Penuntun Praktikum Laboratorium Dasar Telekomunikasi 2 (1) - Compressed
Penuntun Praktikum Laboratorium Dasar Telekomunikasi 2 (1) - Compressed
TELEKOMUNIKASI DIGITAL
OLEH :
2021
KATA PENGANTAR
Berkat rahmat Allah SWT, Penuntun praktikum ini dapat kami selesaikan tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan buku ini adalah untuk memberikan petunjuk atau
tuntunan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa program studi Teknik Telekomunikasi
Politeknik Negeri Medan dalam mengambil Mata Kuliah Telekomunikasi Digital untuk
melakukan praktikum di laboratorium Digital.
Kami menyadari bahwa buku penuntun ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik
dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat kami harapkan.
Bersama ini pula kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Bapak Direktur
Polteknik Negeri Medan dan teman-teman lainnya yang telah mendukung kelancaran
penyusunan buku ini.
Penyusun,
1
DAFTAR ISI
Halaman:
JUDUL
DAFTAR PUSTAKA
2
TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3
Format isi laporan
a. Laporan diketik dalam kertas A4, huruf Times New Roman 12, spasi 1,5,
batas kiri 4 cm, batas atas 3 cm, batas kanan 3 cm dan batas bawah 3 cm.
b. Format isi laporan adalah sebagai berikut :
LAPORAN PRAKTIKUM
TELEKOMUNIKASI DIGITAL
4
(JUDUL)
I. TUJUAN
II. DASAR TEORI
III. ALAT DAN BAHAN
IV. LANGKAH PERCOBAAN
V. DATA PERCOBAAN
VI. ANALISA
VII.KESIMPULAN DAN SARAN
VIII. JAWABAN TUGAS
LAMPIRAN DATA YANG TELAH DISAHKAN OLEH INSTRUKTUR
Instruktur 1 Instruktur 2
(Nama) (Nama)
5
1. SINTESA FREKUENSI PLL
1.1. TUJUAN
Prinsip dasar Phase Loop Locked (PLL) ditunjukkan oleh gambar 1, dua buah
sinyal yang diberikan ke detektor fasa dikatakan memiliki frekuensi yang sama bila
beda fasa antara keduanya selalu tetap. Bila misalnya frekuensi VCO berubah maka
beda fasa antara osilator Kristal dan VCO akan berubah. Perubahan beda fasa iní
kemudian oleh detektor fasa dikonversi menjadi perubahan tegangan error. Tegangan
error berupa deretan pulsa-pulsa ini kemudian dilewatkan kerangkaian Low Pass
Filter sehingga menjadi tegangan DC yang benar-benar rata. Selanjutnya perubahan
tegangan DC yang sudah rata ini diberikan pada varaktor sehingga frekuensi VCO
kembali seperti semula. Dengan cara ini maka frekuensi VCO akan "terkunci"
(locked) dan selalu sama dengan frekuensi osilator kristal. Berhubung osilator Kristal
sangat stabil maka frekuensi VCO dengan sendirinya akan ikut stabil. Inilah prinsip
kerja PLL.
Dalam gambar 1.2, frekuensi referensi (fr) berasal dari osilator kristal yang
telah dibagi ( oleh rangkaian pembagi frekuensi ) dengan bilangan pembagi
R,Sementara itu, sebelum dibandingkan dengan frekuensi referensi (fr), frekuensi
6
output VCO (f0) juga dibagi dengan bilangan pembagi N. Pada saat sistem PLL ini
dalam keadaan terkunci (locked) maka fr = 10/N atau dengan kata lain :
7
frekuensi input dikalikan suatu bilangan integer tertentu. Di dalam frequency
synthesizer ini, tersusun beberapa blok rangkaian, antara lain PLL (phase looked
loop), VCO (voltage controlled oscillator), phase detector dan divide-N counter
(rangkaian counter pembagi N).
1. Modul KL 92001
2. Modul KL 92005
8
Gambar 1.3 Modul PLL Frequency Synthesizer (KL 92005)
Percobaan I
1. Untuk membangun sebuah tipe sintesis frekuensi, bagian sirkuit berikut ini,
diperlukan:
b. Bagian PLL
9
b. Gunakan osiloskop, ukur dan catat gelombang dan frekuensinya pada titik
Percobaan 2
1. Pindahkan jumper dari posisi 2, dengan daya mati, atur VRI = 10 KΩ danVR2
= 1,4 ΜΩ menggunakan multimeter.
2. Letakkan jumper di posisi 3 dan 6. Hidupkan daya 0 - 15 VDC dan KL 92001
pada TPó (VCO IN), Ukur dan catat gelombang dan frekuensi untuk tegangan
masukan dc yang berbeda di Tabel 1-2.
3. Tandai tegangan VCO karakteristik frekuensi pada gambar 3 cocokkan dengan
hasil di tabel 1.2.
4. Karakteristik tegangan frekuensi plot VCO pada gambar sesuai hasil pada
Tabel 1.2.
5. Tempatkan jumper pada posisi 7 (terhubung dengan VR2) Ulangi langkah (2)
dan (3), catat hasilnya pada Tabel 1-3
Percobaan 3
Percobaan 4
10
2. Ukur dan catat hasil frekuensi pada OUT U7, pin 1 dan OUT U7, pin 12 untuk
variasi harga BCD menurut tabel 1-6.
3. Bandingkan sinyal U7, pin 1 dengan OUT dan catat pergeseran fasa sinyal U7,
pin 1 pada tabel 15-6
4. Bandingkan sinyal U7, pin 12 dengan OUT dan catat pergeseran fasa sinyal
U7, pin 12 pada tabel 1-6
5. Pindahkan jumper dari posisi 3 ke 4, ulangi langkah 4.
6. Pindahkan jumper dari posisi 4 ke 5, ulangi langkah 4.
Percobaan 6
1. Letakkan jumper pada posisi 2, 5, 6, 7, 10, dan 13.
2. Ukur dan catat frekuensi pada OUT (fo) dan U11, pin 5 untuk variasi harga
BCD pada tabel 1-7.
1.5. DATA PERCOBAAN
TP2
TP1
U2 pin 12
U1 pin 12
TP 4
11
Tabel 1-2 Karakteristik tegangan masukan vs frekuensi keluaran VCO (VR2 tidak
terhubung)
TP 6
TP 6 OUT OUT
Tegangan
Tegangan dc Bentuk Gelombang Bentuk Gelombang
dc
mmasukan) Keluaran dan Frekuensi Keluaran dan Frekuensi
mmasukan)
(V) (kHz) (kHz)
(V)
0 5.5
6
0.5
1 6.5
1.5 7
2 7.5
2.5 8
3 8.5
3.5 9
4 9,5
4.5 10
12
Tabel 1-3 Karakteristik tegangan masukan vs frekuensi keluaran VCO (VR2
terhubung)
TP 6
TP 6 OUT OUT
Tegangan
Tegangan dc Bentuk Gelombang Bentuk Gelombang
dc
mmasukan) Keluaran dan Frekuensi Keluaran dan Frekuensi
mmasukan)
(V) (kHz) (kHz)
(V)
0 5.5
6
0.5
1 6.5
1.5 7
2 7.5
2.5 8
3 8.5
3.5 9
4 9,5
4.5 10
13
Tabel 1-4. Frekuensi Pembanding Fasa.
14
Tabel 1-6. Frekuensi Pembanding Fasa (Phase Comparator)
Posisi Jumper Setting Nilai Frekunesi TP4 Frekuensi TP8 Frekuensi OUT
BCD (Hz) (Hz) (kHz)
001
002
3 003
004
005
010
020
030
4
040
050
055
060
065
070
075
5 080
085
090
095
100
15
Tabel 1-7 Sintesa Frekuensi dengan Pengubah Frekuensi (Converter Frequency)
16
1.6. Analisa
1.8. Tugas
1. Jelaskan fungsi, prinsip kerja dan rangkaian dasar suatu VCO?
2. Sebut dan jelaskan 2 (dua) aplikasi PLL?
3. Buatlah rangkaian simulasi praktek ini (Tugas Tambahan, tidak wajib)
17
2. MODULATOR PWM
2.1. TUJUAN
PWM adalah salah satu metode modulasi digital yang mengubah amplitudo
sinyal analog menjadi data sinyal digital sederhana untuk tujuan transmisi. Amplitudo
sinyal informasi diubah menjadi lebar pulsa yang menjadi sinyal digital yang memiliki
frekuensi konstan. Apabila amplitudo sinyal informasi makin besar, maka lebar pulsa
akan menjadi melebar, sebaliknya apabila amplitudo sinyal informasi makin rendah,
maka lebar pulsa makin menyempit. Konsep PWM ini sering digunakan dalam
pengaturan tegangan otomatis motor listrik dan teknik pengaturan tegangan lainnya.
18
Keluaran generator persegi lebar pulsa ditentukan oleh nilai R2 dan C2 serta VR1.
Kombinasi R2 dan C2 menyediakan jalur untuk pengisian dan pengosongan. Apabila
tidak ada sinyal informasi diterapkan, tegangan referensi dc di Vi di masukan (+)
dapat diubah dan menyesuaikan nilai VR1, dan bentuk keluaran pin 3 IC LM555
adalah persegi dengan frekuensi ditentukan oleh pengaturan VR1 tersebut. Apabila
level dc masukan, Vi (+) adalah tetap dan sinyal informasi ditambahkan ke tingkat dc
tetap dan tegangan referensi Kn berubah dengan perubahan amplitudo informasi. Sinya
keluaran PWM disajikan sebagai komparator (pembanding)..
Dalam diagram koneksi dan rangkaian ekivalen LM555 timer, terdiri dari lima
bagian utama, yaitu:
t2 = 0,693 x R2 x C1 (2.2)
19
Multivibrator monostabil dilaksanakan LM555 IC timer. Ketika perubahan
tingkat pemicu dari tinggi (+12V) ke rendah (0V), pulsa akan terjadi pada terminal
keluaran yang lebar pulsa T ditentukan oleh R1 C1 dan sekitaran 1,1 x R1 x C1.
Misalnya R1= 10 KΩ dan C1= 0,01MΩ , maka T adalah sekitara 11 µs. Jika pemicu
masukan (pin 2), keluaran akan pulsa positif. Menghubungkan sinyal informasi
pengaturan tegangan pin, sinyal PWM akan muncul pada keluaran.
20
2.3. ALAT DAN BAHAN
1. Modul KL-92001
2. Modul KL-94002
3. Osiloskop dual trace
2.4. LANGKAH KERJA
21
2.5. Tabel Hasil Pengukuran
Tabel 2.1 : Frekuensi Clock = 2 3 kHz, Amplitudo Sinyal Informasi = .... Vpp.
Segitiga
100
Persegi
Sinus
200 Segitiga
Persegi
Sinus
Segitiga
500
Persegi
Sinus
Segitiga
1000
Persegi
22
Tabel 2.2: Frekuensi Clock = 2 3 kHz, Amplitudo Sinyal Informasi = .... V pp
Segitiga
100
Persegi
Sinus
Segitiga
200
Persegi
Sinus
Segitiga
500
Persegi
Sinus
Segitiga
1000
Persegi
23
2.6. Analisa Hasil Pengukuran
2.8. Tugas
a. Komparator, dan
b. Flip-flop.
2. Sebut dan jelaskan 2(dua) aplikasi Modem PWM
24
3. DEMODULATOR PWM
3.1. TUJUAN
Dalam rangkaian internal MC 1496, terdiri atas penguat differensial (Q5 dan
Q6) yang digunakan untuk menggerakkan penguat differensial Q1-Q2 dan Q3 Q4.
Sumber arus konstan dibangkitkan oleh generator (Q7 dan Q8) yang menyediakan
penguat differensial eksternal dan dihubungkan ke sebuah resistor antara pin 2 dan 3.
25
Gambar 3.2. Rangkaian internal MC 1496.
Untuk prose demodulasi PWM, sinyal PWM dimasukkan ke pin 1 dan 4, dan
gelombang pembawa persegi diberikan pada ke pin 8 dan 10. Dalam hal ini, tersedia
tegangan bias untuk pin 5 untuk penghubung resistor seri dari pin ini ke catu daya.
Keluaran detector terdapat dua keluaran (pin 6 dan 12), salah satu keluaran dapat
digunakan sebagai keluaran detector, dan keluaran lainnya digunakan untuk
penggunaan penguatan Automatic Gain Control (AGC)..
Rangkaian, gambar 3.1, serupa dengan operasi detector AM, SSB dan DSB-
SC, dimana keluaran penguat U1 dan U2 bertujuan untuk mengatur amplitudo masukan
PWM dan gelombang pembawa persegi, dalam daerah 300 mVpp ke 1400 mVpp,
sehingga detector mampu beroperasi pada daerah linier (sesuai karakteristiknya).
Resistor R7 dihubungkan antara pin 2 dan 3 menentukan penguatan (gain) tegangan
dari MC1496. Kapasitor kopling C1, C2, C4, C5, dan C9 digunakan dalam memblokir
sinyal sementara lewat sinyal ac. VR1 dan VR2 mengatur masing masing U1 dan U2,
da nilai VR3 menentukan besarnya sinyal PWM ke masukan detector U4 yang
beroperasi sebagai filter LPF orde kedua. Keluaran LPF ini akan menghasilkan sinyal
terdemodulasi PWM.
Pada keluaran PWM terdiri atas deretan level 5 V (high) atau ground, 0 V
(low). Durasi waktu sinyal kondisi high disebut “on time” dan durasi waktu sinyal
kondisi low disebut “off time”. Pada gambar 3.2, transistor Q5 dan Q6 disebut sebagai
differentiator, digunakan untuk meng-aktifkan penguat differentiator ganda yang
dibentuk oleh Q1, Q2, Q3 dan Q4. Sedangkan transistor Q5 dan Q6 juga digunakan
untuk mengatur kapasitas arus pada penguat differentiator tersebut. Transistor Q7 dan
26
Q8 adalah sebagai sumber arus dan di-catu secara tetap pada Q5 dan Q6. Untuk
mengatur penguatan (gain) dapat dilakukan dengan menghubungkan pin 2 dan pin 3.
Sinyal termodulasi PWM dimasukkan melalui pin 1 dan pin 4. Gelombang pembawa
dimasukkan melalui pin 8 dan pin 10. Arus bias penguat ditentukan oleh Tegangan
bias Q7 dan Q8 melalui pin 5. Oleh sebab itu disini, detektor memiliki dua terminal
keluaran (pin 6 dan pin 12), dan dengan demikian terminal keluaran dapat dipilih
salah satunya saja. Dengan kata lain keluaran dapat digunakan sebagai Automatic
Gain Control (AGC) dan rangkaian demodulator PWM yang menggunakan MC1496
ini disebut dengan Product Detector.
Kemudian pada rangkaian gambar percobaan disini terdapat dua buah Op-Amp
UA741, melalui pin U1 dan U2, yaitu digunakan untuk mengatur level tegangan
sinyal PWM dan sinyal pembawa sesuai dengan kriteria operasi dari MC1496. Sinyal
masukan normal adalah level antara 300 mVpp sampai 1400 mVpp. Apabila sinyal
PWM lebih besar dari 300 mVpp, maka operasi product detector berada dalam daerah
linier. R7 digunakan untuk AGC pada MC1496, sedangkan kapasitor C1, C2, C4, C5
dan C9 digunakan untuk kopling kapasitor, memblok sinyal dc dan melewatkan sinyal
ac. VR1 dan VR2 digunakan untuk mengatur gain pada U1 dan U2. Sedangkan VR3
digunakan untuk pengisian (charge) sinyal masukan PWM. Rangkaian lengkap
demodulator PWM ditunjukkan oleh gambar 3.3.
27
3.3. ALAT DAN BAHAN
4. Modul KL-92001
5. Modul KL-94002
6. Osiloskop dual trace
28
3.5. Tabel Hasil Pengukuran
Terminal Masukan, U1
Terminal Keluaran, U2
29
Tabel 3.2. (Vm= 3 Vpp, fm = 700 Hz, Gelombang Segitiga)
Terminal Masukan, U1
Terminal Keluaran, U2
30
Tabel 4. (Vm= 3 Vpp, fm = 500 Hz, Gelombang Sinus)
Terminal Masukan, U1
Terminal Keluaran, U2
31
Keluaran sinyal PWM terdemodulasi
Terminal Masukan, U1
32
Terminal Keluaran, U2
33
Terminal Masukan PWM
Terminal Masukan, U1
Terminal Keluaran, U2
34
3.6. Analisa Hasil Pengukuran
3.8. Tugas
35
4. KONVERTER ANALOG TO DIGITAL (A/D)
4.1. Tujuan :
1. Memahami operasi Koverter Analog to Digital
2. Memahami operasi DAC804
ADC adalah suatu perangkat yang banyak digunakan dalam industri, dimana
merupakan suatu sistem digital yang berkomunikasi dengan dunia luar. ADC
mengubah tegangan atau arus masukan analog ke keluaran digital. Kegunaan ADC
diantaranya pengatur proses industri, komunikasi digital (bagian dalam proses PCM)
dan rangkaian pengukuran/atau pengujian. Secara umum, ADC digunakan sebagai
perantara antara sensor, kebanyakan berupa analog degan komputer, seperti sensor
suhu, cahaya, tekanan atau berat, aliran air dan sebagainya, kemudian diukur dengan
menggunakan sistem digital (komputer).
Suatu contoh komponen ADC, adalah ADC 0804, Gambar 4.1. Prinsip dasar
konverter ADC adalah suatu tegangan analog yang diberikan pada masukan, maka
keluaran ADC akan menghasilkan level bit-bit digital pada port paralel (8 bit). Dalam
36
rangkaian, pulsa digital dibangkitkan oleh 8 clock dan dilengkapi dengan register
buffer. Apabila konversi telah dilaksanakan maka rangkaian kembali mengirim sinyal
selesai konversi ke logika rendah. Selanjutnya, keluaran digital akan tetap tersimpan
walaupun akan memulai siklus konversi yang baru.
Contoh lain komponen ADC adalah ADC 0809, Gambar 4.2 (a), komponen ini
terdiri atas 2 bagian yaitu multiplekser dan konverter. Bagian multiplekser memiliki 8
buah masukan. Setiap masukan memiliki alamat sendiri, sehingga dapat memilih
secara terpisah melalui address A0, A1 dan A2, sesuai tabel 4.2 (b) yang menunjukkan
alamat dari masing-masing masukan. Sedangkan bagian konverter, fungsinya sama
seperti ADC0804 diatas.
(a) (b)
4. Kabel secukupnya.
37
4.4. Langkah Percobaan
38
2,6 ........ ........
2,8 ........ ........
3,0 ........ ........
3,2 ........ ........
3,4 ........ ........
3,6 ........ ........
3,8 ........ ........
4,0 ........ ........
4,2 ........ ........
4,4 ........ ........
4,6 ........ ........
4,8 ........ ........
5,0 ........ ........
4.6. Analisa
4.8. Tugas
1. Jelaskan prinsip dasar :
a. Multiplekser
b. buffer
2. Sebut dan jelaskan satu contoh ADC yang lain.
3. Buatlah rangkaian simulasi pada percobaan ini (Tugas tambahan)
39
5. KONVERT DIGITAL TO ANALOG (D/A)
5.1. Tujuan :
1. Memahami operasi Konverter Digital to Analog
2. Memahami operasi DAC 0800
biasanya dalam DAC 4 bit mengatur keluaran register dari sistem digital. Kemudian
hubungan masukan dan keluaran dituliskan dalam tabel kebenaran, seperti pada tabel
5.1.
D3 D2 D1 D0 Vout(V) D3 D2 D1 D0 Vout(V)
0 0 0 0 0 1 0 0 0 8
0 0 0 1 1 1 0 0 1 9
0 0 1 0 2 1 0 1 0 10
0 0 1 1 3 1 0 1 1 11
0 1 0 0 4 1 1 0 0 12
0 1 0 1 5 1 1 0 1 13
0 1 1 0 6 1 1 1 0 14
0 1 1 1 7 1 1 1 1 15
40
DAC 8 bit, dalam operasioal dapat dibagi atas DAC Unipolar dan DAC Bipolar.
Susunan rangkaian pengujian DAC 0800 8 bit ditunjukkan oleh gambar 5.3. Resolusi
DAC ini didefenisikan sebagai perbedaan terkecil dari satuan count, biasa disebut
LSB. Vout
41
Pin Vref (-) digroudkan melalui R1 sehingga arus referensi, I ref yang melalui R1
adalah
𝑉𝑟𝑒𝑓
Iref = (5.1)
𝑅1
𝑉𝑟𝑒𝑓 𝐷7 𝐷6 𝐷5 𝐷4 𝐷3 𝐷2 𝐷1 𝐷0
𝐼𝑜𝑢𝑡 = (2 + + + + + + + ) (5.2)
𝑅1 2 2 2 2 2 2 2
𝐼𝑜𝑢𝑡 dan 𝐼𝑜𝑢𝑡 adalah keluaran bersamaan dan berlawanan, dan arus penuh
didefenisikan sebagai IFS = 𝐼𝑜𝑢𝑡 + ̅̅̅̅̅
𝐼𝑜𝑢𝑡 dan 𝐼𝑜𝑢𝑡 adalah
̅̅̅̅̅
𝐼𝑜𝑢𝑡 = IFS + 𝐼𝑜𝑢𝑡 (5.5)
4. Kabel secukupnya.
43
5. Pindahkan hubungan dari J1. Ukur Iout dengan menghubungkan multimeter
analog antara keluaran DAC0800 dan masukan u741. Catat hasilnya pada tabel
5.1.
6. Pindahkan multimeter digital dan masukkan kembali J1. Ukur tegangan V out
pada Iout u741 (O/P) menggunakan multimeter digital dan catat hasilnya pada
tabel 5.1.
7. Dengan mengikuti kode digital yang terdaftar dalam tabel 1, ganti saklar D7
sampai D0 dan ulangi langkah 5 dan 6 secara berurutan. Catat hasilnya pada
tabel 5.1.
B. DAC0800 Bipolar
1. Tempatkan DAC0800 Bipolar pada modul KL-94001, masukkan hubungan ke
J1 dan J2.
2. Hitung dan catat harga nilai step dalam tabel 5.2.
3. Set masukan saklar D0 sampai D7 untuk menghubungkan posisi 0000 0000
(“0” =GND, “1” = + 5 V).
4. Menggunakan persamaan (2) dan (4) hitung dan catat hasilnya dalam tabel 5.2.
5. Dengan menggunakan multimeter digital, ukur tegangan Vout dan catat
hasilnya pada tabel 5.2.
6. Hubungkan sambungan pada J2. Ukur arus keluaran, I out menggunakan
multimeter analog di J1 dan catat hasilnya pada tabel 5.1.
7. Pindahkan posisi dari J2 dan masukkan ke J1. Ukur arus keluaran ̅̅̅̅̅
𝐼𝑜𝑢𝑡 dan
catat hasilnya pada tabel 5.2.
8. Hitung dan catat nilai Iout + ̅̅̅̅̅
𝐼𝑜𝑢𝑡 dan catat hasilnya pada tabel 5.1.
9. Dengan menggunakan kode digital yang terdaftar dalam tabel 5.2, ubah saklar
D7 sampai D0 dan ulangi langkah 5 sampai 8 secara berurutan.
10. Hitung dan catat hasilnya pada tabel 5.2.
44
5.5. Hasil Pengamatan
Tabel 5.1. Hasil Pengamatan DAC0800 Unipolar
Data Digital Keluaran analog
D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0 Vout (V) Iout (A)
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 0 0 0 0 1 0
0 0 0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 1 0 0 0
0 0 0 1 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 0 0
0 1 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1
Tabel 5.2. Hasil Pengamatan DAC0800 Bipolar
Data Digital Keluaran analog
D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0 Vout Iout (A) ̅̅̅̅̅
𝐼𝑜𝑢𝑡 (A) IFS
(V) (A)
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 1 0
0 0 0 0 0 1 0 0
0 0 1 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 1 0
1 0 0 0 1 0 0 0
1 0 1 0 0 0 0 0
1 1 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1
45
5.6. Analisa
5.8. Tugas
1. Jelaskan prinsip dasar :
c. OPAMP u741
d. ADC Unipolar dan Bipolar
2. Sebut dan jelaskan satu contoh DAC yang lain.
3. Buatlah rangkaian simulasi pada percobaan ini (Tugas tambahan)
46
6. Modulator ASK (Amplitude Shift Keying)
6.1. TUJUAN
ASK (Amplitude Shift Keying) adalah suatu bentuk modulasi yang mewakili
sinyal data digital sebagai variasi amplitudo dari gelombang pembawa ac. Amplitudo
dari gelombang pembawa ac (analog) bervariasi sesuai dengan aliran bit data dengan
memelihara frekuensi dan fasa yang konstan. Level amplitudo dapat mewakili logika
0 artinya tidak ada sinyal dan logika 1 artinya ada sinyal.
Dimana : Ai = amplitudo sinyal data digital yang memiliki nilai level dengan
jumlah M yang mungkin, 𝜔𝑐 = frekuensi sudut dan ∅0 = phasa adalah konstan. Jika
M = 2 ( A1 = 0, dan A2 = A, dengan A adalah bilangan konstan), d(t) adalah sinyal
data biner, maka sinyal modulasi ASK ditunjukkan oleh gambar 6.1.
47
Sinyal ASK mentransmisikan pesan biner dimana akan On ketika data
dimodulasi adalah logika tinggi dan akan Off ketika sinyal modulasi berlogika rendah.
Ini disebut juga sebagai Modulasi On-Off Keying (OOK).
Prinsip modulator ASK ditunjukkan oleh gambar 2. Sinyal data digital, d(t)
diberikan ke mixer jumlah dengan amplitudo, A, yang menyesuaikan levelnya,
tegangan bias, sehingga persamaan sinyal data biner keluarannya adalah
48
Pada sinyal ASK, terdapat dua level amplitudo yaitu [A + V H] Ac merupakan
level tinggi atau logika 1, dan [A + V L] Ac merupakan level rendah atau logika 0. VH
adalah level tinggi dari A, dan VL adalah level rendah dari A.
Rangkaian modulator ASK dapat dibentuk dari IC AD633, seperti gambar 6.4.
Sinyal data digital diberikan pada masukan VD Signal in, pin 1 IC AD633, dan
gelombang pembawa sinus diberikan pada masukan VC Carrier in melalui pin 3.
Tegangan keluaran Multiplier (1), VT out, dinyatakan oleh
𝑉𝑑 (𝑡)𝑉𝑐 (𝑡)
𝑉𝐴𝑆𝐾 (𝑡) = + 𝛼 𝑉𝑐 (𝑡) (6.4)
10
1
𝑉𝐴𝑆𝐾 (𝑡) = [ 𝑉𝑑 (𝑡) + 𝛼] Ac Sin [2πfct] (6.5)
10
Dalam hal ini, sinyal data termodulasi digital terdapat 2 level yaitu :V H = 5 V dan VL
= 0 V, dan keluarannya terdapat 3 keadaan :
49
Sinyal 𝑉𝐴𝑆𝐾 (𝑡)terdapat dua tegangan diskrit, yaitu [0,5 + 𝛼 ]Ac menyatakan
level tinggi dan 𝛼Ac menyatakan level rendah.
Jika 𝛼 = 0, maka 𝑉𝐴𝑆𝐾 (𝑡) terdapat dua level tegangan yaitu 0,5 Ac dan 0,
kondisi ini disebut dengan modulasi On-Off Keying (OOK)
Modul Rangkaian perobaan ditunjukkan oleh Gambar 6.5
1. Modul KL-92001
2. Modul KL 94005
3. Osiloskop
50
6.4. LANGKAH PERCOBAAN
1. Susun rangkaian Modulator ASK sesuai dengan gambar 4 untuk modul KL-
94005 dan Modul KL-92001
2. Hubungkan gelombang sinus, 500 kHz, 4Vpp dari Function Generator ke
terminal VC Carirer in.
3. Hubungkan gelombang TTL CMOS, 20 kHz. dari Function Generator ke
terminal VD signal in.
4. Memutar VR1 sampai maksimum scarah dengan jarum jam untuk
memperoleh amplitudo maksimum dari modulasi sinyal ASK pada VT out.
Ukur dan gambarkan bentuk gelombang sinyal ASK pada tabel 6.1.
5. Memutar VR1 sampai maksimum searah dengan jarum jam untuk
memperoleh amplitudo minimum dari modulasi sinyal ASK pada VT out.
Ukur dan gambarkan bentuk gelombang sinyal ASK pada tabel 6.1.
6. Hubungkan gelombang TTL CMOS, 1 kHz. dari Function Generator ke
terminal VD signal in, dan ulangi langkah 4 dan 5.
7. Hubungkan gelombang TTL CMOS, 10 kHz. dari Function Generator ke
terminal VD signal in, dan ulangi langkah 4 dan 5.
51
6.5. TABEL PENGAMATAN
Tabel 6.1 Modulator ASK (VC carrier in= 500 kHz, 4 Vpp)
VD Signal in VT out Waveform VT out Waveform
(TTL Level) (VR1 fully CW) (VR1 fully CCW)
20 kHz
1 kHz
10 kHz
50 kHz
52
6.6. Analisa Data
6.8. Tugas
1. fungsi PLL?
2. Hubungan sinyal Vx out dan VLP out ?
3. Fungsi komparator ? dan
4. Buatlah rangkaian simulasi praktek ini (Tugas Tambahan, tidak wajib)
53
7. Demodulator ASK
7.1. TUJUAN
Gambar 7.1. Blok fungsi dan Bentuk Gelombang Demodulator ASK Non-
Koheren
54
diterima oleh detektor selubung dengan melewatkan selubung sinyal frekuensi
tingginya dan puncak ber-riak (tidak rata), VC. Kemudian keluarannya bagian positif
dilewatkan ke Low Pass Filter (LPF) untuk meratakan selubungnya dan mem-blok
kopling ac, VLP, dan diteruskan ke Komparator. pada batas ambang tegangan
(threshold) untuk menghasilkan sinyal data digital aslinya, V o.
Multiplier (1) bekerja sebagai generator ASK, yang dihasilkan dari sinyal data digital,
VD Signal in, dan gelombang pembawa ac frekuensi tinggi, VC Carrier in. Keluaran
ASK, VT out diberikan ke masukan demodulator ASK Non-koheren pada VR in.
Detektor selubung mendeteksi blok sinyal setengah positif yang menghasilkan VE out.
Sewaktu sinyal terhubung ke dalam terminal ac, komponen dc pada VE out diblok
oleh kapasitor C2 yang menghasilkan VLP dan dihubungkan ke komparator.
Komparator akan membentuk sinyal keluaran LPF dibandingkan terhadap sinyal
digital dengan dua level tegangan 0 V dan 5 V.
55
Gambar 7.3. Demodulator ASK Koheren.
Apabila Sinyal ASK yang diterima, 𝑉𝑅 (𝑡), dan rekonstruksi sinyal pembawa , 𝑉𝐿𝑂 (𝑡),
sudah terhubung ke masukan multiplier, maka akan menjadi sinyal keluaran multiplier
tersebut. Persamaannya
𝐴 𝐴𝑅 𝐴𝐿𝑂 𝐴𝑅 𝐴𝐿𝑂
=[ ] 𝑆𝑖𝑛 ∅ + [ ] 𝑆𝑖𝑛 ∅ 𝑉𝐷 (𝑡) +
2 2
𝐴𝑅 𝐴𝐿𝑂
[𝑉𝐷 (𝑡) + 𝐴] [ ] 𝑆𝑖𝑛 (2 𝜋 𝑓𝑜 𝑡 + ∅) (7.3)
2
Bagian pertama persamaan ini adalah komponen dc, bagian kedua adalah sinyal
termodulasi digital dan bagian ketiga adalah sinyal ASK dengan frekuensi 2 f c
(frekuensi gelombang pembawa 2 kali). Komponen dc diblok oleh kopling dc
56
dan komponen sinyal gigi gergaji frekuensi tinggi ditolak oleh Low Pass Filter.
Tegangan pada komparator adalah membandingkan keluaran LPF, V LF (T) terhadap
tegangan batas ambang (threshold) dan menghasilkan sinyal keluaran digital, V o
adalah sama dengan sinyal termodulasi asal.
(1) bekerja sebagai modulator ASK yang akan mengubah sinyal modulasi digital ke
dalam sinyal termodulasi ASK, VR out. PLL (Phase Loop Locked) dan Band Pass
Filter berfungsi sebagai merekonstruksi pemulihan rangkaian pembawa dengan
rekonstruksi sinyal pembawanya. Frekuensi sinyal pembawa yang dipulihkan pada
terminal VLO out adalah sama dengan sinyal pembawa pemancar asal. Sedangkan fasa
dapat disinkronkan dengan sinyal pembawa asal dengan mengatur VR5. Multiplier (2)
bekerja sebagai pengali sinyal ASK yang diterima dan sinyal pembawa yang
dipulihkan. LPF berguna untuk mem-blok komponen frekuensi tinggi pada Multiplier
(2). Akhirnya Komparator berguna untuk menekan sinyal VLP out ke tanah dan
memulihkan sinyal termodulasi aslinya.
57
4
1. Modul KL-92001
2. Modul KL 94005
3. Osiloskop
58
5
1. Susun rangkaian Demodulator ASK sesuai dengan gambar 4 untuk modul KL-
94005 dan Modul KL-92001 dan hubungkan pin 2, 6 dan 8 untuk ASK
Demodulator Non-Koheren.
2. Hubungkan gelombang sinus, 500 kHz, 4Vpp dari Function Generator ke
terminal VC Carirer in pada ASK Modulator.
3. Hubungkan gelombang TTL CMOS, 20 kHz. dari Function Generator ke
terminal VD signal in pada ASK Modulator.
4. Memutar VR1 sampai maksimum scarah dengan jarum jam untuk
memperoleh amplitudo maksimum dari modulasi sinyal ASK pada VT out.
Ukur dan catat bentuk gelombang sinyal ASK : VT out, VE out, VLP out dan
Vo out. pada tabel 7.1.
5. Hubungkan gelombang TTL CMOS, 1 kHz. dari Function Generator ke
terminal VD signal in, dan ulangi langkah 4.
6. Hubungkan gelombang TTL CMOS, 10 kHz. dari Function Generator ke
terminal VD signal in, dan ulangi langkah 4.
7. Hubungkan gelombang TTL CMOS, 50 kHz. dari Function Generator ke
terminal VD signal in, dan ulangi langkah 4.
1. Susun rangkaian Demodulator ASK sesuai dengan gambar 4 untuk modul KL-
94005 dan Modul KL-92001. Buka pin 2, 6 dan 8, kemudian hubungkan pin
1, 3, 5, 8 dan 10 untuk ASK Demodulator Koheren.
2. Hubungkan gelombang sinus, 500 kHz, 4Vpp dari Function Generator ke
terminal VC Carirer in pada ASK Modulator.
3. Hubungkan gelombang TTL CMOS, 20 kHz. dari Function Generator ke
terminal VD signal in pada ASK Modulator.
4. Memutar VR1 sampai maksimum scarah dengan jarum jam untuk
memperoleh amplitudo maksimum dari modulasi sinyal ASK pada VT out.
59
Ukur dan catat bentuk gelombang sinyal ASK : VT out, VE out, Vx out, VSO
out, VLP out dan Vo out. pada tabel 7.2.
5. Hubungkan gelombang TTL CMOS, 1 kHz. dari Function Generator ke
terminal VD signal in, dan ulangi langkah 4.
6. Hubungkan gelombang TTL CMOS, 10 kHz. dari Function Generator ke
terminal VD signal in, dan ulangi langkah 4.
7. Hubungkan gelombang TTL CMOS, 50 kHz. dari Function Generator ke
terminal VD signal in, dan ulangi langkah 4.
20 kHz
1 kHz
10 kHz
50 kHz
60
7
b) Demodulator ASK Koheren
Tabel 7.2. Demodulator ASK Koheren ( VC Carrier in, 500 kHz, 4 V pp)
VD
VT out Vx out VSO out VLP out Vo out
Signal in
Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk
(TTL
Gelombang Gelombang Gelombang Gelombang Gelombang
Level)
20 kHz
1 kHz
10 kHz
50 kHz
61
8
7.8. Tugas
62
8. Modulator FSK (Frequency Shift Keying)
8.1. TUJUAN
63
(a) Sinyal data
untuk menghasilkan sinyal termodulasi yang memiliki dua frekuensi berbeda yang
mewakili masing-masing bit masukan.
Proses demodulasi pada FSK dapat digunakan dengan menggunakan Phase Locked
Loop. Phase Locked Loop umumnya terdiri atas detektor fasa, loop filter, loop
amplifier dan VCO (Voltage Controlled Oscillator).
Detektor fasa memiliki berbagai jenis, namun salah satunya terdiri atas mixer
dan lowpass filter. Sehingga keluaran detector fasa menghasilkan persamaan:
64
1
𝑣𝑑𝑓 (𝑡) = 𝐴𝑖 𝐴𝑜 𝐾𝑑 sin[𝜃(𝑡) − 𝜔(𝑡)] (8.3)
2
Teknik FSK ini banyak digunakan untuk transmisi informasi Teletype. Standar
FSK yang digunakan 2124 Hz merupakan tanda atau 1, dan 2975 Hz merupakan ruang
atau 0. Sedangkan untuk transmisi data saluran telepon dan sambungan telepon rumah,
menggunakan frekuensi, ruang = 1270 Hz, tanda = 1.0701Hz dan ruang = 2.225Hz,
tanda = 2.025Hz. Disini terdapat perbedaan celah (gap) frekuensisinyal FSK sama
dengan 200 Hz.
65
Frekuensi keluaran masing-masing f1=1270Hz dan f2 = 1.070Hz dapat
diperoleh dengan mengatur nilai VRI dan VR2. Komponen U2 dan U3 adalah LPF
orde orde ke-dua yang dibentuk secara kaskade, gunanya untuk menyaring komponen
harmonisa frekuensi tinggi pada keluaran.
1. Modul KL-92001
2. Modul KL 94003
3. Osiloskop
5V
66
0V
8.7. KESIMPULAN
8.8. Tugas
1. Buatlah satu contoh lain dari gambar 8.1.
2. Buatlah rangkaian simulasi praktek ini (Tugas Tambahan, tidak wajib)
67
9. Demodulator FSK (Frequency Shift Keying)
9.1. TUJUAN
Salah satu jenis rangkaian demodulator FSK adalah penggunaan PLL. PLL
akan mendeteksi frekuensi sinyal masukan FSK dan fasanya, serupa dengan
demodulator AM dan FM dideteksi sebagai selektor frekuensi. Dalam sistem
telekomunikasi terdapat berbagai jenis PLL digital dan pengembangannya. PLL ini
juga bermanfaat dalam sinkonisasi pembawa, sinkronisasi bit dan demodulasi digital.
Jenis demodulasi FSK adalah detektor FSK asinkron dan detektor FSK sinkron. Jenis
demodulasi FSK yang dibahas disini adalah detektor FSK asinkron.
Blok diagram detektor FSK Asinkron ditunjukkan oleh Gambar 9.1. Bagian
penerima, disini terdapat dua low pass filter, masing - masing pusat pusat frekuensi
68
(sinyal digital sebagai 0). Kemudian kombinasi sinyal digital tersebut setelah
demodulasi, akhirya dapat diperoleh sinyal digital pada terminal keluarannya.
Sewaktu deviasi frekuensi tertentu pada sinyal pembawa ( 𝜔𝑐 ) yang kecil, lebih
menguntungkan memanfaatkan kenaikan pada filter tersebut.
1. Modul KL-92001
2. Modul KL 94003
3. Osiloskop
69
9.5. Hasil Pengamatan
Tegangan keluaran
Sinyal Gelombang Keluaran Gelombang Keluaran
demodulator FSK
masukan LM566 (pin 3) FSK
(Vdc)
5V
0V
9.8 .Tugas
1. Buatlah satu contoh proses bentuk gelombang dari gambar 9.1.
2. Buatlah rangkaian simulasi praktek ini (Tugas Tambahan, tidak wajib)
70
10. MODULASI PSK MODULATION DAN MODULASI
QPSK
10.1. TUJUAN
a. PSK/QPSK Modulator
Proses modulasi phase-shift keying (PSK) dapat dilihat sebagai kasus dari
phase modulation (PM). Sinyal pembawa merupakan sinyal sinus dengan frekuensi
dan amplitudo tetap. Sinyal modulasi adalah informasi biner, jika informasi adalah
low (logika 0), maka sinyal pembawa tetap pada fasanya. Jika informasi masukan high
(logika 1), maka sinyal pembawa memiliki fasa sebesar 180o. Pasangan gelombang
sinus hanya berbeda fasanya pada pergeseran 180 derajat disebut sinyal ampliyudo.
Tipe phasa shift-keying ini disebut binary PSK (BPSK) atau Phasa Reverse keying
(PRK), sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 10.1.
Pada BPSK (Bi PSK), skema modulasi dikarakteristikkan oleh fakta bahwa
informasi dibawa oleh sinyal transmisi yang terdapat dalam fasanya, sebaliknya,
dalam Quasi Phasa Shift Keying (QPSK), fasa dari pembawa membawa satu dari
71
empat harga, seperti 0o, 90o, 180o,dan 270o. Setiap harga fasa yang mungkin
berhubungan dengan pasangan bit yang khusus disebut dibit, Gambar 10.2.
Kemungkinan pasangan set PSK dan QPSK ditunjukkan oleh Tabel 10.1.
Tabel 10.1. Phase Shift yang mungkin dari PSK dan QPSK
(fase derajat)
Sistem informasi bit
Perkiraan #1 #2
PSK 0 0 180 45
1 180 0 225
QPSK 0 0 180 45
11 180 0 225
1 90 270 135
10 270 90 135
72
Gambar 10.3. Blok diagram sistem PSK/QPSK
Keluaran data selector didapatkan dengan memilih input A dan B, ditunjukkan oleh
Gambar 10.4.
Rangkaian pewaktu menerima sinyal kotak (fc) dari keluaran generator sinyal
pembawa dan produksi dua output fc ke masukan kontrol beban sinyal 2 fc ke keluaran
clock dan kontrol register dan juga untuk generator sycn cycle. Kedua sinyal fc dan 2 fc
dari laju data informasi masukan digital yang digunakan untuk menentukan apakah
modulator bekerja dalam mode binary PSK/QPSK atau tidak. Disini terdapat 3 kasus
yang mungkin, yaitu:
1. Bit rate = fc dan syn cycle tidak dibangkitkan pada kasus ini, laju data sama
dengan frekuensi pembawa fc dan frekuensi clock dua kali frekuensi pembawa,
73
satu bit dari aliran data digital diberikan pada kontrol register dua kali.
Sehingga keluaran kontrol Q-Q1 dari kontrol register adalah sama, 00 atau 11.
Keluaran X dari data selector adalah sinyal masukan, X0-X3. Sistem ini
bekerja dalam mode PSK.
2. Bit rate = 2 fc dan sync cycle tidak dibangkitkan pada kasus ini, laju dan
frekuensi clock sama dengan 2 kali frekuensi pembawa 2 fc. dua aliran data
diberikan pada laju kontrol register Q0-Q1, kemungkinan bernilai 00, 01, 11
atau 10. Sistem ini bekerja dalam moe QPSK.
3. Bit rate = 2 fc atau sycn cycle tidak dibangkitkan jika sycn dibutuhkan,
rangkaian kontrol sync cycle akan memproduksikan sinyal kontrol untuk
mengatur keluaran data shift register control 1, sycn cycle dan kemudian
sebuah sinyal sync cycle akan muncul pada keluaran modulator.
Kemudian sycn cycle ter-konversi adalah data 0111. ketika detector sycn cycle
menerima data ini, kondisi low merepresentasikan untuk identifikasi sycn cycle yang
telah terdeteksi.
74
Gambar 10.5. Modul Rangkaian modulator PSK/QPSK
b. Demodulator PSK/QPSK
5
75
Gambar 10.6. Blok diagram demodulator PSK/QPSK
76
Gambar 10.7. Modul Demodulator PSK?QPSK
77
10.3. PERALATAN DAN PRATIKUM
10.4.PERCOBAAN
78
1. Ukur dan catat bentuk gelombang dan frekuensi pada titik uji menurut Tabel
10.8.
B.3. Pengukuran Kontrol Shift Register
1. Dengan menghubungkan kanal 1 Osiloskop, CH1, ke TP10 dan kanal 2, CH2
ke ke TP 11. Ukur dan catat bentuk sinyal dan frekuensi pada tabel 10.9.
2. Ulangi langkah 1 untuk frekuensi sinyal digital 100 Hz dan 1 kHz ke Digital
DATA IN.
3. Pulihkan kembali frekuensi sinyal digital ke 500 Hz.
B.4. Pengukuran Sinyal Termodulasi PSK/QPSK
1. Hubungkan kanal 1, CH1 ke masukan PSK/QPSK OUT. Ukur dan catat
bentuk gelombang dengan variasi setting TIME/DIV pada Tabel 10.10.
C. Demodulator PSK/QPSK
C.1. Pengukuran Sync Cycle Detector (Modul KL-94007)
1. Hubungkan gelombang persegi level TTL, 500 Hz ke terminal Digital DATA
IN.
2. Atur tegangan dc pada TP4 ke nilai sesuai dengan Tabel 10.11. Gunakan
Osiloskop, ukur dan catat bentuk gelombang dan frekuensi pada TP5, TP6, dan
TP13 untuk masing-masing nilai dc.
3. Atur tegangan dc pada TP4 ke -5 V.
C.2. Pengukuran Penyearah Gelombang Penuh
1. Hubungkan gelombang persegi level TTL dengan frekuensi sesuai dengan
Tabel 10.12 ke terminal Digital DATA IN. Gunakan Osiloskop, ukur dan catat
bentuk gelombang dan frekuensi pada TP2, TP3, dan TP9 untuk masing-
masing frekuensi.
2. Hubungkan gelombang persegi level TTL 500 Hz ke terminal Digital DATA
IN.
C.3. Pengukuran 32fc, 4 fc dan 2 fc
1. Ukur frekuensi pada TP11 untuk memperoleh frekuensi sama dengan 32 fc
dengan mengatur VR3. Ukur dan catat bentuk gelombang dan frekuensi pada
TP11, TP8, dan TP12 sesuai Tabel 10.13..
C.4. Pengukuran Shift Register
1. Ukur dan catat bentuk gelombang dan frekuensi pada TP7, TP12, TP14, U7
Q2 dan U7 Q3 sesuai Tabel 10.14
C.5. Pengukuran Keluaran Demodulator PSK/QPSK
79
1. Ukur dan catat bentuk gelombang dan frekuensi pada DATA OUT dan RX
CLK OUT sesuai Tabel 10.15.
2. Ulangi langkah 1 untuk frekuensi Digital DATA INI pada 100 Hz dan 1 kHz.
TP1
TP2
TP3
80
Tabel 10.3. Pengukuran Keluaran PSK/QPSK
Titik Uji Bentuk Gelombang
PSK/QPSK OUT
TP1
TP11
81
Tabel 10.6. Pengukuran Keluaran
DATA OUT
RX CLK OUT
TP12 (Kanal 1)
TP13 (Kanal 2)
TP15
82
Tabel 10.8. Pengukuran Sync Cycle
TP15
TP16
TP8
TP17
83
Tabel 10.9. Pengukuran Shift Register
500 Hz
100 Hz
1 kHz
84
Tabel 10.10. Pengukuran Sinyal Temodulasi PSK/QPSK
2,5 ms
1 ms
500 µs
250 µs
100 µs
85
Tabel 10.11. Pengukuran Demodulator PSK/QPSK
Titik Uji
Tegangan dc pada TP4
TP5 TP6
TP7 TP13
-5 Vdc
Titik Uji
Tegangan dc pada TP4
TP5 TP6
TP7 TP13
-3 Vdc
86
Tabel 10.11. Pengukuran Sync Cycle Detector
Titik Uji
Tegangan dc pada TP4
TP5 TP6
TP7 TP13
-1 Vdc
87
Tabel 10.11. Pengukuran Sync Cycle Detector
Titik Uji
Tegangan dc pada TP4
TP5 TP6
TP7 TP13
0 Vdc
88
Tabel 10.12. Pengukuran Penyearah Gelombang Penuh
TP3
500 Hz
TP9
89
Tabel 10.12. Pengukuran Penyearah Gelombang Penuh
TP3
100 Hz
TP9
90
Tabel 10.12. Pengukuran Penyearah Gelombang Penuh
TP3
1 kHz
TP9
91
Tabel 10.13. Pengukuran 32fc, 4 fc dan 2 fc
TP11
(32 fc)
TP8
(2 fc)
TP12
(4 fc)
92
Tabel 10.14. Pengukuran Shift Register
TP12
TP7
TP14
U7 Q2
U7 Q3
93
24
500 Hz
100 Hz
1 kHz
10.8. Tugas
1. Buatlah satu contoh proses bentuk gelombang lain dari gambar 10.2.
2. Buatlah satu contoh bentuk gelombang PSK dan QPSK sesuai Tabel 10.1
3. Buatlah rangkaian simulasi praktek ini (Tugas Tambahan, tidak wajib)
94
DAFTAR PUSTAKA
95