Anda di halaman 1dari 3

LI Abortus

1. Definisi
Keguguran, yang dikenal dengan istilah abortus, didefinisikan sebagai berakhirnya
kehamilan sebelum janin mampu hidup di luar rahim (viable), yaitu sebelum usia
kehamilan 20 minggu atau berat janin belum mencapai 500 g.
2. Epidemiologi
Berbagai penelitian mengenai angka kejadian keguguran menunjukkan hasil yang
beragam, dengan metode dan populasi yang berbeda. Diperkirakan satu dari empat
perempuan yang pernah hamil pernah mengalami keguguran dalam hidupnya, sebagian
besar kasus terjadi di trimester pertama kehamilan, sedangkan estimasi insidens
keguguran pada kehamilan berkisar antara 10-28%. Menurut Depkes RI, angka kejadian
abortus di Indonesia mencapai 2,3 juta/tahun. Rata-rata diperkirakan terjadi 114 kasus
abortus setiap jamnya.
Keguguran juga dapat menyebabkan masalah kesehatan, baik fisik maupun psikologis.
Penelitian menunjukkan bahwa perempuan yang mengalami keguguran memiliki risiko
yang lebih tinggi terkait gangguan kejiwaan, penggunaan obat-obatan terlarang, upaya
bunuh diri, gangguan tidur, stres, dan penurunan status kesehatan secara umum.
Laporan Riskesdas tahun 2010 menyebutkan bahwa sebanyak 4% dari perempuan kawin
usia 10-59 tahun yang mengalami kehamilan dalam lima tahun terakhir menyebutkan
adanya riwayat keguguran spontan.
3. Patogenesis dan Patofisiologi
Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis, kemudian diikuti oleh
nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas
sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini
menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.
Pada kehamilan kurang dari delapan minggu, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada
kehamilan antara 8-14 minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam, sehingga
umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak
perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu ke atas umumnya yang dikeluarkan setelah
ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak
banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai
persalinan dalam bentuk miniatur.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya
kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas
(blighted ovum), mungkin pula janin telah mati lama (missed abortion).

ANALISIS MASALAH
Bagaimana patofisiologi dan patogenesis pada kasus ini?
Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis, kemudian diikuti oleh
nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas
sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini
menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.
Pada kehamilan kurang dari delapan minggu, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada
kehamilan antara 8-14 minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam, sehingga
umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak
perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu ke atas umumnya yang dikeluarkan setelah
ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak
banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai
persalinan dalam bentuk miniatur.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya
kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas
(blighted ovum), mungkin pula janin telah mati lama (missed abortion).
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. 2020. Pedoman Nasional Asuhan Pasca Keguguran Yang Komprehensif.
Jakarta: Kemenkes RI.
Sari, R.D.P. dan Prabowo A.Y. 2018. Buku Ajar Perdarahan Pada Kehamilan Trimester
1.

Anda mungkin juga menyukai