari penelitian ini adalah untuk dibilas dan dikeringkan. Setelah
mengetahui kombinasi terbaik dari kering alat-alat seperti gelas kimia,
zat pengatur tumbuh kombinasi NAA cawan petri, gelas ukur, botol ukur,
dan BAP dalam meningkatkan scalpel, pinset, batang pengaduk dan
produksi jati merah dengan pipet dibungkus rapi dengan kertas
menggunakan kultur jaringan skala lalu disterilkan dalam oven listrik
in vitro. selama 1 x 24 jam. Setelah itu alat
dikeluarkan dari oven dan disimpan
METODE PENELITIAN pada lemari yang steril.
Alat Dan Bahan Dikutip dari jurnal deden dan
Alat yang digunakan dalam mariska (2003), Sterilisasi bahan
penelitian ini adalah botol kultur, tanaman (eksplan) merupakan
cawan petri, spatula, timbangan langkah awal yang cukup penting
analitik, gelas ukur, gelas kimia, dan dapat menentukan keberhasilan
pipet tetes, tip pipet, magnetic, penanaman secara in vitro. Eksplan
stirrer, pH meter, hot plate/kompor, yang akan ditanam pada media
rak kultur, lampu LED 5000-10.000 tumbuh harus bebas dari
lux, pinset, pisau bedah (scalpel), mikroorganisme kontaminan. Tahap
sprayer, Laminar Air Flow Cabinet sterilisasi sering menjadi kendala
(LAFC), autoklaf, spirtus, oven, utama keberhasilan perbanyakan
plastic wrap, spidol permanen. tanaman secara in vitro. Terlebih
timer/stopwatch, kamera digital dan iklim tropis seperti Indonesia yang
beberapa alat yang umumnya memungkinkan kontaminan seperti
digunakan dalam laboratorium kultur cendawan dan bakteri terus tumbuh
jaringan. sepanjang tahun. Untuk tanaman
Bahan yang digunakan dalam tertentu, sterilisasi sulit dilakukan
penelítian adalah planlet pucuk jati karena kontaminan berada pada
merah (Tectona grandis L.), media bagian internal dari jaringan
Murashige & Skoog (MS), sukrosa, tanaman.
agar pemadat. aquades, aquabidest, Media merupakan faktor
Naphthalene Acetic Acid, Benzyl paling penting dalam perbanyakan
Aminopurine, sabun cair, bakterisida, menggunakan teknik kultura
fungisida, byclin 10% dan 5%, jaringan, keberhasilan perbanyakan
alkohol 96%, spirtus, plastik tahan dengan metode kultur jaringan angat
panas, karet gelang, tisu dan tergantung terhadap kesuksesan
beberapa bahan yang umumnya media tanam. Alat-alat tanam (cawan
digunakan dalam laboratorium kultur petri, pinset, dan pisau) dan media
jaringan. kultur disterilkan dengan
menggunakan autoklaf. Langkah- ekspansi bawah air mengalir
langkah dalam sterilisasi alat dan perendaman menggunakan fungisida
bahan adalah sebagai berikut: bakterisida sitrun antibakteri dan
Mencuci peralatan botol antiseptik yang mana masing-masing
kultur, cawan petri dan pinset selama 30 menit dan dibilas
menggunakan sabuna Alat tanam menggunakan air steril sebanyak
seperti pinset dan scapel dibungkus empat kali selanjutnya sterilisasi di
dengan kertas HVS dana dibungkus dalam laminar air flow yang pertama
dengan 0menggunakan plastik HDPE explan rendam dengan alkohol 70
tahan panas. Sterilisasi botol kultur persen selama 1 menit lalu dibilas
dilakukan dua tahap, tahap pertama dengan air steril tiga kali ini
tanpa penutup dan tahap kedua wujudnya dengan baiklin 5% yang
dengan dengan plastik HDPE tahan dilarutkan dalam aquades dengan
panas kemudian diikat dengan karet perbandingan 1 banding 4 selama 10
gelang sebagai penutup botol. menit lalu dibilas dengan air steril
Laminar Air Flow Cabinet sebanyak empat kali saat persiapan
(LAFC) disterilkan menggunakan inisiasi yang perlu disiapkan yaitu
sinar UV (Ultra Violet) selama satu alkohol 90% untuk sterilisasi alat
malam dan disemprot alkohol betadin yang dilarutkan dalam
sebelum digunakan. Bahan bahan aquades serta persiapan alat seperti
yang digunakan, ditimbang dan scapel pinset dan cawan Petri
dipipet sesuai dengan kebutuhan. siapkan tisu dua helai lalu disemprot
Media Murashige Skoog (MS) denan alkohol 70 persen untuk
sebanyak 4,43 g/L, 30 g/L sukrosa, penirisan eksplan nantinya. semua
dan 8 g/L agar pemadat. Media alat dilakukan sterilisasi sebelum
perlakuan terdiri atas 4 perlakuan digunakan explain jadi diberi
mengandung ZPT NAA (1 mg/L; 1,5 pelukaan pada setiap kunjung
mg/L; 2 mg/L) dan BAP (3 mg/L; 4 permukaannya lalu dimasukkan ke
mg/L; 5 mg/L) dan kontrol (MS0). dalam larutan betadin dan ditiriskan
PH media diatur sekitar 5,8-6, media kultur sebelum dipakai di cek
dengan penambahan KOH 1% dan terlebih dahulu Apakah
HCl 1M. terkontaminasi atau tidak dan
Media dimasak hingga dilakukan sterilisasi pincher pada
mendidih kemudian dituang ke bibir botol penanaman eksplan Jati
dalam botol kultur steril dengan dilakukan dengan posisi tegak lurus
volume sekitar 15-20 ml/botol, dan didekatkan dengan api bunsen
kemudain ditutup dan disterilkan untuk menjaga kesterilan total kultur
menggunakan autoklaf pada suhu ditutup dengan plastik dan diikat
121 ͦC selama 20 menit pada tekanan rapat lalu dililit dengan plastik wrab
1 atm. dan diberi lebel penamaan.

2. Tahap penanaman 3. Pemeliharaan dan Pengamatan


Tahapan kultur jaringan jati Pemeliharaan yang akan
tahapan inisiasi jati yang pertama dilakukan meliputi kebersihan ruang
pengambilan eksplan bagian Tunas kultur, pemisahan media botol kultur
pucuk sekitar 3-5 cm kemudian atau explan yang terkontaminasi dari
dilakukan beberapa tahapan ruang kultur baik berupa fungi atau
sterilisasi meliputi peningkatan bakteri untuk menjaga agar kondisi
ruang kultur tetap steril serta NAA dan BAP dengan dengan 4
memastikan penyinaran dengan taraf sebagai berikut:
lampu (5000-10000 lux) dan suhu P0 = Tanpa ZPT (kontrol)
ruangan 18-25 °C tetap terjaga.
Pengamatan dilakukan pada minggu P1 = 0,5 mg/L NAA + 1 mg/L BAP
ke- 8 setelah kultur (MSK).
P2 = 1 mg/L NAA + 1,5 mg/L BAP
Parameter pengamatan adalah
persentase tumbuh, jumlah tunas, P3 = 1. 5 mg/L NAA + 2 mg/L BAP
jum!ah daun, dan jumlah
kontaminasi. Metode Analisis
Dengan demikian diperoleh 4
a) Persentase Hidup perlakuan dengan jumlah ulangan
Persentase hidup tanaman disetiap perlakuan adalah 4 ulangan,
akan dihitung pada akhi pengamatan dan dalam setiap botol terdapat 2
dengan membandingkan antara tanaman, sehingga jumlah
jumlah planlet yang hidup dengan keseluruhan yang diamati sebanyak
jumlah planlet yang ditanam pada 32 tanaman Analisis data dilakukan
awala penelitian. dengan menggunakan uji ANOVA
dan dilanjutkan dengan uji DMRT 5
b) Persentase kontaminasi
% untuk mengetahui perbedaan
Persentase kontaminasi
pengaruh setiap perlakuan model
meliputi jumlah eksplan yang
matematika yang digunakan sebagai
terkontaminasi oleh organisme fungi
berikut Media dasar MS sebanyak
dan bakteri dihitung pada akhir
300 ml dibagi kedalam 4 perlakuan
pengamatan dengan membandingkan
(4 x 4 = 16 botol)
antara jumlah eksplan yang
kontaminasi dengan jumlah total
eksplan yang ditanam, persentase PEMBAHASAN
kontaminasi dihitung dengan Tanaman Jati adalah jenis
menggunakan tanaman pohon tropis dengan
distribusi yang luas di Asia Tenggara
c) Jumlah Tunas seperti Thailand, Laos, Burma, dan
Jumlah tunas dihitung diakhir Indonesia. Di Indonesia, pulau Jawa
penelitian dengan mengamati dan adalah sentra penanaman Jati.
menghitung jumlah tunas yang Tanaman Jati juga tumbuh dengan
tumbuh dari ekplan pada setiap baik di Bali dan Sumbawa. Potensi
perlakuan. pemanfaaatan Jati sangat besar di
Indonesia (Kembaren dkk, 2013).
d) Jumlah Akar Menurut Aulia 2020 taksonomi
Jumlah akar merupakan Tanaman Jati (Tectona grandis)
banyaknya akar yang tumbuh pada meliputi :
bagian planlet yang terbentuk
dihitung pada akhir penelitian 8 Kingdom : Plantae
MSK. Subkingdom : Tracheobionta
Penelitian ini menggunakan Divisi : Spermatophyta
Rancangan Acak Lengkap ( RAL ) Divisi : Magnoliophyta
faktor tunggal dengan perlakuan Kelas : Magnoliopsida
kombinasi beberapa konsentrasi Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae dapat diisolasi dan dibudidayakan
Genus : Tectona hingga berkembang menjadi tanaman
Spesies : Tectona grandis L.f. normal dengan memanipulasi kondisi
Secara morfologi tanaman lingkungan dan nutrisi. Totipotensi
jati dapat mencapai tinggi 30-45 sel merupakan fenomena dimana sel
meter. Akar tanaman jati terdiri dari dapat beregenerasi menjadi
dua jenis akar yaitu akar tunggang tumbuhan utuh dengan memanipulasi
dan akar serabut. Jika ditebang, kondisi lingkungan dan unsur hara
batang yang tidak bercabang itu bisa (Zulkarnain, 2009).
mencapai panjang 15-20 meter. Zat pengatur tumbuh
Pohon jati yang tumbuh baik dapat merupakan zat tumbuh buatan yang
memiliki diameter batang mencapai mempunyai pengaruh kuat terhadap
220 cm. Kulit kayu jati berwarna pertumbuhan tanaman dan biasanya
coklat atau abu-abu dan mudah ditambahkan pada media budidaya
terkelupas. Pangkal batangnya (Suhartati, 2009). Ada dua kelompok
pendek dan mungkin bercabang. penting ZPT: sitokinin dan auksin.
Daun jati berseberangan (bulat ZPT ini mempengaruhi pertumbuhan
berbentuk hati dengan ujung dan morfogenesis dalam kultur sel,
meruncing), panjang 20-50 cm dan kultur jaringan dan/atau organ. BAP
lebar 15-40 cm. Permukaan daun termasuk golongan sitokinin dan
berbulu dan berwarna hijau tua berperan dalam pertumbuhan kalus
(Batara, 2005). Tanaman Jati dan tunas. Sedangkan NAA
merupakan jenis kayu yang paling termasuk dalam kelompok auksin
banyak diminati terutama untuk dan berperan dalam pertumbuhan
furnitur karena didukung oleh sifat akar. ZPT auksin dan sitokinin tidak
yang baik. Pasokan kayu tersebut bertindak sendiri-sendiri, melainkan
semakin lama semakin berkurang kedua ZPT tersebut bekerja sama
dan kalaupun tersedia harganya untuk mengendalikan pertumbuhan
tergolong tinggi (Basri, 2013). dan perkembangan eksplan. Waring
Jati termasuk jenis tanaman dan Phillips (1970) mengusulkan
calciolus artinya adalah jenis bahwa sitokinin merangsang
tanaman yang memerlukan unsur pembelahan sel tumbuhan dan
kalsium dalam jumlah relatif besar berinteraksi dengan auksin untuk
untuk tumbuh dan berkembang. menentukan arah diferensiasi sel.
Hasil analisis abu kandungan Jati
terdiri dari Calcium (CaCO3) 31,3%, Persentase Hidup Eksplan (PHE)
Phosphorus (P) 29,7%, Silika (SiO2) Eksplan yang hidup adalah
25% (Pudjiono, 2014) indicator dari kemampuan suatu
Sejarah perkembangan teknik tanaman yang di kultur untuk
kultur jaringan dimulai pada tahun tumbuh dan berkembang, baik dalam
1938 ketika Schwann dan Schleiden skala in vitro maupun ex vitro.
mengajukan teori totipotensi. Teori Tanaman yang dikultur memiliki
ini menyatakan bahwa sel bersifat beberapa faktor untuk tumbuh dan
otonom dan pada prinsipnya dapat berkembang seperti pemilihan
beregenerasi menjadi tumbuhan utuh. eksplan yang tepat, media yang
Teori yang diajukan tersebut menjadi steril, keseimbangan media dan ZPT
dasar spekulasi Haberland pada awal dan alat dan bahan yang aseptik.
abad ke-20 bahwa jaringan tanaman
Pada penelitian ini memiliki Gambar 2. Eksplan yang
persentase hidup eksplan 0%. terkontaminasi oleh jamur
Kemungkinan terbesar tidak
tumbuhnya eksplan yaiut kesalahan Pada penelitian ini juga
dalam tahap sterilisasi yakni pada terdapat adanya kontaminasi.
perendaman eksplan di dalam byclin. Kontaminasi pada bahan tanaman
Komposisi zat pengatur yang dikulturkan dapat terjadi karena
tumbuh(ZPT) yang dikombinasikan adanya infeksi secara eksternal
secara tidak seimbang dapat maupun internal. Usaha pencegahan
mengakibatkan rendahnya persentase kontaminasi eksternal dilakukan
hidup eksplan. Matinya eksplan dengan sterilisasi permukaan bahan
dapat diindikasi oleh beberapa tanaman. Infeksi internal tidak dapat
faktor, yaitu; terkontaminasinya dihilangkan dengan sterilisasi
media atau eksplan oleh jamur dan permukaan. Pada penelitian ini
bakteri, kesalahan prosedur sterilisasi terjadi kontaminasi rata-rata
alat, bahan, dan human error dalam mencapai 47%, dan sisanya
melakukan prosedur kerja. mengalami browning sebesar 53%.
Pada penelitian ini terdapat hal ini karena beberapa faktor, antara
juga eksplan jati yang mengalami lain eksplan. Eksplan yang
pencoklatan atau browning. mengandung atau terinfeksi bakteri,
Pencoklatan salah satunya virus atau jamur akan menyebabkan
disebabkan oleh sintesis metabolit kontaminasi pada tahap
sekunder. Fitriani (dalam Nisa dan pertumbuhan. Meskipun pada masa
Rodinah, 2005) mendapatkan bahwa awal setelah inokulasi tidak terjadi
warna coklat kalus menandakan kontaminasi, beberapa hari
sintesis senyawa fenolik. berikutnya pertumbuhan jamur
Pencoklatan ini sering membuat terlihat. Faktor sterilitas ruangan juga
tidak terjadinya pertumbuhan dan sangat menentukan terhadap
perkembangan eksplan. Peristiwa kontaminasi. Ruangan yang sudah
pencoklatan sesungguhnya steril dapat saja berubah menjadi
merupakan peristiwa alamiah yang tidak steril. Keluar masuknya
biasanya sering terjadi. Pencoklatan praktikan mungkin saja membawa
umumnya merupakan suatu tanda- bakteri dari luar ruangan sehingga
tanda kemunduran fisiologis eksplan dapat menyebabkan adanya
dan tidak jarang berakhir pada kontaminasi. Kontaminasi
kematian eksplan. disebabkan oleh jamur, bakteri dan
cendawan. Kontaminasi oleh jamur
Persentase Kontaminasi Eksplan terlihat jelas pada media, media dan
(PKE) eksplan diselimuti oleh spora
berbentuk kapas berwarna putih,
sedangkan kontaminasi oleh bakteri,
pada eksplan terlihat lendir berwarna
putih hingga kekuningan sebagian
lagi melekat pada media membentuk
gumpalan yang basah (Nisa dan
Rodinah, 2005).

Gambar 1. Eksplan yang mati


Jumlah Tunas KESIMPULAN
Hasil yang didapat dari kultur Kesimpulan yang didapat dari
jaringan jati tidak terdapat satu pun Review penelitian ini adalah:
eksplan yang mengindikasi 1. Tanaman jati adalah tanaman
pertumbuhan tunas. Hal ini yang bernilai ekonomi tinggi,
dikarenakan kematian eksplan yang terutama karena keunggulan
terjadi pada saat tahap sterilisasi kayunya, seperti keawetan,
mempengaruhi ketahanan imunitas kekuatan, dan kemudahan
dari eksplan itu sendiri. dalam pengolahan.
Pemberian ZPT BAP pada 2. Tanaman jati biasanya
konsentrasi yang tepat membantu diperbanyak menggunakan
pertumbuhan jumlah tunas tetapi vegetatif seperti stek dan
pemberian konsentrasi BAP yang sambungan.
tinggi dapat menghambat 3. Zat pengatur tumbuh
pertumbuhan jumlah tunas. Hal ini merupakan zat tumbuh
diduga pemberian zat pengatur buatan yang mempunyai
tumbuh eksogen yaitu BAP yang pengaruh kuat terhadap
merupakan salah satu zat pengatur pertumbuhan tanaman dan
tumbuh sitokinin membantu dalam biasanya ditambahkan pada
pertumbuhan jumlah tunas, namun media budidaya. Ada 2 jenis
jika diberikan dalam konsentrasi ZPT yaitu auksin dan
yang tinggi dapat menghambat sitokinin.
pertumbuhan jumlah tunas. Hal ini 4. Kontaminasi disebabkan oleh
sesuai dengan penelitian Rasud dkk. jamur, bakteri dan cendawan.
(2015) Jumlah tunas paling banyak Kontaminasi oleh jamur
terbentuk pada media yang terlihat jelas pada media,
ditambahkan 1 ppm BAP hingga media dan eksplan diselimuti
minggu keenam yaitu rata-rata oleh spora berbentuk kapas
(dengan nilai transformasi 2,12 tunas berwarna putih, sedangkan
per eksplan). Pemberian BAP pada kontaminasi oleh bakteri,
konsentrasi lebih dari 1,5 mg/l pada eksplan terlihat lendir
diduga kurang efektif terhadap berwarna putih hingga
pertumbuhan jumlah tunas. kekuningan sebagian lagi
melekat pada media
Jumlah Akar membentuk gumpalan yang
Pada penelitian ini tidak ada basah.
pertumbuhan dari akar karena semua 5. Tahap Sterilisasi harus
eksplan yang tertanam mati, dilakukan dengan tepat. Hal
browning dan kontaminasi oleh ini karena pucuk jati yang
bakteri dan jamur. rentan terkena byclin dalam
Hal ini bisa juga diduga rentang waktu yang lama
karena BAP mampu menekan menyebabkan eksplan mati.
pertumbuhan akar pada konsentrasi 1 6. Sebaiknya sterilisasi eksplan
mg/l dan konsentrasi yang lebih pada saat perendaman air
tinggi. Menurut Sulasiah dkk. (2015) byclin tidak boleh terlalu
pada media tanpa penambahan ZPT, lama.
eksplan masih memiliki kemampuan
untuk membentuk akar.
UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian Hasil Hutan 31(2),
Kami ucapkan terimakasih pp.93-102.
yang sebesar-besarnya kepada semua
rekan dan pihak yang telah Deden Sukmadjaja & Ika Mariska,
membantu dalam menyelesaikan 2003. Perbanyakan Bibit Jati
penelitian ini, yang utama kami Memalui Kultur Jaringan.
ucapkan terimakasih banyak kepada
Balai Penelitian Bioteknologi
dosen pembimbing dan asisten dosen
mata kuliah kultur jaringan Ibu Dan Sumberdaya Genetic
Dr. Nurul Fitria, M.Si. dan Pertanian. ISBN 979-95627-8-
Muhammad Yusuf Maulana, S.P 3.
yang telah membantu langsung di
lapangan penelitian menjalankan Endang Yuniastuti & Siti Hartati,
tahapan demi tahapan sampai 2003. Kajian Penggunaan
terselesaikannya penelitian ini. Berbagai Macam Eksplan Dan
Zat Pengatur Tumbuh Pada
DAFTAR PUSTAKA
Perbanyakan Tanaman Jati
(Tertona Grandis) Secara In
Anjani, Cinde & Suryanto. 2006. Vitro. Carakatani, Vol XVIII
Pola Penyesuaian Perkawinan No.2 Oktober 2003.
pada Periode Awal. Jurnal
INSANI Vol. 8, No. 3. Fadel Muhammad,Dkk. 2020.
Fakultas Psikologi Universitas Respons Pertumbuhan Tunas
Airlangga Surabaya Jati (Tectona Grandis I.F) Pada
Berbagai Konsentrasi BAP
Aulia Rahman Hasibuan, 2020. Dan Kinetin Secara In Vitro.
Respon Tanaman Jati (Tectona Jurnal Warta Rimba Vol. 8
Grandis) Dengan Pemberian Nomor 3. E-ISSN : 2579-6287.
BAP Dan NAA Secara In
Vitro. Universitas Islam Negri Farah Rosa Lina, Evie
Sultan Syarif Kasim. Riau. Ratnasari,Rahmad Wanyono.
2013. Pengatuh 6-
Adinugraha, H. A., & Pudjiono, S. Benzylamino Purine (BAP)
2014. Evaluasi Pertumbuhan DAN 6 – Furfuryl Amino
Tanaman Uji Klon Jati Pada Purine ( Kinetin ) Pada Media
Umur 10 Tahun di Wonogiri, MS Terhadap Pertumbuhan
Jawa Tengah. Jurnal Hutan Eksplan Ujung Apical
Tropis. 2(2):163-169. Tanaman Jati Secara In Vitro.
Basri, E., Wahyudi, I. (2013). Sifat Lenterabio vol 2 no 1 januarii
dasar kayu Jati Plus Perhutani 2013. ISSN 2252- 3979.
dari berbagai umur dan Kembaren, dkk,. (2013). Ekstraksi
kaitannya dengan sifat dan dan Karakterisasi Serbuk Nano
kualitas pengeringan. Jurnal Pigmen dari Daun Tanaman
Jati (Tectona grandis linn. F).
Prosiding Semirata FMIPA Siregar, Edy Batara Mulya, 2005,
Universitas Lampung. Potensi Budidaya Jati, Medan:
Universitas Sumatera Utara,
Mariska, I., dan Sukmadjaja, D. Diakses melalui
2003. Perbanyakan Bibit http://library.usu.ac.id/downloa
Abaka Melalui Kultur d/fp /hutan-edi
Jaringan. Bogor: Balai %20batara10.pdf
Penelitian dan Sumberdaya
Genetik Pertanian. Sulasiah, A, dkk. 2015. Pengaruh
Pemberian Jenis dan
Nisa, C dan Rodinah. (2005). Kultur Konsentrasi Auksin Terhadap
Jaringan Beberapa Kultivar Induksi Perakaran Pada Tunas
Buah Pisang (Musa paradisiaca Dendrobium sp Secara In
L.) Dengan Pemberian Vitro. Biologi UNJ press:
Campuran Naa Dan Kinetin. BIOMA 11 (1).
BIOSCIENTIAE, 2 (2), 23 –
36. Wareing, P. F. And Philips. I. D. J.
1970. The Control of Growth
Novian S. Mauguru,Dkk. 2019. and Differentiation in Plants.
Respon Stek Pucuk Jati Pergamon Press Ltd. England.
(Tectona Grandis L.) Terhadap 303 p. y 1(1): 61- 65.
Pemberian Zat Pengatur
Tumbuh Berbahan Alami. Zulkarnain, 2009. Kultur Jaringan
Universitas Nusa Cendana. Tanaman, Solusi Perbanyakan
Tanaman Budidaya. Bumi
Pelczar MJ, Chan ECS. 2010. Dasar- Aksara. Jakarta.
Dasar Mikrobiologi. Jilid 1.
Hadioetomo RS, Imas T, Zhang,S.,P.G.Lemaux.2004.
Tjitrosomo SS, Angka SL, Molecular Aspect of In Vitro
Penerjemah; Jakarta: UI Pr. Shoot Organogenesis.In Plant
Terjemahan dari: Elements Of Development and
Microbiology. Biotecnology. Trigiano, R.N.,
D.J. Gray (Eds.). CRC Press
Priyono Suryanto, W.B Aryono & New York.
Moh. Sambas Sabarnurdin.
2006. Perkembangan Tajuk
Pohon Jati Berasal Dari Biji,
Kultur Jaringan Dan Stek
Pucuk. Jurnal Penelitian
Hutan Tanaman. Fakultas
Kehutanan UGM. Vol . 3 No.
1, Maret 2006, 35-43.

Anda mungkin juga menyukai