Anda di halaman 1dari 29

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Dasar Perencanaan
2.1.1 Pembebanan
Pada perencanaan struktur bangunan harus memenuhi persyarataan yang
telah ditetapkan agar bangunan aman dan layak untuk ditempati. Dalam merancang
struktur bangunan perlu mempertimbangkan beban – beban yang bekerja pada
struktur tersebut. Struktur bisa dikatakan aman apabila mampu menahan beban –
beban yang bekerja pada struktur tersebut.

Dalam menganalisis pembebanan, hal yang harus dilakukan adalah


mengelompokkan jenis – jenis beban. Hal ini dimaksudkan agar pembebanan dapat
dihitung dengan baik untuk analisa lebih lanjut yang terkait dengan kombinasi
pembebanan.

2.1.1.1 Beban Mati


Beban mati (Dead Load) adalah beban tetap dari seluruh bagian
konstruksi bangunan. Beban ini termasuk berat sendiri struktur dan berat sendiri
komponen bangunan termasuk dinding, lantai, atap, plafon, tangga, dinding partisi
tetap, komponen arsitektural dan struktural lainnya serta semua alat yang terpasang.
(SNI 1727-2020).

2.1.1.2 Beban Hidup


Beban hidup (Live Load) adalah beban yang diakibatkan oleh pengguna
dan penghuni bangunan gedung atau struktur lain yang tidak termasuk beban
konstruksi dan beban lingkungan, seperti beban angin, beban hujan, beban gempa,
beban banjir, atau beban mati. (SNI 1727-2020). Beban ini dapat berubah – ubah
dan bergerak sesuai dengan penggunaan bangunan gedung atau struktur lain.

2.1.1.3 Beban Angin


Beban Angin (Wind Load) adalah semua beban yang bekerja pada gedung
atau bagian gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara
(Hilmi,2014). Bangunan gedung dan struktur lain, termasuk system Penahan Gaya
Angin Utama (SPGAU) dan seluruh Komponen dan Klading gedung, harus di

5
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

rancang dan dilaksanakan untuk menahan beban angin seperti yang ditetapkan pada
Pasal 26 sampai Pasal 31.(SNI 1727-2020). seperti pada Gambar 2.1 berikut :

Gambar 2.1 Garis besar proses untuk menentukan beban angin


(Sumber : SNI 1727-2020)

2.1.1.4 Beban Gempa


Beban gempa adalah beban yang bekerja pada sebuah struktur bangunan
karena pengaruh dari pergerakan tanah.

2.1.2 Alur Transfer Beban


Beban pada struktur bangunan gedung bekerja secara vertikal mengikuti
sistem gravitasi, itu berarti beban dari elemen struktur yang berada diatas akan
diterima oleh elemen struktur yang berada dibawahnya. Sistem ini berlaku untuk
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

beban mati dan beban hidup. Secara umum, alur penyaluran beban dapat dinyatakan
sebagai berikut: Beban akan diterima oleh pelat lantai, beban ini lalu didistribusikan
kepada balok induk dan balok anak. Beban yang diterima balok akan diberikan ke
kolom lalu kolom akan meneruskan beban tersebut pada pondasi untuk disalurkan
ke tanah dasar.

Selain menerima beban yang bekerja secara vertikal, struktur sebuah


bangunan gedung juga menerima beban yang bekerja secara horizontal atau lateral.
Beban ini termasuk kedalam beban angin dan beban gempa.

2.1.3 Standar Keamanan untuk Perencanaan Beton


2.1.3.1 Kombinasi Pembebanan
Pemodelan struktur harus memiliki kekuatan desain penampang paling
tidak sama dengan kekuatan perlu yang dinyatakan dalam bentuk – bentuk beban –
beban terfaktor, momen – momen dan gaya – gaya dalam terkait. Perhitungan beban
– beban terfaktor ditetapkan oleh peraturan pembebanan yang berlaku. (SNI 2847
– 2019). Kuat perlu (U) harus paling tidak sama dengan pengaruh beban terfaktor
dalam Tabel 2.1

Tabel 2. 1 Kombinasi beban

(Sumber : SNI 2847 – 2019)


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

2.1.3.2 Faktor Reduksi Kekuatan


Fungsi faktor reduksi kekuatan () menurut SNI 2847 – 2019 pasal 21.1.1
adalah :

1. Untuk memperkirakan kemungkinan kekuatan penampang tidak mencukupi


(under-strength) karena perbedaan dimensi dan kekuatan material.
2. Untuk memperkirakan ketidaktepatan pada tahap perancangan.
3. Untuk merefleksikan ketersediaan daktilitas dan tingkat keandalan yang
diperlukan komponen struktur relatif terhadap beban
4. Untuk menyatakan tingkat kepentingan komponen struktue terhadap
keseluruhan struktur.

Maka dari itu, kekuatan desain didapat dari kekuatan nominal dikalikan dengan
faktor reduksi kekuatan () (SNI 2847 – 2019). Tabel faktor reduksi kekuatan
disajikan dalam Tabel 2.2 berikut

Tabel 2. 2 Faktor reduksi kekuatan

Gaya atau elemen struktur  Pengecualian

Di dekat ujung
komponen praktik
Momen, gaya aksial, atau (pretension) dimana
0,65 - 0,90
a) kkombinasi momen dan gaya standard belum
sesuai 21.2.2
aksial sepenuhnya bekerja,
f harus sesuai
dengan 21.2.3

Persyaratan
tambahan untuk
b) Geser 0,75
struktur tahan gempa
terdapat pada 21.2.4

c) Torsi 0,75 -
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

Gaya atau elemen struktur  Pengecualian

d) Tumpu (bearing) 0,65 -


f) Bracket dan korbel 0,75 -

Strut, ties, zona nodal, dan


daerah tumpuan yang
g) 0,75 -
dirancang dengan strut-and-tie
di Pasal 23

Komponen sambungan beton


h) pracetak terkontrol leleh oleh 0,90 -
elemen baja dalam tarik

i) Beton polos 0,60 -

0,45 - 0,75
j) Angkur dalam elemen beton -
sesuai pasal 17

(Sumber : SNI 2847 – 2019)


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

2.1.3.3 Spasi Minimum Tulangan


Mengacu pada SNI 2847 – 2019 pasal 25.2, persyaratan untuk spasi
minimum tulangan adalah sebagai berikut:

1. Untuk tulangan nonprategang yang sejajar pada satu lapisan horizontal, spasi
bersih tulangan harus tidak kurang dari nilai terbesar dari 25mm, db, dan
(4/3)dagg.
2. Untuk tulangan nonprategang yang sejajar yang dipasang pada dua atau lebih
lapisan horizontal, ulangan pada lapisan atas harus diletakkan tepat di atas
tulangan lapisan bawah dengan sapis bersih paling sedikit 25 mm.
3. Untuk tulangan longitudinal pada kolom, pedestal, strut dan elemen batas pada
dinding, spasi bersih antar tulangan harus tidak kurang dari nilai terbesar 40 mm,
1,5 db dan (4/3) dagg.

2.1.3.4 Tebal Pelindung Beton untuk Tulang Baja


Berdasarkan SNI 2847 – 2019 pasal 20.6.1.3.1. Persyaratan utama untuk
pelindung beton untuk tulangan baja tersaji dalam Tabel 2.3 berikut:Tabel 2.1

Tabel 2.3 Ketebalan Selimut Beton untuk Komponen Struktur Beton Nonprategang
yang dicor di Tempat

(Sumber: SNI 2847 – 2019)


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

2.1.3.5 Sengkang
Persyaratan nilai kait standar untuk sengkang didasarkan pada SNI 2847 –
2019 pasal 25.3.2 yang disajikan dalam Tabel 2.4.

Tabel 2. 4 Diameter Sisi dalam Bengkokan Minimum dan Geometri Kait Standar
untuk Sengkang, Ikat Silang, dan Sengkang Pengekang

(Sumber: SNI 2847 – 2019)

2.2 Perencanaan Atap


Konstruksi Rangka Atap adalah bentuk konstruksi yang berfungsi untuk
menyangga konstruksi atap yang terletak di atas kuda-kuda. Fungsi rangka atap
yang lebih spesifik adalah menerima beban oleh bobot sendiri, yaitu beban kuda-
kuda dan bahan pelapis berarah vertikal kemudian meneruskannya pada kolom dan
pondasi, serta dapat berfungsi sebagai penahan tekanan angina dan muatan yang
berarah horizontal pada gevel. (Hesna dkk, 2009)
1. Pembebanan pada Atap
Pada perencanaan ini, beban yang berkerja adalah :
a) Beban Mati
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

b) Beban Hidup
c) Beban Angi
2. Asumsi peletakan : Tumpuan sendi
3. Analisa struktur pada perencanaan atap menggunakan software SAP 2000
4. Perhitungan Sagrod
Perencanaan Atap bangunan ini adalah atap gable frame baja
Reaksi pada sagrod akibat beban mati, Rx1
Reaksi pada sagrod akibat beban hidup, Rx2
Kombinasi pembebanan 1
Kombinasi pembebanan 2
Gaya perencanaan (Tu) diambil nilai terbesar antara kombinasi 1 dan
kombinasi 2
Kombinasi Pembebanan di peroleh dari perhitungan menggunakan software
SAP 2000.
5. Perhitungan Rafter
Batang Tekan,

𝐼𝑘
𝜆=
𝑖𝑥

𝐸
𝜆𝑔 = 𝜋 √0,7 ×𝜎
𝑙𝑒𝑙𝑒ℎ

𝜆
𝜆𝑠 = 𝜆
𝑔

Jika, 𝜆𝑠 ≤ 0,25 → 𝜔=1


1,43
Jika, 0,25 < 𝜆𝑠 < 1,2 → 𝜔 = 1,6−0,67 .𝜆
𝑠

𝜆𝑠 ≥ 1,2 → 𝜔 = 1,25 × 𝜆𝑠 2
Kontrol tegangan :

Pmax .ω
σ= ≤ σijin
Fp

Batang Tarik
ρmax
Fn = σijin

2
.σijin = × (σleleh ) = 1600kg/cm2
3
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

Fbruto = 1,15 × Fn … . . (Fprofil)

Dengan syarat σ terjadi ≤ 0,75 σijin

ρmax
σterjadi = 0,85.Fprofil

6. Sambungan
Tebal plat sambung (δ), = 0,625 × d
Tegangan geser yang diijinkan, = 0,6 × 𝜎𝑖𝑗𝑖𝑛
Tegangan tumpuan yang diijinkan = 1,5 × 𝜎𝑖𝑗𝑖𝑛
Kekuatan baut,
1
Pgeser =2 × × 𝜋 × 𝑑 2 × 𝜏𝑔𝑒𝑠𝑒𝑟
4

Pdesak =𝛿 × 𝑑 × 𝜏𝑡𝑢𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛
𝑃
Jumlah mur-baut = n = 𝑃 𝑚𝑎𝑥
𝑔𝑒𝑠𝑒𝑟

Jarak antar baut,


Jika 1,5 d ≤ S1 ≤ 3 d → 𝑆1 = 2,5 𝑑
Jika 2,5 d ≤ S2 ≤ 7 d → 𝑆2 = 5 𝑑
2.3 Perencanaan Pelat Lantai
Pelat Lantai adalah bagian struktur bangunan yang berbentuk plat tipis dan
berfungsi sebagai pijakan dan mentransfer beban dari struktur yang ada di atasnya.
Pelat lantai bertumpu pada balok-balok dan kolom bangunan. Pelat adalah salah
satu elemen struktur yang mampu menahan beban dimana bebannya nanti akan
disalurkan ke struktur rangka vertikal seperti kolom. Pelat lantai pada bangunan
gedung umumnya menggunakan plat beton bertulang. Dengan penggunaan sistem
beton bertulang, plat lantai memiliki sifat kaku yang berfungsi sebagai pendukung
ketegaran balok dan beban yang terjadi bersifat menyebar.

Pelat beton bertulang adalah struktur tipis yang dibuat dari beton bertulang
dengan bidang yang arahnya horizontal, dan beban yang bekerja tegak lurus pada
bidang struktur tersebut. (Asroni, 2014)

1. Pembebanan pada pelat lantai mengacu pada SNI 1727-2020


2. Asumsi perletakan : Tumpuan Jepit
3. Analisa Struktur perencanaan pelat lantai
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

4. Perencanaan pelat lantai mengacu pada SNI 2847-2019


Menentukan tebal pelat (hmin)
𝐿 𝑓𝑦
hmin = 24 × (0,4 + 700)

Menghitung beban pelat berdasarkan SNI 1727-2020


qu = 1,2 qD + 1,6 qL
𝐿𝑦
penentuan tipe skema pembebanan = 𝐿𝑥

Menghitung Momen
Mlx = 0,001 . qu . Lx2 . x
Mly = 0,001 . qu . Lx2 . x
Mtx = - 0,001 . qu . Lx2 . x
Mtx = 0,001 . qu . Lx2 . x
Penulangan lentur dihitung dengan analisa tulangan tunggal seperti berikut :
Faktor bentuk distribusi tegangan beton, 𝛽 1 = 0,85
Rasio tulangan pada kondisi balance,
𝑓𝑐 ′ 600
𝜌𝑏 = 𝛽1 × 0,85 × × (600+ 𝑓
𝑓𝑦 𝑦)

Faktor tahanan momen maksimum,

1−1/2×0,75×𝜌𝑏×𝑓𝑦
Rmax = 0,75 × 𝜌𝑏 × 𝑓𝑦 × 0,85×𝑓𝑐′

Faktor reduksi kekuatan lentur, ∅ = 0,90


𝑀𝑢
Mn = ∅
𝑀𝑛 × 10−6
Rn = 𝑏×𝑑2

Rasio tulangan yang diperlukan,


𝑓𝑐 ′ 1−2 ×𝑅
𝜌𝑏 = 0,85 × × [1 − √[0,85 × 𝑓𝑛′] ]
𝑓𝑦 𝑐

Luas tulangan yang diperlukan,As = 𝜌 x b x d


𝜋 𝐷
Jarak tulangan yang diperlukan, s = 4 × 𝐷2 × 𝐴𝑠

2.4 Perencanaan Tangga


Tangga merupakan sebuah struktur konstruksi yang dirancang untuk
menghubungkan dua level vertikal pada jarak tertentu. Tangga. Tangga adalah
struktur bangunan yang menjadi penghubung antar lantai.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

1. Pembebanan tangga mengacu pada SNI 1727 – 2020


2. Asumsi perletakan : Tumpuan sendi
3. Analisa struktur dalam perencanaan menggunakan SAP 2000
4. Perencanaan tampang mengacu pada SNI 2847 – 2019
5. Perhitungan untuk penulangan tangga
Penulangan lentur dihitung analisa tulangan tunggal dengan langkah – langkah
berikut:
Mu
Mn = 
fy
m = 0,85 × f
c′

1 2.m.Rn
 = m (1 − √1 − )
fy

0,85 × fc′ 600


b = × β × (600+ f )
fy y

max = 0,75b
min <  < max → tulangan tunggal
1
 < min → dipakai min = 4 × fy

As = ×b×d

2.5 Perencanaan Portal


Portal adalah struktur utama dari bangunan gedung yang terdiri dari
komponen – komponen balok dan kolom yang saling bertemu pada titik – titik
buhul. Portal berfungsi sebagai penahan beban dari bangunan gedung. Pada
perencanaan portal, agar didapatkan kualitas serta mutu yang tinggi diperlukan
ketelitian dalam penghitungannya. Perencanaan portal perlu memoerhatikan syarat
– syarat dan ketentuan yang berlaku baik peraturan yang berstandar nasional
maupun internasional.

2.5.1 Perencanaan Balok


Balok merupakan elemen struktural yang menerima gaya – gaya yang
bekerja dalam arah tranversal terhadap sumbunya yang mengakibatkan terjadinya
momen lentur dan gaya geser sepanjang bentangnya (Dipohusodo, 1994). Balok
adalah elemen struktur yang fungsinya menyalurkan beban ke kolom.

1. Pembebanan mengacu pada SNI 1727 – 2020


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

2. Asumsi perletakan : Tumpuan jepit – jepit


3. Analisa struktur dalam perencanaan menggunakan SAP 2000
4. Perencanaan tampang mengacu pada SNI 2847 – 2019
5. Perhitungan tulangan :
Tulangan Lentur
Mu
Mn = 
fy
m = 0,85 × f
c′

1 2.m.Rn
 = m (1 − √1 − )
fy

0,85 × fc′ 600


b = × β × (600+ f )
fy y

max = 0,75b
min <  < max → tulangan tunggal
1
 < min → dipakai min = 4 × fy

As = ×b×d

Tulangan Geser

 ≥ Vu

Dengan :

Vu = gaya geser berfaktor pada penampang yang ditinjau


 = faktor reduksi untuk geser
Vn = kuat geser nominal dari penampang

Vn = Vc + Vs
Dengan :
Vc = kuat geser nominal yang disediakan oleh beton
Vs = kuat geser nominal yang disediakan oleh tulangan geser (sengkang)

√fc′
Vc = ×b×d×10−3
6

Dengan :
b = lebar balok (mm)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

d = tinggi efektif (mm)

Vs = Vu −  × Vc
2.5.2 Perencanaan Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul
beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang
peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom
merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang
bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko,
1996). Kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya
menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang
paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Kolom merupakan komponen struktur
bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal (Pn) dan
momen nominal (Mn) pada sebuah bangunan.
1. Pembebanan mengacu pada SNI 1727 – 2020
2. Asumsi perletakan : Tumpuan jepit
3. Analisa struktur dalam perencanaan menggunakan SAP 2000
4. Perencanaan tampang mengacu pada SNI 2847 – 2019

2.6 Perencanaan Pondasi


Pondasi adalah elemen struktur bangunan paling bawah yang berfungsi
menyalurkan beban dari kolom ke tanah dasar. Pondasi yang diguakan pada
perencanaan Green Kost Exclusive Minimalis 3 Lantai ini menggunakan pondasi
telapak.
1. Pembebanan mengacu pada SNI 1727 – 2020
2. Asumsi perletakan : Tumpuan jepit
3. Analisa struktur pada perencanaan ini menggunakan analisis gaya aksial dan
gaya lateral
4. Perencanaan tampang mengacu pada SNI 2847 – 2019
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

2.7 Analisis Gempa


2.7.1 Menentukan Kategori Desain Seismik
1. Menentukan Kategori Risiko
Kategori risiko mengelompokkan beberapa fungsi bangunan berdasarkan
kemungkinan besarnya kerusakan dan korban jiwa pada saat gempa terjadi pada
bangunan. Kategori risiko bangunan berdasarkan fungsi bangunan dapat dilihat
pada Tabel 2.5.
Tabel 2. 5 Kategori risiko bangunan gedung dan nongedung untuk beban gempa

Jenis Pemanfaatan Kategori


risiko
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko rendah terhadap jiwa
manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi
untuk, antara lain:
− Fasilitas pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan I
− Fasilitas sementara
− Gudang penyimpanan
− Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam
kategori risiko I,III,IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
− Perumahan
− Rumah took dan rumah kantor
− Pasar
− Gedung perkantoran II
− Gedung apartemen/ rumah susun
− Pusat perbelanjaan/ mall
− Bangunan industri
− Fasilitas manufaktur
− Pabrik
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa
manusia saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
III
− Bioskop
− Gedung pertemuan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

Jenis Pemanfaatan Kategori


risiko
− Stadion
− Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit
gawat darurat
− Fasilitas penitipan anak
− Penjara
− Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam kategori IV, yang
memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar
dan/atau gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-
hari bila terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
− Pusat pembangkit listrik biasa
− Fasilitas penanganan air
− Fasilitas penanganan limbah
− Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori risiko
IV, (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses,
penanganan, penyimpanan, penggunaan atau tempat pembuangan
bahan bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya,
atau bahan yang mudah meledak) yang mengandung bahan beracun
atau peledak di mana jumlah kandungan bahannya melebihi nilai
batas yang disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan cukup
menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran.
Gedung dan non gedung yang dikategorikan sebagai fasilitas yang
penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:
− Bangunan-bangunan monumental
− Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan IV
− Rumah ibadah
− Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki
fasilitas bedah dan unit gawat darurat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

Jenis Pemanfaatan Kategori


risiko
− Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi,
serta garasi kendaraan darurat
− Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, tsunami, angin
badai, dan tempat perlindungan darurat lainnya
− Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan
fasilitas lainnya untuk tanggap darurat
− Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang
dibutuhkan pada saat keadaan darurat
− Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki
penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur
stasiun listrik, tangki air pemadamkebakaran atau struktur
rumah atau struktur pendukung air atau material atau
peralatan pemadam kebakaran) yang disyaratkan untuk
beroperasi pada saat keadaan darurat

Gedung dan nongedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan


fungsi struktur bangunan lain yang masuk ke dalam kategori risiko
IV.
(Sumber : SNI 1726 – 2019)
Tabel 2. 6 Faktor Keutamaan Gempa
Kategori risiko Faktor keutamaan gempa, Ie
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50
(Sumber : SNI 1726 – 2019)
2. Menentukan Ss dan S1
Setiap lokasi memiliki tingkat kerawanan masing –masing terhadap gempa,
sehingga dalam perencanaan harus mempertimbangkan betul daerah dimana
bangunan itu berada. Tingkat kerawanan gempa dapat dilihat dari nilai Ss
(respons percepatan gempa periode 0,2 detik) dan S1 (respons percepatan gempa
periode 1 detik)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

Gambar 2. 2 Ss, Gempa maksimum yang dipertimbangkan risiko tertarget


(MCER) spektrum respons 0,2 detik
(Sumber : SNI 1726 – 2019)

Gambar 2. 3 S1, Gempa maksimum yang dipertimbangkan risiko tertarget


(MCER) spektrum respons 1 detik
(Sumber : SNI 1726 – 2019)
3. Menentukan Klasifikasi Situs
Ketika merumuskan kriteria desain seismik untuk bangunan tanah atau
menentukan perbesaran percepatan seismik puncak dari batuan dasar ke
permukaan, lokasi tersebut harus menjalani survei tanah lapangan dan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

laboratorium, dan departemen yang kompeten atau ahli desain rekayasa geoteknik
harus secara independen mengukur tiga Dua dari parameter tanah.
Tabel 2. 7 Klasifikasi Situs

Kelas Situs
SA (batuan keras) >1500 N/A N/A
SB (batuan) 750 sampai N/A N/A
1500
SC (tanah keras, sangat 350 sampai 750 >50 ≥100
padat dan batuan unak)
SD (tanah sedang) 175 sampai 350 15 sampai 50 50 sampai 100
SE (tanah lunak) <175 <15 <50
Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih
dari 3m tanah dengan karakteristik sebagai berikut :
1. Indeks plastisitas, PI > 20 ,
2. Kadar air, w ≥ 40%
3. Kuat geser niralir Su < 25 kPa
SF (tanah khusus, yang Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu
membutuhkan investigasi atau lebih dari karakteristik berikut:
geoteknik spesifik dan − Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat
analisis respons spesifik- beban gempa seperti mudah likuifaksi, lempung
situs yang mengikuti 0) sangat sensitive, tanah tersementasi lemah
− Lempung sangat organic dan/atau gambut
(ketebahan H > 3m)
(Sumber : SNI 1726 – 2019)
4. Menentukan SMS dan SM1
Untuk menentukan respons spektral percepatan permukaan seismik MCER,
diperlukan faktor amplifikasi seismik dengan periode 0,2 detik dan 1 detik. Faktor
amplifikasi mencakup faktor amplifikasi getaran yang bergantung pada percepatan
(Fa) untuk getaran periode pendek dan faktor amplifikasi yang bergantung pada
percepatan (Fv) yang mewakili getaran periode 1 detik. Parameter respons
spektrum akselerasi periode pendek (SMS) dan periode 1 detik (SM1) yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

disesuaikan dengan efek klasifikasi lokasi harus ditentukan dengan persamaan


berikut:

SMS = Fa . Ss
SM1 = Fv . S1

Tabel 2. 8 Koefisien Situs, Fa

(Sumber : SNI 1726 – 2019 )

Tabel 2. 9 Koefisien Situs, Fv

(Sumber : SNI 1726 – 2019)


Catatan :

SS (a) = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons
situs spesifik
5. Menentukan Percepatan Spektral Desain
Parameter percepatan spectral desain untuk periode pendek (SDS) dan pada
periode 1 detik (SD1) harus ditentukan melalui perumusan berikut :
SDS = 2/3 SMS
SD1 = 2/3 SM1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24

6. Menentukan Kategori Desain Seismik

Struktur yang direncanakan harus ditentukan oleh kategori desain seismiknya.


Penentuan kategori desain seismik didasarkan pada nilai SDS dan SD1 serta
kategori risiko bangunan.

Tabel 2. 10 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons Percepatan


pada Periode Pendek

(Sumber : SNI 1726 – 2019)

Tabel 2. 11 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons Percepatan


pada Periode 1 Detik

(Sumber : SNI 1726 – 2019)

2.7.2 Penentuan Gaya Lateral Ekivalen


Gaya lateral ekuivalen yang diterapkan harus didistribusikan pada setiap
lantai bangunan. Distribusi untuk memperkuat model struktural selama gempa
bumi dalam kondisi nyata.

1. Menentukan Periode Fundamental Struktur


Periode fundamental struktur diperoleh dari analisis struktur menggunakan
SAP2000. Periode dasar (T) tidak memungkinkan hasil koefisien yang melebihi
batas atas perhitungan periode perhitungan (Cu). Sedangkan nilai Cu berhubungan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

dengan percepatan spektral desain selama periode 1,0 s (SD1), ditunjukkan Tabel
2.12 berikut.

Tabel 2. 12 Koefisien untuk Batas Atas pada Periode yang dihitung

Parameter percepatan respons spectral desain Koefisien Cu


pada 1 detik. SD1
≥0,4 1,4
0,3 1,4
0,2 1,5
0,15 1,6
≤0,1 1,7
(Sumber : SNI 1726 – 2019)
Periode fundamental ditentukan dengan cara pendekatan secara langsung yang telah
ditentukan pada SNI 1726-2019, sebagai berikut :

Ta = 𝑪𝒕 𝒉𝒙𝒏

Keterangan :

Ta = periode fundamental pendekatan (s)

Hn = ketinggian struktur (m)

Tabel 2. 13 Nilai Parameter Periode Pendekatan Ct dan x

Tipe Struktur Ct x
Sistem rangka pemikul momendimana rangka memikul 100%
gaya seismik yang diisyaratkan dan tidak dilingkupi atau
dihubungkan dengan komponen yang lebih kaku dan akan 0,0724 0,8
mencegah rangka dari defleksi jika dikenai gaya seismik 0,0466 0,9
• Rangka baja pemikul momen
• Rangka beton pemikul momen
Rangka baja dengan bresing eksentris 0,0731 0,75
Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap tekuk 0,0731 0,75
Semua sistem struktur lainnya 0,0488 0,75
(Sumber : SNI 1726-2019)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26

2. Menentukan Spectrum Respon Desain


Menentukan spectrum respons desain mengarah pada SNI 1726-2019 Pasal
6.4 yang dikembangkan dengan mengacu Gambar 2.6 dan mengikuti
ketentuan di bawah ini :
1. Untuk periode yang lebih kecil dari T0, spektrum respons percepatan
desain, Sa, harus diambil dari persamaan :
𝑇
Sa = SDS (0,4 + 0,6 )
𝑇0

2. Untuk periode lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari
atau sama dengan Ts, spektrum respons percepatan desain, Sa, sama
dengan SDS ;
3. Untuk periode lebih besar dari Ts tetapi lebih kecil dari atau sama dengan
TL, respons spektral percepatan desain, Sa, diambil berdasarkan
persamaan:
𝑆𝐷1
Sa = 𝑇

4. Untuk periode lebih besar dari TL, respons spektral percepatan desain, Sa,
diambil berdasarkan persamaan :
𝑆𝐷1 𝑇𝐿
Sa = 𝑇2

Keterangan:
SDS = parameter respons spektral percepatan desain pada periode
pendek;
SD1 = parameter respons spektral percepatan desain pada periode 1 detik;
T = periode getar fundamental struktur.
𝑆
T0 = 0,2 𝑆𝐷1
𝐷𝑆

𝑆𝐷1
Ts =𝑆
𝐷𝑆

TL = Peta transisi periode panjang yang ditunjukan pada Gambar 2.6


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27

Gambar 2. 4 Spektrum respons desain


(Sumber : SNI 1726-2019)

3. Menentukan koefisien respons seismik


Hasil dari koefisien respons seismic digunakan dalam perhitungan gaya
dasar seismik (V). Koefisien respons seismik mengarah pada SNI 1726-
2019, Cs, harus ditentukan sesuai dengan persamaan sebagai berikut :
𝑆𝐷𝑆
Cs = 𝑅 (1)
( )
𝐼𝑒

Keterangan:
SDS= parameter percepatan respons spektral desain dalam rentang periode
pendek seperti ditentukan dalam 0 atau 0
R = koefisien modifikasi respons
Ie = faktor keutamaan gempa yang ditentukan sesuai dengan 0.
Nilai Cs yang dihitung sesuai dengan persamaan (1) tidak perlu melebihi
berikut ini:
Untuk 𝑇 ≤ 𝑇𝐿
𝑆𝐷1
CS = 𝑅
𝑇( )
𝐼𝑒

Untuk 𝑇 > 𝑇𝐿
𝑆𝐷1 𝑇𝐿
CS = 𝑅
𝑇 2( )
𝐼𝑒

Cs harus tidak kurang dari


CS = 0,044𝑆𝐷𝑆 𝐼𝑒 ≥ 0,01
Sebagai tambahan, untuk struktur yang berlokasi di daerah di manaS1
sama dengan atau lebih besar dari 0,6g, makaCs harus tidak kurang dari:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28

0,5𝑆1
CS = 𝑅
( )
𝐼𝑒

Keterangan:
di mana Ie dan Rsebagaimana didefinisikan dalam 0, dan
SD1 = parameter percepatan respons spektral desain pada periode
sebesar 1,0 detik, seperti yangditentukan dalam 0
T = periode fundamental struktur (detik) yang ditentukan 0
S1 = parameter percepatan respons spektral maksimum yang
dipetakan yang ditentukan sesuai 0

4. Menentukan Gaya Dasar Seismik


Gaya dasar seismik (V) dihitung sebagai gaya geser total yang disebabkan
oleh gempa. Gaya dasar seismik memiliki arah yang ditentukan sesuai
dengan persamaan :
VS = Cs.Wt
Dengan nilai W adalah berat total struktur bangunan.
5. Menentukan Distribusi Vertikal Gaya Seismik
Gaya dasar seismik pada struktur bangunan harus didistribusikan ke semua
tingkatan bangunan. Gaya seismik lateral, Fx, (kN) di sebarang tingkat
harus ditentukan dari persamaan berikut :
Fx = CvxV
dan

𝑤𝑥 ℎ𝑥𝑘
Cvx = ∑𝑛 𝑘
𝑖=1 𝑤𝑖 ℎ𝑥

Keterangan:

Cvx = faktor distribusi vertikal


V = gaya lateral desain total atau geser di dasar struktur (kN)
wi dan wx = bagian berat seismik efektif total struktur (W) yang
ditempatkan atau dikenakan pada tingkat i atau x
hi dan hx = tinggi dari dasar sampai tingkat i atau x (m)
k = eksponen yang terkait dengan periode struktur dengan
nilai sebagai berikut:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29

untuk struktur dengan T ≤ 0,5 detik, k = 1

untuk struktur dengan T ≥ 2,5 detik, k = 2

untuk struktur dengan 0,5 < T < 2,5 detik, k = 2 atau


ditentukan dengan interpolasi linier antara 1 dan 2

2.8 Bangunan Minimalis


2.8.1 Pengertian Bangunan Minimalis
Arsitektur modern minimalis merupakan tema arsitektur memperhatikan
mengutamakan fungsionalitas dan efesiensi tanpa mengenyampingkan aspek
estetika bangunan. Tema arsitektur ini merupakan perpaduan antara arsitektur
modern dengan minimalis. Arsitektur modern minimalis merupakan tema yang
cocok jika diterapkan di bangunan rumah, perkantoran, ataupun apartement. (Jurnal
Indonesia Sosial Teknologi: p–ISSN: 2723 - 6609 e-ISSN : 2745-5254 Vol. 2, No.
4 April 2021)
Arsitektur Modern Minimalis merupakan perencanaan yang memiliki
estetika yang di dominasi oleh perpaduan unsur horizontal dengan vertikal, ruang
hampa dengan masif, simetri dengan asimetri, geometris abstrak dengan bentuk
melengkung, statik dengan dinamik yang dimana semua unsur ini memiliki sebuah
batasan yang jelas namun tetap harmonis dan saling melengkapi. Sehingga konsep
modern minimalis merupakan konsep yang tidak sepenuhnya meninggalkan aspek
estetika yang memanfaatkan perbedaan elemen dengan rasio yang harmonis
(Wahjutami, 2017).
Arsitektur modern minimalis juga memiliki prinsip penghematan dalam
penggunaan segi ruang yang berdasarkan studi kebutuhan ruang yang didasari
penataan dan pembentukan ruang. Konsep modern minimalis memaksimalkan
penggunaan sumber cahaya alami dengan bukaan yang cukup luas. Konsep ini juga
menerapkan penghematan penggunaan massa terhadap ruang yang memiliki luas
berlebih dengan meminimalisir massa bangunan & desain yang padat. Arsitektur
modern minimalis memaksimalkan karakteristik asli bangunan dengan menjelajahi
struktur dan material yang digunakan yang dijadikan sebagai aspek estetika
bangunan, salah satunya dengan permainan bentuk geometri yang sederhana yang
diperkuat oleh pembentukan garis-garis bangunan horizontal dan vertikal.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30

Penggunaan perabot yang minim juga menghasilkan ruang yang lebih rapi dan
tertata, memberikan kesan ruang lebih lapang, bersih dan juga lebih profesional
membuat penggunanya lebih rileks, nyaman, dan efisien (Wicaksono & Tisnawati,
2014).
Dengan menerapkan konsep-konsep yang di tawarkan oleh konsep modern
minimalis akan menghasilkan lebih banyak ruang untuk berinteraksi lebih lua dan
meningkatkan komunikasi yang berdampak positif pada produktivitas karyawan
dan masih banyak lagi keunggulan desain modern minimalis (Lukito & Handoko,
2018).
Beberapa orang mengira bangunan minimalis itu bangunan yang kecil tetapi
pada dasarnya minimalis tidak terpaku pada besar kecilnya bangunan akan tetapi
gaya arsitektur yang bersifat minimalis dan mengutamakan fungsional serta bentuk
– bentuk geometris dengan menggunakan dekorasi yang tidak berlebihan.
Arsitektur modern minimalis juga memiliki prinsip penghematan dalam
penggunaan segi ruang yang berdasarkan studi kebutuhan ruang yang didasari
penataan dan pembentukan ruang. Konsep modern minimalis memaksimalkan
penggunaan sumber cahaya alami dengan bukaan yang cukup luas. Konsep ini juga
menerapkan penghematan penggunaan massa terhadap ruang yang memiliki luas
berlebih dengan meminimalisir massa bangunan & desain yang padat.
2.8.2 Ciri-Ciri Bangunan Minimalis
Minimalis merupakan gerakan di bidang seni atau desain. Ciri desain
minimalis adalah menampilkan elemen yang seperlunya saja.
Ciri desain minimalis adalah:
1) Sambungan bidang yang sempurna, pertemuan dinding dan atap memerlukan
penanganan yang rapi. Mungkin ini yang menjadi pertimbangan biaya desain
minimalis mahal.
2) Penampilan struktur yang elegan, konstruktsi struktural tersusun sederhana dan
lugas tanpa kamuflase elemen arsitektur.
3) Penggunaan cahaya, sebagai elemen yang mampu memberikan efek dramatis.
Permainan cahaya buatan atau alami menghasilkan efek kedalaman ruang.
4) Atap datar, atau nyaris datar untuk bangunan di iklim tropis.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31

5) Ruang terbuka dan jendela yang lebar, ruang terbuka bermanfaat untuk
mengimbangi masa bangunan, sedangkan jendela memberikan pandangan ke
luar lebih leluasa.
6) Open space, menghilangkan material dinding - contoh dapur dan ruang makan
dalam satu ruang.
Yang ideal untuk sebuah bangunan minimalis adalah ruang-ruang bangunan
minimalis atau bangunan rumah minimalis yang fungsional, hubungan antar-ruang
terkoordinasi dengan baik, udara bisa mengalir lancar ke dalam arsitektur rumah
minimalis, begitu pula sinar matahari pagi. Jadi, keberadaan bukaan dan ventilasi
udara penting pada arsitektur rumah minimalis. Selain itu kalau hujan rumah tidak
tampias atau bocor dan pada musim kemarau rumah tidak panas.
2.9 Green Building
2.9.1 Pengertian Green Building
Green building merupakan suatu konsep pembangunan yang mengarah
pada struktur dan pemakaian proses yang memperhatikan lingkungan dan hemat
sumber daya sepanjang siklus hidup bangunan tersebut, mulai dari pemilihan
tempat sampai desain konstruksi, operasi, perawatan, renovasi, dan peruntuhan.
Konsep ini memperluas dan melengkapi desain bangunan dalam hal ekonomi,
utilitas, durabilitas, dan kenyamanan (US EPA, 2009).
Green building merupakan salah satu bagian dari sustainable development
(pembangunan berkelanjutan) yaitu sebuah proses yang menyadarkan manusia
untuk meningkatkan kualitas hidupnya dalam melindungi dan meningkatkan sistem
daya dukung bumi (the Earth’s life support systems) Dalam kerangka pembangunan
berkelanjutan, green building bermanfaat bagi kesehatan manusia, komunitas,
lingkungan, dan biaya siklus hidupnya (life-cycle cost) (Wu & Low, 2010)
Green building adalah bangunan yang memaksimalkan penghematan
energy, melindungi lingkungan, mengurangi polusi, menjaga kesehatan ,
memanfaatkan ruang secara efektif serta selaras dengan alam pada daur hidupnya (
Hong & Minfang, 2011)
Menciptakan area hijau pada site sebagai ruang publik yang bermanfaat
untuk mengguna bangunan dan lingkungan sekitar (Portnov et al., 2018).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32

Urban Green Building adalah sebuah jaringan atau system yang dibuat
untuk mengurangi atau menanggulangi masalah - masalah di perkotaan dan
perubahaan iklim dengan melibatkan alam (Ching & Shapiro, 2020).

2.9.2 Ciri-Ciri Green Building


Berangkat dari filosofi sustainable design, green building adalah konsep
bangunan yang memfokuskan pada penghematan lahan, material, energi, air,
kualitas udara dan manajemen pengelolaan limbah. Elemen-elemen green building
antara lain:
a. Lahan: Pembangunan lahan yang tepat guna tidak menggunakan seluruh lahan
yang ada untuk bangunan melainkan menyediakan 30% dari total lahan untuk
daerah resapan.
b. Material: Material diperoleh secara lokal untuk mengurangi biaya transportasi.
Material dipakai menggunakan green specification yang termasuk ke dalam
daftar life cycle analysis seperti energi yang dihasilkan, daya tahan material,
minimalisasi limbah, penggunaan kayu bersertifikat, dan kemampuan untuk
dapat didaur ulang.
c. Energi: Perencanaan dalam pengaturan sirkulasi udara yang optimal untuk
mengurangi penggunaan AC dengan cara mengoptimalkan cahaya matahari
sebagai penerangan di siang hari. Green building juga menggunakan tenaga
surya dan turbin angin sebagai penghasil listrik alternatif.
d. Air: Green building mengurangi penggunaan air dengan menggunakan STP
(Sewerage Treatment Plant) untuk mendaur ulang air dari limbah rumah
tangga sehingga bisa digunakan kembali untuk toilet, penyiraman tanaman dan
lainnya. Green building juga menggunakan peralatan penghemat air seperti
shower bertekanan rendah, kran otomatis (self-closing atau spay tubs), dan
tanki toilet yang low-flush toilet yang intinya dapat mengatur penggunaan air
dalam bangunan sehemat mungkin.
e. Udara: Green building menggunakan material dan produk-produk non-toxic
yang akan meningkatkan kualitas udara dalam ruangan dan mengurangi tingkat
asma, alergi dan sick building syndrome. Green building menggunakan
material yang bebas emisi dan tahan untuk mencegah kelembaban yang
menghasilkan spora dan mikroba lainnya. Kualitas udara dalam ruangan juga
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33

harus didukung dengan menggunakan sistem ventilasi yang efektif dan bahan-
bahan pengontrol kelembaban yang memungkinkan bangunan untuk bernapas.
f. Limbah dan Manajemen Lingkungan: Green building juga meliputi aspek
manajemen lingkungan dan pengolahan limbah secara lokal. Beberapa kriteria
desainnya antara lain penggunaan material kayu. (prosiding konferensi
nasional pascasarjana teknik sipil (knpts) x 2019)

Dapat di simpulkan bahwa green building bangunan yang memikirkan


dampak dari lingkungan sekitar dan meminimalisir dampak negative dari
lingkungan melalui konservasi sumber daya dan memberikan kenyamanan serta
menjadikan lingkungan sehat bagi penghuninya.

2.10 Mechanical, Electrical, and Plumbing (MEP)


Menurut Adhiwira Elektrikatama Perkasa, MEP adalah singkatan dari
mechanical, electrical and plumbing engineering. Ketiga bidang teknis ini
mencakup sistem yang membuat bangunan layak huni bagi manusia. Instalasi MEP
biasanya dirancang bersama, karena tingkat interaksi yang tinggi di antara mereka.
Pendekatan gabungan ini juga mencegah konflik lokasi peralatan - bentrokan
adalah masalah umum ketika sistem mekanik, listrik dan pipa dirancang secara
terpisah.

Untuk menghasilkan pekerjaan MEP yang efisien, pada pembangunan


gedung Kost Exclusive Minimalis 3 Lantai dengan konsep Green Building mengacu
pada SNI yang telah ditetapkan untuk mengatur Intalasi Listrik dan Plumbing
dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai