Anda di halaman 1dari 6

Panjang Garis Pantai dan Luas Pesisir Pantai

Tahun Panjang Garis Pantai (m) Luas Pesisir Pantai (ha)


1990 8756 208.551
2000 10591 221.565
2010 10987 222.877
2020 11207 225.785
Rata-rata perubahan pertahun (abrasi dan Akresi) garis pantai
Tahun Abrasi (ha) Akresi (ha)
1990 - 2000 0.377 45.300
2000 - 2010 1.761 44.774
2010 - 2020 1.563 23.985
Total Luas 3.700 114.058
Rata-Rata/Tahun (ha) 1.233 38.019
Analisis Garis Pantai Teluk Betung, Bandar Lampung

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan garis pantai di sepanjang Pantai Teluk
Betung, Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung dalam kurun waktu 30 tahun yang dimulai
dari tahun 1990, 2000, 2010, dan 2020. Penelitian ini memanfaatkan teknologi Sistem Informasi
Geografis (SIG), penginderaan jauh dan dengan memanfaatkan Google Earth untuk pengambilan
data foto udara. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa setiap tahunnya pantai mengalami
perubahan, baik itu abrasi maupun akresi. Tahun 1990 – 2000 nilai abrasi yang terjadi mencapai
0,377 Ha dan nilai akresi mencapai 45,300 Ha. Tahun 2000 - 2010 nilai abrasi yang terjadi
mencapai 1,761 Ha dan nilai akresi yang terjadi mencapai 44,774 Ha. Tahun 2010 - 2020 nilai
abrasi yang terjadi mencapai 1,563 Ha dan nilai akresi mencapai 23,985 Ha. Nilai rata-rata abrasi
pertahun mencapai 1,233 ha dan nilai akresi pertahun sebesar 38,019 ha. Abrasi terbesar terjadi
pada tahun 2000 - 2010 mencapai 1.761 ha. Akresi terbesar terjadi pada tahun 1990 - 2020
mencapai 45,300 ha. Total nilai abrasi yang terjadi selama 5 tahun yaitu 3,7 ha dan total nilai
akresi yang terjadi sebesar 114,058 ha. Proses abrasi dan akresi juga menyebabkan berubahnya
panjang garis Pantai Teluk Betung setiap tahunnya dan muara sungai menjadi salah satu faktor
yang menyebabkan abrasi maupun akresi.

Metode Penelitian
Metode yang digunakan berdasarkan analisis data Google Earth Pro ada beberapa tahap yang
dilakukan yaitu tahap persiapan dan tahap pengolahan data. Tahap persiapan merupakan tahap
pengumpulan data input berupa data fotografi udara Pantai Teluk Betung tahun 1990, 2000,
2010, 2020 yang berasal dari Google Earth Pro. Pengolahan data citra dilakukan dengan
menggunakan perangkat lunak SIG. Tahap pengolahan meliputi:

1. digitasi, yang bertujuan untuk mengubah format data raster ke format data vektor. Objek
yang digitasi adalah garis pantai. Setelah tahap digitasi selesai selanjutnya adalah tahap
tumpang susun (overlay).
2. tahap tumpang susun (overlay). Pada ke empat garis pantai tersebut. Hasil dari overlay
tersebut merupakan perubahan garis pantai yang kemudian akan dianalisis perubahannya.
Setelah melakukan tahap overlay maka dapat diketahui berapa luas perubahan garis
pantai yang terjadi seperti perubahan luasnya pengikisan pantai (abrasi) dan luasnya
penambahan pantai yang diakibatkan oleh pergerakan sedimen (akresi).
3. Layouting, Layouting dilakukan setelah proses analisis perubahan garis pantai selesai
tahap berikutnya adalah layout (tampilan peta). Layout merupakan hasil akhir yang akan
ditampilkan dalam bentuk peta yang menampilkan hasil garis perubahan pantai, legenda
peta, teks skala, skala bar, arah mata angin, dan sumber peta. Data pedukung yang
didapatkan di lapangan maupun instansi terkait seperti peta administrasi kecamatan, peta
kabupaten Aceh Besar dan informasi lainnya yang mendukung data hasil penelitian. Hal
ini dilakukan untuk mendukung keakuratan hasil intepretasi data Google Earth.

Hasil dan Pembahasan

Analisis data Google earth


Perubahan garis pantai dapat dilihat dengan pengolahan data analisis fotografi udara Google
Earth Pro dengan cara tumpang susun (Overlay) untuk menghasilkan perbandingan garis pantai
tahun 1990, 2000 2010, 2020.

Digitasi dan tumpang susun (overlay)


Proses digitasi pantai dilakukan dengan cara polyline pada foto udara Google Earth tahun 1990,
2000, 2010, dan 2020. Skala yang digunakan dalam proses digitasi adalah (1:1.250 (belum tau))
untuk menghasilkan tingkat akurasi yang tinggi antara batas air dan daratan. Proses tumpang
tindih (overlay) pada data tahun 1990, 2000, 2010, dan 2020. Proses ini dilakukan untuk melihat
perbandingan garis pantai dari setiap data yang dimiliki. Symmetrical Difference merupakan
suatu menu yang terdapat pada Arctoolbox overlay yang berfungsi untuk melihat nilai abrasi dan
akresi.

Layout
Proses layout merupakan tahapan terakhir dari seluruh proses pengolahan data, output dari
proses ini berupa peta perubahan garis pantai. Skala yang digunakan dalam menampilkan peta
output adalah 1:6000(belum di isi) . Dalam peta yang ditampilkan hasil garis pantai tahun 1990
hingga 2020, legenda peta, teks skala, skala bar, arah mata angin, dan sumber peta.

Panjang garis pantai dan luas pesisir


Panjang garis pantai dan luas pesisir dapat berubah seiring berjalannya waktu, perubahan itu
dapat terjadi akibat faktor alam seperti gelombang, ombak, sedimentasi dan juga manusia dapat
menjadi faktor dari perubahan fisik pantai. Pada tabel menunjukkan perubahan luas pesisir pantai
setiap tahunnya selalu berubah. Pada tahun 1990 luas pesisir pantai 208,551 ha, lalu pada tahun
2000 menjadi 221,565 ha yang disebabkan karena terjadinya abrasidan akresi. Tahun 2010 dan
tahun 2020 terlihat terjadinya akresi yang menyebabkan penambahan garis pantai yang mana
luas pesisir pantai semula 222,877 ha menjadi 225,785 ha.. Panjang garis pantai setiap tahunnya
juga berubah-ubah tetapi tidak ada perubahan yang sangat signifikan, hanya terjadi perubahan
kecil setiap tahunnya. Garis pantai terpanjang ialah pada tahun 2020 dengan panjang 11207 m
dan yang terpendek pada tahun 1990 dengan panjang 8756 m.

Panjang Garis Pantai dan Luas Pesisir Pantai


Tahun Panjang Garis Pantai (m) Luas Pesisir Pantai (ha)
1990 8756 208.551
2000 10591 221.565
2010 10987 222.877
2020 11207 225.785
Rata-rata perubahan pertahun (abrasi dan Akresi) garis pantai
Tahun Abrasi (ha) Akresi (ha)
1990 - 2000 0.377 45.300
2000 - 2010 1.761 44.774
2010 - 2020 1.563 23.985
Total Luas 3.700 114.058
Rata-Rata/Tahun (ha) 1.233 38.019

Abrasi dan akresi


Analisis perubahan garis pantai dapat dilakukan menggunakan teknik tumpang tindih (overlay)
antara polygon daratan pantai pada data yang diperoleh dari Google Earth tahun 1990, 2000,
2010, dan 2020. Dengan menggunakan teknik ini laju perubahan abrasi dan akresi pada suatu
kawasan pantai dapat diperkirakan dalam satuan ha/tahun. Nilai abrasi dan akresi dapat diketahui
dari Tool Symmetrical Difference pada Arctoolbox Overlay.
Pada Tabel menunjukan bahwa setiap tahunnya pantai mengalami perubahan baik itu abrasi
maupun akresi. Tahun 1990 – 2000 nilai abrasi yang terjadi mencapai 0,377 Ha dan nilai akresi
mencapai 45,300 Ha. Tahun 2000 - 2010 nilai abrasi yang terjadi mencapai 1,761 Ha dan nilai
akresi yang terjadi mencapai 44,774 Ha. Tahun 2010 - 2020 nilai abrasi yang terjadi mencapai
1,563 Ha dan nilai akresi mencapai 23,985 Ha. Nilai rata-rata abrasi pertahun mencapai 1,233 ha
dan nilai akresi pertahun sebesar 38,019 ha. Abrasi terbesar terjadi pada tahun 2000 - 2010
mencapai 1.761 ha. Akresi terbesar terjadi pada tahun 1990 - 2020 mencapai 45,300 ha. Total
nilai abrasi yang terjadi selama 5 tahun yaitu 3,7 ha dan total nilai akresi yang terjadi sebesar
114,058 ha. Proses abrasi dan akresi juga menyebabkan berubahnya panjang garis Pantai Teluk
Betung setiap tahunnya dan muara sungai menjadi salah satu faktor yang menyebabkan abrasi
maupun akresi.
Perubahan garis pantai abrasi terjadi akibat adanya arus laut dan ombak laut yang terus menerus
menghantam bibir pantai. Akresi pantai disebabkan oleh penumpukan sedimen yang berasal dari
daratan yang terendapkan di pantai terutama di muara sungai. Degradasi garis pantai juga dapat
disebabkan oleh angin, arus, hujan, gelombang dan juga akibat aktivitas manusia (Tarigan,
2007).
analisis penyebab/dinamika perubahannya
Proses abrasi maupun akresi yang terjadi di Pantai Teluk Betung pada umumnya terjadi karena
faktor alami jika dilihat dari kondisi fisik area penelitian, karena area pantai ini termasuk sepi,
terlihat dari rumah warga yang berada di sekitar pesisir pantai. Akresi banyak terjadi pada muara
sungai kecil di dekat lahan rehabilitasi hutan mangrove. Perubahan garis pantai abrasi terjadi
akibat adanya arus laut dan ombak laut yang terus menerus menghantam bibir pantai. Akresi
pantai disebabkan oleh penumpukan sedimen yang berasal dari daratan yang terendapkan di
pantai terutama di muara sungai. Degradasi garis pantai juga dapat disebabkan oleh angin, arus,
hujan, gelombang dan juga akibat aktivitas manusia (Tarigan, 2007).

Periode 1990 – 2000

Abrasi (ha) Akresi (ha)


0.377 45.300
Selama periode ini, Perubahan Garis Pantai Teluk Betung Bandar Lampung mengalami
Peningkatan Abrasi dan Akresi. Pada Abrasi terdapat 0,377 ha, sedangkan Pada Akresi dengan
Total 45.300 ha. Penyebab Utama dari Akresi rentan 1990-2000 ialah adanya dinamika arus laut
yang terjadi di sepanjang Pantai teluk betung bandar lampung. Dinamika arus laut di Teluk
Betung, Lampung, dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk topografi dasar laut, angin,
pemanasan dan pendinginan permukaan laut, serta pengaruh pasang-surut. beberapa faktor
umum yang memengaruhi arus laut di daerah pesisir dapat dicakup.
Sedangkan untuk abrasi sendiri, disebabkan oleh oleh berbagai faktor alam dan manusia. Abrasi
adalah proses pengikisan atau penurunan pantai yang disebabkan oleh berbagai daya, seperti
ombak, arus laut, dan aktivitas manusia.
Erosi oleh Ombak dan Arus Laut, Ombak dan arus laut merupakan faktor alam yang dapat
menyebabkan abrasi pantai. Gelombang laut yang tinggi dan arus yang kuat dapat mengikis dan
merusak garis pantai, terutama jika pantai tersebut memiliki substrat yang mudah diikis.
yang kedua ialah adanya Pengaruh Cuaca Ekstrem, Cuaca ekstrem, seperti badai tropis atau
siklon, dapat menyebabkan gelombang laut yang tinggi dan cuaca buruk. Gelombang tinggi ini
dapat merusak pantai dan menyebabkan abrasi, terutama jika pantai tersebut tidak memiliki
tutupan vegetasi yang cukup untuk melindungi tanah.
2000 - 2010 1.761 44.774
Periode 2000 - 2010
Pada periode ini, Perubahan Garis Pantai Teluk Betung Bandar Lampung mengalami
Peningkatan Abrasi dan Akresi. Pada Abrasi terdapat 1.761ha, sedangkan Pada Akresi dengan
Total 44.774ha. Penyebab Utama dari Akresi rentan 2000 – 2010 adanya Reklamasi Mangrove
secara besar besar an yang mengakibatkan bertambahnya akresi, pada data yang terhimpun
bahwa adanya seluas 44,774 Hektar yang menjadi bagian dari reklamasi Penanaman Mangrove.
Tujuan dari Penanaman Mangrove sendiri sangat baik untuk antisipasi bencana alam seperti
tsunami dan banjir ROB di permukaan pesisir Pantai. Pada abrasi, masih sama dengan perideo
sebelumnya tidak mengalami pertambahan yang signifikan, pada era ini hanya menambah sekitar
1,761 Hektar saja. Pengaruh dari Abrasi sendiri terjadi karena adanya Pengerukan Sungai atau
Dermaga Kecil disekitar Kawasan Pantai, Aktivitas pengerukan sungai atau pelabuhan dapat
mengubah distribusi sedimen di sepanjang pantai. Jika pengerukan tidak direncanakan dengan
baik, dapat menyebabkan penurunan kadar sedimen di daerah tertentu, meningkatkan risiko
abrasi.

Periode 2000 - 2010


2010 - 2020 1.563 23.985
Pada Rentan waktu 2010 – 2020, jumlah total abrasi dan akresi pada berubahan garis Pantai
teluk betung, Bandar Lampung sama saja memiliki ketimpangan yang tinggi, Pada Abrasi hanya
berubah dengan jumlah seluas 1,563 Hektar saja, di lain sisi, Akresi yang tinggi dengan luas
23,985 Hektar yang mengakibatkan pertambahan Daratan di sekitar Pesisir Pantai Teluk Betung,
Reklamasi Mangrove masih menjadi alasann yang mendominasi penyebab adanya akresi ini,
contoh kasus pada Platform LindungiHutan yang menginisiasi pergerakan ini sampai tahun 2018,
terdapat setidaknya 278 Pohon Mangrove yang sudah diberikan serta ditanam oleh beberapa
Donatur. Aksi akan terus berlanjut pada area pesisir Pantai Teluk Betung Bandar Lampung.

Anda mungkin juga menyukai