Anda di halaman 1dari 96

PENUNTUN PRAKTIKUM

TELEKOMUNIKASI DIGITAL

OLEH :

Ir. Indra Yadi MT.

JURUSAN TEKIK ELEKTRO

PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI

POLITEKNIK NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Berkat rahmat Allah SWT, Penuntun praktikum ini dapat kami selesaikan tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan buku ini adalah untuk memberikan petunjuk atau
tuntunan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa program studi Teknik Telekomunikasi
Politeknik Negeri Medan dalam mengambil Mata Kuliah Telekomunikasi Digital untuk
melakukan praktikum di laboratorium Digital.

Kami menyadari bahwa buku penuntun ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik
dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat kami harapkan.

Bersama ini pula kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Bapak Direktur
Polteknik Negeri Medan dan teman-teman lainnya yang telah mendukung kelancaran
penyusunan buku ini.

Medan, September 2021

Penyusun,

1
DAFTAR ISI

Halaman:

JUDUL

KATA PENGANTAR ..................................................................................... 1

DAFTAR ISI ................................................................................................. 2

TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM .................................................. 3

FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM .............................................................. 4

1. SINTESA FREKUENSI PLL .......................................................................... 6

2. MODULATOR PWM ...................................................................................... 18

3. DEMODULATOR PWM ...................................................................................... 25

4. KONVERTER A/D ...................................................................................... 36

5. KONVERTER D/A ...................................................................................... 40

6. MODULATOR ASK ...................................................................................... 47

7. DEMODULATOR ASK ...................................................................................... 54

8. MODULATOR FSK ..................................................................................... 63

9. DEMODULATOR FSK ..................................................................................... 68

10. MODULATOR PSK-QPSK .........................................................................

DAFTAR PUSTAKA

2
TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM

a. Mahasiswa dan dosen diwajibkan menggunakan pakaian rapi dan tidak


diperkenankan memakai kaos oblong dan sandal jepit pada waktu
praktikum.
b. Mahasiswa diwajibkan menggunakan jas laboratorium selama praktikum
berlangsung.
c. Keterlambatan mahasiswa masuk ruangan laboratorium diijinkan
maksimal 15 menit dari jadwal yang telah ditetapkan. Lewat dari batas
tersebut, mahasiswa tidak diperbolehkan mengikuti praktikum, kecuali
dengan alasan yang logis.
d. Tidak diperbolehkan menghidupkan HP saat praktikum berlangsung (HP
silent).
e. Mahasiswa tidak diperkenankan melakukan keributan di ruang
laboratorium dalam bentuk apapun selama praktikum berlangsung.
f. Tidak diperkenankan makan dan minum di laboratorium.
g. Mahasiswa wajib mengikuti keseluruhan mata acara praktikum yang
dilaksanakan (kehadiran 100 %)
h. Tidak ada praktikum susulan.
i. Kerusakan alat laboratorium karena kelalaian atau kesalahan mahasiswa
harus diganti dan ditanggung mahasiswa atau kelompok yang
bersangkutan.
j. Laporan praktikum dikumpulkan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan, jika terlambat akan dikenakan sanksi penilaian.
k. Ruangan dan peralatan laboratorium harus dalam keadaan bersih dan rapi.

3
Format isi laporan
a. Laporan diketik dalam kertas A4, huruf Times New Roman 12, spasi 1,5,
batas kiri 4 cm, batas atas 3 cm, batas kanan 3 cm dan batas bawah 3 cm.
b. Format isi laporan adalah sebagai berikut :

LAPORAN PRAKTIKUM
TELEKOMUNIKASI DIGITAL

(JUDUL PERCOBAAN PRAKTIKUM)

Oleh : (SUSUNAN PANITIA)

KETUA : ......(NAMA).. NIM : ....


ANGGOTA : 1. ..(NAMA).. NIM : ......
ANGGOTA : 2. ..(NAMA).. NIM : ......
ANGGOTA : 3. ..(NAMA).. NIM : ......
ANGGOTA : 4. ..(NAMA).. NIM : ......

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


PROGAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
(TAHUN)

4
(JUDUL)
I. TUJUAN
II. DASAR TEORI
III. ALAT DAN BAHAN
IV. LANGKAH PERCOBAAN
V. DATA PERCOBAAN
VI. ANALISA
VII.KESIMPULAN DAN SARAN
VIII. JAWABAN TUGAS
LAMPIRAN DATA YANG TELAH DISAHKAN OLEH INSTRUKTUR

CATATAN : LAMPIRAN DATA YANG HARUS TELAH DISAHKAN OLEH


INSTRUKTUR SEBELUM MEMBUAT LAPORAN.
CONTOH :
LAMPIRAN
DATA PERCOBAAN
Data 1 .........
Data 2 ....
dan seterusnya..

Medan, (Tgl), (Bulan), (Tahun)


Data ini telah disahkan oleh

Instruktur 1 Instruktur 2

(Nama) (Nama)

NIP :............. NIP :.........

5
1. SINTESA FREKUENSI PLL

1.1. TUJUAN

1. Untuk mempelajari prinsip prinsip dari sintesiser frekuensi.


2. Untuk mengukur karakteristik dari sintesiser frekuensi.

1.2. DASAR TEORI

Prinsip dasar Phase Loop Locked (PLL) ditunjukkan oleh gambar 1, dua buah
sinyal yang diberikan ke detektor fasa dikatakan memiliki frekuensi yang sama bila
beda fasa antara keduanya selalu tetap. Bila misalnya frekuensi VCO berubah maka
beda fasa antara osilator Kristal dan VCO akan berubah. Perubahan beda fasa iní
kemudian oleh detektor fasa dikonversi menjadi perubahan tegangan error. Tegangan

Gambar 1.1. Prinsip dasar PLL

error berupa deretan pulsa-pulsa ini kemudian dilewatkan kerangkaian Low Pass
Filter sehingga menjadi tegangan DC yang benar-benar rata. Selanjutnya perubahan
tegangan DC yang sudah rata ini diberikan pada varaktor sehingga frekuensi VCO
kembali seperti semula. Dengan cara ini maka frekuensi VCO akan "terkunci"
(locked) dan selalu sama dengan frekuensi osilator kristal. Berhubung osilator Kristal
sangat stabil maka frekuensi VCO dengan sendirinya akan ikut stabil. Inilah prinsip
kerja PLL.

Dalam gambar 1.2, frekuensi referensi (fr) berasal dari osilator kristal yang
telah dibagi ( oleh rangkaian pembagi frekuensi ) dengan bilangan pembagi
R,Sementara itu, sebelum dibandingkan dengan frekuensi referensi (fr), frekuensi

6
output VCO (f0) juga dibagi dengan bilangan pembagi N. Pada saat sistem PLL ini
dalam keadaan terkunci (locked) maka fr = 10/N atau dengan kata lain :

Gambar 2..Blok diagram sistem PLL

fo= N.fr (1.1)

Berdasarkan persamaan ini maka fo akan mudah dibuat variabel dengan


mengubah besarnya bilangan N. Dimana N adalah bilangan bulat dan fr adalah satuan
terkecil dari perubahan fo. Satuan terkecil ini sering disebut step. dengan demikian
mudah didihitung. N adalah bilangan bulat, bukan pecahan, dan N bisa bernilai I
hingga tak berhingga. Dalam praktek umumnya N ditentukan oleh lebar frekuensi
kerja VCO, karena tidak ada VCO yang mampu bekerja pada frekuensi nol hingga tak
berhingga.

Lebar frekuensi VCO ditentukan olch karakteristik varaktor yang digunakan.


Nilai kapasitansi varaktor dalam PLL ditentukan oleh tegangan error yang dihasilkan
detektor fasa yang besarnya berkisar antara 0 - 5 volt, mengingat detektor fasa
umumnya dibangun dari TTL (Transitor Transistor Logic) yang beroperasi pada
tegangan 5 volt. Variasi tegangan error ini akan menentukan lebar frekuensi kerja
VCO. Terkadang variasi tegangan 0- 5 volt sering dirasa kurang. Untuk mendapatkan
variasi tegangan yang lebih lebar (misalnya 0-15 volt) dibutuhkan sebuah DC
Amplifier schingga akan diperoleh frekuensi kerja VCO yang lebih lebar.

Dalam bahasa ninialah percobaan menggunakan modul KL-93005 yaitu


membahas mengenai frequency synthesizer. Frequency synthesizer sendiri merupakan
suatu sumber frekuensi (frequency source) yang frekuensi outputnya sama dengan

7
frekuensi input dikalikan suatu bilangan integer tertentu. Di dalam frequency
synthesizer ini, tersusun beberapa blok rangkaian, antara lain PLL (phase looked
loop), VCO (voltage controlled oscillator), phase detector dan divide-N counter
(rangkaian counter pembagi N).

Berdasarkan persamaan 1, f0 mudah diubah variabel dengan mengubah


bilangan N, dimana N adalah bilangan bulat dan fr adalah satuan terkecil dari
perubahan f0. Satuan terkecil sering disebut step. Contoh perhitungan :

Bila fr = 100 kHz, maka f0 = N x 100 kHz

fr = 10 kHz, maka f0 = N x 10 kHz

Rangkaian modul KL. 93005 frequency synthesizer ditunjukkan oleh Gambar


1.3 berikut.

I.3. ALAT DAN BAHAN

1. Modul KL 92001

2. Modul KL 92005

3. Osiloskop dual trace

8
Gambar 1.3 Modul PLL Frequency Synthesizer (KL 92005)

1.4. LANGKAH KERJA

Percobaan I

1. Untuk membangun sebuah tipe sintesis frekuensi, bagian sirkuit berikut ini,

diperlukan:

a. Bagian reference frequency

b. Bagian PLL

c. Bagian devide by n device

2. Pengukuran frekuensi referensi

a. Letakkan jumper pada posisi 2

9
b. Gunakan osiloskop, ukur dan catat gelombang dan frekuensinya pada titik

uji di tabel 1-1

(Peragaan praktek ditunjukkan oleh video, Percobaan 1, langkah 1, dan langkah 2)

Percobaan 2

1. Pindahkan jumper dari posisi 2, dengan daya mati, atur VRI = 10 KΩ danVR2
= 1,4 ΜΩ menggunakan multimeter.
2. Letakkan jumper di posisi 3 dan 6. Hidupkan daya 0 - 15 VDC dan KL 92001
pada TPó (VCO IN), Ukur dan catat gelombang dan frekuensi untuk tegangan
masukan dc yang berbeda di Tabel 1-2.
3. Tandai tegangan VCO karakteristik frekuensi pada gambar 3 cocokkan dengan
hasil di tabel 1.2.
4. Karakteristik tegangan frekuensi plot VCO pada gambar sesuai hasil pada
Tabel 1.2.
5. Tempatkan jumper pada posisi 7 (terhubung dengan VR2) Ulangi langkah (2)
dan (3), catat hasilnya pada Tabel 1-3

Percobaan 3

1. Letakkan jumper di posisi 2, 3, 6, 7 dan 11.


2. Ukur dan catat frekuensi pada TP4, TP8 dan OUT untuk variasi harga BCD
pada Tabel 1.4.
3. Pindahkan jumper dari posisi 3 ke posisi 4, ulangi langkah 2.
4. Pindahkan posisi jumper dari posisi 4 ke posisi 5, ulangi langkah 3

Percobaan 4

1. Letakkan jumper di posisi 2, 3, 6, 7 dan 11.


2. Ukur dan Catat frekuensi pada U10 pin 4(fin), TP7 (fout), dan TP8 untuk
variasi harga BCD di tabel 1-5.
3. Pindahkan jumper dari posisi 3 ke posisi 4, ulangi langkah 2.
4. Pindahkan jumper dari posisi 4 ke posisi 5, ulangi langkah 3.
Percobaan 5
1. Letakkan jumper pada posisi 2, 3, 6, 7, 8 dan 12

10
2. Ukur dan catat hasil frekuensi pada OUT U7, pin 1 dan OUT U7, pin 12 untuk
variasi harga BCD menurut tabel 1-6.
3. Bandingkan sinyal U7, pin 1 dengan OUT dan catat pergeseran fasa sinyal U7,
pin 1 pada tabel 15-6
4. Bandingkan sinyal U7, pin 12 dengan OUT dan catat pergeseran fasa sinyal
U7, pin 12 pada tabel 1-6
5. Pindahkan jumper dari posisi 3 ke 4, ulangi langkah 4.
6. Pindahkan jumper dari posisi 4 ke 5, ulangi langkah 4.
Percobaan 6
1. Letakkan jumper pada posisi 2, 5, 6, 7, 10, dan 13.
2. Ukur dan catat frekuensi pada OUT (fo) dan U11, pin 5 untuk variasi harga
BCD pada tabel 1-7.
1.5. DATA PERCOBAAN

Tabel 1-1. Pengukuran frekuensi referensi

Test Point Frekuensi Bentuk gelombang

TP2

TP1

U2 pin 12

U1 pin 12

TP 4

11
Tabel 1-2 Karakteristik tegangan masukan vs frekuensi keluaran VCO (VR2 tidak
terhubung)

TP 6
TP 6 OUT OUT
Tegangan
Tegangan dc Bentuk Gelombang Bentuk Gelombang
dc
mmasukan) Keluaran dan Frekuensi Keluaran dan Frekuensi
mmasukan)
(V) (kHz) (kHz)
(V)

0 5.5

6
0.5

1 6.5

1.5 7

2 7.5

2.5 8

3 8.5

3.5 9

4 9,5

4.5 10

12
Tabel 1-3 Karakteristik tegangan masukan vs frekuensi keluaran VCO (VR2
terhubung)

TP 6
TP 6 OUT OUT
Tegangan
Tegangan dc Bentuk Gelombang Bentuk Gelombang
dc
mmasukan) Keluaran dan Frekuensi Keluaran dan Frekuensi
mmasukan)
(V) (kHz) (kHz)
(V)

0 5.5

6
0.5

1 6.5

1.5 7

2 7.5

2.5 8

3 8.5

3.5 9

4 9,5

4.5 10

13
Tabel 1-4. Frekuensi Pembanding Fasa.

Jumper Nilai TP 4 TP 8 OUT


Position Setting Frekuensi (Hz) Frekuensi (Hz) Frekuensi (Hz)

14
Tabel 1-6. Frekuensi Pembanding Fasa (Phase Comparator)

Posisi Jumper Setting Nilai Frekunesi TP4 Frekuensi TP8 Frekuensi OUT
BCD (Hz) (Hz) (kHz)
001
002
3 003
004
005
010
020
030
4
040
050
055
060
065
070
075
5 080
085
090
095
100

15
Tabel 1-7 Sintesa Frekuensi dengan Pengubah Frekuensi (Converter Frequency)

Frekuensi OUT Frekuensi U11, pin 15


Setting Nilai BCD
(kHz) (kHz)
300
301
302
303
304
305
306
307
308
309
310
311
312
313

16
1.6. Analisa

1.7. Kesimpulan dan Saran

1.8. Tugas
1. Jelaskan fungsi, prinsip kerja dan rangkaian dasar suatu VCO?
2. Sebut dan jelaskan 2 (dua) aplikasi PLL?
3. Buatlah rangkaian simulasi praktek ini (Tugas Tambahan, tidak wajib)

17
2. MODULATOR PWM

2.1. TUJUAN

1. Untuk mempelajari prinsip Modulasi Modulator PWM.


2. Meng-implementasikan Modulator PWM menggunakan IC LM555

2.2. DASAR TEORI

PWM adalah salah satu metode modulasi digital yang mengubah amplitudo
sinyal analog menjadi data sinyal digital sederhana untuk tujuan transmisi. Amplitudo
sinyal informasi diubah menjadi lebar pulsa yang menjadi sinyal digital yang memiliki
frekuensi konstan. Apabila amplitudo sinyal informasi makin besar, maka lebar pulsa
akan menjadi melebar, sebaliknya apabila amplitudo sinyal informasi makin rendah,
maka lebar pulsa makin menyempit. Konsep PWM ini sering digunakan dalam
pengaturan tegangan otomatis motor listrik dan teknik pengaturan tegangan lainnya.

Salah satu metode pembangkit PWM (Modulator PWM) adalah menggunakan


multivibrator monostabil IC LM555. Keluaran generator gelombang persegi (
multivibrator monostabil) IC LM555 dapat digunakan untuk menghasilkan sinyal
PWM. Rangkaian dasarnya ditunjukkan oleh Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Generator PWM menggunakan IC LM555

18
Keluaran generator persegi lebar pulsa ditentukan oleh nilai R2 dan C2 serta VR1.
Kombinasi R2 dan C2 menyediakan jalur untuk pengisian dan pengosongan. Apabila
tidak ada sinyal informasi diterapkan, tegangan referensi dc di Vi di masukan (+)
dapat diubah dan menyesuaikan nilai VR1, dan bentuk keluaran pin 3 IC LM555
adalah persegi dengan frekuensi ditentukan oleh pengaturan VR1 tersebut. Apabila
level dc masukan, Vi (+) adalah tetap dan sinyal informasi ditambahkan ke tingkat dc
tetap dan tegangan referensi Kn berubah dengan perubahan amplitudo informasi. Sinya
keluaran PWM disajikan sebagai komparator (pembanding)..

Dalam diagram koneksi dan rangkaian ekivalen LM555 timer, terdiri dari lima
bagian utama, yaitu:

1. komparator rendah (memicu komparator)


2. komparator atas (pembanding kritis)
3. flip-flop
4. debit transistor
5. keluaran penggerak (driver).
Apabila tidak ada sinyal yang diterapkan pada pengaturan tegangan terminal
(pin 5), maka tegangan referensi pembanding atas dan bawah dari 2 Vcc dan 3 masing
masing ini tegangan referensi dapat diterapkan tegangan eksternal untuk pengaturan
tegangan pin tersebut. Dalam prakteknya, pengaturan tegangan pin harus didasarkan
melalui kapasitor 0,01µ F sebagai bypass.

Sementara itu untuk multivibrator astabil dengan LM555 timer memiliki


bentuk gelombang output adalah gelombang persegi dan frekuensi ditentukan oleh
nilai nilai R1,R2 dan C1. Menurut rumus waktu konstan, waktu pengisian t 1 adalah

t1 = 0,693 x (R1+R2) x C1. (2.1)

Dan waktu pemakaian t 2 adalah

t2 = 0,693 x R2 x C1 (2.2)

dan periode,T adalah

T= t1+t2= 0,693 x ( R1 + 2 R2) x C1. (2.3)

19
Multivibrator monostabil dilaksanakan LM555 IC timer. Ketika perubahan
tingkat pemicu dari tinggi (+12V) ke rendah (0V), pulsa akan terjadi pada terminal
keluaran yang lebar pulsa T ditentukan oleh R1 C1 dan sekitaran 1,1 x R1 x C1.
Misalnya R1= 10 KΩ dan C1= 0,01MΩ , maka T adalah sekitara 11 µs. Jika pemicu
masukan (pin 2), keluaran akan pulsa positif. Menghubungkan sinyal informasi
pengaturan tegangan pin, sinyal PWM akan muncul pada keluaran.

Gambar 2.2, menunjukkan modulator lebar pulsa menggunakan dua LM555


timer. Dirangkaian ini U1 dan U2 , multivibrator astabil melakukan dan monostabil,
masing-masing menggabungkan dua bagian, modulator lebar pulsa selesai. Pemicu
clock monostabil multivibrator (U2) berasal dari output (pin 3) dari multivibrator
astabil (U1). Sinyal audio terhubung ke U2 kontrol tegangan input (pin %) dan sinyal
PWM muncul pada output (pin 3).

Gambar 2.2. Proses bentuk gelombang PWM

20
2.3. ALAT DAN BAHAN

1. Modul KL-92001
2. Modul KL-94002
3. Osiloskop dual trace
2.4. LANGKAH KERJA

1. Menyusun rangkaian Modulator PWM menggunakan pada Modul KL-94002.


2. Pilih rangkaian IC LM555, hubungkan Osiloskop kanal 1 pada keluarannya
(pin 5). Hidupkan dayanya.
3. Aturlah VR1, untuk memperoleh frekuensi clock kira-kira 2,3 kHz, dan amati
bentuk gelombang keluarannya pada Osiloskop.
4. Menghubungkan sinyal 1 Vpp, 100 Hz gelombang sinus dari Function
Generator (sebagai sinyal informasi) ke masukan multivibrator IC LM555.
Amati bentuk gelombang keluarannya dan catat pada Tabel 2.1.
5. Switch saklar Fungsion Generator untuk gelombang segitiga, Amati bentuk
gelombang keluarannya dan catat pada Tabel 2.1
6. Switch saklar Fungsion Generator untuk gelombang persegi, Amati bentuk
gelombang keluarannya dan catat pada Tabel 2.1
7. Lakukan langkah serupa 4, 5 dan 6 diatas untuk sinyal informasi 1 Vpp, 200
Hz, 500 Hz dan 1000 Hz, Amati bentuk gelombang keluarannya dan catat pada
Tabel 2.1
8. Menghubungkan sinyal 2 Vpp, 100 Hz gelombang sinus dari Function
Generator (sebagai sinyal informasi) ke masukan multivibrator IC LM555.
Amati bentuk gelombang keluarannya dan catat pada Tabel 2.2.
9. Lakukan langkah serupa 4, 5, 6, 7, dan 8 diatas, Amati bentuk gelombang
keluarannya dan catat pada Tabel 2..2

21
2.5. Tabel Hasil Pengukuran

Tabel 2.1 : Frekuensi Clock = 2 3 kHz, Amplitudo Sinyal Informasi = .... Vpp.

Frekuensi Sinyal Informasi Bentuk Gelombang sinyal Bentuk Gelombang


(Hz) Informasi Sinyal Keluaran PWM
Sinus

Segitiga
100

Persegi

Sinus

200 Segitiga

Persegi

Sinus

Segitiga
500

Persegi

Sinus

Segitiga
1000

Persegi

22
Tabel 2.2: Frekuensi Clock = 2 3 kHz, Amplitudo Sinyal Informasi = .... V pp

Frekuensi Sinyal Informasi Bentuk Gelombang sinyal Bentuk Gelombang


(Hz) Informasi Sinyal Keluaran PWM
Sinus

Segitiga
100

Persegi

Sinus

Segitiga
200

Persegi

Sinus

Segitiga
500

Persegi

Sinus

Segitiga
1000

Persegi

23
2.6. Analisa Hasil Pengukuran

2.7. Kesimpulan dan Saran

2.8. Tugas

1. Jelaskan prinsip dasar rangkaian

a. Komparator, dan
b. Flip-flop.
2. Sebut dan jelaskan 2(dua) aplikasi Modem PWM

3. Buatlah rangkaian simulasi praktek ini (Tugas Tambahan, tidak wajib)

24
3. DEMODULATOR PWM

3.1. TUJUAN

1. Memahami pengoperasian lebar pulsa demodulator


2. Menerapkan demodulator pulse width menggunakan Product Detector.
3.2. DASAR TEORI

Sinyal PWM dibangkitkan dari multivibrator monostabil IC LM555 yang telah


dibahas sebelumnya. Untuk memulihkan sinyal informasi asli dan sinyal PWM,
adalah menggunakan rangkaian decoder atau demodulator. Dalam prakteknya terdapat
2 teknik yang umum digunakan yaitu :

a) Sinyal PWM. pertama-tama dikonversi menjadi sinyal modulasi amplitudo


pulsa (PAM) dan kemudian diteruskan melewati sebuah filter low pass untuk
menghasilkan sinyal informasi asli.
b) Demodulasi PWM menggunakan Product Detector.
Dalam praktek disini menggunakan metode b). diatas, rangkaian product detector
menggunakan IC MC 1496, Gambar 3.1. Rangkaian internal MC 1496, Gambar 3.2.

Gambar 3.1. Demodulasi PWM menggunakan Product Detector.

Dalam rangkaian internal MC 1496, terdiri atas penguat differensial (Q5 dan
Q6) yang digunakan untuk menggerakkan penguat differensial Q1-Q2 dan Q3 Q4.
Sumber arus konstan dibangkitkan oleh generator (Q7 dan Q8) yang menyediakan
penguat differensial eksternal dan dihubungkan ke sebuah resistor antara pin 2 dan 3.

25
Gambar 3.2. Rangkaian internal MC 1496.

Untuk prose demodulasi PWM, sinyal PWM dimasukkan ke pin 1 dan 4, dan
gelombang pembawa persegi diberikan pada ke pin 8 dan 10. Dalam hal ini, tersedia
tegangan bias untuk pin 5 untuk penghubung resistor seri dari pin ini ke catu daya.
Keluaran detector terdapat dua keluaran (pin 6 dan 12), salah satu keluaran dapat
digunakan sebagai keluaran detector, dan keluaran lainnya digunakan untuk
penggunaan penguatan Automatic Gain Control (AGC)..

Rangkaian, gambar 3.1, serupa dengan operasi detector AM, SSB dan DSB-
SC, dimana keluaran penguat U1 dan U2 bertujuan untuk mengatur amplitudo masukan
PWM dan gelombang pembawa persegi, dalam daerah 300 mVpp ke 1400 mVpp,
sehingga detector mampu beroperasi pada daerah linier (sesuai karakteristiknya).
Resistor R7 dihubungkan antara pin 2 dan 3 menentukan penguatan (gain) tegangan
dari MC1496. Kapasitor kopling C1, C2, C4, C5, dan C9 digunakan dalam memblokir
sinyal sementara lewat sinyal ac. VR1 dan VR2 mengatur masing masing U1 dan U2,
da nilai VR3 menentukan besarnya sinyal PWM ke masukan detector U4 yang
beroperasi sebagai filter LPF orde kedua. Keluaran LPF ini akan menghasilkan sinyal
terdemodulasi PWM.

Pada keluaran PWM terdiri atas deretan level 5 V (high) atau ground, 0 V
(low). Durasi waktu sinyal kondisi high disebut “on time” dan durasi waktu sinyal
kondisi low disebut “off time”. Pada gambar 3.2, transistor Q5 dan Q6 disebut sebagai
differentiator, digunakan untuk meng-aktifkan penguat differentiator ganda yang
dibentuk oleh Q1, Q2, Q3 dan Q4. Sedangkan transistor Q5 dan Q6 juga digunakan
untuk mengatur kapasitas arus pada penguat differentiator tersebut. Transistor Q7 dan

26
Q8 adalah sebagai sumber arus dan di-catu secara tetap pada Q5 dan Q6. Untuk
mengatur penguatan (gain) dapat dilakukan dengan menghubungkan pin 2 dan pin 3.
Sinyal termodulasi PWM dimasukkan melalui pin 1 dan pin 4. Gelombang pembawa
dimasukkan melalui pin 8 dan pin 10. Arus bias penguat ditentukan oleh Tegangan
bias Q7 dan Q8 melalui pin 5. Oleh sebab itu disini, detektor memiliki dua terminal
keluaran (pin 6 dan pin 12), dan dengan demikian terminal keluaran dapat dipilih
salah satunya saja. Dengan kata lain keluaran dapat digunakan sebagai Automatic
Gain Control (AGC) dan rangkaian demodulator PWM yang menggunakan MC1496
ini disebut dengan Product Detector.

Kemudian pada rangkaian gambar percobaan disini terdapat dua buah Op-Amp
UA741, melalui pin U1 dan U2, yaitu digunakan untuk mengatur level tegangan
sinyal PWM dan sinyal pembawa sesuai dengan kriteria operasi dari MC1496. Sinyal
masukan normal adalah level antara 300 mVpp sampai 1400 mVpp. Apabila sinyal
PWM lebih besar dari 300 mVpp, maka operasi product detector berada dalam daerah
linier. R7 digunakan untuk AGC pada MC1496, sedangkan kapasitor C1, C2, C4, C5
dan C9 digunakan untuk kopling kapasitor, memblok sinyal dc dan melewatkan sinyal
ac. VR1 dan VR2 digunakan untuk mengatur gain pada U1 dan U2. Sedangkan VR3
digunakan untuk pengisian (charge) sinyal masukan PWM. Rangkaian lengkap
demodulator PWM ditunjukkan oleh gambar 3.3.

Gambar 3.3. Rangkaian demodulator PWM

27
3.3. ALAT DAN BAHAN

4. Modul KL-92001
5. Modul KL-94002
6. Osiloskop dual trace

3.4. LANGKAH KERJA

1. Menentukan proses rangkaian Demodulator PWM pada modul KL-94002.


2. Melengkapi rangkaian Modulator PWM dalam percobaan 2.
3. Menghubungkan 3 Vpp, 700 Hz gelombang sinus ke masukan audio.
4. Menghubungkan keluaran PWM termodulasi dari rangkaian Modulator PWM
ke masukan PWM (I/P2) dari rangkaian demodulator PWM.
5. Megatur VR1 untuk mendapatkan sinyal keluaran dengan distorsi minimal
pada keluaran U1 A741.
6. Hati-hati menyesuaikan VR2 dan VR3 supaya mendapatkan sinyal
didemolasikan secara tepat.
7. Menggunakan osiloskop untuk mengamati masukan sinyal PWM, Sinyal
pembawa, sinyal keluaran U1, sinyal keluaran U2, sinyal keluaran MC1496
dan keluaran sinyal PWM yang didemodulasikan serta mencatatnya pada tabel
3.1.
8. Lakukan langkah 3 sampai 7, untuk frekuensi masukan. 3 Vpp, 700 Hz
gelombang segitiga ke masukan audio.
9. Lakukan langkah 3 sampai 7, untuk frekuensi masukan. 3 Vpp, 700 Hz
gelombang persegi ke masukan audio.
10. Lakukan langkah 3 sampai 7, untuk frekuensi masukan. 3 Vpp, 500 Hz
gelombang sinus ke masukan audio dan mencatat hasil pada tabel 2.2.
11. Lakukan langkah 10, untuk frekuensi masukan. 3 Vpp, 500 Hz gelombang segi
tiga ke masukan audio
12. Lakukan 10, untuk frekuensi masukan. 3 Vpp, 500 Hz gelombang persegi ke
masukan audio

28
3.5. Tabel Hasil Pengukuran

Tabel 3.1. (Vm= 3 Vpp, fm = 700 Hz, Gelombang Sinus)

Titik Percobaan Gelombang Keluaran

Terminal Masukan Pembawa (Carrier)

Terminal Masukan PWM

Terminal Masukan, U1

Terminal Keluaran, U2

Terminal Keluaran MC 1496 (pin 12)

Keluaran sinyal PWM terdemodulasi

29
Tabel 3.2. (Vm= 3 Vpp, fm = 700 Hz, Gelombang Segitiga)

Titik Percobaan Gelombang Keluaran

Terminal Masukan Pembawa (Carrier)

Terminal Masukan PWM

Terminal Masukan, U1

Terminal Keluaran, U2

Terminal Keluaran MC 1496 (pin 12)

Keluaran sinyal PWM terdemodulasi

30
Tabel 4. (Vm= 3 Vpp, fm = 500 Hz, Gelombang Sinus)

Titik Percobaan Gelombang Keluaran

Terminal Masukan Pembawa (Carrier)

Terminal Masukan PWM

Terminal Masukan, U1

Terminal Keluaran, U2

Terminal Keluaran MC 1496 (pin 12)

31
Keluaran sinyal PWM terdemodulasi

Tabel 5. (Vm= 3 Vpp, fm = 500 Hz, Gelombang Segitiga)

Titik Percobaan Gelombang Keluaran

Terminal Masukan Pembawa (Carrier)

Terminal Masukan PWM

Terminal Masukan, U1

32
Terminal Keluaran, U2

Terminal Keluaran MC 1496 (pin 12)

Keluaran sinyal PWM terdemodulasi

Tabel 6. (Vm= 3 Vpp, fm = 500 Hz, Gelombang Persegi)

Titik Percobaan Gelombang Keluaran

Terminal Masukan Pembawa (Carrier)

33
Terminal Masukan PWM

Terminal Masukan, U1

Terminal Keluaran, U2

Terminal Keluaran MC 1496 (pin 12)

Keluaran sinyal PWM terdemodulasi

34
3.6. Analisa Hasil Pengukuran

3.7. Kesimpulan dan Saran

3.8. Tugas

1. Jelaskan prinsip dasar rangkaian multivibrator monostabil IC LM555

2. Buatlah rangkaian simulasi praktek ini (Tugas Tambahan, tidak wajib)

35
4. KONVERTER ANALOG TO DIGITAL (A/D)
4.1. Tujuan :
1. Memahami operasi Koverter Analog to Digital
2. Memahami operasi DAC804

4.2. Dasar Teori


Konverter Analog to/from Digital (ADC atau DAC) digunakan untuk
transformasi sinyal analog ke/dari sinyal digital pada data transmisi, penyimpanan
data media atau hasil komputasi sinyal digital untuk kontrol, tampilan (display)
informasi atau pemrosesan sinyal.

ADC adalah suatu perangkat yang banyak digunakan dalam industri, dimana
merupakan suatu sistem digital yang berkomunikasi dengan dunia luar. ADC
mengubah tegangan atau arus masukan analog ke keluaran digital. Kegunaan ADC
diantaranya pengatur proses industri, komunikasi digital (bagian dalam proses PCM)
dan rangkaian pengukuran/atau pengujian. Secara umum, ADC digunakan sebagai
perantara antara sensor, kebanyakan berupa analog degan komputer, seperti sensor
suhu, cahaya, tekanan atau berat, aliran air dan sebagainya, kemudian diukur dengan
menggunakan sistem digital (komputer).

Suatu contoh komponen ADC, adalah ADC 0804, Gambar 4.1. Prinsip dasar
konverter ADC adalah suatu tegangan analog yang diberikan pada masukan, maka
keluaran ADC akan menghasilkan level bit-bit digital pada port paralel (8 bit). Dalam

Gambar 4.1.ADC 0804

36
rangkaian, pulsa digital dibangkitkan oleh 8 clock dan dilengkapi dengan register
buffer. Apabila konversi telah dilaksanakan maka rangkaian kembali mengirim sinyal
selesai konversi ke logika rendah. Selanjutnya, keluaran digital akan tetap tersimpan
walaupun akan memulai siklus konversi yang baru.

Contoh lain komponen ADC adalah ADC 0809, Gambar 4.2 (a), komponen ini
terdiri atas 2 bagian yaitu multiplekser dan konverter. Bagian multiplekser memiliki 8
buah masukan. Setiap masukan memiliki alamat sendiri, sehingga dapat memilih
secara terpisah melalui address A0, A1 dan A2, sesuai tabel 4.2 (b) yang menunjukkan
alamat dari masing-masing masukan. Sedangkan bagian konverter, fungsinya sama
seperti ADC0804 diatas.

(a) (b)

Gambar 4.2. ADC0809

4.3. Alat Dan Bahan

1. Modul KL-92001 : 1 buah

2. Modul KL-94001 : 1 buah

3. Multimeter Digital : 1 buah

4. Kabel secukupnya.

37
4.4. Langkah Percobaan

1. Tempatkan Konverter ADC0804 ke modul KL-94001. Hidupkan sumber daya


listrik.
2. Dengan menggunkan Digital Voltmeter (DVM), ukurlah tegangan pada Vref/2
pada pin (9) dan atur perlahan-lahan VR1 sampai pengukuran tegangan kira-
kira 2,5 V. Tegangan masukan analog berkisar dari 0 V sampai 5 V.
3. Ukurlah masukan tegangan analog (pin 6) dan perlahan-lahan atur VR2 sampai
pengukuran tegangan 0 V.
4. Masukkan konektor penghubung di J1. Hal ini bertujuan untuk menahan
keluaran digital, amati tampilan LED dan catat hasilnya pada Tabel 4.1.
5. Lepaskan konektor dari J1, keluaran digital akan berbeda dengan perubahan
masukan analog.
6. Lakukan dengan cara sama untuk masukan tegangan dc analog. Hati-hati
dalam menyesuaikan VR2 untuk mendapatkan masukan analog lainnya yang
sesuai dengan tabel 4.1.

4.5. Hasil Pengukuran

Tegangan Masukan Keluaran Digital


Analog (V) Biner (Diukur) Heksadesimal (Dihitung)
0 00000000 00
0,2 ........ ........
0,4 ........ ........
0,6 ........ ........
0,8 ........ ........
1,0 ........ ........
1,2 ........ ........
1,4 ........ ........
1,6 ........ ........
1,8 ........ ........
2,0 ........ ........
2,2 ........ ........
2,4 ........ ........

38
2,6 ........ ........
2,8 ........ ........
3,0 ........ ........
3,2 ........ ........
3,4 ........ ........
3,6 ........ ........
3,8 ........ ........
4,0 ........ ........
4,2 ........ ........
4,4 ........ ........
4,6 ........ ........
4,8 ........ ........
5,0 ........ ........

4.6. Analisa

4.7. Kesimpulan dan Saran

4.8. Tugas
1. Jelaskan prinsip dasar :
a. Multiplekser
b. buffer
2. Sebut dan jelaskan satu contoh ADC yang lain.
3. Buatlah rangkaian simulasi pada percobaan ini (Tugas tambahan)

39
5. KONVERT DIGITAL TO ANALOG (D/A)
5.1. Tujuan :
1. Memahami operasi Konverter Digital to Analog
2. Memahami operasi DAC 0800

5.2. Dasar Teori


Konverter Digital to Analog (D/A) adalah transformasi sinyal digital dari data
transmisi, penyimpanan data media, atau hasil komputasi sinyal digital atau sinyal
digital lainnya menjadi sinyal analog seperti sinyal audio, video, kontrol analog dan
sebagainya. Teknologi DAC di pasaran tersedia banyak jenis, diantaranya DAC 4 bit
dan 8 bit. Susunan DAC 4 bit, dapat dilihat pada gambar 5.1.Masukan data digital,
D0, D1, D2 dan D3,

Gambar 5.1. Simbol DAC 4 bit

biasanya dalam DAC 4 bit mengatur keluaran register dari sistem digital. Kemudian
hubungan masukan dan keluaran dituliskan dalam tabel kebenaran, seperti pada tabel
5.1.

Tabel 5.1 . Tabel kebenaran DAC 4 bit

D3 D2 D1 D0 Vout(V) D3 D2 D1 D0 Vout(V)
0 0 0 0 0 1 0 0 0 8
0 0 0 1 1 1 0 0 1 9
0 0 1 0 2 1 0 1 0 10
0 0 1 1 3 1 0 1 1 11
0 1 0 0 4 1 1 0 0 12
0 1 0 1 5 1 1 0 1 13
0 1 1 0 6 1 1 1 0 14
0 1 1 1 7 1 1 1 1 15

40
DAC 8 bit, dalam operasioal dapat dibagi atas DAC Unipolar dan DAC Bipolar.

DAC 8 bit Unipolar

Blok diagram sistemnya ditunjukkan oleh gambar 5.2.Masukan digital dibagi


atas MSB (Medium Side Band) dan LSB (Lower Side Band) diberikan ke jarinagn
saklar resistor yang diatur secara digital dan digerakkan oleh tegangan V ref.
Keluarannya dihubungkan ke OPAMP yang menghasilkan tegangan keluaran, V out
dan arus keluaran, Iout.

Gambar 5.2. Blok diagram DAC Unipolar

Susunan rangkaian pengujian DAC 0800 8 bit ditunjukkan oleh gambar 5.3. Resolusi
DAC ini didefenisikan sebagai perbedaan terkecil dari satuan count, biasa disebut
LSB. Vout

Gambar 5.3. DAC 0800 Unipolar

41
Pin Vref (-) digroudkan melalui R1 sehingga arus referensi, I ref yang melalui R1
adalah

𝑉𝑟𝑒𝑓
Iref = (5.1)
𝑅1

Arus keluaran Iout adalah

𝑉𝑟𝑒𝑓 𝐷7 𝐷6 𝐷5 𝐷4 𝐷3 𝐷2 𝐷1 𝐷0
𝐼𝑜𝑢𝑡 = (2 + + + + + + + ) (5.2)
𝑅1 2 2 2 2 2 2 2

DAC 8 bit Bipolar

Rangkaian pengukuran DAC 0800 bipolar ditunjukkan oleh gambar 5.4.


DAC 0800 adalah

Gambar 5.4. DAC 0800 Bipolar


termasuk DAC monolotik 8 bit, memiliki sumber tegangan referensi melalui leadder
R1 dengan saklar transistor. Berdasarkan spesifikasi, konfigurasi pin masukan
digital secara paralel melalui D0, D1, .., D7 (8 bit). Catu daya yang diperlukan adalah
+ 12 V – 0V. Pengaturan tegangan batas ambang (threshold) melalui pin 1, 2, 3 (Iout),
16, 15 dan 14. Setting waktu sebesar 85 nS disipasi daya 33 mW. Keluaran analog
terdiri dari dua pin, yaitu pin 2, Iout, arus tidak membalik (non-inverting) dan pin 3,
42
̿ , arus membalik (inverting). Kedua terminal ini dihubungkan ke OPAMP 741,
𝐼𝑜𝑢𝑡
sebagai penguat dan komparator, dan keluaran OPAMP 741 menghasilkan tegangan
keluaran analog, Vout. Pin Vref (-) di groundkan melalui R3 dan pin Vref (+)
dihubungkan ke R1 menuju pin 13 dan 14.

Iout yang keluar dari DAC0800 dikonversikan ke tegangan keluaran


menggunakan OPAMP u741. Tegangan keluaran, Vout, dapat ditulis

Vout = Iout R4 (5.3)

Pin Iout dihubungkan ke masukan non-inverting u741. Selain ke ground, tegangan


keluaran u741 dapat dievaluasi menjadi

Vout = (𝐼𝑜𝑢𝑡 − ̅̅̅̅̅


𝐼𝑜𝑢𝑡 ) 𝑅4 (5.4)

𝐼𝑜𝑢𝑡 dan 𝐼𝑜𝑢𝑡 adalah keluaran bersamaan dan berlawanan, dan arus penuh
didefenisikan sebagai IFS = 𝐼𝑜𝑢𝑡 + ̅̅̅̅̅
𝐼𝑜𝑢𝑡 dan 𝐼𝑜𝑢𝑡 adalah

̅̅̅̅̅
𝐼𝑜𝑢𝑡 = IFS + 𝐼𝑜𝑢𝑡 (5.5)

5.3. Alat Dan Bahan

1. Modul KL-92001 : 1 buah

2. Modul KL-94001 : 1 buah

3. Multimeter Digital : 1 buah

4. Kabel secukupnya.

5.4. Langkah Percobaan

A. DAC 0800 Unipolar

1. Tempatkan modul DAC0800 Unipolar KL-94001. Masukkan sambungan ke J1


dan 4, hubungkan keluaran Iout (pin 4) ke masukan u741 (pin 2).
2. Hitung dan catat harga nilai step dalam tabel 5.1.
3. Set masukan saklar D0 sampai D7 untuk menghubungkan posisi 0000 0000
(“0” =GND, “1” = + 5 V).
4. Dengan menggunakan persamaan (1) dan (2) hitung dan catat arus, Iout dan
tegangan, Vout menggunakan multimeter digital pada tabel 5.1.

43
5. Pindahkan hubungan dari J1. Ukur Iout dengan menghubungkan multimeter
analog antara keluaran DAC0800 dan masukan u741. Catat hasilnya pada tabel
5.1.
6. Pindahkan multimeter digital dan masukkan kembali J1. Ukur tegangan V out
pada Iout u741 (O/P) menggunakan multimeter digital dan catat hasilnya pada
tabel 5.1.
7. Dengan mengikuti kode digital yang terdaftar dalam tabel 1, ganti saklar D7
sampai D0 dan ulangi langkah 5 dan 6 secara berurutan. Catat hasilnya pada
tabel 5.1.
B. DAC0800 Bipolar
1. Tempatkan DAC0800 Bipolar pada modul KL-94001, masukkan hubungan ke
J1 dan J2.
2. Hitung dan catat harga nilai step dalam tabel 5.2.
3. Set masukan saklar D0 sampai D7 untuk menghubungkan posisi 0000 0000
(“0” =GND, “1” = + 5 V).
4. Menggunakan persamaan (2) dan (4) hitung dan catat hasilnya dalam tabel 5.2.
5. Dengan menggunakan multimeter digital, ukur tegangan Vout dan catat
hasilnya pada tabel 5.2.
6. Hubungkan sambungan pada J2. Ukur arus keluaran, I out menggunakan
multimeter analog di J1 dan catat hasilnya pada tabel 5.1.
7. Pindahkan posisi dari J2 dan masukkan ke J1. Ukur arus keluaran ̅̅̅̅̅
𝐼𝑜𝑢𝑡 dan
catat hasilnya pada tabel 5.2.
8. Hitung dan catat nilai Iout + ̅̅̅̅̅
𝐼𝑜𝑢𝑡 dan catat hasilnya pada tabel 5.1.
9. Dengan menggunakan kode digital yang terdaftar dalam tabel 5.2, ubah saklar
D7 sampai D0 dan ulangi langkah 5 sampai 8 secara berurutan.
10. Hitung dan catat hasilnya pada tabel 5.2.

44
5.5. Hasil Pengamatan
Tabel 5.1. Hasil Pengamatan DAC0800 Unipolar
Data Digital Keluaran analog
D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0 Vout (V) Iout (A)
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 0 0 0 0 1 0
0 0 0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 1 0 0 0
0 0 0 1 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 0 0
0 1 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1
Tabel 5.2. Hasil Pengamatan DAC0800 Bipolar
Data Digital Keluaran analog
D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0 Vout Iout (A) ̅̅̅̅̅
𝐼𝑜𝑢𝑡 (A) IFS
(V) (A)
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 1 0
0 0 0 0 0 1 0 0
0 0 1 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 1 0
1 0 0 0 1 0 0 0
1 0 1 0 0 0 0 0
1 1 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1

45
5.6. Analisa

5.7. Kesimpulan dan Kesimpulan

5.8. Tugas
1. Jelaskan prinsip dasar :
c. OPAMP u741
d. ADC Unipolar dan Bipolar
2. Sebut dan jelaskan satu contoh DAC yang lain.
3. Buatlah rangkaian simulasi pada percobaan ini (Tugas tambahan)

46
6. Modulator ASK (Amplitude Shift Keying)

6.1. TUJUAN

1. Untuk mengetahui prinsip dari modulasi dari ASK


2. Untuk mengimplementasikan modulator ASK
3. Untuk mengetahui proses bentuk gelombang dari modulasi ASK

6.2. DASAR TEORI

ASK (Amplitude Shift Keying) adalah suatu bentuk modulasi yang mewakili
sinyal data digital sebagai variasi amplitudo dari gelombang pembawa ac. Amplitudo
dari gelombang pembawa ac (analog) bervariasi sesuai dengan aliran bit data dengan
memelihara frekuensi dan fasa yang konstan. Level amplitudo dapat mewakili logika
0 artinya tidak ada sinyal dan logika 1 artinya ada sinyal.

Sinyal Modulasi ASK dapat ditunjukkan dengan persamaan

vASK(t)= Ai sin (𝜔𝑐 𝑡 + ∅0 ) 0≤𝑡≤𝑇 𝑖 = 1,2, … … … , 𝑀 (6.1)

Dimana : Ai = amplitudo sinyal data digital yang memiliki nilai level dengan
jumlah M yang mungkin, 𝜔𝑐 = frekuensi sudut dan ∅0 = phasa adalah konstan. Jika
M = 2 ( A1 = 0, dan A2 = A, dengan A adalah bilangan konstan), d(t) adalah sinyal
data biner, maka sinyal modulasi ASK ditunjukkan oleh gambar 6.1.

Gambar 6.1. Sinyal ASK

47
Sinyal ASK mentransmisikan pesan biner dimana akan On ketika data
dimodulasi adalah logika tinggi dan akan Off ketika sinyal modulasi berlogika rendah.
Ini disebut juga sebagai Modulasi On-Off Keying (OOK).

Prinsip modulator ASK ditunjukkan oleh gambar 2. Sinyal data digital, d(t)
diberikan ke mixer jumlah dengan amplitudo, A, yang menyesuaikan levelnya,
tegangan bias, sehingga persamaan sinyal data biner keluarannya adalah

vd(t) = . [d(t) + A] (6.2)

Gambar 6.2. Modulator ASK

Kemudian keluarannya dihubungkan ke mixer kali dengan gelombang pembawa ac,


vc(t), dan persamaan keluarannya

vASK (t) = [d(t) + A] Ac Sin [2πfct] (6.3)

Proses bentuk gelombangnya ditunjukkan oleh gambar 6.3.

Gambar 6.3. Proses bentuk gelombang ASK

48
Pada sinyal ASK, terdapat dua level amplitudo yaitu [A + V H] Ac merupakan
level tinggi atau logika 1, dan [A + V L] Ac merupakan level rendah atau logika 0. VH
adalah level tinggi dari A, dan VL adalah level rendah dari A.

Rangkaian modulator ASK dapat dibentuk dari IC AD633, seperti gambar 6.4.

Gambar 6.4. Modulator ASK

Sinyal data digital diberikan pada masukan VD Signal in, pin 1 IC AD633, dan
gelombang pembawa sinus diberikan pada masukan VC Carrier in melalui pin 3.
Tegangan keluaran Multiplier (1), VT out, dinyatakan oleh

𝑉𝑑 (𝑡)𝑉𝑐 (𝑡)
𝑉𝐴𝑆𝐾 (𝑡) = + 𝛼 𝑉𝑐 (𝑡) (6.4)
10

dimana : 𝑉𝑑 (𝑡) = tegangan sinyal data digital

𝑉𝑐 (𝑡) = tegangan gelombang pembawa

𝛼 = Nilai pembagi oleh potensiometer VR1

Dari persamaan (6.3), 𝑉𝐴𝑆𝐾 (𝑡) akan menjadi

1
𝑉𝐴𝑆𝐾 (𝑡) = [ 𝑉𝑑 (𝑡) + 𝛼] Ac Sin [2πfct] (6.5)
10

Dalam hal ini, sinyal data termodulasi digital terdapat 2 level yaitu :V H = 5 V dan VL
= 0 V, dan keluarannya terdapat 3 keadaan :

 Jika 𝑉𝑑 (𝑡) = 𝑉𝐻 = 5 𝑉, maka 𝑉𝐴𝑆𝐾 (𝑡) = [0,5 + 𝛼 ]Ac Sin [2πfct]


Jika 𝑉𝑑 (𝑡) = 𝑉𝐿 = 0 𝑉, maka 𝑉𝐴𝑆𝐾 (𝑡) = 𝛼Ac Sin [2πfct]
3

49
 Sinyal 𝑉𝐴𝑆𝐾 (𝑡)terdapat dua tegangan diskrit, yaitu [0,5 + 𝛼 ]Ac menyatakan
level tinggi dan 𝛼Ac menyatakan level rendah.
 Jika 𝛼 = 0, maka 𝑉𝐴𝑆𝐾 (𝑡) terdapat dua level tegangan yaitu 0,5 Ac dan 0,
kondisi ini disebut dengan modulasi On-Off Keying (OOK)
Modul Rangkaian perobaan ditunjukkan oleh Gambar 6.5

Gambar 6.5. Modulator/Demodulator ASK

6.3. ALAT DAN BAHAN

1. Modul KL-92001
2. Modul KL 94005
3. Osiloskop

50
6.4. LANGKAH PERCOBAAN

1. Susun rangkaian Modulator ASK sesuai dengan gambar 4 untuk modul KL-
94005 dan Modul KL-92001
2. Hubungkan gelombang sinus, 500 kHz, 4Vpp dari Function Generator ke
terminal VC Carirer in.
3. Hubungkan gelombang TTL CMOS, 20 kHz. dari Function Generator ke
terminal VD signal in.
4. Memutar VR1 sampai maksimum scarah dengan jarum jam untuk
memperoleh amplitudo maksimum dari modulasi sinyal ASK pada VT out.
Ukur dan gambarkan bentuk gelombang sinyal ASK pada tabel 6.1.
5. Memutar VR1 sampai maksimum searah dengan jarum jam untuk
memperoleh amplitudo minimum dari modulasi sinyal ASK pada VT out.
Ukur dan gambarkan bentuk gelombang sinyal ASK pada tabel 6.1.
6. Hubungkan gelombang TTL CMOS, 1 kHz. dari Function Generator ke
terminal VD signal in, dan ulangi langkah 4 dan 5.
7. Hubungkan gelombang TTL CMOS, 10 kHz. dari Function Generator ke
terminal VD signal in, dan ulangi langkah 4 dan 5.

51
6.5. TABEL PENGAMATAN
Tabel 6.1 Modulator ASK (VC carrier in= 500 kHz, 4 Vpp)
VD Signal in VT out Waveform VT out Waveform
(TTL Level) (VR1 fully CW) (VR1 fully CCW)

20 kHz

1 kHz

10 kHz

50 kHz

52
6.6. Analisa Data

6.7. Kesimpulan dan Saran

6.8. Tugas

Pada Gambar 6.5 diatas, jelaskan

1. fungsi PLL?
2. Hubungan sinyal Vx out dan VLP out ?
3. Fungsi komparator ? dan
4. Buatlah rangkaian simulasi praktek ini (Tugas Tambahan, tidak wajib)

53
7. Demodulator ASK

7.1. TUJUAN

1. Untuk mengetahui prinsip dari demodulasi dari ASK


2. Untuk mengimplementasikan demodulator ASK
3. Untuk mengimplementasikan demodulator ASK koheren dan non-koheren
4. Untuk mengetahui proses bentuk gelombang dari demodulasi ASK

7.2. DASAR TEORI

Demodulasi ASK adalah proses mengembalikan sinyal modulasi digital dari


sinyal ASK yang diterimanya. Peralatan elektronik yang menampilkan demodulasi
ASK dibagi atas 2 jenis :

a) Demodulator ASK nonkoheren, dan


b) Demodulator ASK koheren demodulator ASK.
a) Demodulator ASK Non-Koheren
Blok fungsi dan bentuk gelombang demodulator ASK Non-Koheren
ditunjukkan oleh Gambar 7.1. Sinyal ASK yang digerakkan oleh frekuensi tinggi,
VR,

Gambar 7.1. Blok fungsi dan Bentuk Gelombang Demodulator ASK Non-
Koheren

54
diterima oleh detektor selubung dengan melewatkan selubung sinyal frekuensi
tingginya dan puncak ber-riak (tidak rata), VC. Kemudian keluarannya bagian positif
dilewatkan ke Low Pass Filter (LPF) untuk meratakan selubungnya dan mem-blok
kopling ac, VLP, dan diteruskan ke Komparator. pada batas ambang tegangan
(threshold) untuk menghasilkan sinyal data digital aslinya, V o.

Rangkaian demodulator ASK Non-Koheren ditunjukkan oleh Gambar 7.2.

Gambar 7.2. Rangkaian Demodulator ASK Non-Koheren.

Multiplier (1) bekerja sebagai generator ASK, yang dihasilkan dari sinyal data digital,
VD Signal in, dan gelombang pembawa ac frekuensi tinggi, VC Carrier in. Keluaran
ASK, VT out diberikan ke masukan demodulator ASK Non-koheren pada VR in.
Detektor selubung mendeteksi blok sinyal setengah positif yang menghasilkan VE out.
Sewaktu sinyal terhubung ke dalam terminal ac, komponen dc pada VE out diblok
oleh kapasitor C2 yang menghasilkan VLP dan dihubungkan ke komparator.
Komparator akan membentuk sinyal keluaran LPF dibandingkan terhadap sinyal
digital dengan dua level tegangan 0 V dan 5 V.

b) Demodulator ASK Koheren

Blok fungsi dan bentuk gelombang demodulator ASK Koheren ditunjukkan


oleh Gambar 7.3. Sinyal ASK yang diterima, V R(t), disamakan dengan sinyal ASK
yang dipancarkan, VT(t) dan persamaannya :

55
Gambar 7.3. Demodulator ASK Koheren.

𝑉𝑅 (𝑡) = 𝑉𝑇 (𝑡) = [𝑉𝐷 (𝑡) + 𝐴] 𝐴𝑅 𝑆𝑖𝑛 2 𝜋 𝑓𝑐 𝑡 (V) (7.1)

Gelombang pembawa, VLO(t) dipulihkan oleh rangkaian pemulihan pembawa dari


VR(t)

𝑉𝐿𝑂 (𝑡) = 𝐴𝐿𝑂 𝑆𝑖𝑛 (2 𝜋 𝑓𝑐 𝑡 + ∅) (V) (7.2)

Apabila Sinyal ASK yang diterima, 𝑉𝑅 (𝑡), dan rekonstruksi sinyal pembawa , 𝑉𝐿𝑂 (𝑡),
sudah terhubung ke masukan multiplier, maka akan menjadi sinyal keluaran multiplier
tersebut. Persamaannya

𝑉𝑥 (𝑡) = [𝑉𝐷 (𝑡) + 𝐴] 𝐴𝑅 𝐴𝐿𝑂 𝑆𝑖𝑛 2 𝜋 𝑓𝑐 𝑡 𝑆𝑖𝑛 (2 𝜋 𝑓𝑐 𝑡 + ∅)

𝐴 𝐴𝑅 𝐴𝐿𝑂 𝐴𝑅 𝐴𝐿𝑂
=[ ] 𝑆𝑖𝑛 ∅ + [ ] 𝑆𝑖𝑛 ∅ 𝑉𝐷 (𝑡) +
2 2

𝐴𝑅 𝐴𝐿𝑂
[𝑉𝐷 (𝑡) + 𝐴] [ ] 𝑆𝑖𝑛 (2 𝜋 𝑓𝑜 𝑡 + ∅) (7.3)
2

Bagian pertama persamaan ini adalah komponen dc, bagian kedua adalah sinyal
termodulasi digital dan bagian ketiga adalah sinyal ASK dengan frekuensi 2 f c
(frekuensi gelombang pembawa 2 kali). Komponen dc diblok oleh kopling dc

56
dan komponen sinyal gigi gergaji frekuensi tinggi ditolak oleh Low Pass Filter.
Tegangan pada komparator adalah membandingkan keluaran LPF, V LF (T) terhadap
tegangan batas ambang (threshold) dan menghasilkan sinyal keluaran digital, V o
adalah sama dengan sinyal termodulasi asal.

Rangkaian demodulator ASK Koheren ditunjukkan oleh Gambar 7.4.


Multiplier

Gambar 7.4. Demodulator ASK Koheren

(1) bekerja sebagai modulator ASK yang akan mengubah sinyal modulasi digital ke
dalam sinyal termodulasi ASK, VR out. PLL (Phase Loop Locked) dan Band Pass
Filter berfungsi sebagai merekonstruksi pemulihan rangkaian pembawa dengan
rekonstruksi sinyal pembawanya. Frekuensi sinyal pembawa yang dipulihkan pada
terminal VLO out adalah sama dengan sinyal pembawa pemancar asal. Sedangkan fasa
dapat disinkronkan dengan sinyal pembawa asal dengan mengatur VR5. Multiplier (2)
bekerja sebagai pengali sinyal ASK yang diterima dan sinyal pembawa yang
dipulihkan. LPF berguna untuk mem-blok komponen frekuensi tinggi pada Multiplier
(2). Akhirnya Komparator berguna untuk menekan sinyal VLP out ke tanah dan
memulihkan sinyal termodulasi aslinya.

57
4

Rangkaian percobaan menggunakan modul KL-94005, Gambar 7.5, terdiri atas


Modulator ASK, Demodulator ASK Non-Koheren dan Demodulator ASK Koheren.

Gambar 7.5. Modul KL-94005 ASK Modulator/Demodulator

7.4. ALAT DAN BAHAN

1. Modul KL-92001
2. Modul KL 94005
3. Osiloskop

58
5

7.5. LANGKAH PERCOBAAN

a) Demodulator ASK Non-Koheren

1. Susun rangkaian Demodulator ASK sesuai dengan gambar 4 untuk modul KL-
94005 dan Modul KL-92001 dan hubungkan pin 2, 6 dan 8 untuk ASK
Demodulator Non-Koheren.
2. Hubungkan gelombang sinus, 500 kHz, 4Vpp dari Function Generator ke
terminal VC Carirer in pada ASK Modulator.
3. Hubungkan gelombang TTL CMOS, 20 kHz. dari Function Generator ke
terminal VD signal in pada ASK Modulator.
4. Memutar VR1 sampai maksimum scarah dengan jarum jam untuk
memperoleh amplitudo maksimum dari modulasi sinyal ASK pada VT out.
Ukur dan catat bentuk gelombang sinyal ASK : VT out, VE out, VLP out dan
Vo out. pada tabel 7.1.
5. Hubungkan gelombang TTL CMOS, 1 kHz. dari Function Generator ke
terminal VD signal in, dan ulangi langkah 4.
6. Hubungkan gelombang TTL CMOS, 10 kHz. dari Function Generator ke
terminal VD signal in, dan ulangi langkah 4.
7. Hubungkan gelombang TTL CMOS, 50 kHz. dari Function Generator ke
terminal VD signal in, dan ulangi langkah 4.

b) Demodulator ASK Koheren

1. Susun rangkaian Demodulator ASK sesuai dengan gambar 4 untuk modul KL-
94005 dan Modul KL-92001. Buka pin 2, 6 dan 8, kemudian hubungkan pin
1, 3, 5, 8 dan 10 untuk ASK Demodulator Koheren.
2. Hubungkan gelombang sinus, 500 kHz, 4Vpp dari Function Generator ke
terminal VC Carirer in pada ASK Modulator.
3. Hubungkan gelombang TTL CMOS, 20 kHz. dari Function Generator ke
terminal VD signal in pada ASK Modulator.
4. Memutar VR1 sampai maksimum scarah dengan jarum jam untuk
memperoleh amplitudo maksimum dari modulasi sinyal ASK pada VT out.

59
Ukur dan catat bentuk gelombang sinyal ASK : VT out, VE out, Vx out, VSO
out, VLP out dan Vo out. pada tabel 7.2.
5. Hubungkan gelombang TTL CMOS, 1 kHz. dari Function Generator ke
terminal VD signal in, dan ulangi langkah 4.
6. Hubungkan gelombang TTL CMOS, 10 kHz. dari Function Generator ke
terminal VD signal in, dan ulangi langkah 4.
7. Hubungkan gelombang TTL CMOS, 50 kHz. dari Function Generator ke
terminal VD signal in, dan ulangi langkah 4.

7.6. TABEL PENGAMATAN


a) Demodulator ASK Non-Koheren
Tabel 7.1. Demodulator ASK Non-Koheren ( VC Carrier in, 500 kHz, 4 Vpp)
VT out VE out VLP out Vo out
VD Signal in
Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk
(TTL Level)
Gelombang Gelombang Gelombang Gelombang

20 kHz

1 kHz

10 kHz

50 kHz

60
7
b) Demodulator ASK Koheren
Tabel 7.2. Demodulator ASK Koheren ( VC Carrier in, 500 kHz, 4 V pp)
VD
VT out Vx out VSO out VLP out Vo out
Signal in
Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk
(TTL
Gelombang Gelombang Gelombang Gelombang Gelombang
Level)

20 kHz

1 kHz

10 kHz

50 kHz

61
8

7.6. Analisa Data

7.7. Kesimpulan dan Saran

7.8. Tugas

1. Jelaskan kenapa bentuk gelombang keluaran VT out adalah sinyal


termodulasi OOK ?
2. Jelaskan kenapa sinyal VLP out dan Vout harus se-fasa ?
3. Jelaskan hubungan sinyal antara VT out dan VLP out ?
4. Gambarkan fungsi dari Komparator ?
5. Buatlah rangkaian simulasi praktek ini (Tugas Tambahan, tidak wajib)

62
8. Modulator FSK (Frequency Shift Keying)

8.1. TUJUAN

1. Mengetahui prinsip kerja FSK


2. Mengetahui penggunaan PLL LM565 untuk mendeteksi sinyal FSK.
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan modulasi dan demodulasi FSK

8.2. DASAR TEORI

Pada sistem digital baseband, sinyal ditransmisikan langsung tanpa perantara.


Karena sinyal baseband beroperasi pada frekuensi yang relative rendah, maka sinyal
baseband sesuai untuk transmisi lewat kabel, kabel coaxial maupun fiber optik.
Namun, sinyal baseband tidak dapat ditransmisikan melalui radio link maupun satelit
karena akan dibutuhkan antenna yang superbesar untuk memancarkan spectrum sinyal
dengan frekuensi rendah. Spektrum sinyal dapat digeser menuju frekuensi tinggi
dengan memodulasi sinyal pembawa yang berfrekuensi tinggi tersebut dengan sinyal
baseband (pesan).

Dalam komunikasi digital, sinyal pesan yang digunakan untuk memodulasi


sinyal pembawa merupakan sinyal digital. Sinyal digital merupakan sinyal yang terdiri
atas jumlah simbol tertentu. Sinyal tersebut dapat dikatakan biner apabila sinyal hanya
terdiri atas dua simbol. Sedangkan sinyal digital yang terdiri atas M symbol dapat
dikatakan sebagai pesan M-ary. Salah satu cara penyaluran sinyal digital adalah
dengan cara memodulasikan sinyal tersebut ke dalam frekuensi tertentu yang disebut
dengan Frequency Shift Keying.

Apabila data bit ditransmisikan dengan cara mengubah frekuensi, skema


modulasi ini dinamakan dengan frequency shift-keying. Pada gambar 1, di bawah ini
dapat dilihat bahwa bit 0 dan bit 1 ditransmisikan pada frekuensi yang berbeda. Dua
frekuensi ini dinamakan mark dan space. Frekuensi yang digunakan untuk mewakili
bit ‘1’ dinamakan mark, sedangkan frekuensi yang digunakan untuk mewakili bit ‘0’
dinamakan space. Untuk membangkitkan sinyal FSK diperlukan dua buah
osilator

63
(a) Sinyal data

(b) Sinyal termodulasi FSK

Gambar 8.1. Sinyal FSK

untuk menghasilkan sinyal termodulasi yang memiliki dua frekuensi berbeda yang
mewakili masing-masing bit masukan.

Proses demodulasi pada FSK dapat digunakan dengan menggunakan Phase Locked
Loop. Phase Locked Loop umumnya terdiri atas detektor fasa, loop filter, loop
amplifier dan VCO (Voltage Controlled Oscillator).

Gambar 8.2. Blok diagram PLL

Sinyal masukan dan sinyal keluaran VCO adalah:

𝑣𝑖 (𝑡) = 𝐴𝑖 sin[2 𝜋 𝑓𝑖 𝑡 + 𝜃(𝑡)] (8.1)

𝑣𝑜 (𝑡) = 𝐴𝑜 sin[2 𝜋 𝑓𝑜 𝑡 + 𝜑(𝑡)] (8.2)

Detektor fasa memiliki berbagai jenis, namun salah satunya terdiri atas mixer
dan lowpass filter. Sehingga keluaran detector fasa menghasilkan persamaan:

64
1
𝑣𝑑𝑓 (𝑡) = 𝐴𝑖 𝐴𝑜 𝐾𝑑 sin[𝜃(𝑡) − 𝜔(𝑡)] (8.3)
2

Dari persamaan tersebut dihasilkan fasa error. Keluaran detektor fasa


kemudian di-filter (LPF) dan diperkuat hingga akhirnya memasuki VCO kembali.
Sinyal yang dihasilkan oleh PLL pada akhirnya merupakan sinyal yang diperoleh
dengan cara melakukan sinkronisasi frekuensi dan fasa keluaran VCO dan sinyal
input. Bila sinyal input dan sinyal keluaran VCO sudah sebanding, maka sinyal
tersebut akan keluar sebagai sinyal hasil demodulasi.

Teknik FSK ini banyak digunakan untuk transmisi informasi Teletype. Standar
FSK yang digunakan 2124 Hz merupakan tanda atau 1, dan 2975 Hz merupakan ruang
atau 0. Sedangkan untuk transmisi data saluran telepon dan sambungan telepon rumah,
menggunakan frekuensi, ruang = 1270 Hz, tanda = 1.0701Hz dan ruang = 2.225Hz,
tanda = 2.025Hz. Disini terdapat perbedaan celah (gap) frekuensisinyal FSK sama
dengan 200 Hz.

Dalam percobaan disini menggunakan frekuensi masing-masing 1070 Hz dan


1270 Hz untuk mewakili ruang dan tanda.. Gambar 8.3, merupakan rangkaian
percobaan, sebuah Osilator tegangan dikendalikan (VCO), LM565 akan menghasilkan
dua frekuensi. Pada LM565, tegangan catu, Vcc, ditempatkan pada pin 8 dan Vin pada
pin 5, tegangan kontrol VCO ditempatkan untuk pin 5. Jika Vcc adalah konstan. nilai-
nilai yang tepat dari R10, C5 dan Vin ditentukan untuk menghasilkan frekuensi
keluaran fo dari 1072 Hz dan 1272 Hz.

Gambar 8.3. Modulator FSK menggunakan LM565

65
Frekuensi keluaran masing-masing f1=1270Hz dan f2 = 1.070Hz dapat
diperoleh dengan mengatur nilai VRI dan VR2. Komponen U2 dan U3 adalah LPF
orde orde ke-dua yang dibentuk secara kaskade, gunanya untuk menyaring komponen
harmonisa frekuensi tinggi pada keluaran.

8.3. ALAT DAN BAHAN

1. Modul KL-92001
2. Modul KL 94003
3. Osiloskop

8.4. LANGKAH PERCOBAAN

1. Susun rangkaian gabungan modul KL-92001 dan KL-94003.


2. Menghubungkan tegangan 5 Vdc pada masukan sinyal digital, (1/ P). Gunakan
osiloskop untuk mengamati frekuensi keluaran LM566 (pin 3) dengan
mengatur VR2 untuk mendapatkan frekuensi 1070 Hz, dan amati keluaran
FSK. Catat hasilnya pada tabel 8.1.
3. Menghubungkan tegangan 0 Vdc pada masukan sinyal digital, (1/ P). Gunakan
osiloskop untuk mengamati frekuensi keluaran LM566 (pin 3) dengan
mengatur VR2 untuk mendapatkan frekuensi 1070 Hz, dan amati keluaran
FSK. Catat hasilnya pada tabel 8.1.
8.5. TABEL PENGAMATAN
Tabel 8.1. Hasil Pengamatan Modulator FSK

Sinyal Gelombang Keluaran


Gelombang Keluaran FSK
masukan LM566 (pin 3)

5V

66
0V

8.6. ANALISA DATA

8.7. KESIMPULAN

8.8. Tugas
1. Buatlah satu contoh lain dari gambar 8.1.
2. Buatlah rangkaian simulasi praktek ini (Tugas Tambahan, tidak wajib)

67
9. Demodulator FSK (Frequency Shift Keying)

9.1. TUJUAN

1. Untuk memahami teori operasi Demodulator FSK


2. Untuk mengetahui implementasi rangkaian detektor FK menggunakan PLL
3. Untuk memahami teori operasi komparator menggunakan konverter level
tegangan OPAMP.

9.2. DASAR TEORI

Aplikasi modulator FSK biasanya digunakan untuk komunikasi jarak jauh


dengan level tegangan sinyal digital harus diubah ke frekuensi. Oleh sebab itu, pada
penerima, sinyal FSK yang diterima haruslah dipulihkan ke sinyal digital, artinya
frekuensi diubah kembali ke level tegangan.

Salah satu jenis rangkaian demodulator FSK adalah penggunaan PLL. PLL
akan mendeteksi frekuensi sinyal masukan FSK dan fasanya, serupa dengan
demodulator AM dan FM dideteksi sebagai selektor frekuensi. Dalam sistem
telekomunikasi terdapat berbagai jenis PLL digital dan pengembangannya. PLL ini
juga bermanfaat dalam sinkonisasi pembawa, sinkronisasi bit dan demodulasi digital.
Jenis demodulasi FSK adalah detektor FSK asinkron dan detektor FSK sinkron. Jenis
demodulasi FSK yang dibahas disini adalah detektor FSK asinkron.

Blok diagram detektor FSK Asinkron ditunjukkan oleh Gambar 9.1. Bagian
penerima, disini terdapat dua low pass filter, masing - masing pusat pusat frekuensi

Gambar 9.1. Blok diagram detektor FSK Asinkron

di masing-masing 𝜔𝑐 + 𝜔𝑑 dan 𝜔𝑐 − 𝜔𝑑 . Dengan menggunakan karakteristik filter,


maka dapat diperoleh 𝜔𝑐 + 𝜔𝑑 (menyatakan sinyal digital sebagai 1) dan . 𝜔𝑐 − 𝜔𝑑

68
(sinyal digital sebagai 0). Kemudian kombinasi sinyal digital tersebut setelah
demodulasi, akhirya dapat diperoleh sinyal digital pada terminal keluarannya.
Sewaktu deviasi frekuensi tertentu pada sinyal pembawa ( 𝜔𝑐 ) yang kecil, lebih
menguntungkan memanfaatkan kenaikan pada filter tersebut.

9.3. ALAT DAN BAHAN

1. Modul KL-92001
2. Modul KL 94003
3. Osiloskop

9.4. LANGKAH PERCOBAAN

1. Susun rangkaian gabungan modul KL-92001 dan KL-94003.


2. Menghubungkan tegangan 5 Vdc pada masukan sinyal digital, (1/ P). Gunakan
osiloskop untuk mengamati frekuensi keluaran LM566 (pin 3) dengan
mengatur VR2 untuk mendapatkan frekuensi 1070 Hz, dan amati keluaran
FSK. Catat hasilnya pada tabel 9.1. Kemudian hubungkan keluaran modulator
FSK ke masukan demodulator FSK, atur VR3 untuk mengatur level data
digital keluaran, amati keluaran demodulator FSK menggunakan Voltmeter dc
digital. Catat hasilnya pada Tabel.9.1.
3. Menghubungkan tegangan 0 Vdc pada masukan sinyal digital, (1/ P). Gunakan
osiloskop untuk mengamati frekuensi keluaran LM566 (pin 3) dengan
mengatur VR2 untuk mendapatkan frekuensi 1070 Hz, dan amati keluaran
FSK. Catat hasilnya pada tabel 1. Kemudian hubungkan keluaran modulator
FSK ke masukan demodulator FSK, atur VR3 untuk mengatur level data
digital keluaran, amati keluaran demodulator FSK menggunakan Voltmeter dc
digital. Catat hasilnya pada Tabel.9.1

69
9.5. Hasil Pengamatan

Tabel 9.1. Hasil pengukuran keluaran Demodulator FSK Asinkron

Tegangan keluaran
Sinyal Gelombang Keluaran Gelombang Keluaran
demodulator FSK
masukan LM566 (pin 3) FSK
(Vdc)

5V

0V

9.6. Analisa Data

9.7. Kesimpulan dan Saran

9.8 .Tugas
1. Buatlah satu contoh proses bentuk gelombang dari gambar 9.1.
2. Buatlah rangkaian simulasi praktek ini (Tugas Tambahan, tidak wajib)

70
10. MODULASI PSK MODULATION DAN MODULASI
QPSK

10.1. TUJUAN

1. Untuk mempelajari prinsip modulasi PSK/QPSK


2. Untuk mempelajari prinsip demodulasi PSK/QPSK
3. Untuk mengimplementasikan prinsip modulasi PSK/QPSK
4. Untuk mengimplementasikan prinsip demodulasi PSK/QPSK
II. DASAR TEORI

a. PSK/QPSK Modulator

Proses modulasi phase-shift keying (PSK) dapat dilihat sebagai kasus dari
phase modulation (PM). Sinyal pembawa merupakan sinyal sinus dengan frekuensi
dan amplitudo tetap. Sinyal modulasi adalah informasi biner, jika informasi adalah
low (logika 0), maka sinyal pembawa tetap pada fasanya. Jika informasi masukan high
(logika 1), maka sinyal pembawa memiliki fasa sebesar 180o. Pasangan gelombang
sinus hanya berbeda fasanya pada pergeseran 180 derajat disebut sinyal ampliyudo.
Tipe phasa shift-keying ini disebut binary PSK (BPSK) atau Phasa Reverse keying
(PRK), sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 10.1.

Gambar 10.1. Modulasi PSK

Pada BPSK (Bi PSK), skema modulasi dikarakteristikkan oleh fakta bahwa
informasi dibawa oleh sinyal transmisi yang terdapat dalam fasanya, sebaliknya,
dalam Quasi Phasa Shift Keying (QPSK), fasa dari pembawa membawa satu dari

71
empat harga, seperti 0o, 90o, 180o,dan 270o. Setiap harga fasa yang mungkin
berhubungan dengan pasangan bit yang khusus disebut dibit, Gambar 10.2.

Gambar 10.2. Modulasi QPSK

Kemungkinan pasangan set PSK dan QPSK ditunjukkan oleh Tabel 10.1.

Tabel 10.1. Phase Shift yang mungkin dari PSK dan QPSK

(fase derajat)
Sistem informasi bit
Perkiraan #1 #2
PSK 0 0 180 45
1 180 0 225
QPSK 0 0 180 45
11 180 0 225
1 90 270 135
10 270 90 135

Modulator memodulasi sinyal pembawa dengan masukan informasi dan


memproduksi sinyal termodulasi PSK/QPSK. Sinyal termodulasi ditransmisikan
melewati medium, seperti radio, kabel, atau serat optik menuju masukan demodulator.
Demodulator menerima sinyal transmisi PSK/QPSK dan kemudian merekontruksikan
data informasi asalnya. Secara blok diagram ditunjukkan oleh Gambar 10.3. Generator
sinyal pembawa membangkitkan sinyal pembawa (sinus) menuju jaringan swtiching
fasa dan gelombang persegi segabagi rangkaian pewaktu. Jaringan swtiching fasa
menghasilkan empat keluaran (0o, 90o, 180o, 270o) ke masukan selector data.

72
Gambar 10.3. Blok diagram sistem PSK/QPSK

Keluaran data selector didapatkan dengan memilih input A dan B, ditunjukkan oleh
Gambar 10.4.

Gambar 10.4. Blok diagram modulator PSK/QPSK

Disini terdapat empat kasus berikut:

1. Jika BA=00 [Q0=Q1=Low], X=X0, sinyal dengan phase shift 0°


2. Jika BA=11 [Q0=Q1=High], X=X3, sinyal dengan phase shift 180°
3. Jika BA=01 [Q0=Q1=High], X=X1, sinyal dengan phase shift 90°
4. Jika BA=10 [Q0=Q1=Low], X=X2, sinyal dengan phase shift 270°

Rangkaian pewaktu menerima sinyal kotak (fc) dari keluaran generator sinyal
pembawa dan produksi dua output fc ke masukan kontrol beban sinyal 2 fc ke keluaran
clock dan kontrol register dan juga untuk generator sycn cycle. Kedua sinyal fc dan 2 fc
dari laju data informasi masukan digital yang digunakan untuk menentukan apakah
modulator bekerja dalam mode binary PSK/QPSK atau tidak. Disini terdapat 3 kasus
yang mungkin, yaitu:

1. Bit rate = fc dan syn cycle tidak dibangkitkan pada kasus ini, laju data sama
dengan frekuensi pembawa fc dan frekuensi clock dua kali frekuensi pembawa,

73
satu bit dari aliran data digital diberikan pada kontrol register dua kali.
Sehingga keluaran kontrol Q-Q1 dari kontrol register adalah sama, 00 atau 11.
Keluaran X dari data selector adalah sinyal masukan, X0-X3. Sistem ini
bekerja dalam mode PSK.
2. Bit rate = 2 fc dan sync cycle tidak dibangkitkan pada kasus ini, laju dan
frekuensi clock sama dengan 2 kali frekuensi pembawa 2 fc. dua aliran data
diberikan pada laju kontrol register Q0-Q1, kemungkinan bernilai 00, 01, 11
atau 10. Sistem ini bekerja dalam moe QPSK.
3. Bit rate = 2 fc atau sycn cycle tidak dibangkitkan jika sycn dibutuhkan,
rangkaian kontrol sync cycle akan memproduksikan sinyal kontrol untuk
mengatur keluaran data shift register control 1, sycn cycle dan kemudian
sebuah sinyal sync cycle akan muncul pada keluaran modulator.
Kemudian sycn cycle ter-konversi adalah data 0111. ketika detector sycn cycle
menerima data ini, kondisi low merepresentasikan untuk identifikasi sycn cycle yang
telah terdeteksi.

Modul rangkaian modulator PSK/QPSK ditunjukkan oleh Gambar 10.5. Chip


Generator sinyal presisi, ICL 8038 berfungsi sebagai pembawa yang menghasilkan
sinyal sinus dan sinyal persegi, ditentukan oleh resistor pewaktu eksternal R2-R3 dan
kapsitor C2 dan diperkirakan 7.1 kHz. Hubungan pin 7 dan 8 membuat karakteristik
generator bekerja dalam mode VCO. Sinyal persegi mucul di U1, pin 9, yang
dihubungkan ke masukan rangkaian pewaktu untuk membangkitkan sinyal dengan
frekuensi 2 fc oleh frekuensi jaringan peng-ganda yang dikontruksikan oleh U4b U4c
dan U5a dan komponen kombinasi R21, C6, C7. Sinyal 2 fc dihubungkan dengan
masukan clock dari shift register, U7, dan counter, U6a dihubungkan ke masukan
jaringan swithing fasa yang terdiri dari dua amplifier non inverting dan dua amplifier
inverting. Jaringan phase shift ini memberikan 4 pahse shift dan ini memberikan 4
phase shift 0o, 90o,180o dan 270o pada masukan X0, X1, X2 dan X3 pada selector
yang berurutan. Counter biner, U6b digunakan untuk menentukan kapan
membangkitkan sycn cycle frekuensi clock dari counter biner U6a adalah 2 fc.

74
Gambar 10.5. Modul Rangkaian modulator PSK/QPSK

b. Demodulator PSK/QPSK

Demodulasi PSK/QPSK adalah suatu rangkaian yang merekonstruksi data


informasi (sinyal pemodulasi) dari sinyal termodulasi PSK/QPSK. Secara tipikal,
demodulator PSK/QPSK terdiri dari rangkaian PLL yang diperlukan untuk
merekonstruksi sinyal clock sebagaimana yang digunakan pada modulator.
Gambar 10.6, menunjukkan diagram skematik dari demudulator PSK/QPSK.

5
75
Gambar 10.6. Blok diagram demodulator PSK/QPSK

Rangkaian demodulator PSK/QPSK ditunjukkan oleh Gambar 10.7, Amplifier Ud1


menerima sinyal termodulasi PSK/QPSK yang beroperasi mengurangi rugi-rugi dan
memperbaiki distorsi yang terjadi karena jalur transmisi. Op amps U1c-U1b dan diode
D1-D4 merekonstruksikan penyearah gelombang penuh, dihubungkan oleh sinyal
PSK/QPSK dan diterima ke sinyal siklus positif yang dihubungkan ke masukan pada
phase detector pada PLL

Sinyal PSK/QPSK yang dikuatkan pada terminal keluaran, Ud1 dihubungkan


ke masukan amplifier, U1a. U1a mengubah sinyal PSK/QPSK, sinyal digital pada
TPS di-sangga (buffer) oleh inverter U3e dan U3f, dan kemudian dihubungkan ke
masukan pada U4. Data digital TPS juga dikirimkan ke data masukan dari shift
register U7. Frekuensi clock, U7 dan U6b adalah 4 fc. Frekuensi counter, keluaran
U6b, Q1 dan Q2 adalah fc dan fc/2 secara berurutan. Keluaran dihubungkan pada
beban masukan dari register U9 dan ke terminal RX CLK OUT. Keluaran data
termodulasi pada U7 output Q2-W3 dikontrolkan pada logic [TP13=1], dan data
termodulasi dapat di set ke terminal data keluaran.

76
Gambar 10.7. Modul Demodulator PSK?QPSK

77
10.3. PERALATAN DAN PRATIKUM

1. 1 buah modul KL-92001


2. 1 buah modul KL-94006 dan KL-94007
3. Osiloskop

10.4.PERCOBAAN

A. Pengukuran dan Penyesuaian KL-94006

1. Pasangkan modul catu daya, KL-92001 dan Modulator PSK/QPSK, modul


KL-94006. Hidupkan catu daya.
2. Dengan menggunakan Osiloskop, ukur dan catat bentuk sinyal dan test
frekuensi pada titik TP1, TP2,TP3 pada Tabel 10.2.
3. Dengan menghubungkan kanal 1 Osiloskop, CH1, ke TP3 dan kanal 2, CH2
ke ke TP 6. Ukur dan catat bentuk sinyal dan frekuensi pada tabel 10.3. Atur
amplitudo sinyal pada TP4 ke 1 Vpp dengan menyesuaikan VR1 dan mencatat
beda fasa kedua sinyal.
4. Dengan menghubungkan kanal 1 Osiloskop, CH1, ke TP3 dan kanal 2, CH2
ke ke TP 6. Ukur dan catat bentuk sinyal dan frekuensi pada tabel 10.4. Atur
amplitudo sinyal pada TP4 ke 3 Vpp dengan menyesuaikan VR1 dan mencatat
beda fasa kedua sinyal.
5. Dengan menghubungkan kanal 1 Osiloskop, CH1, ke TP3 dan kanal 2, CH2
ke ke TP 5. Ukur dan catat bentuk sinyal dan frekuensi pada tabel 10.5. Bentuk
sinyal pada RX CLK OUT haruslah sinyal pembawa terpulihkan, 500 Hz .
B.1. Pengukuran 2 fc
1. Hubungkan sinyal digital, level TTL, 500 Hz ke DATA IN.
2. Dengan menghubungkan kanal 1 Osiloskop, CH1, ke TP12 dan kanal 2, CH2
ke ke TP 13. Ukur dan catat bentuk sinyal dan frekuensi pada tabel 10.6.
Bandingkan beda fasa antara keduanya.
3. Hubungkan CH 1 Osiloskop ke TP15. Ukur dan catat bentuk sinyal dan
frekuensi pada tabel 10.7. Frekuensinya harus dua kali, 2 fc.
B.2. Pengukuran Sync Cycle

78
1. Ukur dan catat bentuk gelombang dan frekuensi pada titik uji menurut Tabel
10.8.
B.3. Pengukuran Kontrol Shift Register
1. Dengan menghubungkan kanal 1 Osiloskop, CH1, ke TP10 dan kanal 2, CH2
ke ke TP 11. Ukur dan catat bentuk sinyal dan frekuensi pada tabel 10.9.
2. Ulangi langkah 1 untuk frekuensi sinyal digital 100 Hz dan 1 kHz ke Digital
DATA IN.
3. Pulihkan kembali frekuensi sinyal digital ke 500 Hz.
B.4. Pengukuran Sinyal Termodulasi PSK/QPSK
1. Hubungkan kanal 1, CH1 ke masukan PSK/QPSK OUT. Ukur dan catat
bentuk gelombang dengan variasi setting TIME/DIV pada Tabel 10.10.
C. Demodulator PSK/QPSK
C.1. Pengukuran Sync Cycle Detector (Modul KL-94007)
1. Hubungkan gelombang persegi level TTL, 500 Hz ke terminal Digital DATA
IN.
2. Atur tegangan dc pada TP4 ke nilai sesuai dengan Tabel 10.11. Gunakan
Osiloskop, ukur dan catat bentuk gelombang dan frekuensi pada TP5, TP6, dan
TP13 untuk masing-masing nilai dc.
3. Atur tegangan dc pada TP4 ke -5 V.
C.2. Pengukuran Penyearah Gelombang Penuh
1. Hubungkan gelombang persegi level TTL dengan frekuensi sesuai dengan
Tabel 10.12 ke terminal Digital DATA IN. Gunakan Osiloskop, ukur dan catat
bentuk gelombang dan frekuensi pada TP2, TP3, dan TP9 untuk masing-
masing frekuensi.
2. Hubungkan gelombang persegi level TTL 500 Hz ke terminal Digital DATA
IN.
C.3. Pengukuran 32fc, 4 fc dan 2 fc
1. Ukur frekuensi pada TP11 untuk memperoleh frekuensi sama dengan 32 fc
dengan mengatur VR3. Ukur dan catat bentuk gelombang dan frekuensi pada
TP11, TP8, dan TP12 sesuai Tabel 10.13..
C.4. Pengukuran Shift Register
1. Ukur dan catat bentuk gelombang dan frekuensi pada TP7, TP12, TP14, U7
Q2 dan U7 Q3 sesuai Tabel 10.14
C.5. Pengukuran Keluaran Demodulator PSK/QPSK
79
1. Ukur dan catat bentuk gelombang dan frekuensi pada DATA OUT dan RX
CLK OUT sesuai Tabel 10.15.
2. Ulangi langkah 1 untuk frekuensi Digital DATA INI pada 100 Hz dan 1 kHz.

10.5. HASIL PENGAMATAN


Tabel 10.2. Pengukuran dan Penyesuaian KL-94006
Titik Uji Frekuensi (Hz) Bentuk Gelombang

TP1

TP2

TP3

80
Tabel 10.3. Pengukuran Keluaran PSK/QPSK
Titik Uji Bentuk Gelombang

PSK/QPSK OUT

Tabel 10.4. Pengukuran dan Pengaturan (Modul KL-94007)

Titik Uji Bentuk Gelombang

TP1

Tabel 10.5. Pengukuran Keluaran

Titik Uji Bentuk Gelombang

TP11

81
Tabel 10.6. Pengukuran Keluaran

Titik Uji Bentuk Gelombang

DATA OUT

RX CLK OUT

Tabel 10.7. Pengukuran 2 fc

Titik Uji Bentuk Gelombang

TP12 (Kanal 1)
TP13 (Kanal 2)

TP15

82
Tabel 10.8. Pengukuran Sync Cycle

Titik Uji Bentuk Gelombang dan Frekuensi

TP15

TP16

TP8

TP17

83
Tabel 10.9. Pengukuran Shift Register

DATA Digital dalam Titik Uji


Frekuensi CH1 = TP10 CH2 = TP11

500 Hz

100 Hz

1 kHz

84
Tabel 10.10. Pengukuran Sinyal Temodulasi PSK/QPSK

TIME/DIV pada Osiloskop PSK/QPSK OUT

2,5 ms

1 ms

500 µs

250 µs

100 µs

85
Tabel 10.11. Pengukuran Demodulator PSK/QPSK

Titik Uji
Tegangan dc pada TP4
TP5 TP6

TP7 TP13
-5 Vdc

Tabel 10.11. Pengukuran Sync Cycle Detector

Titik Uji
Tegangan dc pada TP4
TP5 TP6

TP7 TP13
-3 Vdc

86
Tabel 10.11. Pengukuran Sync Cycle Detector

Titik Uji
Tegangan dc pada TP4
TP5 TP6

TP7 TP13
-1 Vdc

87
Tabel 10.11. Pengukuran Sync Cycle Detector

Titik Uji
Tegangan dc pada TP4
TP5 TP6

TP7 TP13
0 Vdc

88
Tabel 10.12. Pengukuran Penyearah Gelombang Penuh

Frekuensi Digital DATA Titik Uji


IN TP2

TP3

500 Hz

TP9

89
Tabel 10.12. Pengukuran Penyearah Gelombang Penuh

Frekuensi Digital DATA Titik Uji


IN TP2

TP3

100 Hz

TP9

90
Tabel 10.12. Pengukuran Penyearah Gelombang Penuh

Frekuensi Digital DATA Titik Uji


IN TP2

TP3

1 kHz

TP9

91
Tabel 10.13. Pengukuran 32fc, 4 fc dan 2 fc

Titik Uji Bentuk Gelombang dan Frekuensi

TP11
(32 fc)

TP8
(2 fc)

TP12
(4 fc)

92
Tabel 10.14. Pengukuran Shift Register

Titik Uji Bentuk Gelombang dan Frekuensi

TP12

TP7

TP14

U7 Q2

U7 Q3

93
24

Tabel 10.15. Pengukuran Keluaran Demodulator PSK/QPSK

Frekuensi pada Titik Uji


Digital DATA DATA OUT RX CLK OUT
IN

500 Hz

100 Hz

1 kHz

10.6. ANALISA DATA

10.7. KESIMPULAN DAN SARAN

10.8. Tugas

1. Buatlah satu contoh proses bentuk gelombang lain dari gambar 10.2.
2. Buatlah satu contoh bentuk gelombang PSK dan QPSK sesuai Tabel 10.1
3. Buatlah rangkaian simulasi praktek ini (Tugas Tambahan, tidak wajib)

94
DAFTAR PUSTAKA

1. Roody-Coolen “Elektronika Telekomunikasi 1", Jilid 1, Erlangga,


2. Leon W.Couch :Digital and Analog Communication Systems, 3rd, MacMillan Inc,
New York (1990)
3. Electronic Communication Trainer (1), ED Co., Ltd.
4. Digital Communication Trainer, ED-2970, ED Co., Ltd.

95

Anda mungkin juga menyukai