Anda di halaman 1dari 7

Kajian Awal Just Transition:

Pilot Project Energy Transition Mechanism


PLTU Cirebon

Februari 2024

AGENDA

Ikhtisar Pembangkit Listrik Cirebon-1


1. Apa yang dimaksud dengan ETM?
2. Timeline kegiatan ETM untuk PLTU Cirebon 1
3. Pendekatan Just Transition ADB
4. 4 tahap rencana Just Transition untuk PLTU Cirebon 1
5. Ruang lingkup Just Transition
6. Kerangka Analitis Kajian Awal Just Transition (PJTA)
7. Dampak yang mungkin terjadi pada pekerja
8. Tindakan Mitigasi oleh CEP untuk pekerja
9. Dampak pada perusahaan alih daya (outsourcing), vendor setempat dengan kontrak CEP/CPS dan tindakan mitigasi
10. Ringkasan dampak tidak langsung dan terimbas
11. Langkah Selanjutnya: Pendekatan Rencana Just Transition

2
Energy Transition Mechanism
Apa yang Legasi PLTU batubara merupakan sumber emisi gas rumah kaca terbesar dari kegiatan manusia. Jika diabaikan, kita tidak
dimaksud akan mencapai target Paris Agreement. Biaya energi terbarukan menurun dengan pesat. Biaya pengoperasian
dengan ETM? pembangkit listrik tenaga uap batu bara yang ada diperkirakan akan lebih tinggi daripada biaya pembangkit listrik energi
baru dan terbarukan yang disetarakan dalam 10 15 tahun ke depan. Akan tetapi, di banyak negara berkembang,
pembangkit listrik tenaga uap batu bara telah memiliki perjanjian pembelian listrik jangka panjang, sehingga batubara
tidak diabaikan. Dengan demikian, intervensi diperlukan.
Pada tahun 2021, ADB meluncurkan ETM, yang awalnya diusulkan pada Forum Ekonomi Dunia pada tahun 2018. ETM
adalah inisiatif kolaboratif yang dikembangkan melalui kemitraan dengan Negara-negara Berkembang Anggota ADB (ADB
Developing Member Countries) untuk membantu transisi dari bahan bakar fosil ke energi bersih.
ETM ditujukan untuk mengkatalisasi modal publik, swasta, dan konsesi (1) guna mempercepat pensiun atau
pengalihgunaan pembangkit listrik berbahan bakar fosil dan (2) untuk investasi pada alternatif energi bersih seiring
memastikan transisi berkeadilan dan keterjangkauan dengan mengatasi dampak proyek ETM pada warga dan masyarakat.

Mempercepat aksi iklim. Memungkinkan berbagai negara untuk mencapai target pengurangan emisi yang lebih
Tujuan ETM ambisius.
Mengurangi biaya energi. Mendukung peningkatan permintaan energi bersih sebanyak 2-3 kali lipat, sehingga
menurunkan biaya energi secara keseluruhan dalam jangka panjang.
Mendorong investasi. Membuka atau investasi dalam pensiun dini / pengalihgunaan
pembangkit listrik berbahan bakar fosil, pembangkit energi terbarukan yang hemat biaya, dan mendukung
serta memungkinkan teknologi bersih.
Memberikan model yang dapat ditingkatkan. ETM berpotensi untuk ditingkatkan hingga wilayah lain di Asia
dan Pasifik, serta Amerika Latin dan Afrika, yang dapat mendorong pengurangan emisi global secara signifikan.3

Timeline Kegiatan ETM untuk Cirebon 1


Antara tahun 2029 dan 2031, Pemerintah Indonesia (PLN dan Kemen ESDM) akan menentukan pilihan penonaktifan dan/atau pengalihgunaan PLTU Cirebon 1.
Hal ini akan disebut sebagai pengembangan Rencana Pasca PJBL.
Konsultasi dengan pemangku kepentingan akan dilakukan pada tahun 2031-32 untuk menjelaskan dan mendapatkan masukan bagi Rencana Pasca PJBL serta
akan diselesaikan pada tahun 2032
Garis besar Rencana Pasca-PJBL mencakup kebutuhan untuk menyediakan:
Bagaimana CEP akan mengakhiri kegiatan operasional pembangkit listrik secara tetap, menonaktifkan, dan/atau mengalihgunakan lokasi tersebut setelah
tahun 2035
Persyaratan terkait untuk perencanaan lingkungan, sosial, dan just transition yang berkenaan dengan kegiatan pengakhiran Pasca-PJBL.
2035 dan
Pengembangan Rencana Pasca-PJBL 2024 2024 2030 2029 2031 2031 2032 2033 2035
Seterusnya
Kesepakatan tentang garis besar rencana Pasca-PJBL dan proses
pengembangan. Pra-
Pemenuhan
Pengungkapan kajian Awal just transition dengan Garis Besar JTP. Pembiayaan

Kegiatan terkait Just Transition yang sedang berlangsung: Keterlibatan


pemangku kepentingan yang inklusif dan berkelanjutan, partisipasi
perempuan secara bermakna, dan kajian kapasitas hukum, peraturan,
dan kelembagaan untuk pelaksanaan JTP.
Kegiatan yang sedang berlangsung: Analisis Pemerintah Indonesia (PLN
dan Kemen ESDM) tentang pilihan pengalihgunaan yang layak (yaitu,
analisis dampak jaringan listrik dan analisis tenaga listrik pengganti yang
diperbarui).
Diskusi secara aktif dan keterlibatan pemangku kepentingan yang
tanggap gender dan inklusif yang mewujudkan partisipasi perempuan
yang bermakna untuk mencapai kesepakatan tentang rencana Pasca-
PJBL dan JTP antara ADB dan CEP pada akhir tahun 2032.
Pendekatan Just Transition ADB dalam ETM
Apa yang dimaksud dengan Just Transition?
Pendekatan multi-dimensi yang memaksimalkan peluang sosial, ekonomi, kelembagaan, dan kemasyarakatan dari tindakan iklim sambil meminimalkan dan mengelola konsekuensi
negatif secara saksama pada mata pencaharian pekerja, usaha dan masyarakat setempat serta perekonomian yang terkait dengan perekonomian bahan bakar fosil, sambil mengelola
dampak tidak langsung dan terimbas yang lebih luas
Kegiatan just transition (JT) melampaui ruang lingkup dan kerangka waktu pelaksanaan untuk
Memensiunkan PLTU Batu Bara
JT mempertimbangkan konteks
geopolitik dan lingkungan pendukung, JT memerlukan koordinasi dengan
Tingkat Regional mitra pembangunan lain,
termasuk kerangka kebijakan, sistem
pendidikan, dan struktur ekonomi. pemangku kepentingan, dan
platform nasional atau regional.
Tingkat Pusat
Mempertimbangkan dampak langsung,
tidak langsung, dan terimbas di
JT mempertimbangkan
sepanjang rantai nilai batu bara dan Tingkat Daerah ketersediaan mata pencaharian
dampak tingkat sistem nasional.
yang berkelanjutan dan inklusif,
Kegiatan JT mencakup kajian dampak Tingkat potensi diversifikasi ekonomi,
Masyarakat/ dan dampak pada anggaran
tingkat aset dan pengembangan rencana
Kabupaten setempat dan daerah.
JT. Kegiatan ini mempertimbangkan
pekerja langsung dan tidak langsung,
usaha, masyarakat setempat, dan JT memobilisasi investasi dalam
pemangku kepentingan lain yang proyek sektor sosial untuk
Tingkat Aset memperkuat lingkungan
terdampak, dan mendapatkan masukan
dari konsultasi secara luas melalui pendukung.
saluran formal dan informal dengan
memperhitungkan perempuan dan 5
kelompok rentan dan terpinggirkan lain Sumber: Asian Development Bank.

Cirebon 1: Rencana Just Transition ADB


PROSES EMPAT TAHAP UNTUK JUST TRANSITION DI CIREBON 1
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4
2023-2024 2024-2030 2030-2032 2033 dan seterusnya
Kunjungan lokasi awal ADB akan memimpin pelibatan dengan Mengasimilasi analisis dari tahap Pelaksanaan
ADB, keterlibatan tenaga para pemangku kepentingan secara aktif 2 dan memperbarui metodologi Rencana Pasca-PJBL
kerja dan masyarakat serta (Pemerintah Indonesia, CEP) dalam hal- PJTA serta peraturan perundang- dan JTP oleh CEP
pengumpulan data dasar hal berikut ini: undangan yang berlaku dan Pemerintah
kajian dan analisis ekonomi, ADB menyusun Rencana just Indonesia
PENGUNGKAPAN ADB: peraturan, kelembagaan, pasar transition (JTP) berdasarkan (pemantauan dan
Metodologi dan Kajian tenaga kerja di tingkat pusat, daerah kajian dampak JT yang evaluasi ADB sedang
sesungguhnya berlangsung)
Awal Just Transition (PJTA) dan kabupaten;
ADB, CEP dan Pemerintah JTP kemungkinan
(termasuk proses Just Pengumpulan data yang dipisahkan
Indonesia melakukan konsultasi akan dilakukan
Transition antara tahun menurut jenis kelamin dan dengan pemangku kepentingan setelah penutupan
2024-2035) pembaruan indikator dan analisis untuk mendapatkan masukan pembangkit listrik
Konsultasi dengan sosioekonomi; tentang Rencana Pasca PJBL dan pada tahun 2035.
pemangku kepentingan Pelibatan pemangku kepentingan JTP
untuk menyosialisasikan dengan kelompok utama. Konsultasi ADB, Pemerintah
dan meminta masukan Studi kelayakan teknis untuk Indonesia dan CEP untuk
tentang PJTA memahami pilihan pengalihgunaan memfinalisasi JTP dan Rencana
Pasca PJBL.
Menentukan Dampak Just Transition
Selain dampak langsung, just transition memiliki dampak tidak langsung dan terimbas pada masyarakat, kabupaten dan
sepanjang rantai nilai batu bara. Dampak tidak langsung dan terimbas kemungkinan akan meningkat dengan melakukan
beberapa transaksi.
Dampak Langsung
Dampak yang terjadi pada tingkat aset; yang berdampak pada pekerja (formal, [kontraktual atau alih daya], informal]), pemasok setempat,
vendor yang memiliki hubungan kontraktual dengan penerima pinjaman. Penerima pinjaman bertanggung jawab atas pelaksanaan langkah
mitigasi.
Dampak Tidak Langsung
Dampak yang tidak dapat ditelusuri secara langsung ke suatu kegiatan proyek tetapi dapat dikaitkan secara sebab akibat (dampak yang terjadi
di seluruh rantai pasok karena memensiunkan suatu aset diklasifikasi sebagai dampak tidak langsung. Perencanaan tindakan mitigasi secara
terperinci akan dilakukan pada tahap 2 dan 3 dan didokumentasikan dalam JTP. Penerima pinjaman bertanggung jawab atas setiap tindakan
yang ditugaskan kepadanya sebagai bagian dari proses tersebut. Para pihak yang bertanggung jawab atas tindakan tidak langsung lain akan
dibahas dan disepakati dengan Pemerintah.
Dampak Terimbas
Dampak merugikan pada daerah dan masyarakat yang tidak disengaja namun terjadi kemudian atau di lokasi yang berbeda karena
pengembangan proyek atau sektor. Dampak ini ditimbulkan dalam perekonomian setempat, daerah, atau nasional Indonesia. Dampak
setempat dapat berupa hilangnya pendapatan atau hilangnya mata pencaharian bagi usaha dan masyarakat setempat. Dampak ini juga
termasuk dampak anggaran pemerintah pada pemerintah setempat, pusat dan daerah. Pengelolaan dampak ini memerlukan upaya
gabungan oleh pemerintah, usaha, dan lembaga keuangan internasional serta nasional sebagaimana didukung selama tahap 2 dan
dikonfirmasi dalam JTP pada tahap 3.
7

Kerangka Analitis Kajian Awal Just Transition (PJTA)


KARAKTERISTIK TENAGA KERJA Kerangka Analitis kajian Awal just transition (PJTA)
Jumlah karyawan: 20 (termasuk 9 perempuan); Perjanjian Kerja Waktu Saluran Dampak Saluran dampak mencakup hubungan
PT CEP
Tidak Tertentu; Manajemen senior; Usia rata-rata pada tahun 2035: 52 kerja, harga, pajak, akses, aset,
PT CPS Jumlah karyawan: 205 (termasuk 8 perempuan); Perjanjian Kerja Waktu keagenan
Tidak Tertentu; campuran manajemen senior dan menengah & pekerja Dimensi Dampak Sosial, kelembagaan, lingkungan, politik
kontrak; Usia rata-rata pada tahun 2035: 47 dan masyarakat, ekonomi
Pengaturan 3 perusahaan alih daya (outsourcing); Jumlah karyawan: 247 (termasuk Sifat Dampak Langsung, tidak langsung, terimbas
Alih Daya 2 perempuan); kontrak tahunan; Kontrak yang dikelola oleh Bagian
General Affair PT CPS Orang yang Termasuk pekerja, kelompok rentan
(Outsourcing)
Terdampak termasuk perempuan, masyarakat,
Persediaan CEP bertanggung jawab atas pengadaan batu bara; 2 Pemasok di usaha, Pemerintah Indonesia (pusat,
Batu Bara Kalimantan Timur dan Selatan; mengonsumsi 7200-8000 T/D yang
merupakan 0,83% dari total keluaran di ladang ini; jumlah pekerja tidak provinsi, kabupaten dan kecamatan)
diketahui Sifat Risiko Memenuhi syarat dan membahas sifat
Pengangkutan ~12000 T/D yang dikirim dengan tongkang; Pelabuhan hanya melayani risiko
Batu Bara C1; persediaan hulu (titik pengiriman ke pelabuhan) kemungkinan Langkah Mitigasi Memberikan serangkaian tindakan yang
dilakukan dengan truk; kontrak yang dinegosiasikan setiap 5 tahun; akan diambil untuk mengelola risiko;
jumlah karyawan tidak diketahui juga memberikan manfaat dari tindakan
Pemasok Lain Sekitar 100 vendor dalam daftar yang disetujui oleh CEP dan CPS; 84 mitigasi
vendor setempat; vendor termasuk pasokan solar; kegiatan Pihak yang Menentukan siapa yang bertanggung
pemeliharaan, konstruksi lain-lain, pemeliharaan jalan; Layanan teknis
dan ilmiah; Pasokan kimia yang diperlukan untuk kegiatan yang
Bertanggung Jawab jawab atas pelaksanaan tindakan
berbeda; Kontrak persiapan dan pengiriman makanan untuk tenaga mitigasi
kerja operasional; kendaraan untuk transportasi lokal dll.

Abu Terbang Menyediakan 100% FABA ke pabrik semen setempat


dan Abu Dasar
Dampak yang mungkin terjadi pada pekerja

Semua pekerja*
Kemungkinan dari meningkatnya ketidakpastian di kalangan pekerja pada posisi jangka menengah dan panjang karena pensiun
dini PLTU.
Potensi kehilangan upah yang mungkin berdampak pada pekerja, dengan kemungkinan dampak yang lebih tinggi pada kelompok
berpenghasilan lebih rendah
Kekhawatiran atas kemungkinan pengurangan tenaga kerja secara bertahap menjelang tahun 2035
Tidak dapat mengakses dana pensiun wajib pada tahun 2035 karena usia rata-rata berada di bawah usia pensiun wajib.
CEP juga dapat menghadapi kekurangan pekerja terampil dalam hal mereka memasuki masa pensiun 2-3 tahun sebelum
penghentian pembangkit listrik, dan kemungkinan akan sulit untuk mencari penggantinya dalam jangka waktu yang singkat.

Khusus untuk pekerja yang dialihdayakan (outsourcing)


Perusahaan alih daya (outsourcing) mungkin tidak memiliki informasi atau modal yang cukup untuk mendiversifikasi usaha
mereka, sehingga berpotensi menyebabkan hilangnya pekerjaan bagi pekerja yang dialihdayakan (outsourcing).
Kemungkinan perubahan undang-undang tentang kontrak jangka waktu tetap yang tidak berpihak pada pekerja yang
dialihdayakan (outsourcing)
Tanpa adanya akses ke program peningkatan keterampilan pemerintah, pekerja yang dialihdayakan (outsourcing) mungkin tidak
menerima pelatihan yang diperlukan untuk dipekerjakan kembali di industri lain.

*Pekerja mencakup karyawan PT CEP, PT CPS, dan pekerja yang dialihdayakan (outsourcing)

Tindakan Mitigasi oleh CEP untuk pekerja


Semua pekerja*
Manajemen akan memulai keterlibatan dengan tenaga kerja dalam waktu 30 hari setelah pemenuhan pendanaan dan akan
melanjutkan keterlibatan dengan tenaga kerja dan masyarakat hingga pemensiunan pembangkit Listrik.
Keterlibatan dapat mencakup komunikasi rencana jangka panjang pensiun dini, gambaran umum hak pemutusan hubungan kerja
yang diusulkan, akses ke pusat karier dan layanan dukungan mental.
CEP akan menetapkan, mendanai, dan memfasilitasi akses yang adil dan merata ke layanan konseling karier dan penempatan
kerja, konseling/ pembinaan kesehatan,
Memperluas fasilitas pelatihan dan pelatihan kembali keterampilan di pusat pelatihan kejuruan Pembangkit Listrik.

Karyawan PT CEP dan PT CPS


CEP akan menawarkan paket pesangon sesuai dengan peraturan yang berlaku pada saat pemensiunan pembangkit listrik.

Pekerja yang Dialihdayakan (Outsourcing)


Semua pekerja yang dialihdayakan (outsourcing) akan memiliki akses yang sama dengan pekerja penuh waktu ke layanan
konseling/ pembinaan kesehatan dan pelatihan ulang keterampilan/peningkatan keterampilan di pusat pelatihan kejuruan.
Kontrak bagi pekerja yang dialihdayakan (outsourcing) akan mencantumkan pernyataan bahwa tanggal pensiun yang
direncanakan dekat dengan tanggal pensiun yang disesuaikan dengan kontrak tahunan pekerja yang dialihdayakan (outsourcing).
Perusahaan pengalihdayaan (outsourcing) akan diminta untuk memberikan pembaruan triwulanan tentang jumlah pekerja yang
dialihdayakan (outsourcing) dan berpartisipasi dalam pelatihan kejuruan dan layanan kesehatan mental.

*Pekerja mencakup karyawan PT CEP, PT CPS, dan pekerja yang dialihdayakan (outsourcing)
Dampak pada perusahaan alih daya (outsourcing), vendor setempat
dengan kontrak CEP/CPS dan tindakan mitigasi
kajian lebih lanjut dan konsultasi dengan pemangku kepentingan diperlukan untuk dampak yang disebutkan di bawah. Kegiatan
ini akan dilakukan selama tahap 2 (2024-2032)
Potensi kehilangan sebagian atau semua penghasilan yang ada bagi perusahaan alih daya (outsourcing) dan vendor setempat
Kemungkinan dampak yang lebih tinggi apabila tidak ada peluang setempat untuk melakukan diversifikasi, atau kurangnya
basis klien di wilayah Cirebon Raya
Usaha yang mengalami dampak pendapatan yang signifikan dapat mengakibatkan hilangnya pekerjaan dan penghasilan bagi para
pekerjanya.
Kehilangan pekerjaan dan pengurangan penghasilan dapat mengurangi belanja rumah tangga dan perorangan yang bekerja
untuk vendor ini
Kemungkinan permintaan skema pemerintah dan program pelatihan ulang keterampilan yang lebih tinggi dari pekerja/usaha
Anggaran pemerintah desa dapat terdampak

Tindakan Mitigasi oleh CEP


Semua kontrak untuk perusahaan alih daya (outsourcing), dan vendor setempat akan mencakup pernyataan tanggal pensiun
yang direncanakan. Penyertaan pernyataan ini akan dilakukan menjelang tahun 2035.
CEP akan memastikan pembayaran semua iuran, khususnya menjelang akhir umur pembangkit listrik.
CEP akan mencoba mengakomodasi sebanyak mungkin vendor dan pemasok setempat dalam rencana pengalihgunaan, apabila
berlaku.
CEP akan bekerja sama dengan pemerintah terkait dengan kegiatan diversifikasi ekonomi dan dukungan pasar dan usaha baru
Beberapa langkah mitigasi juga mencerminkan tanggung jawab pemerintah setempat (diperinci pada slide berikutnya)

Ringkasan dampak tidak langsung dan terimbas


kajian lebih lanjut dan konsultasi dengan pemangku kepentingan diperlukan untuk dampak yang disebutkan di bawah. Kegiatan ini
akan dilakukan selama tahap 2 (2024-2032)
Penutupan PLTU Cirebon 1 kemungkinan akan berdampak lebih besar pada pemerintah setempat daripada pemerintah pusat atau
provinsi
Program CSR oleh CEP dan CPS memberikan layanan tambahan penting bagi pemerintah desa
Program ini akan terus didanai hingga tahun 2042, tetapi pengaturan kelembagaan perlu dilakukan untuk mengelola program ini
Pemerintah setempat mungkin memerlukan pendapatan tambahan untuk melanjutkan program mata pencaharian yang dipimpin
oleh CEP setelah tahun 2042
Melanjutkan program ini dapat meningkatkan kebutuhan anggaran mereka dan juga ketergantungan mereka pada alokasi
pemerintah provinsi/pusat
Usaha setempat (formal dan informal) yang melayani tenaga kerja PLTU Cirebon 1 dan keluarganya dapat kehilangan penghasilan
atau pekerjaan
Pada saat yang sama, pemerintah setempat juga mungkin kehilangan pajak daerah yang dibayar oleh CEP yang akan berdampak
merugikan pada anggaran mereka

Faktor ini mungkin berdampak gabungan pada perekonomian dan anggaran setempat

Dampak tidak langsung dan terimbas pada pemerintah pusat dan daerah
Penutupan suatu aset kemungkinan tidak akan berdampak pada pemerintah pusat atau daerah, atau berdampak pada pasokan
dan rantai nilai batu bara
Akan tetapi pada tahun 2035, kemungkinan akan terjadi penutupan beberapa aset secara bersamaan di lokasi yang sama atau
berbeda pada waktu yang sama.

kajian harus dilakukan menjelang tahun 2035 untuk memahami sejauh mana dampak tidak langsung dan terimbas pada dampak rantai
pasokan dan nilai serta dampak makro-ekonomi (anggaran, kapasitas kelembagaan, dll.) pada pemerintah pusat dan provinsi.
Langkah Selanjutnya: Pendekatan Rencana Just Transition
Tahap 2 2024-2030
Tingkat Setempat
ADB akan mengembangkan rencana keterlibatan pemangku kepentingan iteratif yang akan memerinci proses keterlibatan tersebut.
ADB akan mendukung kajian lebih lanjut di wilayah Cirebon Raya termasuk ketergantungan ekonomi, peraturan, anggaran
pemerintah dan setempat, serta analisis pasar tenaga kerja dan social-ekonomi, yang menilai kapasitas sektor sosial yang ada dan
program keterampilan
Keterlibatan dengan berbagai kelompok pemangku kepentingan secara berkelanjutan (akan diperinci dalam Rencana Keterlibatan
Pemangku Kepentingan yang akan dikeluarkan kemudian)
Program pengembangan kapasitas untuk pejabat pemerintah setempat, masyarakat, dan usaha (fokus khusus pada pengusaha
perempuan)
Pemerintah Pusat
Memerlukan pendekatan perencanaan dini dan program yang terintegrasi oleh pemerintah
Memerlukan pengembangan struktur kelembagaan yang tepat untuk mendorong koordinasi di semua tingkat pemerintah
Membutuhkan analisis hulu dan penciptaan kapasitas kelembagaan di tingkat pusat

Tahap 3 (203-32)
Tingkat Setempat
ADB melakukan kajian Just Transition berdasarkan analisis dan konsultasi lebih lanjut antara tahun 2024-2030
ADB menyusun Rencana just transition (JTP) berdasarkan kajian Just Transition
ADB, CEP dan Pemerintah Indonesia melakukan konsultasi dengan pemangku kepentingan untuk mendapatkan masukan dan
memfinalisasi JTP

Tahap 4 (2033 dan seterusnya)


CEP dan Pemerintah Indonesia dengan panduan teknis dari ADB untuk melaksanakan Rencana just transition

Poin diskusi
Apakah Anda telah memahami pendekatan yang kita ambil untuk mengembangkan rencana Just Transition untuk PLTU
Cirebon 1? Apakah terdapat bagian apa pun dari timeline atau proses yang masih belum jelas dan memerlukan klarifikasi
atau penambahan lebih lanjut?

Apakah kami melewatkan kekhawatiran atau risiko apa pun yang Anda inginkan agar kami masukkan dalam rancangan
Kajian Awal Just Transition?

Apakah Anda puas dengan timeline yang ditunjukkan sebagai bagian dari pendekatan untuk menciptakan proses Just
Transition? Apakah menurut Anda timeline yang ditunjukkan sebagai bagian dari proses Just Transition sudah cukup
untuk mengatasi dan mencakup kekhawatiran Anda?

Apakah terdapat perkembangan (saat ini atau di masa depan) yang kami lewatkan yang menambah/mengurangi
kekhawatiran Anda terkait dengan pensiun dini PLTU Cirebon 1?

Apakah terdapat pemangku kepentingan/kelompok tertentu mana pun yang kami lewatkan dan menurut Anda
seharusnya kami masukkan sebagai bagian dari rancangan Kajian Awal just transition?

Kami akan segera mengembangkan rencana pelibatan pemangku kepentingan iteratif yang akan memerinci proses
keterlibatan tersebut.

Ada pertanyaan atau kekhawatiran lain

Anda mungkin juga menyukai