Anda di halaman 1dari 14

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dilaksanakan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar


memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga yang beriman, produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif, serta mampu berkontribusi dalam kehidupan
berbangsa, bernegara, bermasyarakat, dan dalam peradaban dunia.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab I, pasal 1, dijelaskan bahwa, pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara, yang berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Selanjutnya dalam pasal 3 dijelaskan bahwa pendidikan diselengarakan
dengan tujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab.
Dalam rangka mencapai tujuan pendikan di atas ada tiga (3) bidang kegiatan
yang dilakukan oleh lembaga pendidikan pada setiap satuan pendidikan, yaitu:
bidang administrasi dan manajemen, bidang pengajaran, dan bidang bimbingan
dan konseling (BK). Ketiga bidang tersebut memiliki arah yang sama yaitu
memberikan kemudahan bagi pencapaian perkembangan yang optimal peserta
didik (Prayitno & Anti, E; 2015: 241). Bimbingan konseling sebagai bagian
integral dari kegiatan pendidikan di setiap satuan pendidikan kegiatan
layanannya commit
tidak terlepas dari duato unsur
user kegiatan pendidikan lainnya.

1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

Layanan bimbingan dan konseling dilaksanakan sebagai upaya membantu peserta


didik agar berkembang secara optimal, dapat menyesuaikan diri, dan mampu
mengaktualisasikan kemampuannya. Layanan bimbingan dan konseling yang
dilaksanakan dengan baik akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
tercapainya tujuan pendidikan. Oleh karena itu, layanan bimbingan dan konseling
merupakan jantungnya pelaksanaan pendidikan. Artinya layanan bimbingan dan
konseling merupakan pusat dan nadi berlangsungnya proses pendidikan. Sasaran
layanan bimbingan dan konseling adalah kehidupan psikologis peserta didik.
Malalui layanan bimbingan dan konseling guru BK berupaya membantu peserta
didik meminimalkan kendala-kendala psikologis, sehingga peserta didik mampu
mengembangkan dirinya secara optimal. Mengingat pentingnya peran guru
bimbingan dan konseling dalam upaya membantu peserta didik mencapai tugas
perkembangannya, maka diperlukan guru BK yang profesional yaitu yang
memiliki kompetensi guru BK.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Bab I Pasal 1
Ayat 6 menyatakan bahwa, pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Undang-undang tersebut
mengisyaratkan bahwa pekerjaan konselor/guru bimbingan dan konseling
memiliki kekhususan yang tidak dimiliki oleh guru mata pelajaran.
Untuk mencapai tujuan pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, bimbingan dan
konseling sebagai bagian penting dari proses pendidikan harus dilaksanakan oleh
guru Bimbingan Konseling (guru BK) yang memiliki kompetensi tertentu,
sehingga perkembangan peserta didik dapat berkembang secara optimal.
Menurut Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008, guru BK profesional adalah
guru BK yang memenuhi indikator berikut ini. 1) Menguasai konsep dan praksis
asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli, 2) menguasai
kerangka teoretik dan praksis Bimbingan dan Konseling, 3) merancang Program
commit to user4) mengimplementasikan Program
Bimbingan dan Konseling yang komprehensif,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3

Bimbingan dan Konseling yang komprehensif, 5) menilai proses dan hasil


kegiatan Bimbingan dan Konseling, 6) memiliki kesadaran dan komitmen
terhadap etika professional, 7) menguasai konsep dan praksis penelitian dalam
Bimbingan dan Konseling.
Terkait dengan kompetensi dua dan tiga yaitu menguasai kerangka teoretik
dan praksis BK dan merancang program BK yang komprehensif, dari hasil
beberapa penelitian menunjukkan bahwa guru BK belum sepenuhnya memiliki
kompetensi tersebut. Hajati (2010: 318) dalam penelitiannya menemukan bahwa
rata-rata konselor sekolah kurang menguasai konsep dan praksis asesmen yang
merupakan kegiatan awal dalam menyusun program BK, kurang terampil dalam
menyiapkan, menafsirkan dan menyajikan informasi statistik tentang hasil
asesmen. Rata-rata konselor juga sangat kurang terampil dalam mengadministra-
sikan, menskor, menafsirkan dan melaporkan hasil asesmen. Kondisi demikian
membuat kinerja guru BK menjadi tidak optimal. Peserta didik sebagai penerima
layanan merasakan dampak tersebut, persepsinya terhadap kinerja konselor dalam
kategori sedang , 65, 65 % . (Kartiko, Ong D C., Hartati, M.Th S., & Saraswati, S,
2014). Rosra (Saputry, Nirwana, & Marjohan, 2018), mengungkapkan bahwa
kinerja guru BK menjadi tidak optimal karena dalam membuat program BK
dikategorikan buruk (Saputry, Nirwana, & Marjohan, 2018), dan juga dalam
melaksanakan program BK, kinerja guru BK belum menggambarkan
keberhasilan tugas dan tanggung jawabnya (Lisnanora, Yusuf, & Sufyarma :
2018). Diberlakukannya BK Komprehensif di Indonesia, kinerja guru BK dalam
perencaanaan program BK juga tergolong rendah, karena dalam perencanaannya
hanya melakukan identifikasi kebutuhan peserta didik saja, belum melakukan
identifikasi kebutuhan lingkungan, sebagaimana diamanatkan dalam BK
Komprehensif. (Sudibyo, H : 2019).
Hasil-hasil penenlitian di atas diperkuat dengan penelitian pendahuluan
yang penulis lakukan terhadap 41 guru BK SMA di kabupaten Sukoharjo, yang
dilakukan dengan menggunakan metode pengumpulan data studi dokumentasi dan
kuesioner. Hasil studi dokumentasi, menunjukkan bahwa kemampuan guru BK
commit to user
dalam menyusun program BK komprehensif dalam kategori rendah, yaitu rata-
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4

rata 45,3. Dan dalam melaksanakan layanan responsif yaitu melaksanakan


konseling individu, (keterampilann konselingnya) juga rendah, rata-rata 42,6.
Hasil studi dokumentasi tersebut agak bertentangan dengan data yang diperoleh
melalui metode kuesioner. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa tingkat
pemahaman guru BK terhadap BK komprehensif secara kumulatif adalah 90,2 %
berada pada tingkat tinggi dan sangat tinggi.
Hasil Uji Kompetensi bagi Guru Bimbingan dan Konseling bersertifikat
pendidik, yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
pada tahun 2012, rata-rata nilai uji kompetensi guru BK pada aras nasional adalah
42 untuk kompetensi profesional dan 48 untuk kompetensi pedagogik. Sedangkan
untuk Jawa Tengah, rerata nilai yang diperoleh sebesar 53,84 untuk kompetensi
profesional dan 55,01 untuk kompetensi pedagogik. Terkait dengan hasil UKG,
peneliti melakukan survey terhadap hasil UKG guru BK SMA di kabupaten
Sukoharjo. Hasilnya adalah bahwa kompetensi guru BK masih kurang dalam
menjalankan Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008. Kesimpulan tersebut diambil
berdasarkan data bahwa dari 41 guru BK yang menempuh UKG, 68, 29 % atau
duapuluh delapan guru (28) skornya di bawah KKM, dan 31,71% atau tiga belas
guru (13) skornya lebih besar atau sama dengan KKM. Selain itu peneliti juga
melakukan penelitian terhadap peserta didik sebagai penerima/sasaran layanan
guru BK. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan peserta didik
terhadap layanan BK. Hasilnya menunjukkan bahwa secara kumulatif yaitu 52,9%
tingkat kepuasan peserta didik berada pada tingkat cukup, rendah, dan sangat
rendah.
Berdasarkan hasil penelitian dan survey tersebut dapat disimpulkan bahwa
di lapangan kompetensi guru BK khususnya kompetensi menyusun program yang
komprehensif dan kompetensi mengaplikasikan pendekatan/model/jenis
pelayanan dan kegiatan pendukung bimbingan konseling, khususnya keterampilan
konseling individu belum seperti yang diidealkan.
Kondisi yang belum ideal tesebut tentunya akan berdampak pada layanan
yang akan diberikan guru BK kepada peserta didik . Dalam hal ini layanan guru
commit
BK menjadi tidak optimal. Peserta to user
didik adalah subyek dan sekaligus obyek
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5

pendidikan. Sebagai subyek, peserta didik harus ditempatkan sebagai individu-


individu yang memiliki hak-haknya sebagai pribadi (manusia secara utuh).
Sebagai obyek, peserta didik harus berbuat sesuai dengan kewajibannya untuk
mencapai optimalisasi perkembangannya baik yang menyangkut aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Peserta didik mempunyai potensi-potensi yang dapat
dikembangkan dan kebutuhan yang harus dipenuhi yaitu materiil dan spiritual.
Kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah diwujudkan dalam
suatu program yang terorganisir dan terencana. Program bimbingan dan
konseling akan terselenggara secara efektif, apabila didasarkan pada kebutuhan
nyata dan kondisi obyektif perkembangan peserta didik. Ridwan (Marsudi, S,
2003: 23) menyatakan bahwa bimbingan dan konseling yang bermakna adalah
bimbingan dan konseling yang memberikan manfaat sepenuhnya bagi subyek.
Oleh karena itu layanan bimbingan dan konseling hendaknya berdasar pada
kebutuhan subyek. Hal ini berimplikasi dalam penyusunan program. Penyusunan
program hendaknya diawali dengan melakukan analisis kebutuhan (needs
assessment). Sunaryo Kartadinata mengatakan bahwa program bimbingan dan
konseling di sekolah akan berlangsung efektif, apabila didasarkan kepada
kebutuhan nyata dan kondisi objektif perkembangan peserta didik (Yusuf, Syamsu
& Nurihsan, Juntika; 2003: 1). Cobia & Handerson, 2003; Gysbers & Handerson,
2006, mengatakan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan siswa. Sebagai konsekuensinya guru
bimbingan dan konseling dituntut untuk melakukan need assessmen sebelum
menyusun program BK (Cobia & Handerson, 2007).
Need assessment yang akurat menjadi sangat penting, karena akan
menghasilkan program BK yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik/konseli
(Gibson & Mitchell, 2011). Need assessment ini memegang peranan penting
dalam penyusunan program BK, karena hasil asesmen yang memadai akan
menjadi dasar untuk menentukan intervensi edukatif secara tepat. Ogechim, Esere
M; Omotosho, Joshua, A & Eweniyi, G. B (2010) mengungkapkan bahwa,
melakukan need assessment dalam layanan bimbingan konseling akan
commit
meningkatkan kualitas pendidikan. to useritu pemberian layanan BK yang
Sementara
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

buruk akan mengakibatkan pengambilan keputusan yang buruk. Misalnya


pengambilan keputusan tentang karir.
Ekstrom, et al (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “A Survey of
Assessment and Evaluation Activities of School Counselors” mengungkapkan
tentang tanggung jawab dan kegiatan yang dilakukan konselor sekolah berkaitan
dengan asesmen. Sampel penelitian adalah 600 konselor sekolah di Sekolah Dasar
(SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan konselor Sekolah Menengah Atas
(SMA) yang tergabung dalam American School Counselor Association (ASCA).
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa berkaitan dengan tugas konselor sekolah
dalam melaksanakan asesmen, hanya sebagian kecil saja konselor sekolah yang
bertanggung jawab dalam memilih tes, sedangkan dalam mengadministrasikan tes
ada separoh lebih konselor menjalankan tugasnya secara bertanggung jawab dan
kurang dari 3/4 responden menafsirkan hasil tes secara bertanggung jawab. Se-
dangkan kegiatan yang dilakukan berkaitan dengan asesmen, dari 39 macam ke-
giatan hanya 9 kegiatan yang dilakukan lebih dari 80% responden.
Hasil penelitian tersebut memberikan gambaran bahwa kinerja konselor
sekolah belum optimal, dalam arti belum dapat melaksanakan tugasnya secara
bertanggung jawab terutama yang terkait dengan need assessment sebagai
kegiatan awal dalam menyusun program BK, dan hanya sebagian kecil tugas yang
dilaksanakan dari tugas yang seharusnya. Thompson, Loesch dan Seraphine
(2003) mengungkapkan bahwa hambatan utama bagi guru bimbingan dan
konseling dalam melakukan need assessment adalah keterbatasan instrumen.
Atau instrumen yang ada memiliki keterbatasan dalam memberikan informasi
kebutuhan siswa. Selain itu proses analisis data dan interpretasi data juga
merupakan tugas yang rumit dan sulit, akibatnya tugas tersebut sering tidak
dilaksanakan. Apalagi rasio guru BK dibanding jumlah peserta didik sejumlah
1:150 (Depdiknas, 2007), hal tersebut semakin menambah kerumitan guru BK
dalam melakukan need assessment.
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam
penyusunan program menjadikan data siswa, termasuk kebutuhannya, menjadi
commit
sistematis (McLeod & Schell, 2009). to user
Perkembangan terbaru dalam teknologi, tes
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

online dan alat digital menawarkan psikolog dan konselor sekolah model
asesmen alternatif. Teknologi baru ini memiliki potensi untuk meningkatkan
aksesibilitas terhadap pengujian (melalui portabilitas yang lebih besar),
memungkinkan psikolog sekolah dan konselor sekolah untuk melayani lebih
banyak siswa (melalui efisiensi yang lebih besar), memungkinkan praktisi untuk
memberikan penilaian yang lebih komprehensif, dan membangun kapasitas
profesional (Jellins, L; 2015)
Di lapangan, masih ada guru yang belum memiliki keterampilan dalam
menggunakan software/perangkat lunak TIK. Archita, N. & Ramesh, D B. (2012)
menyampaikan bahwa para guru memiliki keterampilan komputer yang kurang
baik di bidang Internet, E-mail, MSOffice, dan wwww dibandingkan dengan para
praktisi. Hanya 28% responden/guru yang terampil dalam menggunakan program
perangkat lunak-software. Mayoritas pengajar memiliki keterampilan komputer
yang terbatas, tidak dapat menggunakan program komputer teknis untuk
melengkapi pekerjaan mereka dan tidak secara formal dilatih tentang penggunaan
TIK daripada mereka mendapatkan keterampilan secara mandiri. (Oluwatobi, O
I; Abigail, A ifeoma; 2017).
Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa
pemanfaatan TIK dalam penyusunan program BK adalah sebuah kebutuhan yang
harus dipenuhi. Sebab dengan memanfaatkan TIK memungkinkan guru BK
membuat keputusan yang akurat dalam setiap proses manajemen bimbingan dan
konseling, mulai dari need assessment sampai evaluasi program.
Adanya keterbatasan dan kendala yang muncul yang dihadapi guru BK
dalam menyusun program BK yaitu keterbatasan melakukan need assessment
yang di dalamnya mencakup keterbatasan instrumen, tentunya membawa
implikasi kurang optimalnya kinerja guru BK. Anni, Catharina T (2012)
menyatakan bahwa guru BK sudah dapat melakukan need assessment penyusunan
program BK dengan baik, namun masih terdapat ketidaksempurnaan dalam
memilih instrumen dan melakukan standarisasi instrumen, juga dalam analisis
data. Dalam analisis data masih dilakukan secara manual tanpa memanfaatkan
software program commitsehingga
komputer, to user menyita banyak waktu.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

Ketidaksempurnaan itu akan berdampak pada kualitas program BK yang


dihasilkan dan kelak mempengaruhi kinerja guru BK.
Menurut Depdiknas (2007: 194), pada saat ini telah terjadi perubahan
paradigma pendekatan bimbingan dan konseling, yaitu dari pendekatan yang
berorientasi tradisional, remedial, klinis, dan terpusat pada konselor, kepada
pendekatan yang berorientasi perkembangan dan preventif. Pendekatan bimbingan
dan konseling perkembangan (Developmental Guidance and Counseling) atau
bimbingan dan konseling komprehensif (Comprehensive Guidance and
Counseling) didasarkan pada upaya pencapaian tugas perkembangan,
pengembangan potensi, dan pengentasan masalah-masalah konseli. Tugas-tugas
perkembangan dirumuskan sebagai standar kompetensi yang harus dicapai
konseli, sehingga pendekatan ini disebut juga bimbingan dan konseling berbasis
standar (Standard Based Guidance and Counseling). Ketika pendekatan
bimbingan dan konseling perkembangan dipergunakan akan menggabungkan
pendekatan yang berorientasi klinis, remidial, dan preventif (Myrick, 1993: 8).
Bimbingan dan Konseling Komprehensif adalah pelayanan BK di sekolah
yang bertujuan memandirikan peserta didik melalui layanan dasar, layanan
responsif, perencanaan individual, dan dukungan sistem. Keempat layanan
tersebut disebut Komponen BK Komprehensif.
Fokus pelayanan BK Komprehensif pada ranah pribadi-sosial, akademik,
dan karier. Fungsinya lebih pada pencegahan dan pengembangan daripada
pengentasan, dengan menitikberatkan pada kebutuhan, kekuatan, minat, dan isu-
isu yang berkaitan dalam tahapan perkembangan peserta didik.
Bimbingan dan konseling komprehensif mampu memberikan kontribusi
yang positif bagi pengembangan akademik, pribadi-sosial, dan karir peserta didik
di sekolah. Bimbingan komprehensif juga mampu menciptakan iklim belajar yang
kondusif bagi peserta didik di sekolah, sebagaimana hasil penelitian Gysbers
(Nurihsan, Juntika; 2011: 22) berikut ini :
research has demonstrated that, when middle school counselor have time,
the structure of comprehensive guidance program in which to work, they
contribute to positive academic, personal-social, and career development as
commit
well as the development positive andtosafe
userlearning climates in school.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

Selain itu program bimbingan dan konseling komprehensif juga efektif


meningkatkan mutu pendidikan. Efektifitas program bimbingan dan konseling
komprehensif tersebut telah diteliti oleh Lapan, Gysbers dan Sun yang dilaporkan
Timberlane Regional School District (Nurihsan, Juntika; 2011: 23), hasil
penelitiannya adalah sebagai berikut :
...the implementation of a Comprehensive Developmental Guidance
Program will result in educational benefits including incresed student
achievement, more equitable service to student, broader impact on student
development and career decision-making, student satisfation with the
relevance of their education, and the development of a safe, orderly,
connected school climate.

Nurihsan, Juntika (2011: 23) mengatakan bahwa BK komprehensif mampu


meningkatkan mutu proses maupun mutu hasil pendidikan di SMU Jawa Barat.
BK komprehensif mampu meningkatkan mutu pendidikan di perguruan tinggi di
Jawa Tengah (Sugiarto, DYP, 1998). BK komprehensif mampu meningkatkan
mutu pendidikan di sekolah menengah pertama di Solo (Soeharto, 1999). BK
komprehensif perkembangan mampu meningkatkan manajemen sistem layanan
BK di sekolah dasar, sekolah menengah, dan perguruan tinggi di Jawa Barat
(Kartadinata, Sunaryo & Karnoto, Ahman : 2003). BK komprehensif mampu
meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Menengah Atas di Padang, Manado,
dan Nusa Tenggara Timur (Nurihsan, Juntika, dkk, 2009).
Richardson (2003 : 63) dari Alabama State Departement of Education
meyampaikan bahwa program BK Komprehensif memberikan manfaat penting
bagi setiap peserta didik untuk mengatasi kebutuhan intelektual, emosional,
sosial, dan psikologis. Program BK komprehensif dirancang secara sekuensial
mencakup kegiatan memenuhi kebutuhan peserta didik, yaitu membantu peserta
didik memperoleh kompetensi pengetahuan tentang diri dan orang lain,
mengidentifikasi tujuan pendidikan, dan perencanaan karir di SD, SMP, dan
SMA. Program BK Komprehensif dilaksanakan disetiap sekolah oleh konselor
sekolah yang bersertifikat dan didukung oleh guru, administrator, peserta didik,
dan orang tua. commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

Berkaitan dengan penyusunan program BK komprehensif, para guru BK


dalam menyusun program BK hanya mendasarkan dari instrumen pengumpulan
data dari peserta didik, belum mencakup komponen lain sebagaimana
dipersyaratkan dalam BK komprehensif bahwa need assessment tidak hanya
bersumber dari peserta didik, tetapi juga dari lingkungan, antara lain kepala
sekolah, guru, komite sekolah, orangtua peserta didik, maupun komponen yang
terkait dengan penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Penyusunan program BK Komprehensif, didasarkan pada analisis
kebutuhan. Hasil analisis diperoleh dari identifikasi tentang kebutuhan,
selanjutnya disusun prioritas kebutuhan. Berdasar prioritas kebutuhan, disusun
program yang spesifik, realistis, dan jelas. Kebutuhan tersebut terkait dengan
kebutuhan perkembangan peserta didik yang memerlukan layanan untuk
mencapai aktualisasi potensi diri peserta didik secara optimal.
Berdasarkan beberapa pertimbangan di atas, yaitu: pertama, landasan
yuridis yaitu Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional khususnya terkait tujuan pendidikaan dan Permendiknas No. 27 Tahun
2008, terkait dengan kompetensi profesional guru BK, bahwa tugas guru
BK/konselor untuk menyusun program yang komprehensif dan mengaplikasikan
pendekatan/model/jenis pelayanan dan kegiatan pendukung bimbingan konseling.
Kedua, diberlakukannya BK komprehensif yang secara teoritis dan penelitian
memiliki beberapa kelebihan, diantaranya membantu secara preventif dan
perkembangan sesuai tahap perkembangan peserta didik sehingga peserta didik
mandiri dan bahagia dalam kehidupan sehari-hari. Dan juga dalam penyusunan
programnya menuntut melakukan need assessment tidak hanya dari siswa tetapi
juga dari lingkungan. Ketiga, hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa
kinerja guru BK belum optimal atau masih rendah, yaitu dalam dalam
merencanakan program BK, maupun dalam melaksanakan program BK. Keempat,
kondisi di lapangan (kenyataan), bahwa guru BK SMA di Kabupaten Sukoharjo
kinerjanya belum optimal, karena kurang memiliki kompetensi profesional yaitu
kemampuan menyusun program BK komprehensif dalam kategori rendah, yaitu
commit tolayanan
rata-rata 45,3. Dan dalam melaksanakan user responsif yaitu melaksanakan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

konseling individu (keterampilan konselingnya) juga rendah, rata-rata 42,6.


Kelima, kondisi di lapangan (kenyataan), bahwa tingkat kepuasan peserta didik
terhadap layanan BK secara kumulatif pada tingkat cukup, rendah dan sangat
rendah. Keenam kondisi di lapangan (kenyataan), bahwa guru BK SMA dalam
menyusun program BK yang didalamnya ada kegiatan need assessment,
penyusunannya masih terdapat ketidaksempurnaan. Antara lain dalam memilih
instrumen, standarisasi instrumen, dan dalam analisis data. Analisis data masih
dilakukan secara manual tanpa memanfaatkan software program komputer,
sehingga menyita banyak waktu dan berdampak pada kualitas program BK dan
kinerja guru BK, maka penulis memberikan alternatif solusi untuk mengatasi
permasalahan tersebut di atas dengan menyusun sebuah model pengembangan
yang menjadi judul penelitian ini yaitu Pengembangan Model AP2BK2
(Aplikasi Penyusunan Program Bimbingan Konseling Komprehensif)
Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) Untuk Meningkatkan
Kinerja Guru BK SMA/MA Kabupaten Sukoharjo.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan yang dijelaskan dalam latar belakang di atas, rumusan
masalah dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut.
1. Seperti apakah model faktual penyusunan program BK selama ini ?
2. Seperti apakah model hipotetik aplikasi penyusunan program bimbingan
konseling komprehensif berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
untuk meningkatkan kinerja guru BK ?
3. Seperti apakah model final aplikasi penyusunan program bimbingan konseling
komprehensif berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk
meningkatkan kinerja guru BK?
4. Apakah model aplikasi penyusunan program bimbingan konseling
komprehensif berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) efektif untuk
meningkatkan kinerja guru BK?

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

C. Tujuan Pengembangan
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mendiskripsikan gambaran model faktual penyusunan program BK selama ini.
2. Menemukan model hipotetik aplikasi penyusunan program bimbingan
konseling komprehensif berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
untuk meningkatkan kinerja guru BK.
3. Menemukan model final penyusunan program bimbingan konseling
komprehensif berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk
meningkatkan kinerja guru BK
4. Mengukur keefektifan model aplikasi penyusunan program bimbingan
konseling komprehensif berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
untuk meningkatkan kinerja guru BK.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada aspek teoritik dan
praktis.
1. Manfaat Teoritik
Memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama yang
berkaitan dengan teori, konsep dan model penyusunan program bimbingan
konseling komprehensif, utamanya adalah need assessment lingkungan.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian pengembangan ini bermanfaat sebagai pedoman guru BK dalam
menyusun program BK Komprehensif yaitu penyusunannya melibatkan
lingkungan. Disusunnya program BK melibatkan lingkungan meningkatkan
kompetensi profesional guru BK.
b. Penelitian pengembangan ini bermanfaat meningkatkan kompetensi guru
BK. Model yang dihasilkan diharapkan dapat memotivasi guru dalam
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Penggunaan TIK
meningkatkan kompetensi profesional guru BK.
c. Penelitian pengembangan ini bermanfaat meningkatkan kompetensi guru
commit
BK. Model yang dihasilkan to user
diharapkan dapat membantu guru BK
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

menyusun program BK dengan cepat, tepat dan akurat. Disusunnya program


BK secara cepat, tepat dan akurat meningkatkan kompetensi profesional
guru BK.
d. Manfaat bagi sekolah, diharapkan Model Penyusunan Program BK
Komprehensif dapat meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi
pendidikan pada umumnya, serta meningkatkan kualitas layanan BK pada
khususnya.

E. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan


1. Asumsi
Bimbingan Konseling komprehensif (selanjutnya disebut BK
komprehensif) adalah bimbingan konseling yang mendasarkan pada kebutuhan
peserta didik sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya. Oleh karena itu
dalam menjalankan tugasnya guru BK dituntut memiliki kompetensi menyusun
program BK komprehensif. Program BK komprehensif dalam penyusunannya
harus berdasarkan need assessment peserta didik oleh peserta didik dan need
assessment oleh lingkungan yaitu orang tua, kepala sekolah, wakil kepala
sekolah, guru mata pelajaran. Dengan demikian guru BK mampu memberikan
pelayanan kepada peserta didik sesuai dengan kebutuhan dalam tugas
perkembangannya, sehingga potensi peserta didik dapat berkembang secara
optimal.
Dalam penelitian ini asumsinya adalah selama ini guru BK sudah
menyusun program BK, namun program BK tersebut disusun hanya
mendasarkan pada need assessment peserta didik dan belum mendasarkan pada
need assessment oleh lingkungan yaitu orang tua, kepala sekolah, wakil kepala
sekolah, guru mata pelajaran.
Asumsi berikutnya adalah bahwa, dalam mengolah dan menganalisis data
need assessment hingga menjadi sebuah program, masih manual atau sudah
menggunakan bantuan komputer, namun belum memanfaatkan system yang
memudahkan melaksanakan tugas managemen BK yaitu berupa program
software komputer. commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

2. Keterbatasan Pengembangan
a. Dalam penelitian ini penyusunan program layanan BK komprehensif sudah
berdasar pada need assessment peserta didik oleh peseta didik dan
lingkungan. Namun need assessment lingkungan masih terbatas pada orang
tua, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru mata pelajaran. Untuk
pengembangan penelitian selanjutnya need assessment bisa diberikan
kepada personil sekolah yang lain, misalnya komite sekolah, juga wali
kelas.
b. Dalam penelitian ini software yang dihasilkan sebatas untuk mengolah data
need assessment kebutuhan peserta didik dengan sumber data peserta didik
dan orang tua, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru mata pelajaran.
Untuk pengembangan penelitian selanjutnya software bisa dikembangkan
untuk mengolah dan menganalisis data need assessment personil sekolah
yang lain, misalnya, komite sekolah, juga wali kelas.
c. Kinerja guru BK dalam penelitian ini belum mencakup keempat kompetensi
yang dipersyaratkan yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
professional, baru sebatas kompetensi profesional, khususnya kompetensi
merancang program BK (kemampuan menyusun program BK
komprehensif) dan kompetensi mengaplikasikan pendekatan BK
(keterampilan konseling individu). Untuk pengembangan penelitian
selanjutnya kinerja guru BK bisa diperluas dan dikembangkan ke ketiga
kompetensi yang lain atau kompetensi profesional pada sub-sub kompetensi
yang lain.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai