Anda di halaman 1dari 26

Twisty Romantic (Hidden Chapter)

Part 1

"Sudah kubilang, aku pintar mengurus rumah."

Ghea menarik Jonathan untuk kembali merapat padanya. Lagi, ia cium bibir lelaki itu sama dalamnya.
"Dan kamu harus tahu, di dalam rumah, tentu nggak hanya ada dapur. Di sana juga ada ruangan yang
bernama kamar tidur."

Kalimat itu seperti pemantik yang semakin mengobarkan gairah dalam diri Jonathan. Jonathan
semakin melesakkan tubuhnya pada Ghea. Bibirnya kembali mencari-cari Ghea, dan cumbuan panjang
itu lagi-lagi mereka bagi.

Pagutan demi pagutan tanpa henti membuat Jonathan dan Ghea diselimuti sesuatu tak kasat mata
yang sering disebut dengan gairah. Gairah itu membakar keduanya dengan cepat, menghanguskan
jarak yang selama ini masih tersisa di antara mereka, membuat emosi yang selama ini meluap, seketika
melebur menjadi satu.

Jonathan menyelipkan kedua tangan di pinggang Ghea dan memperdalam ciumannya. Tubuh mereka
mendesak semakin dalam, sama seperti lidah keduanya yang semakin membelit satu sama lain.
Jonathan sesekali melepas cumbuannya, menatap Ghea dengan matanya yang gelap dan sayu, dan
saat melihat Ghea mendesah di bawahnya, Jonathan kembali digulung oleh hasratnya sendiri.

"Kamu nggak sibuk? Tadi kata kamu sibuk," bisik Ghea. Tangannya yang menyentuh Jonathan bergerak
halus di bahu lelaki itu.

"Aku udah bilang kalau lagi istirahat makan."

Jonathan menatap lurus-lurus wajah Ghea. Senyum tipis terbit di sudut bibir wanita itu mendengar
ucapannya barusan.

"Makan, ya," gumam Ghea. Sorot mata wanita itu tampak menerawang sesuatu. "Boleh, juga."

"Ghea," panggil Jonathan serak.

"Ya?"

"Kamu sudah selesai bicara?"

"Memangnya kenapa?"

"Aku mau lanjut nyium kamu," ucap Jonathan lugas.

"Belum puas?"

"Sudah kubilang sebelumnya, jangan menyesal, karena aku sulit berhenti."

Ghea mengerjap menatap Jonathan. Setitik garis senyum dari sudut bibirnya terbit begitu saja
setelahnya.

"Oke, silakan cium aku lagi," bisik Ghea. Wajahnya mendekat dan lebih dulu mencium Jonathan.

1
Tidak hanya itu, bahkan, Jonathan seakan tidak memiliki waktu yang cukup untuk berpikir saat lengan
Ghea tiba-tiba melingkari lehernya, dan isi kepala Jonathan semakin kacau saat dirasakan Ghea
bergerak membuka pahanya, seakan mengundang Jonathan untuk menyelinap lebih jauh ke sana.

Kecipak belitan lidah dan bunyi lumatan yang berpadu dengan suara napas mereka yang terengah...
memenuhi kamar hotel kala itu. Napas Jonathan maupun Ghea tersengal-sengal di antara cumbuan
yang semakin menggila, seakan-akan keduanya tidak bisa berhenti dan ingin terus menuntaskan apa
yang sedang mereka mulai. Terlebih, desahan Ghea yang terdengar begitu dekat di telinga Jonathan,
semakin membuat akal sehat Jonathan terombang-ambing.

Jonathan menahan diri sekuat tenaga. Sofa yang tidak begitu besar, membuat gerak mereka berdua
terbatas. Tidak hanya berusaha mempertahankan tubuhnya sendiri agar tidak terjatuh, Jonathan juga
harus memastikan Ghea aman dalam kuasanya.

"Jadi, seperti ini rasanya berciuman dengan seorang Jonathan Abrisam." Ghea berkata dengan
suaranya yang lembut.

Jonathan menarik lepas ciuman mereka dan fokus menatap wajah Ghea yang berada di bawahnya.

Tatapan Jonathan tertuju pada bibir Ghea yang merah dan basah. Jemarinya mengusap bibir itu dan
kembali mengecupnya.

"Apa mengecewakan?" tanya Jonathan.

"Nggak. Sesuai perkiraan. Kamu jauh melebihi ekspektasi, malah."

Ghea yang menyadari gairah Jonathan pun dengan cepat menarik lelaki itu untuk lebih merapat.
Kakinya terangkat dan ia gunakan untuk mengikat lelaki itu.

"Kamu ngapain?" tanya Jonathan saat kedua tungkai Ghea membelit pinggangnya. Membuat tubuh
mereka yang sudah saling menempel itu kian tak berjarak.

"Apa kamu nggak suka posisi ini?" tanya Ghea. Jonathan menatap Ghea. Sorot mata wanita itu masih
tampak datar, sulit dibaca seperti biasanya, akan tetapi, setidaknya Jonathan tahu kalau senyum tipis
terbersit di balik wajah cantik itu.

Shit! Ghea Izora benar-benar seksi. Jonathan sungguh tidak bisa membantah fakta yang satu itu.
Terlebih fakta itu kini sedang tersaji tepat di hadapannya. Dengan begitu lezatnya. Hanya dengan sorot
mata sayu tapi menantang, blouse yang sedikit kusut, rambut yang berantakan akibat cumbuan
mereka, Ghea Izora malah lebih terlihat luar biasa memabukkan.

Perempuan itu tidak butuh telanjang di bawahnya, tapi, dia sudah cukup bisa membuat Jonathan
pusing hanya dengan melihat penampilannya.

Dan, apa tadi dia bilang? Apa dia tidak menyukai posisi ini? Jangan bercanda.

"Kamu lagi godain aku," bisik Jonathan. Kembali dilumatnya bibir Ghea. Tidak bisa menahannya,
Jonathan bahkan menggigit pelan lidah Ghea. Ghea mendesah. Apalagi saat lidah Jonathan menyusup
dan menyesap lidahnya.

Sungguh, Jonathan tidak pernah tahu, bahwa hanya sebatas menikmati bibir dan mencumbu Ghea
saja sudah semabukkan ini. Inilah pentingnya menemukan seseorang yang cocok denganmu dalam
urusan kontak fisik. Dan, sepertinya Jonathan menemukannya dalam diri Ghea.

"Kayaknya, untuk urusan ini kita cocok," bisik Ghea.

2
Seakan bisa membaca pikiran Jonathan, Ghea ikut menyuarakan hal yang sama dengan yang Jonathan
pikirkan. Dan mendengar opini itu keluar dari mulut Ghea sendiri, semakin mendorong Jonathan untuk
bisa benar-benar membuat Ghea berantakan di bawahnya.

Cumbuan mereka berlanjut dengan Ghea yang kini sedang melesakkan jemarinya di antara surai
rambut Jonathan. Jonathan menggeram dalam kungkungan Ghea. Ia ingin mengobrak-abrik Ghea
dengan bibir dan tangannya. Dan semua itu menjadi tidak begitu sulit saat tangan Ghea mulai
bermain-main di area ikat pinggangnya.

"Mau buka?" bisik Jonathan.

"Boleh?"

Senyum nakal tersungging di bibir Jonathan.

"Tapi pelan-pelan aja," bisiknya.

Meski begitu, Jonathan tidak keberatan sama sekali saat Ghea tiba-tiba menarik lepas ikat
pinggangnya.

"Kamu ternyata nggak setenang seperti yang keliatan di luar. Seenggaknya di saat seperti ini," sindir
Jonathan. Ia mengincar leher Ghea yang sejak tadi mengganggunya. Leher yang selama berbicara
dengannya, selalu mencuri perhatian Jonathan kala Ghea mengangkat dagunya tinggi-tinggi.

Dan seperti yang Jonathan duga, leher Ghea benar-benar halus, membuat Jonathan semakin ingin
mencumbunya.

"Ah, Jonathan...." Ghea mendesah pelan. Jonathan semakin semangat mencium leher Ghea. Bahkan,
lelaki itu menjilatnya.

"You like it?" bisik Jonathan. Ghea tidak menjawab. Meski begitu, Jonathan tahu jika Ghea
menikmatinya.

Sementara Jonathan sibuk menyesap leher Ghea, Jonathan mendadak mengerang saat telapak tangan
Ghea bermain di area dadanya. Mengelus dan mengusapnya. Bahkan, saat Ghea menyusupkan
tangannya ke dalam kaus Jonathan, Jonathan mendadak terangsang. Dan dia benar-benar tidak bisa
menahannya.

Jonathan menarik diri dari Ghea. Ia kembali menegakkan tubuhnya tanpa harus menyingkir dari atas
tubuh Ghea. Jonathan menarik napas cukup panjang dan langsung melepas kaus dari tubuhnya.
Jonathan melempar kaus itu dan kembali membungkuk menuju Ghea. Dilumatnya sekali lagi bibir itu
dengan ganas, sementara satu tangannya menyusup masuk ke dalam blouse yang Ghea kenakan.

Ghea membalas cumbuan Jonathan sama ganasnya. Ghea mendesah saat Jonathan meremas lembut
payudaranya dari balik baju. Ghea beranjak dari posisinya dan menarik mundur Jonathan agar mau
tidak mau berganti posisi dengannya. Jonathan kembali menegapkan tubuh dan menyambut Ghea
yang gantian mendesaknya membentur sandaran sofa.

Ghea duduk di atas pangkuan Jonathan, dengan kedua tangan lelaki itu yang menahan pinggul bagian
belakang milik Ghea agar tidak terjatuh. Sementara Ghea menggoda Jonathan dengan mengecup area
rahang hingga turun ke bawah menuju leher lelaki itu.

3
"Kamu keliatan frustrasi. Apa menciumku sangat menguras emosi kamu?" bisik Ghea. Tangannya yang
sedang berada di leher Jonathan, perlahan-lahan naik menyentuh halus rahang lelaki itu, dan
kemudian mengelus lembut permukaan bibir Jonathan. "Apa baiknya kita sudahi saja?"

Jonathan menarik pinggang Ghea dan membenamkan wajahnya di perpotongan leher perempuan itu.
Kecupan demi kecupan lelaki itu berikan di kulit halus milik Ghea. Bahkan, saat satu tangan Jonathan
kembali merambat ke atas paha Ghea, yang kemudian semakin naik, lenguhan Ghea terdengar saat
Jonathan menyentuhnya dengan jemarinya di sana. Di area intinya.

Bibir mereka kembali bertaut. Ghea mengguncang Jonathan di bawah sana. Erangan Jonathan
terdengar putus asa akibat ulah tangan Ghea. Lelaki itu meraih kancing blouse yang dikenakan Ghea
dan melucutinya. Ia ingin lebih. Akan tetapi, gerak tangan Jonathan tiba-tiba ditahan oleh Ghea.

"Aku pikir kita butuh alasan dan status yang jauh lebih kuat kalau ingin melakukan sesuatu yang lebih
jauh, kan?"

Ghea meraih wajah Jonathan dan membelainya lembut. "Jadi, Jonathan, boleh aku bertanya sekarang.
Jadi, kita ini apa?"

Jonathan menatap Ghea dengan napas yang terdengar begitu berat. Dan Ghea sadar betul kalau
Jonathan sangat amat frustrasi saat ini. Frustrasi karena sangat ingin menyentuhnya.

"Minimal aku butuh tahu pada siapa aku memberikan izin untuk bisa menyentuh tubuhku."

Ghea membalas tatapan tajam Jonathan padanya. Lelaki di depannya ini benar-benar seperti predator
yang ingin melahapnya hidup-hidup.

Jonathan meraih pinggang Ghea dan mendekapnya erat. Sungguh, dia tidak pernah sefrustrasi ini
hanya karena begitu menginginkan sesi making out bersama seorang wanita. Entahlah, Jonathan pun
tidak tahu, yang dia inginkan adalah sesi making out-nya atau sosok perempuan yang sedang duduk
di atas pangkuannya saat ini.

Awalnya, Jonathan ingin mengabaikan pertemuannya dengan Ghea yang terjadi beberapa hari lalu.
Dia pun juga ingin menganggap tawaran menikah yang diajukan Ghea tidak pernah ada. Jadi,
kedatangan Ghea hari ini benar-benar cukup mengejutkan Jonathan. Lebih mengejutkan karena
membuatnya ragu akan keputusan yang sudah ia ambil sejauh ini.

"Jonathan, jadi, kita ini apa?" tanya Ghea sekali lagi.

Jonathan tersenyum kalah. Dia sepertinya benar-benar sudah gila. Bahkan, di saat ia kalah pun,
bagaimana bisa ia masih bisa tersenyum?

"Oke," jawab Jonathan.

Ghea tersenyum tipis. Kepalanya sedikit bergeser ke samping.

"Apanya yang oke?" tanya Ghea.

Jonathan menatap tajam Ghea. Perempuan ini benar-benar berbahaya. Dan Jonathan tahu itu. Akan
tetapi, untuk saat ini, setidaknya Jonathan masih bisa menoleransi seberapa bahayanya Ghea Izora.

"Ayo menikah. Seperti keinginan kamu," bisik Jonathan dan kemudian menarik Ghea masuk ke dalam
pelukannya.

Jonathan melenguh dalam keputusasaannya.

4
Ah, Ghea Izora.... Perempuan ini menarik. Sangat menarik.

-o0o-

5
Twisty Romantic (Hidden Chapter)
Part 2

"Ini serius kita mau ke kamar mandi?" Ghea bertanya pada Jonathan yang sedang menggendong
tubuhnya menuju kamar mandi.

Ghea memeluk erat leher serta bahu Jonathan, takut kalau saja lelaki itu gagal menahan berat
badannya. Sungguh, kecuali ketika ia masih kecil, Ghea sama sekali belum pernah digendong siapapun.
Apalagi di usia segini.

"Serius lah. Kan tadi kamu bilang mau sekalian mandi?" tanya Jonathan.

"Ya kan mandinya abis kita...." Ghea tampak ragu melanjutkan kalimatnya. Menyebut kata bercinta
masih terasa memalukan untuknya.

"Abis apa?" Jonathan menggoda Ghea.

Ghea kembali melayangkan pelototan pada Jonathan. Pelototan yang entah sudah berapa kali
diberikan perempuan itu pada Jonathan malam ini.

"Malam ini kamu menyebalkan," ucap Ghea.

"Soalnya aku baru tahu fakta baru tentang kamu."

"Fakta apa?"

Jonathan berhenti tepat di depan pintu kamar mandi. Ia meminta tolong Ghea untuk membantunya
membuka pintu. Usai pintu terbuka, Jonathan pun segera melangkah masuk dan menggunakan
kakinya untuk menutup pintu yang ada di belakangnya.

"Jo, fakta apa?" tanya Ghea sekali lagi.

Jonathan menurunkan Ghea di atas dudukan wastafel. Kedua lengannya bertumpu di kedua sisi tubuh
Ghea sembari membungkuk ke arah Ghea.

"Fakta kalau ternyata kamu bisa memperlihatkan ekspresi kesal. Karena selama ini ekspresi kamu
cenderung nggak bisa dibaca."

"Jadi maksudnya kamu sekarang mau bikin aku kesal terus?" todong Ghea.

Jonathan menyeringai. Tatapannya tampak menyoroti tubuh telanjang Ghea dari bawah, kemudian
berhenti sedikit lama di dada perempuan itu yang padat, untuk selanjutnya berakhir di wajah Ghea.

Wajah Jonathan bergerak mendekati Ghea, untuk kemudian ia berikan sebuah kecupan ringan tepat
di bibirnya.

"Kamu terlalu sering berpikir negatif tentangku," bisik Jonathan. Setelah sedikit menjauhkan bibirnya
sejenak dari Ghea, tatapannya kembali naik mencari mata Ghea. Dan saat pandangan keduanya
bertemu, Jonathan kembali menyatukan bibirnya dengan Ghea.

Ghea membalas ciuman Jonathan, ikut memanggut bibir Jonathan yang tengah melumat lembut
bibirnya. Tidak seperti sifatnya yang cenderung to the point, sedikit kasar, dan dingin, Ghea sedikit
tidak percaya akan kelembutan Jonathan setiap lelaki itu menyentuhnya. Ghea pikir Jonathan tipe

6
yang tidak sabaran, tapi, setelah mengenalnya, dan kemudian dibuktikan dengan apa yang terjadi
malam ini, Ghea pun akhirnya bisa menarik sebuah kesimpulan bahwa Jonathan sangat jauh dari
bayangannya. Apalagi ketika melakukan kontak fisik. Terutama seks.

Jonathan sangat lembut memperlakukan Ghea. Bahkan ciuman lelaki itu saat ini benar-benar berhasil
membuainya. Ghea tersenyum dalam hati. Setidaknya selama pernikahan mereka nantinya, aktivitas
ranjang serta kehidupan seksual mereka tidak akan menjadi sesuatu yang dipermasalahkan di
kemudian hari. Ghea patut mensyukurinya. Jonathan dan dirinya cocok untuk masalah ranjang.

"Mau ke bathtub atau shower?" Jonathan menarik diri dari Ghea dan melepaskan ciumannya.

Ghea tidak langsung menjawab pertanyaan Jonathan. Yang dilakukannya pertama kali Ialah
mengambil napas usai ciuman panjang dan panas yang baru saja mereka bagi. Sungguh, di saat seperti
ini, oksigen benar-benar sesuatu yang sangat ia butuhkan. Karena Jonathan terlalu sering
membuatnya terengah.

Ghea menatap Jonathan. Tatapannya memindai tubuh telanjang mereka dengan satu kali sapuan.
Ghea meraih Pundak Jonathan, menarik lelaki itu agar mendekatinya.

"Shower," jawabnya sembari melingkarkan lengannya di leher Jonathan. Jonathan tersenyum


mendengar jawaban Ghea.

Disambutnya tubuh Ghea dan diangkatnya perlahan-lahan dari wastafel.

Kedua tungkai Ghea melingkari erat pinggang Jonathan, sementara Jonathan melangkah menuju bilik
kaca di bawah shower. Sesampainya di dalam bilik kaca, Jonathan tidak lantas langsung menurunkan
Ghea dari gendongannya. Lelaki itu membawa tubuh mereka merapat ke sudut bilik, menyebabkan
punggung telanjang Ghea menempel tanpa jarak dengan dinginnya permukaan bilik kaca yang tengah
mengurung mereka.

Jonathan dan Ghea kembali berciuman. Tidak seperti sebelumnya yang cenderung berhati-hati dan
santai, cumbuan mereka kali ini berubah menjadi sedikit tidak sabaran. Ghea mendesah saat bibir
keduanya teruai, meski begitu, erangannya kembali berlanjut akibat cumbuan Jonathan di seputaran
garis leher dan rahangnya.

"Jangan ditahan. Desah aja kalau mau desah," bisik Jonathan yang sedang menyesap leher Ghea.
Sesekali lidahnya bermain-main dengan sengaja untuk menggoda perempuan itu.

Tubuh Ghea bergerak makin gelisah di pelukan Jonathan saat mulut lelaki itu mulai semakin bergerak
turun dari lehernya.

Jonathan menyesap leher bawah Ghea seperti vampire yang begitu kehausan darah, bedanya, saat ini
Jonathan haus akan gairahnya terhadap perempuan di depannya, Ghea, istrinya.

Ghea meminta Jonathan untuk menurunkannya, dan permintaan itu dipatuhi oleh Jonathan. Namun,
seakan tidak mau memberikannya kesempatan untuk bernapas ketika telapak kakinya menyentuh
lantai kamar mandi, Ghea kembali dibuat mengerang oleh Jonathan saat mulut lelaki itu melahap lapar
puncak payudaranya dengan cara yang paling erotis yang pernah Ghea bayangkan.

"Ah... Jo...."

Desahan Ghea semakin terdengar tidak malu-malu lagi seperti sebelumnya. Dan itu membuat
Jonathan senang mendengarnya. Ingin mendengar lebih desahan Ghea, sementara lidahnya sibuk

7
menjilati puting Ghea dengan cara yang begitu cabul, Jonathan perlahan menyusupkan tangannya di
antara lipatan selangkangan Ghea, mengelusnya.

"Kamu udah basah," bisik Jonathan.

Jonathan melepas payudara Ghea dan mulai berlutut tepat di depan kaki Ghea. Awalnya Ghea tidak
begitu peduli dengan apa yang ingin Jonathan coba lakukan. Yang jelas, saat lelaki itu berhenti
menyentuhnya, Ghea memanfaatkannya untuk mulai menghirup oksigen sebanyak-sebanyaknya.

Namun, Jonathan benar-benar membuat Ghea frustrasi malam ini. Lelaki itu tiba-tiba membuka lebar
kedua paha Ghea.

Ghea menunduk dan terkesiap saat Jonathan mendekatkan wajahnya menuju selangkangan Ghea.

Jonathan memegang kedua paha Ghea dan mulai mendekatkan wajahnya di sana. Jonathan
menjulurkan lidahnya menjilati milik Ghea. Bisa dirasakannya tubuh Ghea menegang dan bergetar
secara bersamaan ketika Jonathan melakukannya.

Ghea memejamkan mata menahan nikmat. Memikirkan seseorang sedang menjilati bagian terintim
di tubuhnya, merupakan sesuatu yang masih terasa asing untuknya. Akan tetapi, Ghea tidak bisa
menampik. Ghea menyukai sensasi yang diberikan oleh Jonathan. Bahkan, ia masih ingin
mendapatkan lebih.

Sementara itu, Jonathan melirik ke arah Ghea yang berada di atasnya. Sesuai seperti apa yang
Jonathan inginkan, desahan Ghea semakin terdengar candu saat ia menjilati liang kewanitaan Ghea
menggunakan mulutnya. Berhenti menggunakan lidahnya, Jonathan mulai menggunakan bibirnya
untuk menyenangkan Ghea. Memagut benda itu selayaknya ia mencumbu bibir Ghea seperti biasanya.

Kaki Ghea lemas oleh kenikmatan yang dialirkan oleh mulut dan lidah Jonathan di bawah sana. Ghea
bahkan sampai berpegangan dengan permukaan dinding terdekat untuk mempertahankan
pijakannya.

Ghea gemetar. Sesuatu mulai terasa mendesaknya di bawah sana. Oleh karena itu, guna
melampiaskan rasa frustrasinya, Ghea menjambak rambut Jonathan, menyuruh lelaki itu untuk
semakin menyenangkannya di bawah sana, menekan kepala lelaki itu untuk semakin masuk dan
memuaskannya.

Jonathan tersenyum puas saat ia merasakan pinggul Ghea mulai bergerak mengikuti ritme lidah
Jonathan yang tengah memasuki dirinya. Jonathan meraih satu kaki Ghea, untuk kemudian ia angkat
dan letakkan di atas bahunya. Jonathan bergerak semakin menyelinap di antara kedua paha Ghea,
kepalanya semakin mendongak menghadap liang kewanitaan Ghea, dan kemudian menggerakkan
lidahnya kian brutal.

Ghea menjerit saat puncak kenikmatan kembali ia dapatkan malam itu. Tubuh Ghea lemas. Jonathan
berdiri dan langsung memeluk tubuh istrinya itu dengan erat. Membiarkan dirinya menjadi sandaran
Ghea untuk kembali mendapatkan energinya.

"Pulihin energi kamu, karena abis ini giliran kamu yang nyenengin aku," bisik Jonathan.

***

Usai sesi melelahkan di balik bilik kaca, mereka pun berpindah ke dalam bathtub. Ghea bersandar di
dalam bathtub dengan air sabun dicampur wewangian yang merendam tubuhnya.

8
Setelah mendudukkannya ke dalam bak, dan membantunya mengisi air, Jonathan permisi untuk
keluar kamar mandi sejenak. Lelaki itu berkata bahwa dia ingin menelepon Eros karena ada hal yang
lupa ia sampaikan pada temannya itu tadinya. Alhasil, Ghea pun memilih menikmati waktu
istirahatnya selama Jonathan menelepon di luar sana.

Masih dengan mata terpejam, Ghea menikmati sensasi hangat yang ia rasakan dari air yang
merendamnya. Pada akhirnya, pernikahan yang selama ini Ghea inginkan terjadi juga. Ghea sudah
resmi menjadi seorang istri, dan Ghea tahu jika dia benar-benar sudah tidak bisa mundur lagi.

Di tengah-tengah keheningan suasana kamar mandi yang hanya ada dirinya, suara pintu yang terbuka
pun terdengar. Ghea masih belum membuka matanya saat terdengar langkah kaki yang bergerak kian
mendekatinya. Sampai akhirnya Ghea merasakan sebuah telapak tangan tengah mengusap puncak
kepalanya dengan lembut.

"Udah selesai nelponnya?" tanya Ghea yang saat itu mulai perlahan membuka matanya. Dan saat itu
juga ia pun menemukan Jonathan sedang berjongkok tepat di sisi bathtub.

"Udah. Walaupun Eros rada kesal kayaknya. Soalnya aku nelpon malam-malam begini."

Ghea tersenyum tipis mendengar jawaban Jonathan.

"Mau gabung berendam?" tawar Ghea.

"Tentu," jawab Jonathan.

Lelaki itu bangkit berdiri dari posisi jongkoknya. Ternyata Jonathan sempat menyampirkan handuk di
pinggangnya saat keluar menelepon tadi. Ghea mengamati Jonathan yang perlahan-lahan melepas
handuk di pinggangnya. Ghea memalingkan wajahnya.

"Santai, aku juga masih terpukau ngeliatnya," celetuk Jonathan. Pasti Ghea diam-diam sedang
mempertanyakan bagaimana bisa Jonathan masih tetap keras sepanjang malam ini.

Mengabaikan tatapan kesal Ghea, Jonathan pun segera melangkah masuk ke dalam bathtub. Ghea
menggeser posisi duduknya sedikit ke depan guna memberikan ruang bagi Jonathan untuk
menyelinap di belakangnya. Dan saat Jonathan sudah mengambil tempat tepat di belakang, Ghea
langsung kembali menyandarkan punggungnya pada dada Jonathan saat lengan lelaki itu memeluk
perutnya.

"Gimana? Nyobain di kamar mandi nggak terlalu buruk, kan?" bisik Jonathan di belakang Ghea.

"Nggak terlalu buruk karena bisa langsung sekalian berendam. Tapi kalau bercinta, aku lebih suka di
kasur. Lebih empuk."

"Benar juga, sih," gumam Jonathan tidak bisa membantah.

Selama lima menit, Jonathan dan Ghea memutuskan untuk menikmati rutinitas berendamnya.
Meskipun agenda itu sedikit terganggu dengan sesuatu di belakang tubuh Ghea yang kian mengeras.
Ghea melirik Jonathan sejenak. Lelaki itu masih sibuk mencium, bahkan sesekali menjilati pundak
Ghea dari belakang.

Ghea menyelipkan tangan ke balik punggungnya. Saat itu Ghea bisa merasakan Jonathan semakin erat
memeluk perutnya. Sepertinya lelaki itu tahu Ghea sedang mencari apa.

"Bisa berdiri sebentar?" tanya Jonathan.

9
Ghea menoleh dan mengangguk. Perempuan itu berdiri sementara Jonathan tampak sedikit
mengubah posisi duduknya.

"Duduk di sini," pinta Jonathan sembari menepuk perutnya.

Ghea mengikuti permintaan Jonathan dan meletakkan bokongnya di perut Jonathan. Selain itu
Jonathan juga menuntun Ghea untuk membuka lebar-lebar pahanya, menempatkan kejantanannya di
antara kedua paha Ghea, sekaligus memberi ruang agar kejantanan Jonathan lebih mudah dijangkau
Ghea.

"Nah, kalau begini lebih mudah, kan?" bisik Jonathan di belakang telinga Ghea. "Sekarang... lakukan
apa yang tadi mau kamu lakukan."

Ghea meraih kejantanan Jonathan dengan satu tangan. Benda itu benar-benar besar. Ghea melirik
Jonathan yang berada di belakangnya sejenak, dan lelaki itu tampak tersenyum tipis ke arahnya.

"Kenapa?" tanya Jonathan.

"Siap-siap," bisik Ghea.

Ghea kembali meluruskan pandangannya dan fokus pada apa yang ada di hadapannya. Tangannya
mulai bergerak naik dan turun mengurut perlahan-lahan kejantanan Jonathan. Desahan samar
Jonathan mulai terdengar dari belakang tubuh Ghea, membuat Ghea semakin terpacu untuk terus
menyenangkan Jonathan.

Ghea semakin cepat menggerakkan tangannya. Bisa dirasakannya milik Jonathan kian mengeras dan
membesar di bawah telapak tangannya. Ghea sedikit menoleh ke belakang untuk melihat reaksi
Jonathan. Dan menemukan lelaki itu dengan mata tertutup, sementara mulutnya terbuka
mendesahkan kenikmatan, benar-benar membuat Ghea puas. Ghea tidak bisa menampik, Jonathan
Abrisam benar-benar terlihat seksi saat sedang bergairah.

Ghea mempercepat gerak tangannya. Suara erangan Jonathan kian memenuhi kamar mandi. Lelaki
itu kian erat memeluk Ghea, ditangkupnya kedua payudara Ghea dan mulai meremasnya sedikit kasar.

Ghea ikut memejamkan mata saat ujung jari Jonathan bermain-main di puncak payudaranya. Napas
Ghea memberat saat lelaki itu memilin pelan putingnya dengan gerakan yang begitu cabul. Hal itu
sedikit membuat gerakan tangan Ghea yang sedang menggenggam kejantanan Jonathan sedikit
melemah, dan digantikan dengan gerakan pinggul Ghea yang mulai bergerak gelisah di atas perut
Jonathan.

"Jo," panggil Ghea.

"Ngh, ah... iya, kenapa?" jawab Jonathan.

"Cepat berdiri."

Ghea tiba-tiba beranjak dari atas tubuh Jonathan. Jonathan menuruti apa pun yang diperintahkan oleh
Ghea dan mulai beranjak berdiri. Ghea berlutut tepat di depan Jonathan, dengan kondisi tinggi air
bathtub yang merendam tubuhnya hingga pundak, Ghea kembali mencengkeram kejantanan
Jonathan.

"Kamu yakin?" tanya Jonathan saat mulai bisa menangkap apa yang ingin Ghea lakukan selanjutnya.

"Yakin. Kenapa? Apa kamu nggak suka blow job?"

10
"Blow job pertama dari istri sendiri? Gimana mungkin aku tolak, kan?"

Jonathan menyentuh puncak kepala Ghea dengan satu tangannya yang besar. Jonathan menarik
kepala Ghea untuk segera melakukan tugasnya. Dan tepat saat kejantanannya masuk ke dalam mulut
istrinya itu, Jonathan spontan memejamkan mata, sembari mengerang nikmat.

Kepala Ghea bergerak maju dan mundur perlahan-lahan mengikuti gerak kejantanan Jonathan yang
berada di dalam mulutnya. Ghea mengeluarkan kejantanan itu dari dalam mulutnya, untuk kemudian
mulai menjilati sepanjang milik suaminya itu menggunakan lidahnya.

Jonathan mendesah kuat saat lidah Ghea merangsangnya dengan sejuta rasa nikmat. Lidah
perempuan itu bergerak kian cepat, tidak hanya menjilati permukaan kejantanannya, melainkan juga
menggodanya tepat di pucuk kejantanannya. Tidak hanya itu, tangan Ghea pun ikut menggempur
Jonathan dengan terus meremas kedua bola kembarnya.

"Ghe, kamu...." Jonathan mengerang.

"Aku kenapa?" tanya Ghea dengan mulut yang masih asik menjilati kejantanan Jonathan layaknya es
krim paling lezat sedunia.

"Kamu gila. Gila banget," erang Jonathan.

Ghea kembali memasukkan kejantanan Jonathan ke dalam mulutnya. Jonathan mendesah kian
kencang. Apalagi saat Ghea bergerak kian cepat di bawah sana.

"Berdiri, Ghe," pinta Jonathan yang saat itu langsung menarik Ghea untuk bangkit dari posisi
berlututnya saat ini.

Jonathan menuntun Ghea menuju dinding terdekat. Seakan tahu apa yang ingin dilakukan Jonathan,
Ghea pun segera memposisikan dirinya menghadap dinding, sekaligus memunggungi Jonathan.

"Pegangan ke dinding, Ghe," pinta Jonathan sembari menempelkan kedua tangan Ghea untuk
bertumpu pada dinding.

Ghea melakukannya. Dan saat itu ia pun bisa merasakan satu tangan Jonathan memeluk perutnya,
sementara satu lagi tampak menuntun penyatuan mereka di bawah sana.

Ghea dan Jonathan refleks sama-sama mengerang saat tubuh mereka kembali melebur menjadi satu
malam itu. Ghea meringis, ternyata sudah melakukannya sekali tidak menjamin ia akan langsung
mudah beradaptasi dengan kegiatan yang satu ini.

"Kasih tahu aku kalau aku bikin kamu nggak nyaman," bisik Jonathan di belakang Ghea.

Jonathan mulai bergerak di belakangnya. Ghea mendesah merasakan pergerakan Jonathan yang mulai
menghentaknya dari belakang. Meski masih terselip rasa ketidaknyamanan, tapi Ghea mulai
menikmati sesi bercinta kali ini. Dan rasa nikmat itu terus bertambah setiap Jonathan bergerak di
bawah sana.

Desahan maupun erangan Jonathan dan Ghea memenuhi kamar mandi hotel malam itu. Ghea tidak
kuat lagi, tangannya perlahan-lahan menjauhi dinding, dan itu disadari Jonathan.

Oleh karena itu, Jonathan mengambil alih satu tangan Ghea untuk ia pegang, sementara satu tangan
yang lain menekan, sekaligus menggoda liang kewanitaan Ghea dari depan.

11
Ghea mendesah kian kuat. Untuk beberapa saat ia merasa menjadi orang paling cabul sedunia. Karena
bagaimana bisa, saat ini, Ghea seakan-akan terus ingin diguyur oleh kenikmatan tak terhingga yang
diberikan oleh Jonathan.

Begitu pun dengan Jonathan. Lelaki itu seperti tidak akan pernah merasa cukup. Semakin dalam ia
menghujam Ghea di bawah sana, Jonathan seakan-akan terus menginginkan kenikmatan yang lebih
dari yang saat ini ia rasakan dari Ghea.

Maka dari itu, saat puncak kenikmatan itu sekali lagi mereka berdua raih malam itu, Jonathan dan
Ghea pun serempak mendesah kuat. Menyalurkan semua kepuasan yang mereka dapatkan saat itu.

Jonathan mengerang saat cairannya kembali mengaliri deras bagian bawah tubuh Ghea. Jonathan
menahan tubuh Ghea yang sudah lemas untuk kemudian ia dekap dengan erat.

"Setelah ini kita harus benar-benar mandi. Aku capek," ucap Ghea. Membuat Jonathan terkekeh pelan
mendengar ucapannya.

"Iya, abis ini kita beneran mandi. Mau kumandiin?"

"Mandiin beneran, kan? Awas aja kalau kamu macam-macam."

Jonathan tertawa pelan mendengar ucapan Ghea.

"Iya. Mandi beneran. Abis itu kita pergi tidur. Istirahat. Deal?"

Ghea mengangguk pelan. Dan setelah itu dia pun pasrah saja saat tubuhnya diambil alih Jonathan, dan
menyerahkan semua proses membersihkan diri kepada lelaki itu.

***

12
Twisty Romantic (Hidden Chapter)
Part 3

Baju ganti yang tadinya sudah Ghea persiapkan untuk ia bawa ke kamar mandi mendadak sudah
terkapar begitu saja di atas lantai. Kedua tangan Ghea berpegangan erat di pinggiran meja rias, dengan
sedikit membungkuk menghadap cermin di hadapannya, Ghea bisa melihat sosoknya yang tengah
mendesah, dengan sosok Jonathan yang terus memasukinya di belakang sana.

Ghea memejamkan mata menghindari refleksi dirinya yang terlihat begitu bergairah di cermin.
Telanjang, penuh hasrat, dan mendamba sentuhan. Dan hal itu benar-benar tidak ingin Ghea saksikan
pada dirinya.

Sayangnya, semua itu menjadi tidak berarti saat kenikmatan itu terus-terusan ia dapatkan dari
Jonathan. Lelaki itu seakan tahu bagaimana cara memuaskan Ghea. Jonathan seperti hapal setiap
jengkal tubuh Ghea yang perlu ia sentuh. Dan lelaki itu tampak menikmati setiap saat dirinya bisa
membuat Ghea menggila akibat sentuhannya.

Tubuh Ghea berkali-kali terdesak ke depan setiap Jonathan menghentakkan pinggulnya. Tangan lelaki
itu bergerak meremas payudara Ghea dan mulai memilin putingnya dengan gerak menggoda. Ghea
melenguh merasakan permainan jari itu di dadanya. Seakan sudah tidak tahan, Ghea ikut menangkup
tangan Jonathan yang berada di dadanya. Ikut bergerak dan menuntun agar lelaki itu semakin gencar
meremasnya.

"Buka mata kamu. Lihat wajah kamu sekarang," bisik Jonathan.

Ghea tetap tidak mau membuka matanya. Dan itu menjadi hal yang membuat Jonathan semakin
tertantang. Khususnya, tertantang agar Ghea mau membuka mata dan menyaksikan betapa
bergairahnya perempuan itu saat sedang menerima sentuhan Jonathan.

"Kamu keliatan bergairah. Kamu harus tahu gimana ekspresi wajah kamu sekarang. Seperti ini
misalnya."

Jonathan menurunkan tangannya yang sejak tadi berada di payudara Ghea menuju area intim Ghea
di bawah sana. Ghea mengerang seketika saat Jonathan memberikan pijatan lembut di sana,
sementara pinggulnya terus bergerak keluar masuk meluluh lantakkan setiap akal sehat Ghea.

"Kamu suka rasanya, kan? Iya, kan? Kamu seharusnya lihat betapa bergairahnya wajah kamu sekarang,
Ghe."

Ghea membuka matanya dan melihat pantulan dirinya melalui cermin. Sadar akan hal itu, Jonathan
langsung menarik pinggul Ghea ke belakang, sementara satu tangannya mendorong punggung
perempuan itu untuk semakin membungkuk.

Ghea menahan napas melihat posisinya saat ini. Posisi yang membuat payudaranya menyentuh
langsung permukaan meja rias di depannya.

"Ini posisi favorit kamu, kan?" bisik Jonathan.

13
Ghea memutar kepalanya ke belakang untuk melihat Jonathan. Lelaki itu menarik kejantanannya dari
dalam Ghea dan mulai berjongkok di belakangnya.

"Desah kalau kamu mau desah," ucap Jonathan sebelum menyusupkan wajahnya menuju bokong
Ghea.

Ghea mengerang saat lidah Jonathan mengobrak-abrik bagian intimnya dengan begitu cabulnya.
Tangan Ghea berpegangan erat pada permukaan meja rias, menahan setiap lenguhan yang anehnya
begitu candu untuk Ghea sendiri.

Ghea gemetar di bawah sana. Sesuatu yang hangat terasa mengalir di antara kedua kakinya. Tubuh
Ghea lemas. Jonathan yang berada di belakang pun hanya bisa duduk dan menahan senyum melihat
Ghea yang berjongkok sambil bersandar di kaki meja rias.

Cukup lama mereka bertahan dalam posisi serta keheningan seperti itu. Akan tetapi, sadar jika
Jonathan masih mengamati serta menunggunya di belakang sana, mau tidak mau membuat Ghea
memutar tubuh dan menatap lelaki itu, yang seperti dugaannya sedang menatapnya dengan tatapan
nyalang.

Ghea merangkak mendekati Jonathan. Dan saat itu Ghea bisa menangkap senyum puas milik lelaki itu
saat melihatnya sedang bergerak menujunya. Hidup berumah tangga sedikit membuat Jonathan
mengenal watak Ghea, terutama saat setiap kali mereka bercinta. Jonathan tahu Ghea adalah tipe
yang tidak suka berhutang dengan siapa pun. Oleh karena itu, setelah Jonathan memberikannya
kepuasan seperti tadi, tentu Ghea akan membayarnya dengan sama besar. Dan memang itu tujuan
Jonathan.

Ghea mendekati Jonathan dan merangkak naik ke atas pangkuan lelaki itu. Jonathan sekuat tenaga
mempertahankan kedua tangannya yang masih bertopang di lantai agar tidak ikut menyentuh Ghea.
Akan tetapi, saat Ghea menarik wajah Jonathan dan menciumnya, saat itu jugalah Jonathan
memutuskan untuk menyerah dan ikut membelitkan tangannya di sekeliling pinggang Ghea.

Jonathan menyambut ciuman Ghea dengan sifatnya yang agresif. Mulutnya terbuka untuk membalas
lumatan Ghea pada bibirnya. Sampai pada saat ketika Ghea meraih kejantanan Jonathan dan mulai
mengusap benda itu dengan lembut, Jonathan menemukan dirinya semakin ingin melahap Ghea saat
itu juga.

Ghea melepaskan ciumannya dan turun dari pangkuan Jonathan. Masih dengan tangan yang terus
bergerak nakal, Ghea membungkuk mendekatkan wajahnya menuju kejantanan milik suaminya itu,
tampak juga sesekali Ghea menjilati pinggiran kejantanan Jonathan dengan gerakan seduktif.

Jonathan kembali meletakkan kedua tangannya untuk bertopang di samping tubuhnya. Lelaki itu
duduk dengan kedua kakinya yang terbuka lebar, bersamaan dengan tubuh Ghea yang menyelinap di
antaranya.

"Masukin, Ghe," pinta Jonathan dan langsung dituruti oleh Ghea.

Sontak saja kejantanan Jonathan yang berukuran besar itu sudah berada di dalam mulut Ghea.
Jonathan mendesah pelan merasakan bagaimana kulit kejantanannya yang bergesekan dengan lidah
serta dinding mulut Ghea. Kepala Ghea bergerak turun naik menghisap milik Jonathan. Tangannya
yang bebas pun ikut memberikan pijatan di pangkal kejantanan Jonathan.

Jonathan menengadah menatap langit-langit kamar dengan pandangan yang sudah dipenuhi kabut
gairah. Kembali ia melirik Ghea yang masih terus menghisap kejantanannya dengan gerak pelan. Tidak

14
bisa menunggu, Jonathan bangkit dari posisinya yang duduk, beranjak dengan kedua lutut, Jonathan
segera meraih belakang kepala Ghea dan ikut menuntunnya agar semakin cepat bergerak melahap
kejantanannya.

Erangan Jonathan semakin menggila saat mulut Ghea semakin cepat dan kuat menghisapnya di bawah
sana. Tidak hanya itu, pinggul Jonathan juga ikut bergerak maju mundur mengikuti ritme kepala Ghea.

"Fuck!" Jonathan mengerang nikmat saat merasakan sensasi kuluman mulut Ghea.

Jonathan tidak bohong. Sensasi bercinta dengan Ghea benar-benar sangatlah nikmat. Jadi, dengan
semua pengalaman itu, bagaimana bisa Jonathan masih menginginkan hal itu dari wanita lain?

Ghea beranjak bangun dan mendorong tubuh Jonathan agar kembali berbaring di atas lantai
berlapiskan karpet. Ghea kembali merangkak menaiki Jonathan, menempatkan dirinya tepat di atas
kejantanan Jonathan, dan setelah itu perlahanlahan bergerak turun.

Ghea bergerak dengan kecepatan konstan di atas tubuh Jonathan. Pinggulnya bergerak naik dan turun
menghujam kejantanan Jonathan. Keduanya berbagi kenikmatan yang tak terhingga. Sampai-sampai
keduanya pun kian larut akan hasrat satu sama lain.

Jonathan yang melihat bagaimana Ghea bergerak tepat di atasnya pun tanpa sadar kembali dibuat
kian bergairah.

Tanpa berniat mengganggu Ghea yang tengah duduk di atasnya, Jonathan beranjak duduk dan segera
mencumbu bibir istrinya itu sekali lagi. Ghea tidak menolak dan ikut membalas ciuman panas yang
diberikan Jonathan. Semakin ditunggangi oleh euphoria permainan, tangan Jonathan pun tidak ikut
tinggal diam dan bergerak menggoda payudara Ghea.

Jonathan melepaskan bibirnya dan membiarkan Ghea agar bisa mendesah dengan lebih bebas.
Sebagai ganti, lelaki itu segera menyesap payudara Ghea yang sejak tadi terus menggodanya. Jonathan
menghisap payudara itu seperti bayi yang kehausan, bedanya, Jonathan saat ini tengah kehausan akan
gairahnya sendiri.

Jonathan mengerang tak tertahankan. Tidak ada posisi yang paling ia sukai sekarang selain posisinya
bersama Ghea saat ini. Dengan mulutnya yang tengah melumat ganas payudara Ghea, sementara
perempuan itu menghentakkan bokongnya dan terus menghujam kejantanannya, bergoyang, serta
menggodanya, Jonathan benar-benar diselimuti hasrat yang tak terhingga.

"Good. Yeah, kayak gitu, Ghe," racau Jonathan saat tangannya menuntun bokong Ghea dan
menyuruhnya untuk bergerak kian cepat.

Cengkraman tangan Ghea yang sedang berpegangan di bahu Jonathan kian mengerat. Jonathan
mendongak untuk menatap wajah cantik istrinya itu. Paham dengan apa yang sedang terjadi, Jonathan
segera memegang erat pinggang Ghea, sedikit mengangkatnya, dan ikut menghentakkan pinggulnya
mengikuti gerakan Ghea yang berada di atasnya.

Tubuh Ghea melengkung ke belakang saat kenikmatan semakin menyelimutinya. Jonathan pun tidak
jauh berbeda, lelaki itu terus mengerang dan semakin mendesak Ghea di bawah sana. Ghea tidak
kuasa kembali menyerang dan memilih menyerahkan semuanya pada Jonathan. Alhasil, Ghea pasrah
saat tubuhnya terdesak akibat hentakan Jonathan.

Tidak butuh waktu lama, Jonathan dan Ghea pun kembali mendapatkan puncak kenikmatan mereka.
Tubuh Ghea bergetar di atas Jonathan, pinggul perempuan itu sedikit menggeliat guna menuntaskan
gairahnya yang berserakan, sampai pada akhirnya ia pun tumbang di dalam pelukan Jonathan.

15
Masih mempertahankan Ghea dalam pelukannya, Jonathan bangkit dan segera memindahkan tubuh
mereka kembali ke atas ranjang. Sementara Ghea memejamkan mata dengan dada naik turun menarik
napas, Jonathan pun segera melepas kondom yang ia kenakan, mengikatnya dan membuangnya ke
dalam tempat sampah.

Tidak seperti Ghea yang sedang berbaring, Jonathan lebih memilih duduk sembari menyandarkan
punggung ke kepala ranjang. Jonathan melirik Ghea yang berbaring di sampingnya, lelaki itu kembali
mengamati tubuh telanjang istrinya itu dengan sorot tak terbaca. Dan tanpa Jonathan sadari,
gairahnya kembali naik.

Gila, batin Jonathan. Sepertinya dia benar-benar sudah gila karena bisa-bisanya masih menginginkan
Ghea.

Sadar sedang diperhatikan oleh Jonathan, Ghea perlahan membuka matanya dan menemukan
suaminya itu yang sedang membuka laci nakas yang berada di samping ranjang.

"Jangan bilang kamu berniat ngabisin kondom ketiga untuk malam ini?" tanya Ghea.

Jonathan menutup pelan laci nakas dan tampak berdecak sebal.

"Nggak jadi. Yang tadi ternyata stok terakhir," ucapnya.

Merasa sudah tidak ada harapan, Jonathan pun segera ikut merebahkan tubuhnya sama seperti Ghea.
Melihat apa yang dilakukan lelaki itu entah kenapa membuat Ghea geleng-geleng kepala.

"Kayaknya aku mesti berterima kasih kepada stok kondom yang habis. Karena dengan itu aku bisa
pergi tidur," sindir Ghea.

"Kamu ngomong kayak kamu nggak suka aja," ucap Jonathan balas menyindir.

Ghea tidak membalas dan beranjak bangun. Perempuan itu kembali memunguti baju gantinya yang
tergeletak di lantai dan segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Di atas ranjang, Jonathan bisa mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Jonathan
menarik selimut dan memejamkan mata. Sayup-sayup terdengar gumaman dari bibir lelaki itu.

"Pokoknya besok harus beli persediaan kondom," bisik Jonathan mantap.

16
Twisty Romantic (Hidden Chapter)
Part 4

Ghea yang sedang berdiri di depan wastafel pun sontak menoleh saat mendengar suara pintu kamar
mandi tiba-tiba Kembali terbuka. Melihat Jonathan yang sama sekali tidak mengindahkannya, terlebih
suaminya itu malah bergerak menghampirinya dengan wajah tanpa dosa, Ghea pun sontak melangkah
mundur.

Melihat reaksi Ghea, Jonathan tersenyum geli sembari terus melangkah maju. Jonathan menarik turun
celana pendek yang ia kenakan dan segera melemparnya ke bak pakaian kotor yang berada di dekat
pintu.

"Kenapa? Lanjut mandi sana. Aku mau gosok gigi," ucap Jonathan pada Ghea yang berdiri siaga tidak
jauh dari wastafel.

Jonathan menatap Ghea dari atas sampai bawah. Tatapan lelaki itu membuat Ghea sadar akan
ketelanjangannya dan segera berbalik masuk menuju bilik shower.

"Dasar gila," gerutu Ghea.

Mengabaikan Jonathan yang katanya ingin menggosok gigi, Ghea pun segera menyalakan keran
shower dan mengguyur tubuhnya dengan air hangat.

Ghea mendongak puas merasakan sensasi guyuran air yang membuat tubuhnya merasa rileks. Mandi
setelah selesai bercinta memang hal yang paling Ghea sukai. Bercinta dengan Jonathan hampir sama
seperti saat ia habis melakukan gym.

Tubuhnya akan berkeringat banyak. Dan bagi Ghea yang hobi membuat tubuhnya berkeringat akibat
berolahraga, seks adalah salah satu alternatif untuk menyenangkan diri.

"Aku benar-benar mau berterima kasih sama yang ngedesain kamar mandi ini."

Ghea yang sedang menikmati guyuran shower pun sontak membuka matanya saat sebuah lengan tiba-
tiba mendekap tubuhnya dari belakang. Tidak hanya itu, laju air yang keluar dari shower pun
sepertinya tampak sengaja diperlamban dengan sengaja.

Ghea menoleh ke belakang saat menyadari kehadiran Jonathan. Meski tadinya lelaki itu bersikeras
berkata tidak akan macam-macam saat mengajak mandi bersama, nyatanya Ghea sudah tidak kaget
lagi kalau Jonathan akan Kembali melakukan hal macam-macam padanya. Ghea sudah sangat
mengenal gelagat suaminya itu selama hidup bersamanya satu tahun terakhir. Oleh karena itu, sudah
tidak terlalu mengejutkan lagi melihat lelaki itu sudah berada di belakangnya seperti ini.

"Jangan ganggu. Aku mau mandi," ucap Ghea dan kembali memutar keran shower. "Konsisten dengan
ucapan kamu di luar tadi."

Namun, nyatanya peringatan Ghea barusan benar-benar tidak dipedulikan lagi oleh Jonathan.
Buktinya, lelaki itu masih belum juga mengendurkan pelukannya di pinggang Ghea. Malahan, tangan
Jonathan semakin nakal meraba payudaranya.

"Jo," panggil Ghea.

17
"Kenapa?" tanya Jonathan. Seraya tangannya yang sedang menggerayangi tubuh Ghea, lelaki itu sibuk
menciumi leher dan pundak Ghea.

"Kamu ngapain?" tanya Ghea.

"Menurut kamu emangnya aku keliatan lagi ngapain?" bisik Jonathan di dekat telinga Ghea.

Ghea memejamkan mata frustrasi. Seharusnya ia tahu. Di situasi biasa saja, Jonathan bisa begitu rajin
mengajaknya bercinta. Apalagi di saat lelaki itu terobsesi dengan kehadiran anak seperti sekarang?

"Tentang ucapanku sebelumnya, aku jujur. Kamu tuh seksi. Beneran," bisik Jonathan.

Ghea sebisa mungkin menahan diri untuk tidak melenguh saat lidah Jonathan menjilati daun
telinganya. Sudah dua kali Jonathan menyebutnya seksi malam ini. Akan tetapi, berbeda dengan
sebelumnya yang terlihat tidak serius, saat ini sensasinya tentu berbeda. Jelas sangat berbeda ketika
mereka sedang dalam keadaan seintim ini.

"Lain kali kita nge-gym bareng aja. Gimana?" tanya Jonathan. Satu tangannya bergerak turun dan
berhenti tepat di bagian intim milik Ghea.

"Aku belum pernah lihat kamu pakai baju olahraga secara langsung. Pasti kamu jauh lebih keliatan
seksi."

Ghea menahan napas saat satu jari Jonathan memasukinya di bawah sana. Tubuh Ghea bergerak
gelisah, satu tangannya ikut memegang tangan Jonathan yang sedang mengobrak-abriknya di bawah
sana.

"Kayaknya jadwal mandi kamu mesti diundur. Tubuh kamu keliatannya lebih memilih aktivitas lain
sebelum mandi," ucap Jonathan menyeringai.

Jemari Jonathan terus bergerak keluar masuk menggempur Ghea. Ghea mendesah merasakan
kenikmatan tersebut. Kakinya lemas, sementara Jonathan tidak terlihat sama sekali akan mengurangi
kecepatan tangannya.

"Enak?" tanya Jonathan. "Mau tambah?"

Ghea menggumam pelan. Matanya memejam dan pinggulnya bergerak seirama dengan gerak jemari
Jonathan. Jonathan kembali menambah satu jari lagi untuk memasuki Ghea. Tidak hanya itu, bibirnya
juga sibuk mencumbu leher Ghea, dan satu tangannya yang bebas meremas pelan payudaranya.

Tubuh Ghea gemetar oleh kenikmatan. Jonathan seakan menyerangnya dari berbagai sisi. Dan hal itu
benar-benar membuat Ghea semakin tidak berdaya. Melihat Ghea yang sepertinya sudah tidak bisa
menahannya, Jonathan pun menarik jemarinya dari Ghea.

Jonathan memutar tubuh Ghea hingga menghadapnya. Dipeluknya tubuh itu dan diciumnya dengan
panas. Jonathan mendorong tubuh Ghea hingga menempel ke dinding. Satu tangannya mendekap
pinggang Ghea, sementara satu tangan lain bergerak meremas pelan payudara Ghea.

"Kita baru selesai bercinta, kamu serius mau ngelakuinnya sekali lagi?" tanya Ghea saat bibir mereka
terlepas untuk menarik oksigen.

"Kamu nggak mau?" tanya Jonathan.

"Bukannya nggak mau, aku cuma—"

"Bercinta tanpa kondom itu jauh lebih enak. Kamu nggak ngerasain hal yang sama?" bisik Jonathan.

18
Ditariknya satu tangan Ghea dan dituntunnya untuk menyentuh kejantanannya yang sudah berdiri
tegak di bawah sana. Paham apa yang diinginkan Jonathan, Ghea pun lantas langsung memberikan
pijatan lembut pada suaminya itu.

"Jawab aku, Ghe. Lebih enak tanpa kondom, kan?" tanya Jonathan.

Ghea mendorong tubuh lelaki itu agar sedikit memberi ruang bagi mereka. Ghea berjongkok di depan
Jonathan dan segera memasukkan kejantanan suaminya itu ke dalam mulutnya. Jonathan melenguh
merasakan sensasi mulut dan lidah Ghea yang sedang menghisapnya.

Jonathan menunduk melihat Ghea yang sedang berjongkok di depannya. Tangannya mengusap pelan
kepala sang istri dengan lembut, yang kemudian menjadi jambakan halus saat Ghea menambah
kecepatan kulumannya.

Jonathan mengerang tak tertahankan. Kenikmatan yang diberikan Ghea benar-benar meluluh
lantakkannya. Jonathan menggoyangkan pinggulnya mengikuti irama gerak kepala Ghea. Ikut
menghentakkan kejantanannya untuk semakin dilahap oleh mulut Ghea.

"Cukup, Ghe."

Jonathan menarik Ghea untuk berdiri. Ditariknya tubuh istrinya itu untuk ikut keluar dari dalam bilik,
bahkan kamar mandi.

Tubuh Ghea terhempas ke atas ranjang dengan Jonathan yang langsung menindihnya.

Jonathan dan Ghea berciuman sekali lagi dengan panas di atas kasur. Tubuh Ghea bergerak menuju
kepala ranjang dengan kondisi telentang, sementara Jonathan menyusupkan tubuhnya di antara
kedua paha Ghea yang dibukanya lebar-lebar. Jonathan membungkuk menyusupkan wajahnya ke area
organ intim milik Ghea. Desahan Ghea semakin menjadi saat dirasakannya lidah Jonathan
menggodanya di bawah sana. Sementara itu, melihat Ghea yang menikmati permainannya, Jonathan
pun kian melumat rakus bibir kewanitaan istrinya itu. Pinggul Ghea terangkat saat kenikmatan lidah
Jonathan memenuhinya.

"Jo, ah..." Ghea mendesah.

Jonathan beranjak dari kewanitaan Ghea. Melihat kewanitaan Ghea sudah cukup basah dan siap untuk
segera dimasuki, Jonathan pun segera memposisikan diri di depan goa hangat itu. Ghea frustrasi.
Tatapannya tampak sebal melihat Jonathan, mengingat suaminya itu tidak langsung memasukkan
kejantanannya, dan hanya menggesekkannya di dinding luar.

"Cepetan," perintah Ghea.

Jonathan tersenyum puas mendengar perintah Ghea. Dengan segera ia mendorong tubuhnya
memasuki Ghea. Pinggulnya bergerak pelan menghujam Ghea, sementara bibir keduanya masih asik
bercumbu.

Jonathan melepas tautan bibir mereka dan beralih mengulum payudara milik Ghea. Ghea mendesah
saat lidah Jonathan menggelitik putingnya dengan begitu nakal, sementara kejantanannya bergerak
kian tak terkendali di bawah sana.

Ghea mendorong Jonathan dan memutarbalikkan keadaan menjadi berada di atas. Jonathan
terlentang dengan Ghea yang berada di atasnya. Ghea menghentakkan bokongnya dengan cepat dan
kuat. Membuat payudaranya yang bulat bergoyanggoyang mengundang gairah Jonathan untuk
semakin meluap.

19
Jonathan meraih payudara Ghea dengan kedua tangannya. Diremasnya pelan gunung kembar itu dan
sesekali dicubitnya gemas puting istrinya tersebut.

"Shit, Ghe, enak banget...."

Jonathan meracau kenikmatan. Terlebih saat Ghea sengaja memutar pinggulnya dengan gerakan
menggoda. Jonathan beranjak bangun dan menuntun Ghea untuk berjongkok sembari
membelakanginya. Memegang pinggul Ghea, Jonathan Kembali menghujam Ghea dari belakang.

Ghea mendesah untuk setiap hentakan yang Jonathan berikan. Tidak jauh berbeda dengan Ghea,
Jonathan pun terus melenguh saat pinggulnya terus berayun bergerak maju mundur menyongsong
kenikmatan dari dalam tubuh Ghea.

"Jo... Ah!"

Ghea menjerit saat puncak kenikmatan sudah berada di depan matanya. Begitu pun dengan Jonathan.
Dan sebagai ujung dari perang hasrat yang mereka lakukan, Jonathan dan Ghea pun pada akhirnya
mendapatkan kepuasan yang mereka cari.

Sama seperti sebelumnya, Jonathan memejamkan mata dan menikmati sensasi basah dan hangat
yang ia rasakan setiap ia memenuhi Ghea dengan cairannya. Meski tidak mengucapkannya secara
langsung, Jonathan diam-diam memanjatkan doa agar setidaknya kerja keras mereka malam ini
membuahkan hasil.

"Kamu benar-benar sudah gila," gumam Ghea yang saat itu sudah terlentang kelelahan setelah
Jonathan melepaskan diri dari dalam dirinya.

Jonathan melirik Ghea sekilas dan ikut berbaring di sampingnya. Sudut bibir lelaki itu tampak mengulas
senyum tipis.

"Dan kamu hebat bisa ngeladenin orang gila," sahut Jonathan.

Terdengar dengkusan dari Ghea setelah Jonathan mengatakan hal itu. Sebagai gantinya, Jonathan
meraih selimut dan menyampirkannya ke tubuh Ghea.

"Kayaknya aku nggak kuat buat mandi. Mau langsung tidur aja," ucap Ghea.

"Ya udah. Sama. Aku juga begitu."

"Apa kamu nggak ada pendirian? Aku mandi, kamu ikut mandi. Aku nggak mandi, kamu juga ikutan
nggak mandi," ledek Ghea.

Ghea menoleh ke samping di mana Jonathan berbaring. Seperti dugaannya, reaksi lelaki itu selalu
menyebalkan. Terlihat dari cara Jonathan yang tampak terus-terusan menampilkan raut wajah tanpa
dosa setiap Ghea mengomel.

"Kalau begini, aku jadi yakin seratus persen, kalau alasan kamu tadi mandi memang karena mau
berbuat cabul," sindir Ghea.

"Kamu juga cabul," sahut Jonathan.

"Dari mananya aku juga cabul? Jelas-jelas...."

"Udah tahu aku cabul, tapi kamu nggak ada niat buat kunci pintu kamar mandi. Ya sama aja. Kamu
juga ngarep kalau begitu."

20
Ghea menatap Jonathan speechless. Pada akhirnya ia memutuskan untuk berhenti berdebat dan
mengabaikan suaminya itu. Jonathan geleng-geleng kepala melihat Ghea yang terus-terusan
mengomel. Dan seakan tidak ada kapok-kapoknya diomeli, Jonathan pun segera memeluk Ghea dan
ikut tidur.

"Kamu ngapain?" tanya Ghea.

"Aku mau tidur. Seperti yang tadi kamu bilang. Aku kan nggak ada pendirian dan bisanya ngikutin
kamu aja. Nah, berhubung kamu mau tidur, aku juga ikutan."

Ghea sudah akan kembali membuka mulutnya, akan tetapi, Jonathan dengan cepat menghentikannya
dengan cara memeluknya erat. Menyerah akan tingkah Jonathan, Ghea pun kembali memejamkan
mata. Melihat itu, membuat Jonathan tersenyum tipis.

"Mimpi indah, Ghe," bisik Jonathan setelah memastikan Ghea sudah terlelap.

***

21
Twisty Romantic (Hidden Chapter)
Part 5

"Wildan udah pulang," ucap Ghea.

"Serius? Syukurlah," gumam Jonathan sembari memastikan sekali lagi kalau sosok Wildan benar-benar
sudah tidak ada di antara mereka. "Tapi kok tiba-tiba banget?"

"Dia bilang kalau aku udah bikin dia patah hati hari ini."

"Dia bilang begitu? Aneh banget."

"Aneh?"

"Iya, aneh. Kita udah nikah setahun, kok dia baru patah hatinya sekarang? Telat banget."

Ghea melirik Jonathan dengan curiga. Suaminya itu tampak sebal semenjak kedatangan Wildan.
Anehnya, alih-alih mengerikan, Jonathan lebih terlihat lucu di mata Ghea saat ini.

Dan berbicara mengenai kedatangan Wildan beberapa saat yang lalu, Ghea kembali teringat dengan
Jonathan yang bahkan mau berbesar hati mengizinkan Wildan untuk masuk. Ya meskipun pada
akhirnya Wildan memilih untuk pulang tidak lama kemudian. Mengingat hal itu membuat Ghea
tersenyum simpul. Akhir-akhir ini Jonathan memang terlihat lebih banyak mengalah darinya.

"Aku penasaran apa yang membuat kamu lebih marah. Karena Wildan yang tiba-tiba datang atau
karena kejadian di sofa tadi terinterupsi?"

Jonathan yang masih dibuat jengkel karena memikirkan Wildan langsung menoleh menatap Ghea.
Kerutan di dahi lelaki itu tampak semakin bertambah.

"Dua-duanya," balas Jonathan ketus.

Ghea geleng-geleng kepala mendengar jawaban Jonathan. Saat situasi biasa saja Jonathan bisa
seketika berubah bad mood hanya dengan mendengar nama Wildan. Apalagi kalau kedatangan
sepupunya itu juga tanpa sengaja mengganggu momen intim antara Ghea dan suaminya itu? Kalau
dipikir-pikir lagi, rasanya kesabaran Jonathan memang patut diacungi jempol karena sudah bersedia
mempersilakan Wildan untuk masuk ke rumah tadinya.

"Kalau begitu apa mau melanjutkan aktivitas tadi?" tanya Ghea tiba-tiba.

Jonathan yang masih tampak misuh-misuh itu sontak terdiam mendengar ucapan Ghea. Ghea
membalas tatapan Jonathan pada dirinya. Wanita itu menggeser posisi duduknya agak menyamping
menghadap Jonathan, sementara satu tangannya bertumpu di sandaran sofa.

"Tapi kayaknya 'dia' udah tenang. Sayang kalau dibangunkan." Tatapan Ghea beralih ke arah sesuatu
di balik celana Jonathan.

Jonathan berdeham canggung mendengar ucapan Ghea. Lelaki itu refleks melirik selangkangannya.
Raut jengkel akibat Wildan sudah terganti semuanya dengan raut salah tingkah.

"Gimana? Mau dibiarkan atau dibangunkan?" goda Ghea.

"Terserah kamu aja."

22
"Oh ya udah. Nggak usah aja kalau gitu," ucap Ghea sembari beranjak dari sofa.

Jonathan dibuat terkejut dengan Ghea yang tiba-tiba berdiri dari sofa. Lelaki itu tampak panik melihat
istrinya itu yang sudah akan pergi.

"Kamu mau ke mana?" tanya Jonathan.

"Ke kamar. Tidur. Istirahat," jawab Ghea.

"Terus... aku gimana?" tanya Jonathan.

"Memangnya kamu mau apa?"

Jonathan tampak ragu menjawab Ghea. Beberapa kali lelaki itu melirik Ghea dengan sorot salah
tingkah. Sampai pada akhirnya Jonathan meraih tangan Ghea dan memintanya untuk kembali duduk.

"Yang tadi... ayo lanjut," ucap Jonathan.

Ghea melirik Jonathan dan menahan senyum melihat suaminya itu yang cepat sekali berubah pikiran.
Ghea kembali duduk di sofa. Perempuan itu menggeser duduknya mendekati Jonathan. Tangannya
terulur menyentuh gundukan di depan celana Jonathan dan mengusapnya lembut. Jonathan sedikit
tersentak saat Ghea tiba-tiba melakukan itu. Meski begitu, lelaki itu tidak berniat untuk menolak saat
jemari Ghea mengusap lembut kenjantanannya dari balik celana.

"Aku bener-bener penasaran. Apa kamu memang semudah ini ereksi?" tanya Ghea.

Jonathan menatap Ghea dan mengernyitkan dahi.

"Aku ereksi sama istri sendiri. Memangnya salah?" tanya Jonathan.

"Kalau sama perempuan lain?" tanya Ghea.

"Aku jawab pun kamu nggak akan percaya."

Sementara Ghea tampak mengangkat alisnya saat mendengar jawaban Jonathan, fokus Jonathan
kembali tertuju pada tangan Ghea yang sedang bergerak di atas kenjantanannya.

"Kamu ngapain sih?" tanya Jonathan.

"Katanya mau dibangunkan?"

Jonathan berdeham canggung. "Masa gitu aja?"

Ghea melirik Jonathan dengan senyum geli. Tangannya perlahan-lahan menurunkan ritsleting
Jonathan dan membuka kancing celana lelaki itu sekali lagi. Jonathan menelan ludah dan memilih
membiarkan, serta menyaksikan begitu saja apa yang akan Ghea coba lakukan.

"Selain mudah turn on, kamu juga nggak sabaran," celetuk Ghea.

Jonathan melenguh saat tangan Ghea mulai bergerak turun naik di kejantanannya. Lelaki itu
memejamkan mata menikmati apa yang Ghea berikan kepadanya. Sungguh, Jonathan benar-benar
menyukai bagaimana cara Ghea melayaninya.

Sejak malam pertama mereka, di mana Jonathan tahu kalau itu adalah pengalaman pertama Ghea,
rasanya Jonathan benarbenar dibuat terpukau dengan kemajuan Ghea setelah itu. Istrinya itu benar-
benar belajar dengan cepat.

"Lain kali cobalah berteman sama Wildan."

23
Di sela-sela sensasi kenikmatan yang sedang Jonathan resapi, Jonathan terpaksa harus membuka
matanya saat mendengar ucapan Ghea. Selain mudah dan cepat belajar, terkadang Ghea juga tidak
peka.

Apa wanita itu harus sekali membicarakan Wildan lagi? Apa dia tidak menyadari wajah Jonathan yang
sudah dikuasi gairah ini?

"Temenan sama sepupu kamu itu? Jangan harap."

"Wildan itu baik orangnya."

"Baik sama kamu. Sama aku mah nggak."

Jonathan menahan tangan Ghea dan menarik diri. Ghea mendongak dan tampak menatap bingung
Jonathan yang tiba-tiba berdiri dari sofa. Lelaki itu juga bahkan kembali menaikkan ritsletingnya
seperti semula.

"Mau ke mana?" tanya Ghea.

"Minum. Haus."

Seperginya Jonathan menuju dapur, Ghea tidak langsung menyusul lelaki itu. Ghea duduk bersedekap
diam sembari memikirkan sesuatu. Sampai akhirnya ia pun memutuskan untuk menyusul Jonathan ke
dapur.

Setibanya di dapur, Ghea tertegun melihat punggung Jonathan yang sedikit melengkung di depan
sana. Terdengar juga lenguhan dari mulut lelaki itu. Lengkap dengan tangannya yang tampak bergerak
cepat memegang sesuatu.

Ghea terdiam menatap Jonathan. Sama sekali tidak terpikirkan oleh Ghea kalau akan melihat
suaminya itu masturbasi seperti ini di dapur.

Ghea tahu sekali bagaimana ereksi Jonathan bekerja. Lelaki itu pantang menyerah apabila
kejantanannya sudah mengeras. Maka dari itu, saat Jonathan tiba-tiba berdiri saat ia sedang meng-
hand job-nya tadi, Ghea memutuskan untuk menghampiri lelaki itu. Dan juga, selain pantang
menyerah akan urusan kejantanannya. Lelaki itu juga sangat sensitif dengan Wildan. Ghea akui. Salah
dia juga tiba-tiba membicarakan Wildan di saat seperti tadi.

Ghea geleng-geleng kepala melihat kelakuan Jonathan. Ia pun beranjak mendekati Jonathan. Dan
tanpa aba-aba berlutut tepat di hadapan lelaki itu.

"Minggir. Biar aku aja."

Ghea menarik tangan Jonathan dan mengambil alih pekerjaan suaminya itu. Sementara itu, Jonathan
yang kaget melihat kehadiran Ghea pun sampai tidak bisa berkata-kata melihat istrinya itu.

"Ghea, kamu—ah...."

Lenguhan Jonathan menghentikan kalimat yang ingin keluar dari mulutnya. Jonathan menggigit bibir
bawahnya. Lelaki itu menunduk dan menemukan pemandangan erotis yang begitu ia sukai.
Pemandangan saat kejantanannya sedang berada di dalam mulut Ghea.

Jonathan berdiri diam sembari merasakan kenikmatan dari kuluman Ghea. Jonathan meringis melihat
pemandangan di hadapannya. Tidak ada yang lebih menggairahkan selain melihat Ghea mengulum
kejantanannya dari posisi tinggi seperti ini.

24
Jonathan meracau dengan kenikmatan yang diberikan Ghea. Tidak ingin berlama-lama menghabiskan
waktu hanya dengan blow job, lelaki itu buru-buru menarik bangun Ghea dan menciumnya. Jonathan
membawa Ghea menuju meja makan, bergerak maju, menyisir, serta mempersempit ruang di antara
mereka berdua.

Jonathan menarik lepas pakaian Ghea dari atas sampai bawah. Selesai melucuti Ghea hingga tak
bersisa, Jonathan mulai mencumbu setiap jengkal kulit halus milik istrinya. Ghea melenguh saat
tangan Jonathan menyelinap di pangkalan pahanya.

Dengan gerak lembut, naik dan turun, Jonathan mengusap milik Ghea di bawah sana.

Desahan Ghea memenuhi ruang dapur, sementara Jonathan sibuk mengulum payudara Ghea dengan
ganas. Ghea merasakan desakan Jonathan. Tubuh mereka yang saling menghimpit, bergerak, serta
bergesekan, seakan terus mengikis sisa-sisa akal sehat Ghea.

Ghea mencakar bahu Jonathan saat merasakan kenikmatan tiada tara dari perbuatan Jonathan di
pangkal pahanya. Gempuran kedua tangan dan mulut Jonathan benar-benar memporak-porandakan
hasrat Ghea.

"Aku tahu ini kekanak-kanakkan. Tapi aku beneran nggak suka waktu kamu menyebut nama sepupu
kamu itu di depanku," bisik Jonathan. Jemarinya melesat masuk ke dalam tubuh Ghea dan bergerak
menggoda.

Ghea mendesah. Dan melihat betapa kenikmatan sedang memenuhi Ghea, membuat Jonathan
tersenyum dan ingin terus menggoda istrinya itu. Jonathan pun semakin gencar bergerak di bawah
sana.

"Walaupun kedengarannya dia udah menyerah. Tapi beri aku waktu untuk mengendurkan
kewaspadaanku. Bagaimanapun juga dia pernah atau bahkan masih suka sama kamu."

Ghea menatap Jonathan dengan kabut gairah di matanya. Ditariknya lelaki itu dan diciumnya dalam.
Jonathan ikut membalas ciuman Ghea. Lelaki itu mengeluarkan jemarinya dari dalam tubuh Ghea dan
membalik tubuh Ghea agar membelakanginya.

"Kamu itu milikku, Ghe. Dan aku nggak bisa seramah itu dengan seseorang yang terang-terangan
menginginkan milikku," bisik Jonathan.

Ghea bisa merasakan kehadiran Jonathan di belakangnya. Mata Ghea memejam saat merasakan
sesuatu menggesek inti kenikmatannya di bawah sana. Dan itu berlangsung lumayan lama. Tidak ada
yang tahu betapa frustrasinya Ghea saat itu.

"Tadi kamu bilang aku nggak sabaran. Tapi ternyata kamu juga nggak jauh berbeda," bisik Jonathan.

Pinggulnya bergerak maju memasuki Ghea. Punggung Ghea melengkung saat mengekspresikan
sensasi nikmat dari penyatuan keduanya.

Ghea berpegangan erat di pinggiran meja dengan posisi membungkuk ke depan. Tubuh Ghea
tersentak ke depan saat gerakan Jonathan di belakangnya semakin menggila.

"Aku nggak akan memberikan kamu pada siapapun itu," bisik Jonathan. Sementara menghujam Ghea
dari belakang, tangan Jonathan pun tak tinggal diam. Lelaki itu juga ingin ikut merasakan kenikmatan
dari meremas payudara Ghea yang besar.

"Nggak akan pernah."

25
Erangan Jonathan menguar di ruang dapur. Setiap suara desahan Ghea ataupun bunyi kulit mereka
yang berbenturan, semua itu selalu sukses membangkitkan gairah Jonathan menjadi lebih besar.

Di sela-sela hujamannya, Jonathan mencabut kejantanannya dari tubuh Ghea. Ghea yang merasa
kehilangan pun langsung menolehkan kepalanya untuk mencari tahu. Namun, semua itu tidak sempat
dilakukan saat Jonathan tiba-tiba Kembali memutar tubuh Ghea agar mereka kembali berhadapan.

"Jo, apa yang—"

Ghea tidak lanjut bicara saat Jonathan tiba-tiba melesakkan wajahnya di antara selangkangannya.
Tubuh Ghea bergetar hebat saat puncak kenikmatan menghampirinya.

Sementara itu, Jonathan yang menyesap vagina Ghea pun tampak rakus memainkan lidahnya di antara
lipatan-lipatan erotis milik sang istri. Apalagi saat cairan gairah milik Ghea mulai mengalir keluar.
Jonathan pun dengan kian rakus menggerakkan lidahnya dengan cara lebih erotis.

Ghea yang baru saja mendapatkan orgasme pun masih dibuat mendesah oleh Jonathan yang sedang
asik menjilati tubuhnya. Ghea melirik Jonathan yang berlutut di bawahnya. Dengan mulut yang sibuk
menyenangkan Ghea, lelaki itu juga tampak memainkan kejantanannya sendiri dengan satu tangan.
Dan tidak ada yang lebih membuat Ghea bergairah ketika melihat Jonathan ikut mendapatkan puncak
kenikmatan sama sepertinya.

"Jonathan," panggil Ghea dengan napas terengah-engah.

Masih berdiri dengan menyandarkan tubuhnya di badan meja makan, Ghea menunduk menatap
Jonathan yang berlutut di depannya. Jangan lupakan juga bagaimana sorot mata lelaki itu yang masih
tampak menatapnya dengan sayu. Jonathan mendongak menuju Ghea. Lengkap dengan mulut yang
tampak basah akibat aktivitas mereka beberapa saat yang lalu.

"Kamu sadar nggak kalau kamu itu seksi?" tanya Ghea.

"Lebih seksi dari sepupu kamu itu?" tanya Jonathan.

"Ya."

Mendengar jawaban Ghea, senyum Jonathan tampak terbit puas. Sungguh, menurut Jonathan, tidak
ada yang paling menyenangkan selain meraih kenikmatan bersama dengan pasangan yang
menyebutmu lebih seksi dari laki-laki lain.

***

26

Anda mungkin juga menyukai