Anda di halaman 1dari 51

TUGAS OBSERVASI BIMBINGAN KEJURUAN

PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING

DI SMK N 1 YOGYAKARTA

Dibuat Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Dalam Menempuh Mata Kuliah Bimbingan Kejuruan

Dosen Pengampu: Drs. Kir Haryana, M.Pd.

Disusun Oleh:
Muhammad Dinata (15504241010)
Galih Iman Prakoso (15504241015)
Nurudin (15504241021)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2018
Buatlah suatu analisa PENYELENGGARAAN BIMBINGAN KEJURUAN

dari suatu sekolah (SMK) bidang apapun (bebas). Carilah data dan profil salah satu

SMK (negeri/swasta) tersebut, baik melalui kunjungan lapangan, internet atau cara

lainnya. Selanjutnya lakukan analisa yang berkaitan dengan SMK tersebut yang

meliputi kondisi:

1. Posisi BK dalam struktur organisasi sekolah

2. Tugas-tugas BK di sekolah tersebut

3. Mekanisme kerja BK di sekolah

4. Program dan kegiatan BK

5. Keberhasilan BK di sekolah (yang menonjol)

6. Kekurangan/hambatan pelaksanaan BK

7. Dan sebagainya
PENDAHULUAN

LANDASAN PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Bimbingan konseling sebagai bagian integral dari proses pendidikan memiliki

tanggung jawab yang cukup besar dalam pengembangan kualitas manusia

Indonesia yang telah diamanatkan dalam tujuan pendidikan nasional (UU

No 20 tahun 2003) yaitu : (1) beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha

Esa, (2) berakhlak mulia, (3) memiliki pengetahuan dan keterampilan, (4) memiliki

kesehatan jasmani dan rohani, (5) memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri,

serta (6) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan

tersebut mempunyai implikasi imperatif (yang mengharuskan) bagi semua tingkat

satuan pendidikan untuk senantiasa memantapkan proses pendidikannya secara

bermutu ke arah pencapaian tujuan pendidikan tersebut.

Bahwa pendidikan yang bermutu adalah suatu proses yang menghantarkan

peserta didik kearah pencapaian perkembangan diri yang optimal. Hal ini karena

peserta didik sedang berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk

mencapai kematangan tersebut, peserta didik memerlukan bimbingan karena

mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya.

Perkembangan peserta didik tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis

maupun sosial. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Apabila

perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar jangkauan kemampuan,

maka akan melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku peserta didik, seperti

terjadinya stagnasi (kemandegan) perkembangan, masalah-masalah pribadi atau


penyimpangan perilaku. Upaya menangkal dan mencegah perilakuperilaku yang

tidak diharapkan tersebut dapat ditempuh dengan cara mengembangkan potensi

peserta didik dan memfasilitasi mereka secara sistematik dan terprogram untuk

mencapai standar kompetensi kemandirian. Hal tersebut senada dengan tujuan

bimbingan dan konseling secara umum, yakni membantu peserta didik untuk

mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal.

Dasar pertimbangan atau pemikiran tentang penerapan program Bimbingan

dan Konseling di sekolah bukan semata – mata terletak pada ada tidaknya landasan

hukum ( perundang – undangan ), namun yang lebih penting adalah pada adanya

kesadaran atau komitmen untuk memfasilitasi peserta didik agar mampu

mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas – tugas perkembangannya (

menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral – intelektual ). Peserta

didik adalah seorang individu yang sedang berada adadalam proses berkembang

kearah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut,

peserta didik memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki

pemahaman atau wawasan tentang diridan lingkungannya, juga pengalaman dalam

menentukan arah kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa

proses perkembangan peserta didik tidak selalu berlangsung secara mulus, atau

steril dari masalah.

Dengan adanya program BK maka akan memudahkan dalam melaksanakan

dan mengevaluasi hasil kegiatan BK. Program BK penting untuk dibuat dan

dilaksanakan agar dalam pelaksanaanya sesuai dengan skala prioritas, yaitu dari

yang paling urgent untuk segera dilaksanakan sampai tingkat permasalahan yang
paling rendah. Tingkat permasalahan yang tinggi perlu dilaksanakan terlebih

dahulu karena bersifat responsif atau perlu penanganan segera misalnya dengan

konseling kelompok. Sedangkan tingkat permasalahan yang rendah itu misalnya

dengan mengguakan metode bimbingan klasikal, bimbingan kelompok, game,

sosiodarama maupaun psikodrama. Dengan adanya progaram BK maka

pelaksaannya akan teratur dan terstruktur dan memudahkan untuk mengevaluasi

hasil dari pelaksanaan progam tersebut.

PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING

DI SMK N 1 YOGYAKARTA

A. VISI DAN MISI SMK NEGERI 1 YOGYAKARTA

 VISI

“Menghasilkan tamatan yang mampu bersaing dalam era global,

bertaqwa dan berbudaya.”

 MISI

1. Melaksanakan manajemen sekolah yang mengacu pada ISO 9001

: 2000

2. Menerapkan dan mengembangkan kurikulum SMKN 1


Yogyakarta dengan mengacu pada profil sekolah berstandar
Internasional

3. Meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia yang


kompetitif
4. Menanamkan nilai-nilai budaya, iman dan taqwa dalam setiap

kegiatan sekolah

B. Tujuan BK

Membantu peserta didik/konseli agar dapat:

1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta

kehidupannya di masa yang akan datang.

2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya

secara optimal.

3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan

masyarakat serta lingkungan kerjanya.

4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi,

penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun

lingkungan.

C. Bidang Gerakan BK

1. Bimbingan dan Konseling Pribadi, membantu peserta didik mencapai

kematangan pribadi dan kemandirian dalam kehidupannya.

2. Bimbingan dan Konseling Sosial, membantu peserta didik mencapai

kematangan sosial/mental sehat sehingga dapat menyesuaikan diri

secara baik.
3. Bimbingan dan Konseling Belajar, membantu peserta didik mencapai

efektifitas dan efesiensi belajar sehingga mencapai hasil belajar yang

optimal.

4. Bimbingan dan Konseling Karir, membantu peserta didik dapat

memahami diri, merencanakan karir dan masa depan.

D. Fungsi Layanan BK

1. Pencegahan dalam arti bahwa mencegah jangan sampai peserta didik

memiliki masalah.

2. Perbaikan dalam arti memperbaiki kesalahan pikiran-perasaan-

perilaku.

3. Penyembuhan dalam arti menyembuhkan penyakit yang dapat sembuh

dengan informasi-informasi yang tepat.

4. Pemeliharaan dalam arti memelihara situasi dan kondisi peserta didik

agar tetap terjaga menjadi stabil.

5. Pengembangan dalam arti mengembangkan bakat dan minat sesuai

dengan bakat dan minat yang dimiliki peserta didik dan kesempatan

yang ada.

6. Pemahaman dalam arti membantu peserta didik untuk memahami diri

secara baik tentang kelebihan dan kelemahannya.

7. Penyesuaian dalam arti membantu peserta didik untuk penyesuaian

terhadap situasi baru dimana peserta didik berada.

8. Penyaluran dalam arti membantu peserta didik untuk menyalurkan

bakat, minat dan kegemaran sesuai dengan kesempatan yang ada.


9. Penempatan dalam arti membantu menempatkan peserta didik sesuai

dengan ketentuan yang diberlakukan.

10. Pengadaptasian dalam arti membantu pihak lain dalam upaya

memahami peserta didik untuk kepentingan layanan bagi peserta didik

yang bersangkutan

E. Personalia

Berikut ini adalah nama-nama guru pembimbing dan konseling di

SMK N 1 Yogyakarta beserta kelas yang diampu.

1) Retno Handayani Wening S.Pd, sebagai Koordinator BK (mengampu

Kelas XII AK 1, XII AK 2, XII AP 1, XII AP 2, XII PM 1).

2) Wuri Mahargianti, S.Pd (mengampu Kelas XI AK 1, XI AK 2, XI AP

1, XI AP 2, XI PM 1).

3) Fikri Arifin S.Pd (mengampu Kelas XAK 1, X AK 2, X AP 1, X AP

2, X PM 1).

4) Drs. Setijardjo (mengampu Kelas X PM 2, XI PM 2, XII PM 2).

F. Posisi BK dan Struktur Organisasi BK di Sekolah

Bimbingan dan konseling tidak akan dapat dilaksanakan tanpa

organisasi yang baik dan sempurna. Tanpa organisasi itu berarti tidak adanya

koordinasi dan perencanaan, sasaran yang cukup jelas, control dan

kepemimpinan yang berwibawa, tegas dan bijaksana. Dengan arti lain suatu

organisasi yang baik ditandai oleh adanya dasar dan tujuan organisasi,

personalia dan perencanaan yang matang.


Posisi bimbingan dan konseling di SMK N 1 Yogyakarta berada di

bawah langsung kepala sekolah melalui koordinator bimbingan dan

konseling. Struktur organisasi pelayanan bimbingan dan konseling pada

setiap satuan pendidikan tidak mesti sama. Masing-masing disesuaikan

dengan kondisi satuan pendidikan yang bersangkutan. Berikut adalah struktur

organisasi sekolah di SMK N 1 Yogyakarta.

Gambar. Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling Di Sekolah

Pola organisasi BK di Sekolah:

1. Unsur KanDepdiknas, adalah personil yang bertugas melakukan

pengawasan dan pembinaan terhadap penyelenggaraan pelayanan

bimbingan dan konseling di sekolah, Dalam hal ini adalah Pengawas


sebagaimana dimaksudkan dalam petunjuk pelaksanaan Bimbingan dan

Konseling di sekolah.

2. Kepala Sekolah ( bersama Wakil Kepala Sekolah) adalah penanggung

jawab pendidikan pada satuan pendidikan ( SLTP, SMA, SMK) secara

keseluruhan, termasuk penanggung jawab dalam membuat kebijakan

pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.

3. Koordinator Bimbingan dan Konseling ( bersama guru pembimbing/

konselor sekolah ) adalah pelaksana utama pelayanan bimbingan dan

konseling.

4. Guru (Mata Pelajaran atau Praktik), adalah pelaksana pengajaran dan

praktik/latihan.

5. Wali kelas, adalah guru yang ditugasi secara khusus untuk mengurusi

pembinaan dan administrasi (seperti nilai rapor, kenaikan kelas,

kehadiran peserta didik) satu kelas tertentu.

6. Peserta didik, adalah peserta didik yang menerima pelayanan

pengajaran, praktik/latihan, dan bimbingan di SLTP, SMA, dan SMK.

7. Tata Usaha, adalah pembantu Kepala Sekolah dalam penyelenggaraan

administrasi dan ketatausahaan.

8. Komite Sekolah, adalah organisasi yang terdiri dari unsur sekolah,

orang tua dan tokoh masyarakat, yang berperan membantu

penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan.


Hubungan antara Unsur Kandepdiknas dengan Kepala Sekolah dan

Koordinator BK adalah hubungan administratif. Hubungan antara

Koordinator BK dengan Guru dan Wali kelas adalah hubungan kerjasama

sekaligus koordinatif bila ditinjau dari garis administrasi Kepala Sekolah ke

bawah. Sedangkan hubungan Koordinator BK (dan Guru

pembimbing/Konselor Sekolah), Guru Mata Pelajaran, Wali Kelas dengan

peserta didik adalah hubungan layanan.

G. Tugas-Tugas BK Di Sekolah

Adapun tugas-tugas yang dilakukan guru bimbingan dan konseling di

SMK N 1 Yogyakarta adalah sebagai berikut:

1. Menyusun program umum BK

2. Menyusun need assesment

3. Memberikan need assesment kepada peserta didik

4. Menganalisis need assesment

5. Menyusun program layanan BK sesuai dengan hasil need assessment

(Program tahunan, Rencana operasi dan program semester)

6. Melaksanakan layanan BK sesuai program yang sudah disusun

7. Menyusun instrumen penilaian layanan BK

8. Melaksanakan penilaian terhadap layanan BK


yang sudah

dilaksanakan

9. Melaksanakan analisis terhadap layanan BK yang sudah dilaksanakan


10. Melaksanakan tindak lanjut terhadap hasil analisis layanan BK yang

sudah dilaksanakan

11. Melakukan entry data peserta didik

12. Melakukan pemetaan keadaan ekonomi orang tua peserta didik

13. Berkoordinasi dengan WKS 2 Kepeserta didikaan dan Kepala Sekolah

serta guru mapel dan wali kelas terkait dengan permasalahan peserta

didik

14. Dalam pelaksanaan layanan BK berdasar pada 4 komponen program

BK (Layanan dasar, Layanan responsif, layanan perencanaan individual

dan dukungan sistem)

15. Dalam pelaksanaan layanan BK menggunakan layanan langsung dan

tidak langsung (media : leaflet, kotak layanan BK, papan layanan BK

dll).

16. Menyusun laporan semester dan tahunan kegiatan layanan BK.

H. Mekanisme Kerja BK di SMK N 1 Yogyakarta

Adapaun mekanisme kerja dari bimbingan dan konseling di sekolah ini

saat melakukan penanganan masalah peserta didik digambarkan dalam

diagram kerja seperti berikut ini:


Gambar. Diagram Mekanis Kerja BK

Keterangan:

1. Guru Mapel/Kelas

a. Mengidentifikasi peserta didik yang memiliki permasalahan di

kelasnya (wali kelas)

b. Melakukan layanan BK tingkat pertama peserta didik asuhnya

(wali kelas)

c. Berkoordinasi dengan guru mapel dan guru BK atau koordinator

BK terkait dengan penanganan permasalahan peserta didik (wali

kelas).

d. Melakukan indentifikasi peserta didik yang mengalami kesulitan

atau nilai kurang (guru mapel).

e. Melakukan layanan perbaikan dan pengayaan terhadap peserta

didik yang memiliki nilai yang kurang (guru mapel)

f. Berkoordinasi dengan wali kelas dan guru BK (guru mapel)


2. Guru BK

a. Menyusun need assement

b. Melaksanakan analisis hasil need assesment

c. Menyusun program BK sesuai dengan hasil need assesment

d. Melaksanakan layanan BK sesuai program yang telah disusun

e. Berkoordinasi dengan koordinator BK, wali kelas dan guru mapel

terkait dengan permasalahan peserta didik

f. Menyusun insturmen penilaian layanan BK

g. Melaksanakan penilaian layanan BK

h. Melakukan analisis hasil penilaian

i. Melakukan tindak lanjut sesuai dengan hasil analisis

j. Menyusun laporan pelaksanaan BK

k. Melakukan referral

3. Koordinator BK

a. Sebagai manajer dalam semua kegiatan layanan BK di sekolah

b. Berkoordinasi dengan guru BK, WKS 2, wali kelas dan guru BK

c. Melakukan penanganan peserta didik tingkat lanjutan

d. Melakukan referal

e. Berkoordinasi dengan Kepala Sekolah


terkait dengan

permasalahan peserta didik

f. Bertanggung jawab terhadap Kepala Sekolah


4. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kepeserta didikan

a. Bersama-sama dengan koordinator BK dalam penanganan

permasalahan peserta didik di sekolah

5. Kepala Sekolah

a. Pengambil kebijakan terakhir terkait dengan permasalahan

peserta didik

I. Program dan Kegiatan BK

Program dan kegiatan pelayanan BK di SMK N 1 Yogyakarta ada 4

komponen sebagai berikut:

1. Pelayanan Dasar

a. Pengertian

Yaitu proses pemberian bantuan kepada seluruh peserta

didik/konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur

secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis

dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai

tahap dan tugas-tugas perkembangan (yang dituangkan dalam

SKKPD) yang diperlukan dalam pengembngan kemampuan

memilih dan mengambil keputusan dalam menjalani hidupnya.


b. Strategi Pelayanan Dasar

1) Bimbingan Kelas

Dalam program ini konselor dituntut untuk tatap muka (face

to face) terhadap peserta didik di kelas atau konselor memiliki

jam masuk mengajar untuk memberikan layanan bimbingan.

Serta program ini sudah terjadwal sehingga konselor dapat

memebrikan pelayanan bimbingn kepada pesrta didik. Kegiatan

tersebut dapat berupa diskusi kelas atau curah pendapat.

2) Pelayanan Orientasi

Yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami

lingkungan bau, terutama lingkungan sekolah/madrasah dan

obyek-obyek yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta

mempermudah dan meperlancar peran peserta didk di

lingkungan yang baru.

3) Pelayanan Informasi

Yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan

memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan,

dan pendidikan lanjutan.

4) Bimbingan Kelompok

Yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam

pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan


belajar, kariri/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta

melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.

5) Aplikasi Instrumen

Yaitu kegiatan mengumpulkan data tentang diri peserta

didik dan lingkungannya, melalui aplikasi berbagai instrument,

baik tes maupun non-tes.

2. Pelayanan Responsif

a. Pengertian

Yaitu pemberian bantuan kepada peserta didik/konseli yang

menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan

pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat

menimbulakan gangguan dalam proses pencapaian

perkembangan.

b. Strategi pelayanan Responsif

1) Konseling Individual dan Kelompok

2) Referral/ mengalih tangankan pada ahli yang lain yang

lebih berwenang.

3) Kolaborasi dengan guru mata pelajaran/ wali kelas 4)

Kolaborasi dengan orang tua.


5) Kolaborasi dengan piak yang terkait di luar sekolah

6) Konsultasi

7) Bimbingan Teman Sebaya/ Peer Counseling

8) Konferensi Kasus/ Case Conferense

9) Home Visit

3. Perencanaan Individual

a. Pengertian

Yaitu bantuan kpada konseli agar mampu merumuskan dan

melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa

depn yang berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan

kekurangan dirinya.

b. Strategi Pelayanan

Konselor menganalisis kekuatan dan kelemahan pada diri

konseli berdasrkan data yang diperoleh yang meliputi pencapaian

tugas-tugas perkembangan atau aspekaspek pribadi, social,

belajar, dan karier. Dan pelayanan perencanaan individual dapat

dilakukan melalui pelayanan penempatan (penjurusan dan

penyaluran) untuk membentuk peserta didik menempati posisi

yang sesuai dengan bakat dan minatnya.


4. Dukungan Sistem

a. Pengertian:

Yaitu merupakan komponen pelayanan dan kegiatan

manajemen, tata kerj, infra struktur (Teknologi Informasi dan

Komunikasi), dan pengembangan kemampuan professional guru

BK secara berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan

bantuan kepada konseli.

b. Strategi Dukungan Sistem

1) Pengembangan jejaring

2) Kegiatan manajemen

3) Riset dan pengembangan

J. Keberhasilan BK di Sekolah

Berikut ini disampaikan beberapa keberhasilan yang dicapai dalam

pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di SMK N 1 Yogyakarta,

yaitu:

a. Tingkat ketuntasan permasalahan peserta didik meningkat menjadi

90%.

b. Tertatanya administrasi BK di sekolah dengan baik.

c. Meningkatkanya kepercayaan pihak sekolah terhadap kinerja guru BK

di sekolah.

d. Meningkatnya kesadaran peserta didik akan pentingnya layanan BK di

sekolah.
e. Meningkatnya minat peserta didik kelas XII untuk melanjutkan studi

lanjut.

f. Tidak ditemukannya peserta didik putri yang hamil di luar nikah dalam

kurun waktu 2 tahun terakhir.

K. Kekurangan/Hambatan Pelaksanaan BK

Permasalahan yang dimaksud dalam kajian ini adalah berupa masalah

yang dialami guru pembimbing dalam hal layanan informasi kepada peserta

didik. Permasalahan tersebut antara lain:

a. Tidak adanya jam masuk kelas untuk memberikan layanan secara

klasikal.

b. Keterbatasan ruangan dalam memberikan layanan bimbingan dan

konseling, dimana tidak ada ruang privasi buat peserta didik untuk dapat

berkonsultasi dengan guru BK terkait masalah pribadinya, sehingga

terkadang guru BK harus mengalah memberikan layanan di luar jam

sekolah saat sekolah sudah tidak terlalu banyak orang.


PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING

YANG SESUAI PANDUAN OPERASIONAL BK DI SMK

(KONDISI IDEAL/STANDAR)

A. Posisi BK dalam struktur organisasi sekolah Kondisi

Ideal/Standar (sesuai Panduan BK SMK)

Struktur organisasi pelaksana program bimbingan dan konseling di

sekolah harus menjadi wadah yang dinamis untuk mengelola perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi, dan akuntabilitas program bimbingan dan

konseling secara efektif dan efisien. Selain itu struktur organisasi juga harus

menjadi jalur untuk mewujudkan bimbingan dan konseling sebagai bagian

integral dari keseluruhan manajemen pendidikan pada satuan pendidikan

yang dimaksud. Model struktur organisasi pelayaan bimbingan dan konseling

di SMK sekurang-kurangnya seperti digambarkan seperti di bawah ini.

Memperhatikan unsur-unsur dan kewenangan sebagaimana


tertampilkan pada gambar di atas, kinerja manajemen pelayanan bimbingan

dan konseling yang diselenggarakan oleh pemangku pelayanan bimbingan

dan konseling terkait dengan hal-hal pokok berikut.

Wilayah Kerja dan Tugas Pokok:

1. Spektrum kinerja guru bimbingan dan konseling atau konselor Pada

kelembagaan layanan bimbingan dan konseling bertugas sejumlah guru

bimbingan dan konseling atau konselor yang semuanya bertanggung

jawab kepada kepala sekolah dan dikoordinasikan oleh seorang

koordinator bimbingan dan konseling. wilayah kerja penyelenggaraan

pelayanan bimbingan dan konseling untuk semua peserta didik pada

satuan pendidikan, yang secara keseluruhan diselenggarakan oleh guru

bimbingan dan konseling atau konselor sebagai pelaksana utama.

2. Spektrum pelayanan bimbingan dan konseling yang menjadi ruang

lingkup kinerja seluruh guru bimbingan dan konseling atau konselor

meliputi adalah program bimbingan dan konseling yang meliputi

komponen pelayanan, bidang pelayanan, jenis layanan dan kegiatan

pendukung, serta aspek-aspek terkait lainnya sebagaimana diuraikan

pada bab-bab terdahulu pada buku panduan ini.

3. Masing-masing guru bimbingan dan konseling atau konselor wajib

bekerja dalam keseluruhan program bimbingan dan konseling untuk

semua peserta didik yang menjadi tugas ampuannya.


4. Kegiatan guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam spektrum

program pelayanan bimbingan dan konseling tersebut dilaksanakan

dengan mengikuti tahap-tahap kegiatan: analisis kebutuhan,

perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut.

Tugas dan Tanggungjawab Pihak Terkait

1. Kepala sekolah diharapkan dapat:

a. Memfasilitasi penyelenggaraan pembelajaran berbasis

peminatan.

1) Membentuk kepanitiaan penerimaan peserta didik baru dan

layanan peminatan peserta didik

2) Menganalisis peta keahlian guru yang dimiliki dan sarana

dan prasarana yang dapat dipergunakan untuk

pembelajaran.

3) Menetapkan kuota peserta didik dan bidang peminatan yang

akan diselenggarakan.

4) Menyusun rancangan pembagian tugas pembelajaran yang

mendidik dan layanan bimbingan dan konseling yang

memandirikan.

5) Menetapkan syarat pendaftaran sebagai calon peserta didik

baru.

6) Menetapkan kriteria calon peserta didik yang dapat

diterima sebagai peserta didik baru.


7) Menetapkan komponen dan kriteria peminatan belajar bagi

peserta.

8) Mengumumkan kuota, bidang peminatan belajar, syarat

pendaftaran calon peserta didik baru, syarat pendaftaran

ulang peserta didik baru, tata tertib sekolah dan waktu

mulainya pembelajaran tahun pelajaran baru kepada calon

peserta didik baru atau masyarakat luas melalui papan

pengumuman di sekolah, media cetak setempat, dan

website sekolah.

b. Memfasilitasi pemilihan dan penetapan peminatan peserta didik;

melalui kegiatan-kegiatan :

1) Menetapkan alur/mekanisme proses pendafataran dan

seleksi calon peserta didik baru.

2) Menetapkan kriteria bagi calon peserta didik yang dapat

diterima sebagai peserta didik baru.

3) Menetapkan syarat dan waktu lapor diri bagi peserta didik

baru yang dinyatakan diterima.

c. Memfasilitasi dan menugaskan guru bimbingan dan konseling

atau konselor untuk melaksanakan tugas program peminatan

peserta didik yang meliputi pemilihan dan penetapan,

pendampingan, pengembangan, penyaluran, evaluasi dan tindak

lanjut.
d. Bersama-sama guru bimbingan dan konseling atau konselor

menetapkan peminatan peserta didik, melalui kegiatan:

1) Memfasilitasi layanan konsultasi bagi orang tua dan atau

peserta didik tentang proses pemilihan dan penetapan

peminatan melalui guru bimbingan dan

konseling/konselor.

2) Menerbitkan Surat Keputusan tentang hasil seleksi

Peminatan peserta didik.

2. Guru bimbingan dan konseling/konselor

Guru bimbingan dan konseling atau konselor melaksanakan tugas

profesi bimbingan dan konseling secara utuh sesuai dengan konsep

bimbingan dan konseling. Dalam kaitannya dengan program peminatan

peserta didik, guru bimbingan dan konseling atau konselor mempunyai

tugas:

a. Menyelenggarakan layanan pemilihan dan penetapan peminatan

yang sesuai dengan potensi peserta didik dan kesempatan yang

ada pada satuan pendidikan, dengan uraian tugas sebagai

berikut:

1) Menetapkan aspek-aspek peminata eserta didik.

2) Menyiapkan kriteria peminatan peserta didik.

3) Menetapkan cara dalam menetapkan peminatan peserta

didik.
4) Menyiapkan instrumen (non test) untuk mengungkap

peminatan peserta didik dan dukungan orang tua.

5) Menyiapkan dan menyampaikan informasi peminatan

peserta didik meliputi kuota, macam peminatan, cara,

aspek-asepk dan kriteria dalam penetapan pilihan

peminatan kepada calon peserta didik baru atau

masyarakat luas.

6) Mengumpulkan data peminatan peserta didik.

7) Menganalisis data peminatan peserta didik.

8) Menetapkan peminatan dan pengelompokan belajar

peserta didik.

9) Memberikan layanan konsultasi kepada orang tua atau

peserta didik yang memerlukan atau tidak sesuai dengan

antara penetapan dari sekolah/madrasah dengan

peminatan pilihan diri peserta didik dan/atau orang tua.

b. Menyelenggarakan pendampingan dalam pembelajaran sesuai

dengan peminatan peserta didik dengan cara memberikan layanan

konseling individual, konseling kelompok, bimbingan kelompok,

dan bimbingan klasikal.

c. Menyelenggarakan pengembangan dan penyaluran potensi

peserta didik dengan cara melakukan kegiatan praktik dan atau

magang bekerjasama dengan dunia usaha dan dunia usaha

serta lembaga terkait.


d. Menyelenggarakan evaluasi penyelenggaraan program

peminatan dan tindak lanjut yang perlu dilakukan untuk

pengembangan potensi peserta didik dengan memperhatikan

kesempatan yang ada.

e. Bekerjasama dengan guru mata pelajaran dan pendidik lainnya,

melakukan pembinaan dan pengembangan serta penyaluran

potensi peserta didik secara optimal.

3. Guru Mata Pelajaran:

a. Melaksanakan proses pembelajaran berbasis peminatan peserta

didik yang bisa menumbuhkembangkan potensi peserta didik

secara optimal.

b. Memberikan dukungan hasil pilihan dan penetapan peminatan

peserta didik dengan cara menyelenggarakan pembelajaran yang

mendidik.

c. Bekerjasama dengan guru bimbingan dan konseling atau konselor

dalam pembinaan dan pendampingan terhadap

peminatan peserta didik.

4. Wali Kelas

Wali kelas bekerjasama dengan guru bimbingan dan konseling

atau konselor dan Guru Mata Pelajaran untuk melaksanakan

pendampingan seperti memberikan pelayanan kepada peserta didik

berkenaan dengan informasi sekolah/madrasah yang sedang dijalani,


informasi peminatan akademik/vokasi dan sistem sks, peran dan

tanggungjawab peserta didik dalam pembelajaran dan pendalaman

materi sesuai peminatannya. peserta didik untuk mencapai

optimalisasi hasil belajar sesuai pilihan peminatannya.

5. Orang Tua Peserta Didik Baru:

a. Mencermati informasi yang disampaikan oleh sekolah.

b. Mendampingi putra-putrinya saat proses pendaftaran, pengisian

format peminatan peserta didik.

c. Memberikan motivasi belajar yang kuat atas dasar pilihan

peminatan putraputrinya.

d. Proaktif melakukan konsultasi kepada guru bimbingan dan

konseling atau konselor dalam rangka pendampingan

putra-putrinya untuk keberhasilan belajarnya.

e. Mendampingi aktivitas belajar putra-putrinya selama di luar

sekolah.

6. Calon Peserta Didik:

a. Mencermati informasi tentang pendaftaran peserta didik baru dan

peminatan belajar serta membicarakan dengan orang tua, tentang

isian formulir pendaftaran dan pilihan peminatannya.

b. Menentukan pilihan peminatan sesuai dengan pemahaman


terhadap potensi diri, minat, dan pertimbangan orang tua serta

prospek masa depan.

c. Menerima keputusan penetapan peminatan yang ditetapkan oleh

sekolah, namun bila tidak sesuai segera konsultasi kepada guru

bimbingan dan konseling/konselor.

d. Menyesuaikan diri secara baik di sekolah dan belajar secara

bersungguh-sungguh sesuai peminatannya.

e. Memahami, mentaati dan melaksanakan tata tertib sekolah yang

diberlakukan.

B. Mekanisme Kerja BK di Sekolah Kondisi

Standar (sesuai Panduan BK SMK)

Tata laksana bimbingan dan konseling mencakup penyimpanan,

pemberkasan, pengklasifikasian, serta prosedur akses, penemuan kembali,

pembaharuan, dan pemanfaatan data hasil asesmen kebutuhan, program

semesteran dan tahunan, pola organisasi dan peran anggota organisasi, sistem

sosialisasi program, penyiapan sarana dan prasarana, serta penyediaan

anggaran. Atas dasar uraian tersebut, maka disusunlah tata laksana bimbingan

dan konseling. Tabel di bawah ini menunjukkan hal-hal yang harus diurusi

dalam administrasi bimbingan dan konseling. Salah satu indikator

akuntabilitas layanan bimbingan dan konseling adalah terdukungnya layanan

dengan data yang dicatat dan dilaporkan (termasuk disajikan). Data diperoleh
dari pelaksanaan administrasi bimbingan dan konseling. Administrasi

meliputi semua komponen, bidang maupun jenis layanan.

Proses manajemen bimbingan dan konseling mencakup perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian layanan bimbingan dan

konseling. Secara berturut-turut diuraikan sebagai berikut.

1. Manajemen perencanaan adalah pengelolaan kegiatan penyiapan

(preparing) dan perancangan (designing) program layanan bimbingan

dan konseling dalam setiap komponen yakni layanan dasar, layanan

peminatan dan perencanaan individual, layanan responsif, dan

dukungan sistem.

2. Manajemen pengorganisasian adalah pengaturan pemangku layanan

dan perincian tugas-tugas setiap guru bimbingan dan konseling atau

konselor sebagai pemangku layanan bimbingan dan konseling.

3. Manajemen pelaksanaan

4. Manajemen pengendalian adalah mekanisme monitoring dan evaluasi

proses dan hasil layanan bimbingan dan konseling, pelaporan hasil

monitoring dan evaluasi, serta perencanaan program tindaklanjut

layanan bimbingan dan konseling berdasar hasil evaluasi.

C. Program dan Kegiatan BK

Kondisi Standar (sesuai Panduan BK SMK)

Sesuai dengan Permendikbud No. 11 Tahun 2014 Tentang


Bimbingan dan Konseling

Layanan bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan secara

keseluruhan dikemas dalam empat komponen layanan, yaitu komponen: (a)

layanan dasar, (b) layanan peminatan dan perencanaan individual, (c) layanan

responsif, dan (d) dukungan sistem.

1. Layanan Dasar

a. Pengertian

Layanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan

kepada seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman

terstruktur secara klasikal atau kelompok yang dirancang dan

dilaksanakan secara sistematis dalam rangka mengembangkan

kemampuan penyesuaian diri yang efektif sesuai dengan tahap

dan tugas-tugas perkembangan (yang dituangkan sebagai standar

kompetensi kemandirian).

b. Tujuan

Layanan dasar bertujuan membantu semua konseli agar

memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang

sehat, dan memperoleh keterampilan hidup, atau dengan kata lain

membantu konseli agar mereka dapat

mencapai tugas-tugas perkembangannya secara optimal. Secara

rinci tujuan pelayanan ini dapat dirumuskan sebagai upaya untuk

membantu konseli agar (1) memiliki kesadaran (pemahaman) tentang


diri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, sosial budaya dan

agama), (2) mampu mengembangkan keterampilan untuk

mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang

layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya, (3) mampu

memenuhi kebutuhan dirinya dan mampu mengatasi masalahnya

sendiri, dan (4) mampu mengembangkan dirinya dalam rangka

mencapai tujuan hidupnya. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan

oleh Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling dalam komponen

layanan dasar antara lain; asesmen kebutuhan, bimbingan klasikal,

bimbingan kelompok, pengelolaan media informasi, dan layanan

bimbingan dan konseling lainnya.

c. Fokus Pengembangan

Untuk mencapai tujuan tersebut, fokus pengembangan

kegiatan yang dilakukan diarahkan pada perkembangan aspek-

aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. Semua ini berkaitan erat

dengan upaya membantu peserta didik/konseli dalam upaya

mencapai tugas-tugas perkembangan dan tercapainya

kemandirian dalam kehidupannya.

2. Layanan Peminatan dan Perencanaan Individual

a. Pengertian

Peminatan adalah program kurikuler yang disediakan untuk

mengakomodasi pilihan minat, bakat dan/atau kemampuan


peserta didik/konseli dengan orientasi pemusatan, perluasan,

dan/atau pendalaman mata pelajaran dan/atau muatan kejuruan.

Peminatan peserta didik dalam Kurikulum 2013 mengandung

makna: (1) suatu pembelajaran berbasis minat peserta didik sesuai

kesempatan belajar yang ada dalam satuan pendidikan; (2) suatu

proses pemilihan dan penetapan peminatan belajar yang

ditawarkan oleh satuan pendidikan; (3) merupakan suatu proses

pengambilan pilihan dan keputusan oleh peserta didik tentang

peminatan belajar yang didasarkan atas pemahaman potensi diri

dan pilihan yang tersedia pada satuan pendidikan serta prospek

peminatannya; (4)merupakan proses yang berkesinambungan

untuk memfasilitasi peserta didik mencapai keberhasilan proses

dan hasil belajar serta perkembangan optimal dalam rangka

mencapai tujuan

pendidikan nasional; dan (5) layanan peminatan peserta didik

merupakan wilayah garapan profesi bimbingan dan konseling,

yang tercakup pada layanan perencanaan individual. Layanan

Perencanaan individual adalah bantuan kepada peserta

didik/konseli agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas-

aktivitas sistematik yang berkaitan dengan perencanaan masa

depan berdasarkan pemahaman tentang kelebihan dan

kekurangan dirinya, serta pemahaman terhadap peluang dan

kesempatan yang tersedia di lingkungannya. Pemahaman konseli


secara mendalam, penafsiran hasil asesmen, dan penyediaan

informasi yang akurat sesuai dengan peluang dan potensi yang

dimiliki konseli amat diperlukan sehingga peserta didik/konseli

mampu memilih dan mengambil keputusan yang tepat di dalam

mengembangkan potensinya secara optimal, termasuk

keberbakatan dan kebutuhan khusus peserta

didik/konseli.

b. Tujuan

Peminatan dan perencanaan individual secara umum

bertujuan untuk membantu konseli agar (1) memiliki pemahaman

tentang diri dan lingkungannya, (2) mampu merumuskan tujuan,

perencanaan, atau pengelolaan terhadap perkembangan dirinya,

baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir, dan

(3) dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan,

dan rencana yang telah dirumuskannya. Tujuan peminatan dan

perencanaan individual ini dapat juga dirumuskan sebagai upaya

memfasilitasi peserta didik/konseli untuk merencanakan,

memonitor, dan mengelola rencana pendidikan, karir, dan

pengembangan pribadi- sosial oleh dirinya sendiri. Isi layanan

perencanaan individual meliputi

memahami secara khusus tentang potensi dan keunikan

perkembangan dirinya sendiri. Dengan demikian meskipun


peminatan dan perencanaan individual ditujukan untuk seluruh

peserta didik/konseli, layanan yang diberikan lebih bersifat

individual karena didasarkan atas perencanaan, tujuan dan

keputusan yang ditentukan oleh masing-masing peserta

didik/konseli. Layanan peminatan peserta didik secara khusus

ditujukan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik

mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan,

dan kompetensi keterampilan peserta didik sesuai dengan minat,

bakat dan/atau kemampuan akademik dalam sekelompok mata

pelajaran keilmuan, maupun kemampuan dalam bidang

keahlian, program keahlian, dan paket keahlian.

c. Fokus Pengembangan

Fokus pengembangan layanan peminatan peserta didik

diarahkan pada kegiatan meliputi; (1) pemberian informasi

program peminatan; (2)melakukan pemetaan dan penetapan

peminatan peserta didik (pengumpulan data, analisis data,

interpretasi hasil analisis data dan penetapan peminatan peserta

didik); (3) layanan lintas minat; (4) layanan pendalaman minat;

(5) layanan pindah minat; (6) pendampingan dilakukan melalui

bimbingan klasikal, bimbingan kelompok, konseling individual,

konseling kelompok, dan konsultasi, (7) pengembangan dan

penyaluran; (8) evaluasi dan tindak lanjut. Konselor atau guru


bimbingan dan konseling berperan penting dalam layanan

peminatan peserta didik dalam implementasi kurikulum 2013

dengan cara merealisasikan 8 (delapan) kegiatan tersebut. Dalam

penetapan peminatan peserta didik/konseli SMTA

memperhatikan data tentangnilai rapor SMP/MTs atau yang

sederajat, nilai Ujian Nasional SMP/MTs atau yang sederajat,

minat peserta didik dengan persetujuan orang tua/wali, dan

rekomendasi guru Bimbingan dan Konseling/Konselor

SMP/MTs atau yang sederajat. Untuk menuju peminatan peserta

didik/konseli yang tepat memerlukan arahan semenjak usia dini,

dan secara sistematis dapat dimulai semenjak menempuh

pendidikan formal. Fokus perencanaan individual berkaitan erat

dengan pengembangan aspek pribadi, sosial, belajar dan karir.

Secara rinci cakupan fokus tersebut antara lain mencakup

pengembangan aspek:(1) pribadi yaitu tercapainya pemahaman

diri dan pengembangan konsep diri yang positif, (2) sosial yaitu

tercapainya pemahaman lingkungan dan pengembangan

keterampilan sosial yang efektif, (3) belajar yaitu tercapainya

efisiensi dan efektivitas belajar, keterampilan belajar, dan

peminatan peserta didik/konseli secara tepat, dan (4) karir yaitu

tercapainya kemampuan mengeksplorasi peluangpeluang karir,

mengeksplorasi latihan pekerjaan, memahami kebutuhan untuk

kebiasaan bekerja yang positif.


3. Layanan Responsif

a. Pengertian

Layanan responsif adalah pemberian bantuan kepada

peserta didik/konseli yang menghadapi masalah dan memerlukan

pertolongan dengan segera, agar peserta didik/konseli tidak

mengalami hambatan dalam proses pencapaian tugas-tugas

perkembangannya. Strategi layanan responsif diantaranya

konseling individual, konseling kelompok, konsultasi, kolaborasi,

kunjungan rumah, dan alih tangan kasus

(referral).

b. Tujuan

Layanan responsif bertujuan untuk membantu peserta

didik/konseli yang sedang mengalami masalah tertentu

menyangkut perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir.

Bantuan yang diberikan bersifat segera, karena dikhawatirkan

dapat menghambat perkembangan dirinya dan berlanjut ke

tingkat yang lebih serius. Konselor atau Guru Bimbingan dan

Konseling hendaknya membantu peserta didik/konseli untuk

memahami hakikat dan ruang lingkup masalah, mengeksplorasi

dan menentukan alternatif pemecahan masalah yang terbaik

melalui proses interaksi yang unik. Hasil dari layanan ini, peserta
didik/konseli diharapkan dapat mengalami perubahan pikiran,

perasaa, kehendak, atau perilaku yang terkait dengan

perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir.

c. Fokus Pengembangan

Fokus layanan responsif adalah pemberian bantuan kepada

peserta didik/konseli yang secara nyata mengalami masalah yang

mengganggu perkembangan diri dan secara potensial menghadapi

masalah tertentu namun dia tidak menyadari bahwa dirinya

memiliki masalah. Masalah yang dihadapi dapat menyangkut

ranah pribadi, sosial, belajar, atau karir. Jika tidak

mendapatkan layanan segera dari Konselor atau Guru Bimbingan

dan Konseling maka dapat menyebabkan peserta didik/konseli

mengalami penderitaan, kegagalan, bahkan mengalami gangguan

yang lebih serius atau lebih kompleks. Masalah peserta

didik/konseli dapat berkaitan dengan berbagai hal yang dirasakan

mengganggu kenyamanan hidup atau menghambat

perkembangan diri konseli, karena tidak terpenuhi kebutuhannya,

atau gagal dalam mencapai tugas-tugas perkembangan. Untuk

memahami kebutuhan dan masalah peserta didik/konseli dapat

diperoleh melalui asesmen kebutuhan dan analisis perkembangan

peserta didik/konseli, dengan menggunakan berbagai instrumen,

misalnya angket konseli, pedoman wawancara, pedoman


observasi, angket sosiometri, daftar hadir peserta didik/konseli,

leger, inventori tugas-tugas perkembangan (ITP), psikotes dan

alat ungkap masalah (AUM).

4. Dukungan Sistem

a. Pengertian

Ketiga komponen program (layanan dasar, layanan

peminatan dan perencanan individual, dan responsif)

sebagaimana telah disebutkan sebelumnya merupakan pemberian

layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik/konseli

secara langsung. Sedangkan dukungan sistem merupakan

komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja,

infrastruktur (misalnya Teknologi Informasi dan Komunikasi),

dan pengembangan kemampuan profesional konselor atau guru

bimbingan dan konseling secara

berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan bantuan

kepada peserta didik/konseli atau memfasilitasi kelancaran

perkembangan peserta didik/konseli dan mendukung efektivitas

dan efisiensi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.

b. Tujuan

Komponen program dukungan sistem bertujuan

memberikan dukungan kepada konselor atau guru bimbingan dan


konseling dalam memperlancar penyelenggaraan

komponenkomponen layanan sebelumnya dan mendukung

efektivitas dan efisiensi pelaksanaan layanan bimbingan dan

konseling. Sedangkan bagi personel pendidik lainnya adalah

untuk memperlancar penyelenggaraan program pendidikan pada

satuan pendidikan. Dukungan sistem meliputi kegiatan

pengembangan jejaring, kegiatan manajemen, pengembangan

keprofesian secara berkelanjutan.

c. Fokus Pengembangan

Pengembangan jejaring menyangkut kegiatan konselor atau

guru bimbingan dan konseling yang meliputi (1) konsultasi, (2)

menyelenggarakan program kerjasama, (3) berpartisipasi dalam

merencanakan dan melaksanakan kegiatan satuan pendidikan, (4)

melakukan penelitian dan pengembangan. Suatu program layanan

bimbingan dan konseling tidak mungkin akan terselenggara dan

tujuannya tercapai bila tidak memiliki suatu sistem pengelolaan

yang bermutu, dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan

terarah. Pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai bagian

integral dari sistem pendidikan secara utuh diarahkan untuk

memberikan kesempatan kepada Konselor atau Guru Bimbingan

dan Konseling untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi


melalui serangkaian pendidikan dan pelatihan dalam jabatan

maupun

kegiatan-kegiatan pengembangan dalam organisasi profesi

Bimbingan dan Konseling, baik di tingkat pusat, daerah, dan

kelompok musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling. Melalui

kegiatan tersebut, peningkatan kapasitas dan kompetensi

Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling dapat mendorong

meningkatnya kualitas layanan bimbingan dan konseling.

Bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan mencakup empat

bidang layanan, yaitu bidang layanan yang memfasilitasi perkembangan

pribadi, sosial, belajar, dan karir. Pada hakikatnya perkembangan tersebut

merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan dalam setiap diri

individu peserta didik/konseli.

1. Bimbingan dan konseling pribadi

a. Pengertian

Suatu proses pemberian bantuan dari konselor atau guru

bimbingan dan konseling kepada peserta didik/konseli untuk

memahami, menerima, mengarahkan, mengambil keputusan, dan

merealisasikan keputusannya secara bertanggung jawab tentang

perkembangan aspek pribadinya, sehingga dapat mencapai

perkembangan pribadinya secara optimal dan mencapai


kebahagiaan, kesejahteraan dan keselamatan dalam

kehidupannya.

b. Tujuan

Bimbingan dan konseling pribadi dimaksudkan untuk

membantu peserta didik/konseli agar mampu (1) memahami

potensi diri dan memahami kelebihan dan kelemahannya, baik

kondisi fisik maupun psikis, (2) mengembangkan potensi untuk

mencapai kesuksesan dalam kehidupannya, (3) menerima

kelemahan kondisi diri dan mengatasinya secara baik, (4)

mencapai keselarasan perkembangan antara ciptarasa-karsa, (5)

mencapai kematangan/kedewasaan ciptarasa-karsa secara tepat

dalam kehidupanya sesuai nilai-nilai luhur, dan (6)

mengakualisasikan dirinya sesuai dengan potensi diri secara

optimal berdasarkan nilai-nilai luhur budaya dan agama.

c. Ruang Lingkup

Secara garis besar, lingkup materi bimbingan dan konseling

pribadi meliputi pemahaman diri, pengembangan kelebihan diri,

pengentasan kelemahan diri, keselarasan perkembangan cipta-

rasa-karsa, kematangan/kedewasaan ciptarasa-karsa, dan

aktualiasi diri secara bertanggung jawab. Materi bimbingan dan

konseling pribadi tersebut dapat dirumuskan berdasarkan analisis


kebutuhan pengembangan diri peserta didik, kebijakan

pendidikan yang diberlakukan, dan kajian pustaka.

2. Bimbingan dan konseling social

a. Pengertian

Suatu proses pemberian bantuan dari konselor kepada peserta

didik/konseli untuk memahami lingkungannya dan dapat

melakukan interaksi sosial secara positif, terampil berinteraksi

sosial, mampu mengatasi masalah-masalah

sosial yang dialaminya, mampu menyesuaikan diri dan memiliki

keserasian hubungan dengan lingkungan sosialnya sehingga

mencapai kebahagiaan dan kebermaknaan dalam kehidupannya.

b. Tujuan

Bimbingan dan konseling sosial bertujuan untuk membantu

peserta didik/konseli agar mampu (1) berempati terhadap kondisi

orang lain, (2) memahami keragaman latar sosial budaya, (3)

menghormati dan menghargai orang lain, (4) menyesuaikan

dengan nilai dan norma yang berlaku, (5) berinteraksi social yang

efektif, (6) bekerjasama dengan orang lain secara bertanggung

jawab, dan (8) mengatasi konflik dengan orang lain berdasarkan

prinsip yang saling menguntungkan.


c. Ruang Lingkup

Secara umum, lingkup materi bimbingan dan konseling

sosial meliputi pemahaman keragaman budaya, nilai-nilai dan

norma sosial, sikap sosial positif (empati, altruistis, toleran,

peduli, dan kerjasama), keterampilan penyelesaian konflik secara

produktif, dan keterampilan hubungan sosial yang efektif.

3. Bimbingan dan konseling belajar

a. Pengertian

Proses pemberian bantuan konselor atau guru bimbingan

dan konseling kepada peserta didik/ konseli dalam mengenali

potensi diri untuk belajar, memiliki sikap dan keterampilan

belajar, terampil merencanakan pendidikan, memiliki kesiapan

menghadapi ujian, memiliki kebiasaan belajar teratur dan

mencapai hasil belajar secara optimal sehingga dapat mencapai

kesuksesan, kesejahteraan, dan kebahagiaan dalam

kehidupannya.

b. Tujuan

Bimbingan dan konseling belajar bertujuan membantu

peserta didik untuk (1) menyadari potensi diri dalam aspek belajar

dan memahami berbagai hambatan belajar; (2) memiliki sikap

dan kebiasaan belajar yang positif; (3) memiliki motif yang tinggi

untuk belajar sepanjang hayat; (4) memiliki keterampilan belajar


yang efektif; (5) memiliki keterampilan perencanaan dan

penetapan pendidikan selanjutnya; dan (6) memiliki kesiapan

menghadapi ujian.

c. Ruang Lingkup

Lingkup bimbingan dan konseling belajar terdiri atas sikap,

pengetahuan, dan keterampilan yang menunjang efisiensi dan

keefektivan belajar pada satuan pendidikan dan sepanjang

kehidupannya; menyelesaikan studi pada satuan pendidikan,

memilih studi lanjut, dan makna prestasi akademik dan non

akademik dalam pendidikan, dunia kerja dan kehidupan

masyarakat.

4. Bimbingan dan konseling karir

a. Pengertian

Proses pemberian bantuan konselor atau guru bimbingan

dan konseling kepada peserta didik/ konseli untuk mengalami

pertumbuhan, perkembangan, eksplorasi, aspirasi dan

pengambilan keputusan karir sepanjang rentang hidupnya secara

rasional dan realistis berdasar informasi potensi diri dan

kesempatan yang tersedia di lingkungan hidupnya sehingga

mencapai kesuksesan dalam kehidupannya.


b. Tujuan

Bimbingan dan konseling karir bertujuan menfasilitasi

perkembangan, eksplorasi, aspirasi dan pengambilan keputusan

karir sepanjang rentang hidup peserta didik/konseli. Dengan

demikian, peserta didik akan (1) memiliki pemahaman diri

(kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan

pekerjaan; (2) memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan

informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karir;

(3) memiliki sikap positif terhadap dunia kerja; (4) memahami

relevansi kemampuan menguasai pelajaran dengan persyaratan

keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi

citacita karirnya masa depan; (5) memiliki kemampuan untuk

membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri

pekerjaan, persyaratan kemampuan yang dituntut, lingkungan

sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja;

memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu

merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-

peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi

kehidupan sosial ekonomi; membentuk pola-pola karir; mengenal

keterampilan, kemampuan dan minat; memiliki kemampuan atau

kematangan untuk mengambil keputusan karir.


c. Ruang Lingkup

Ruang lingkup bimbingan karir terdiri atas pengembangan

sikap positif terhadap pekerjaan, pengembangan keterampilan

menempuh masa transisi secara positif dari masa bersekolah ke

masa bekerja, pengembangan kesadaran terhadap berbagai

pilihan karir, informasi pekerjaan, ketentuan sekolah dan

pelatihan kerja, kesadaran akan hubungan beragam tujuan hidup

dengan nilai, bakat, minat, kecakapan, dan kepribadian

masingmasing. Untuk itu secara berurutan dan

berkesinambungan, kompetensi karir peserta didik difasilitasi

bimbingan dan konseling dalam setiap jenjang pendidikan dasar

dan menengah.

ANALISA PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

SMK N 1 YOGYAKARTA

BERDASARKAN KONDISI LAYANAN DENGAN YANG IDEAL

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dan analisis data pada kondisi

pelayanan bimbingan dan konseling di SMK N 1 Yogyakarta, diketahui bahwa

pelayanan bimbingan dan konseling sendiri sudah cukup baik dan sesuai dengan

panduan dari pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMK. Secara struktural

terlihat bahwa posisi bimbingan dan konseling berada di bawah langsung dari

kepala sekolah, hal ini sudah sesuai dengan pedoman pelaksaan bimbingan dan
konseling di SMK tahun 2016. Dan secara garis koordinasi guru bimbingan dan

konseling bekerja sama dengan guru mata pelajaran dan guru wali kelas. Sehingga

untuk secara posisi dan strutur organisasi sekolah bimbingan dan konseling di SMK

N Yogyakarta tidak ada masalah karena sudah memiliki ranah kerjanya

sendiri.

Dilihat dari tugas-tugas BK di sekolah juga tidak terdapat masalah atau

dengan kata lain sudah sesuai dengan panduan yang ada karena sejak awal peserta

didik masuk ke sekolah pihak bimbingan dan konseling telah melakukan assesmen

terhadap keperluan dari setiap peserta didik, hasil dari assesmen ini kemudian

dijadikan pedoman dalam penyusunan progra kerja yang akan diberikan kepasa

peserta didik selama mengikuti pendidikan di SMK N Yogyakarta. Selain itu

bimbingan dan konseling juga melakukan pemetaan terhadap keadaan ekonomi

peserta didik, bakat mikat, dan prestasi peserta didik. Tak hanya itu banyak sekali

tugas yang sudah dilakukan bimbingan dan konseling dalam memberikan

pelayanan kepada peserta didik yang secara garis besar sudah sesuai dengan

panduan pelaksanaan bimbingan dan konseling.

Kemudian dilihat dari mekanisme kerjanya juga sudah cukup baik dimana

karena keterbatasan waktu dalam memberikan pelayanan bimbingan dan

konseling kepada peserta didik akibat tidak adanya jam buat masuk ke kelas, guru

bimbingan dan konseling dapat melakukan tugasnya dengan cukup baik seperti

ketika ada siswa yang bermasalah maka siswa akan didekati oleh guru bimbingan

dan konseling untuk dilakukan penggalian informasi terhadap permasalahan yang

tengah di hadapi, apabila ada siswa yang sudah terlalu sulit untuk diberikan bantuan
maka biasanya guru bimbingan dan konseling di SMK N 1 Yogyakrta membawa

peserta didik tersebut ke psikolog puskesmas terdekat untuk diberikan bantuan,

kemudian nantinya akan diserahkan kepada orang tua/wali peserta didik apakah

akan melanjutkan perawatan dengan psikolog atau tidak. Disini guru bimbingan

dan konseling harus selalu mendapat dukungan dan kepala sekolah terkait

kebijakan yang akan dilakukan.

Secara program kerja bimbingan dan konseling di SMK N 1 Yogyakrta sudah

cukup baik dimana program-program yang sudah diberikan sudah sangat mendetail

seperti program harian, program semesteran, program tahuanan, program bulanan.

Didamana didalam komponen program juga terperinci terkait program apa saja

yang diberikan seperti: (1) layanan dasar yang terdiri atas bimbingan kelas,

bimbingan kelompok, pelayanan pengumpulan data; (2) layanan responsif yang

terdiri atas konseling individual,konseling kelompok, alih tangan kasus, kolaborasi

dengan guru mapel/wali kelas, kolaborasi dengan orang tua, kolaborasi dengan

lihak luar sekolah, konsultasi, konferensi kasus, dan kunjungan rumah; (3)

perencanaan individual yang terdiri atas layanan penempatan dan pelayanan,

kolaborasi dengan guru mapel, orang tua dan pihak terkait; (4) dukungan sistem

yang terdiri atas pengembangan profesi, riset dan

pengembangan, manajemen program, evaluasi dan akuntabilitas, dan relasi publik.

Meskipun tidak secara maksimal dapat dilaksanakan semua program tersebut

namun guru bimbingan dan konseling di SMK N 1 Yogyakarta tetap

melaksanakannya dengan sebaik mungkin.


Sedangkan dilihat dari keberhasilan pelaksanaan bimbingan dan konseling

yang sudah dilakukan guru bimbingan dan konseling di SMK N 1 Yogyakarta

sebenarnya tolak ukurnya sangat sulit, hal ini karena pelayanan bimbingan dan

konseling meski sudah diberikan sebaik mungkin dan anak terlihat sudah mengikuti

namun itu hanya terlihat sebatas luarnya saja karena adanya aturan yang harus

mereka tepai di sekolah, namun secara menjiwai mereka nampaknya belum mampu,

sehingga ketika diluar sekolah guru bimbingan dan konseling tidak mampu

mengontrolnya. Namun sejauh ini yang paling menonjol adalah tidak adanya

peserta didik putri yang hamil diluar nikah selama kurun waktu 2 tahun belakang

ini, karena di tahun sebelum-sebelumnya pasti ada 1 atau 2 peserta didik putri yang

hamil diluar nikah. Selain itu berkurangnya tindak kekrasan antar peserta didik juga

sudah cukup baik.

Kemudian kekurangan yang dialami dalam pelaksanaan bimbingan dan

konseling di SMK N 1 Yogyakarta juga sudah dipaparkan diatas, sehingga guru

bimbingan dan konseling harus pintar-pintar mengatur waktu dalam memberikan

pelayanan kepada peserta didik. Namun secara keseluruhan pelaksanaan bimbingan

dan konseling di SMK N 1 Yogyakarta sudah cukup baik dengan jumlah guru

bimbingan dan konseling 3 orang dan masing-masing memegang 192 peserta didik

itu masih cukup terkontrol meskipun sebenarnya jika dilihat standarnya 1 orang

guru pembimbing konseling harusnya memegang 150 peserta didik. Hal ini masih

dalam pandangan wajar jika dibandingkan dengan sekolahsekolah lain yang jumlah

peserta didiknya jauh lebih banyak sedangkan guru bimbingan dan konselingnya

terbatas.
Sumber:

1. Hasil Wawancara dengan salah satu guru BK SMK N 1 Yogyakarta yaitu ibu

Wuri Mahargianti, S.Pd.

2. Modul Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMK

3. Permendikbud No. 111 Tahun 2004 Tentang Bimbingan dan Konseling


Lampiran.

Gambar . SMK N 1 Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai