Anda di halaman 1dari 20

Pengertian PLC (Programmable Logic Controller)

PLC pada dasarnya adalah alat kontrol yang dapat diprogram untuk mengontrol proses atau
operasi mesin. Program kontrol dari PLC menganalisis sinyal input dan mengatur keadaan
output sesuai dengan keinginan pengguna. Keadaan input PLC digunakan dan disimpan dalam
memori, di mana PLC melakukan instruksi logika yang diprogram pada keadaan inputnya.
Peralatan input bisa berupa sensor fotoelektrik, tombol tekan pada panel kontrol, saklar batas,
atau peralatan lain yang menghasilkan sinyal yang bisa masuk ke dalam PLC. Sedangkan
peralatan output bisa berupa saklar yang menyalakan lampu indikator, relay yang
menggerakkan motor, atau peralatan lain yang bisa digerakkan oleh sinyal output dari PLC.
Selain itu, PLC juga menggunakan memori yang dapat diprogram untuk menyimpan instruksi-
instruksi yang melaksanakan fungsi-fungsi khusus seperti logika pewaktuan, sekuensial, dan
aritmetika yang dapat mengendalikan suatu mesin atau proses melalui modul-modul I/O baik
analog maupun digital.

Mengenal Timer PLC

Timer PLC adalah instruksi yang digunakan untuk mengontrol dan mengoperasikan perangkat
selama durasi tertentu. Dengan timer, kita dapat melakukan operasi tertentu dalam rentang
waktu yang ditentukan. Timer merupakan salah satu entitas yang sangat penting dan berguna.
Dalam pemrograman PLC, kita dapat mengatur aktivitas berdasarkan waktu dengan bantuan
instruksi timer. Setiap PLC memiliki fungsi timer yang berbeda.

Instruksi timer digunakan untuk menyediakan logika pemrograman dan menentukan kapan
rangkaian harus dihidupkan atau dimatikan. Instruksi ini memiliki kontak Normally Open (NO)
atau Normally Closed (NC).

Berikut adalah representasi dari input dan output timer dalam bentuk kontak NO dan NC pada
pemrograman Ladder Diagram.
Output timer ditampilkan dalam bentuk koil atau kotak atau persegi panjang. Pada PLC AB
dan Siemens, timer direpresentasikan dalam bentuk kotak. Jika Kita ingin melakukan pekerjaan
atau aktivitas pada perangkat dalam rentang waktu tertentu, Kalian harus mengerti instruksi
timer ini. Oleh karena itu, Kalian harus mempelajari instruksi timer I/O untuk menulis program
PLC. Dalam pemrograman Ladder Diagram PLC, kita dapat menyetel timer PLC mulai dari
rentang waktu milidetik (ms) hingga satu jam (jam).

Sirkuit Internal Timer PLC


Sekarang, kita akan melihat rangkaian timer internal pada PLC. Cara kerja rangkaian timer ini
didasarkan pada empat bagian utama. Setiap bagian dalam rangkaian timer internal memiliki
berbagai fitur dan fungsi. Berikut ini adalah bagaimana bagian-bagian tersebut terhubung dan
dibangun dalam diagram yang dapat Kalian lihat di bawah ini.

Selain itu, berikut adalah beberapa terminologi dasar yang perlu dipahami tentang timer yang
digunakan pada PLC.

1. Modul Input dan Output


Modul yang berinteraksi dengan sinyal input disebut sebagai Modul Input. Modul Input harus
terhubung ke rangkaian timer untuk menyediakan sinyal input. Modul yang berinteraksi
dengan sinyal output disebut sebagai Modul Output. Modul Output diperlukan untuk
menghubungkan rangkaian timer.

2. Power Supply
Modul daya menyediakan catu daya untuk rangkaian timer berfungsi. Ini dapat terhubung
dengan sumber tegangan AC (seperti 120, 230 V AC) atau sumber tegangan DC (seperti 5, 12,
24 V DC).
3. Tampilan Timer Digital
Timer digital menampilkan nilai waktu yang telah diatur dan berlalu. Untuk tujuan otomatisasi,
nilai waktu dapat ditampilkan dalam beberapa milidetik (ms). Ini akan memudahkan dalam
memantau sistem otomatisasi yang Kalian buat.

Jenis-Jenis Timer PLC


Untuk pemrograman Ladder Diagram, timer pada PLC dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa jenis, di antaranya:

1. Timer On Delay (TON)

Instruksi TON digunakan untuk menghidupkan atau mematikan output setelah timer
dihidupkan untuk jangka waktu tertentu.

Berikut ini adalah konstruksi sederhana dari instruksi pemrograman timer On-delay pada PLC
AB.
2. Timer Off Delay (TOF)

Instruksi TOF digunakan untuk menghidupkan atau mematikan output setelah rung dimatikan
untuk jangka waktu tertentu. Timer Off-delay (TOF) juga digunakan untuk mematikan output
atau sistem setelah jangka waktu tertentu. Berikut adalah struktur dasar instruksi pemrograman
timer off delay (TOF) pada PLC AB.

3. Retentive On/Off Timer (RTO)

Fungsi utama RTO digunakan untuk menahan atau menyimpan akumulasi waktu. RTO
digunakan jika ada perubahan status yang salah, kehilangan daya, atau gangguan lainnya dalam
sistem. Dalam PLC AB, instruksi retentive On/Off timer (RTO) terlihat seperti ini.
Contoh Penerapan Timer
Contoh paling mendasar dan nyata dari penggunaan otomatisasi PLC adalah mengontrol sinyal
lalu lintas. Dalam pengaturan ini, setiap sisi sinyal lalu lintas harus hidup dan mati setelah
interval waktu tertentu yang ditentukan. Pada satu waktu, hanya satu sisi sinyal lalu lintas yang
harus menyala, sedangkan yang lain harus mati. Logika pengaturan ini dapat
diimplementasikan dengan menggunakan timer PLC sederhana. Timer PLC digunakan untuk
mengontrol durasi waktu setiap sisi sinyal lalu lintas agar menyala dan mati secara bergantian.
Dengan menggunakan otomatisasi PLC, pengaturan sinyal lalu lintas dapat dilakukan secara
akurat dan efisien, sehingga meningkatkan keamanan dan efisiensi lalu lintas jalan raya.

Aplikasi Instruksi Timer


Berikut adalah beberapa aplikasi dasar timer pada PLC yang dapat digunakan dalam
lingkungan otomasi PLC:

• Digunakan untuk menunda atau menunda tindakan


• Digunakan untuk menjalankan atau menghentikan operasi sesuai perintah pengguna.
• Timer RTO membantu merekam atau menahan nilai waktu.

Sumber jurnal:
https://www.kelasplc.com/teori-timer-pada-plc/
Tambahan :
Fungsi : Memindahkan informasi antara CPU atau memori utama dengan dunia luar
I/O terdiri :
- Piranti l/O (peripheral)
- Pengendali I/O (device controller)
- Perangkat lunak
Proses transfer informasi antara CPU dengan sebuah peripheral :
- Memilih I/O dan mengujinya.
- Menginisialisasi transfer dan mengkoordinasikan pengaturan waktu operasi I/O.
- Mentransfer informasi.
- Menghentikan proses transfer.
Klasifikasi piranti I/O terdiri 3 kelompok:
- Kelompok yang memasukkan informasi (input), contoh : keyboard, ADC, scanner
- Kelompok yang rnenampilkan informasi (output), contoh : VDU (monitor), printer
- Kelompok yang melayani input dan output, contoh : Floppy disk
Pengaksesan I/O terdiri dari 2 cara :
1. Memory mapped I/O Piranti I/O dihubungkan sebagai lokasi memori virtual dimana port I/O
tergantung memori utama. Karakteristik:
- Port I/O dihubungkan ke bus alamat.
- Piranti input sebagai bagian memori yang memberikan data ke bus data. Piranti output sebagai
bagian memori yang memiliki data yang tersimpan di dalamnya.
- Port I/O menempati lokasi tertentu pada ruang alamat dan diakses seolaholah adalah lokasi
memori
2. I/O mapped I/O (I/O isolated) Piranti I/O dihubungkan sebagai lokasi terpisah dengan lokasi
memori, dimana port I/O tidak tergantung pada memori utama. Karakteristik:
- Port I/O tidak tergantung memori utama.
- Transfer informasi dilakukan di bawah kendali sinyal kontrol yang menggunakan instruksi
INPUT dan OUTPUT.
- Operasi I/O tergantung sinyal kendali dari CPU.
- lnstruksi I/O mengaktifkan baris kendali read/write pada port I/O, sedangkan instruksi
memori akan mengaktifkan baris kendali read/write pada memori.
- Ruang memori dan ruang alamat I/O menyatu, sehingga dapat memiliki alamat yang sama.
Kelebihan dan kekurangan:
- I/O mapped I/O Iebih cepat dan efisien, karena lokasi I/O terpisah dengan lokasi memori.
- I/O mapped I/O mempunyai keterbatasan jumlah instruksi yang dapat digunakan untuk
operasi I/O.
Operasi I/O terbagi menjadi 3 metode :
1. I/O terprogram Metode di mana CPU mengendalikan operasi I/O secara keseluruhan dengan
menjalankan serangkaian instruksi I/O dengan sebuah program. Karakteristik: - Program
tersebut digunakan untuk memulai, mengarahkan dan menghentikan operasi-operasi I/O. -
Membutuhkan sejumlah perangkat keras (register) yaitu: Register status, berisi status piranti
I/O dan data yang akan dikirimkan. Register buffer, menyimpan data sementara sampai CPU
siap menerimanya Pointer buffer, menunjuk ke lokasi memori di mana sebuah karakter harus
ditulis atau dan mana karakter tersebut harus dibaca. Counter data, tempat penyimpanan jumlah
karakter dan akan berkurang nilainya jika karakter ditransfer. Membutuhan waktu proses yang
lama dan tidak efesien dalarn pemanfaatan CPU.
2. I/O interupsi Metode di mana CPU akan bereaksi ketika suatu piranti mengeluarkan
permintaan untuk pelayanan. Karakteristik: - Lebih efisien dalam pemanfaatan CPU, karena
tidak harus menguji status dari piranti. - Interupsi dapat berasal dari piranti I/O, interupsi
perangkat keras misalnya : timer, memori, power supply, dan Interupsi perangkat lunak
misalnya : overflow, opcode/data yang ilegal, pembagian dengan nol.
Ada 2 jenis interupsi:
1. lnterupsi maskable Interupsi yang dapat didisable (dimatikan) untuk sementara dengan
sebuah instruksi disable interupsi khusus.
2. Interupsi nonmaskable Interupsi yang tidak dapat didisable dengan instruksi perangkat
lunak.
Dalam sistem komputer terdapat lebih dari satu piranti yang memerlukan pelayanan interupsi,
dapat digunakan metode:
- Polling/polled interupt Berdasarkan urutan prioritas yang telah ditentukan sebelum piranti
memerlukan interupsi. Misal: piranti A dan B mempunyai urutan prioritas A lebih Iebih dulu
dari B, maka jika A dan B secara bersamaan memerlukan pelayanan interupsi, maka piranti A
akan didahulukan.
- Vector Interupt Peralatan yang berinterupsi diidentifikasikan secara Iangsung dan
dihubungkan routine pelayanan vector interupt. INTR = Sinyal yang dikeluarkan oleh
peralatan. INTA = Sinyal kendali yang digunakan CPU untuk menyiapkan pelayanan interupt
3. Direct Memory Access (DMA) Metode transfer data secara langsung antara memori dengan
piranti tanpa pengawasan dan pengendalian CPU. • Skema transfer blok DMA dual port CPU
dan DMA controller mengakses memori utama melalui MAR dan MBR dengan menggunakan
sebuah memori utama dual port (2 port). Port I ----> melayani CPU Port II ----> melayani DMA
controller • Skema transfer blok DMA cycle stealing (pencurian siklus) Hanya memerlukan
sebuah memori port tunggal di mana CPU dan piranti I/O beradu cepat pada basis asinkron,
prioritas utama akan diberikan pada piranti I/O
Pengantar Tentang Interaksi Mikroprosesor dengan Perangkat I/O

Interaksi Mikroprosesor dengan Perangkat I/O


Mikroprosesor, sering disebut CPU (Central Processing Unit), adalah sebuah sirkuit
terpadu tunggal pada chip komputer yang melakukan berbagai fungsi aritmatika dan logika
pada sinyal digital. Mikroprosesor merupakan komponen utama dalam sebuah komputer yang
bertugas untuk memproses semua instruksi dan data.
Mikroprosesor sebagai otak komputer, tidak dapat bekerja secara mandiri. Ia
membutuhkan interaksi dengan dunia luar melalui perangkat Input/Output (I/O) untuk
menerima instruksi dan menghasilkan keluaran yang bermanfaat. Interaksi ini merupakan
fondasi fundamental dari seluruh fungsi komputer, bagaikan jembatan yang menghubungkan
manusia dengan mesin.
Input/Output (I/O) adalah bagian dari sistem mikroprosesor yang digunakan oleh
mikroprosesor itu untuk berhubungan dengan dunia luar. Unit input adalah unit luar yang
digunakan untuk memasukkan data dari luar ke dalam mikroprosesor ini, contohnya data yang
berasal dari keyboard atau mouse. Sementara unit output biasanya digunakan untuk
menampilkan data, atau dengan kata lain untuk menangkap data yang dikirimkan oleh
mikroprosesor, contohnya data yang akan ditampilkan pada layar monitor atau printer.
Modul I/O menjalankan tugasnya dengan menjembatani CPU dan memori dengan
dunia luar merupakan hal yang terpenting untuk diketahui. Inti mempelajari sistem I/O suatu
komputer adalah mengetahui fungsi dan struktur modul I/O. Modul I/O adalah suatu komponen
dalam sistem komputer yang bertanggung jawab atas pengontrolan sebuah perangkat luar atau
lebih dan bertanggung jawab pula dalam pertukaran data antara perangkat luar tersebut dengan
memori utama ataupun dengan register – register CPU.
Interaksi ini dimungkinkan melalui mekanisme yang kompleks, melibatkan berbagai
komponen perangkat keras dan perangkat lunak. Mikroprosesor berkomunikasi dengan
perangkat I/O melalui bus data, alamat, dan kontrol. Bus data mentransfer data, bus alamat
menentukan lokasi data, dan bus kontrol mengatur operasi baca/tulis. Bayangkan bus ini seperti
jaringan jalan raya yang menghubungkan berbagai bagian kota. Data, instruksi, dan informasi
diangkut melalui jaringan ini untuk memastikan kelancaran komunikasi.
Sistem operasi memainkan peran penting dalam mengelola interaksi ini. Sistem operasi
menyediakan driver perangkat lunak yang menerjemahkan instruksi mikroprosesor ke dalam
bahasa yang dipahami oleh perangkat I/O. Driver ini seperti penerjemah yang memungkinkan
dua pihak dengan bahasa berbeda untuk berkomunikasi dengan lancar.
Salah satu metode yang umum digunakan untuk mengatur interaksi antara
mikroprosesor dan perangkat I/O adalah melalui penggunaan port I/O. Port I/O adalah jalur
khusus yang menghubungkan perangkat I/O dengan mikroprosesor. Dengan menggunakan port
I/O, mikroprosesor dapat membaca atau menulis data ke perangkat I/O sesuai dengan
kebutuhan aplikasi atau pengguna. Setiap perangkat I/O memiliki alamat port yang unik yang
digunakan untuk mengidentifikasi perangkat tersebut. Penggunaan port I/O memungkinkan
komunikasi yang langsung dan efisien antara mikroprosesor dan perangkat I/O, sehingga
memfasilitasi berbagai tugas komputasi dengan lebih efektif.
Selain port I/O, terdapat juga protokol komunikasi yang lebih kompleks dan canggih
seperti Universal Serial Bus (USB), Peripheral Component Interconnect Express (PCIe), dan
Serial Peripheral Interface (SPI). Protokol-protokol ini menyediakan kemampuan komunikasi
yang lebih fleksibel dan cepat antara mikroprosesor dan perangkat I/O. USB, misalnya, telah
menjadi standar de facto untuk menghubungkan berbagai perangkat eksternal dengan
komputer. Protokol-protokol seperti PCIe juga memungkinkan transfer data yang sangat cepat
antara perangkat I/O dan mikroprosesor, menjadikannya pilihan yang ideal untuk perangkat
I/O berperforma tinggi seperti kartu grafis atau kartu jaringan. Dengan memahami berbagai
protokol komunikasi ini, para pengembang dapat merancang sistem komputer yang lebih
kompleks dan efisien, serta mengoptimalkan interaksi antara mikroprosesor dan perangkat I/O
sesuai dengan kebutuhan aplikasi dan pengguna.
Komponen input/output agar dapat bekerja dan berhubungan dengan mikroprosesor
dilengkapi dengan antar muka (interface). Dalam proses interface antara mikroprosesor dengan
piranti luar dibutuhkan suatu bagian input/output yang sesuai. Dalam mewujudkan hal ini,
diperlukan antarmuka internal dengan komputer (CPU dan memori utama) dan antarmuka
dengan perangkat eksternalnya untuk menjalankan fungsi – fungsi seperti data buffering,
address decoding, command decoding, status decoding, dan sistem control dan timing. Semua
ini dibutuhkan untuk mensinkronisasikan kerja sistem supaya sinergi. Karena tanpa pengendali
dan sinkronisasi menyebabkan masalah akan timbul dalam proses input/output. Masalah-
masalah ini disebabkan oleh perbedaan kecepatan operasi, perbedaan level sinyal atau tegangan
yang dibutuhkan, keanekaragaman peripheral dan berbagai karakternya, dan struktur sinyal
yang kompleks.
Komunikasi antara komponen I/O dengan mikroprosesor tidak jauh berbeda antara
komunikasi memori dengan mikroprosesor, hanya pada I/O prosesnya lebih kompleks daripada
memori. Di bawah in digambarkan hubungan antara mikroprosesor dengan komponen
input/output dan peripheral.

Gambar 2. Diagram Blok Hubungan Mikroprosesor dengan Komponen I/O dan Peripheral.

Prosedur yang terjadi adalah Central Processing Unit (CPU) harus menempatkan
alamat bus untuk memilih komponen I/O yang diinginkan. Lalu CPU menunggu data atau
menempatkan data pada bus data. Kemudian CPU membaca dan mengirim data sampai selesai.
Pada teknik interface digunakan 3 metode yaitu :
1. Programmed I/O
CPU menjalankan proses tertentu untuk melakukan pelayanan tehadap peralatan yang
mana yang akan dilayanani. CPU melakukan pengajuan pertanyaan pada setiap
komponen I/O secara berkala dan menerima jawabannya. Proses ini disebut prosedur
handshaking atau prosedur jabat tangan. Sebagai contoh, misalnya proses pembacaan
data dari alat luar. Pertama alat luar mengirim sinyal “data ready” dan data ke
komponen I/O. Komponen I/O akan menahan data dan sinyal tersebut sampai CPU
menerima sinyal dan membaca data. Setelah membaca selesai, CPU mengirim sinyal
input “ACK” ke peripheral (ke I/O) yang menunjukkan bahwa pembacaan data telah
selesai. CPU senantiasa mengontrol peripheral melalui program secara sinkron.

2. Interupsi
Metode Interupsi adalah suatu metode instruksi yang merubah program yang sedang
dilaksanakan menuju ke suatu cabang tertentu pada lokasi memori tertentu untuk
melaksanakan program tertentu. Setelah selesai menjalankan program interupsi, maka
CPU akan melanjutkan operasi yang sedang dilakukan sebelum terjadi interupsi.
Interupsi dapat dibagi dua jenis, yaitu hardware dan interupsi software. Sistem interupsi
pada suatu mikroprosesor ada berbagai macam jenis, hal ini akan tergantung pada jenis
mikroprosesornya. Interupsi juga tergantung pada sifat prioritas atau tingkat prioritas,
maka CPU akan mengidentifikasi interupsi dan merespon interupsi yang mempunyai
prioritas tinggi. Interupsi ada yang dapat dihalangi dan ada yang tidak dapat dihalangi.
3. Direct Memory Access
Direct Memory Access adalah suatu metode WO yang menggunakan rangkaian khusus,
yaitu DMA Controller (DMAC) dimana operasinya akan melaksanakan proses I/O
dengan mengambil alih pengontrolan bus-bus dari CPU. Transfer data antara memori
dan alat luar dapat dilaksanakan tanpa melalui CPU, tetapi dengan menggunakan
DMAC. Contoh, atas permintaan peripheral atau komponen I/O. DMAC akan
mengirim sinyal DMA request ke CPU. Selanjutnya CPU akan mengeluarkan sinyal
DMA ACK ke DMAC dan mengaktifkan Buffer (three state buffer) hingga bus berada
pada kondisi impedansi tinggi, hal ini berarti DMAC dapat mengambil alih
pengontrolan ketiga bus.

Beberapa komponen I/O terprogram yang sangat populer dalam dunia sistem
mikroprosesor adalah Z-80 PIO dan PPI 8255. Berdasarkan pola aliran data pada I/O dapat
digolongkan menjadi dua yaitu :
1. I/O Paralel
I/O paralel adalah jenis I/O yang mengalihkan data pada setiap port saluran
secara paralel. Alih data secara paralel bekerja mengalihkan data secara serempak dari
D0 sampai dengan D7. Ada sejumlah saluran pengalir data yang disebut dengan Port.
Biasanya setiap port terdiri dari 8 bit saluran. Setiap port paralel dapat diprogram fungsi
dan arah aliran data yang dibutuhkan. Port paralel menyediakan keuntungan pada
kecepatan akses karena data ditransmisikan secara simultan. Berikut dibahas dua jenis
I/O paralel yang sangat populer digunakan di lapangan yaitu Z-80 PIO dan PPI 8255.
1) Z-80 PIO
IC Z-80 PIO adalah IC I/O paralel terprogram buatan Zilog yang perilakunya
dapat disetel menggunakan program. Z-80 PIO adalah salah satu chip yang
diproduksi untuk fasilitas antar muka Z-80 CPU dengan peralatan input output. Z-
80 PIO terdiri dari dua port yaitu Port A dan Port B. Masing-masing port dilengkapi
dengan pena-pena jabat tangan.

Gambar 3. Susunan Pin IC Z-80 PIO

2) PPI 8255
PPI 8255 adalah chip Programmable Peripheral Interface, berfungsi untuk
antar muka paralel dengan perilaku dapat diatur dengan program. PPI 8255 terdiri
dari tiga port I/O 8 bit yaitu : Port A, Port B, dan Port C. Masing-masing port dapat
dibuat menjadi port masukan maupun port keluaran. PPI 8255 memiliki buffer bus
data dua arah, yang berarti dapat berfungsi baik sebagai port input maupun port
output. Arah aliran data dapat dijelaskan menggunakan pengaturan logika
Read/Write.

Gambar 3. Susunan Pin PPI 8255

2. I/O Serial
I/O serial adalah unit masukan keluaran yang bekerja atas dasar prinsip
urut/seri. Dalam hal ini diperlukan proses konversi dari data paralel ke bentuk serial
dan sebaliknya . Ada dua cara mengalihkan data seri, yaitu alih data secara asinkron
dan alih data sinkron. Alih data secara asinkron lebih sederhana dari pada alih data
sinkron tetapi tidak dapat dilakukan secepat alih data sinkron.
Gambar Bentuk Alih Data Asinkron
Pada alih data asinkron dengan adanya bit start dan bit stop pengiriman dan
penerimaan data dapat dilaksanakan dengan baik. Namun kurang efesiensebab untuk
mengirm 7 bit data butuh 10 bit data, termasuk bit start, bit paritas dan bit stop. Pada
alih data seri sinkron tak digunakan bit start dan bit stop. Jadi pengiriman data dapat
berjalan lebih efesien. Untuk memastikan tidak terjadi kesalahan perlu dibuat
sinkronisasi antara clock pengirim dan clock penerima data, dan dikirm data tertentu
sebagai protokol alih data.

Daftar Pustaka
Somantri, Y. (n.d.). Sistem Input-Output. Retrieved from Universitas Pendidikan Indonesia:
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ELEKTRO/19570805198
5031-YOYO_SOMANTRI/Mt_klh_Mikroprosesor/Sistem_Inputoutput.pdf
Stalling, W. (2010). Computer Organization And Architecture Designing For Performance
Eight Edition. Prentice Hall.
Sudira, D. P. (n.d.). Unit Input Output Sistem Mikroprosesor. Retrieved from Academia Edu:
https://www.academia.edu/35168217/Unit_I_O_Sistem_Mikroprosesor
Studi kasus penggunaan I/O dala sistem tertanam

1. Sensor Suhu (Input) Sensor suhu digunakan untuk mengukur suhu di dalam ruang penyimpanan
makanan. Informasi input dari sensor suhu diteruskan ke dalam mikrokontroler sebagai nilai
suhu aktual.

2. Kontrol Pengatur Suhu (Proses) Mikrokontroler menerima nilai suhu dari sensor sebagai input,
kemudian membandingkannya dengan nilai suhu yang diinginkan. Berdasarkan perbandingan
tersebut, mikrokontroler mengambil keputusan apakah perlu mengaktifkan atau menonaktifkan
perangkat pendingin.

3. Perangkat Pendingin (Output) Jika nilai suhu yang diukur lebih tinggi dari nilai suhu yang
diinginkan, mikrokontroler mengirimkan sinyal output untuk mengaktifkan perangkat pendingin
seperti kipas atau kompresor pendingin udara.

4. Indikator LED atau Layar LCD (Output) Sebagai umpan balik kepada pengguna atau operator,
sistem dapat menggunakan indikator LED atau layar LCD untuk menampilkan informasi suhu
aktual, pengaturan suhu yang diinginkan, atau status perangkat pendingin (misalnya, "Dingin"
ketika pendingin aktif dan "Normal" ketika tidak aktif).

Dalam contoh ini, I/O digunakan untuk mengukur suhu lingkungan (sensor suhu), memproses informasi
tersebut untuk mengambil keputusan (mikrokontroler), mengontrol perangkat fisik (perangkat
pendingin), dan memberikan umpan balik kepada pengguna (indikator LED atau layar LCD). Ini adalah
contoh bagaimana I/O digunakan dalam sebuah sistem tertanam untuk memantau, mengendalikan, dan
berinteraksi dengan lingkungannya.
Teori serta Tips penggunaan PLC:
Dalam otomasi industri, timer PLC adalah komponen vital. Digunakan untuk mengatur waktu &
mengendalikan proses otomasi. Timer yang tepat dapat meningkatkan efisiensi, produktivitas, &
mengurangi kesalahan manusia.
Apa itu Timer PLC:
Timer PLC (Programmable Logic Controller) mengatur waktu operasi dalam sistem PLC. Berfungsi
untuk delay, countdown, atau cycling. Dalam delay, memulai/hentikan tindakan setelah waktu
tertentu. Countdown, hitung mundur dari waktu tertentu. Juga, mengatur interval siklus pengulangan.
Dengan Timer PLC, kontrol waktu operasi presisi. Penting dalam otomasi industri untuk efisiensi &
keamanan.

Sirkuit Internal Timer PLC


Cara kerja rangkaian timer didasarkan pada empat komponen utama, dimana setiap komponen internal
rangkaian timer memiliki berbagai fitur dan fungsi. Dan berikut adalah beberapa istilah dasar yang perlu Anda
pahami tentang timer yang digunakan pada PLC.

1. Modul Input dan Output


Modul yang berfungsi menerima sinyal input disebut sebagai modul input. Modul input ini harus
terhubung ke rangkaian timer untuk menyediakan sinyal input yang diperlukan.
Sementara modul yang berfungsi mengirimkan sinyal output disebut sebagai modul output.
Modul output ini diperlukan untuk menghubungkan rangkaian timer dengan sistem lainnya.

2. Sumber Daya
Modul daya menyediakan pasokan listrik yang diperlukan untuk menjalankan rangkaian timer. Modul
ini dapat terhubung dengan sumber tegangan AC (seperti 120, 230 V AC) atau sumber tegangan DC
(seperti 5, 12, 24 V DC).

3. Tampilan Timer Digital


Timer digital menampilkan pengaturan waktu dan nilai waktu yang telah berlalu.
Dalam konteks otomatisasi, nilai waktu dapat ditampilkan dalam satuan milidetik (ms). Hal ini
memudahkan Anda untuk melacak sistem otomatisasi yang Anda buat.
Cara Menggunakan Timer dalam PLC
Untuk menggunakan timer dalam PLC, Anda dapat mengikuti langkah-langkah berikut:
1. Tentukan jenis timer yang sesuai dengan kebutuhan aplikasi Anda, seperti Timer On-Delay,
Timer Off-Delay, Retentive On/Off Timer, atau jenis lainnya.
2. Pastikan PLC Anda terhubung dengan perangkat input dan output yang sesuai. Periksa
koneksi dan konfigurasi perangkat keras yang terlibat.
3. Buka perangkat lunak pemrograman PLC yang digunakan, seperti Siemens Step 7, Allen-
Bradley RSLogix, atau perangkat lunak lainnya yang kompatibel dengan PLC Anda.
4. Buat program PLC dan tentukan variabel atau bit yang akan digunakan untuk timer. Anda
dapat menggunakan variabel numerik untuk menyimpan nilai waktu atau variabel bit untuk
mengontrol timer.
5. Tentukan pengaturan timer, seperti waktu tunda atau durasi yang diinginkan. Atur nilai waktu
atau kondisi yang mengaktifkan dan menonaktifkan timer.
6. Programkan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh PLC ketika timer mencapai kondisi
tertentu. Misalnya, mengaktifkan output saat timer mencapai waktu tertentu atau
menghentikan proses ketika waktu tunda habis.
7. Simpan program PLC yang telah Anda buat ke dalam PLC. Pastikan program disimpan dengan
benar dan siap untuk dijalankan.
8. Jalankan program PLC dan periksa apakah timer berfungsi sesuai yang diharapkan. Monitor
kondisi input, output, dan nilai timer saat program berjalan.
9. Jika diperlukan, lakukan pengujian dan pemecahan masalah untuk
memastikan timer beroperasi dengan benar. Periksa logika program, nilai variabel, dan kondisi
perangkat keras untuk menemukan dan memperbaiki kesalahan jika ada.
10. Setelah memastikan timer berfungsi dengan baik, gunakan timer dalam aplikasi PLC sesuai
kebutuhan Anda. Pastikan untuk memantau dan memelihara timer secara berkala untuk
menjaga kinerja dan keandalannya.

Teori Dasar Timer PLC


Timer dalam Programmable Logic Controller (PLC) adalah perangkat yang digunakan untuk mengatur
waktu dan jadwal dalam sistem otomasi. Berikut ini adalah beberapa jenis timer yang umum
digunakan dalam PLC:
• Timer On-Delay (TON): Timer ini menghasilkan sinyal output setelah waktu tunda tertentu
setelah sinyal input diaktifkan. Output tetap aktif selama timer berjalan dan berhenti ketika
waktu tunda habis.
• Timer Off-Delay (TOF): Timer ini menghasilkan sinyal output setelah waktu tunda tertentu
setelah sinyal input tidak aktif. Output tetap non-aktif selama timer berjalan dan aktif setelah
waktu tunda habis.
• Retentive On/Off Timer (RTO): Timer ini menyimpan waktu tunda terakhirnya ketika
sinyal input berhenti. Setelah sinyal input aktif kembali, timer melanjutkan perhitungan waktu
dari nilai terakhir yang disimpan.

Peran Penting Timer PLC dalam


Mengendalikan Waktu Operasi pada Sistem
Otomatis
Timer dalam PLC memainkan peran yang sangat penting dalam mengendalikan waktu operasi dalam
sistem otomatis. Berikut ini adalah beberapa peran penting timer PLC dalam mengatur waktu operasi:
• Sinkronisasi peristiwa
• Pengaturan delay
• Waktu pemrosesan
• Pengaturan jadwal
• Kontrol sirkuit
• Efisiensi energi

Posted on July 10, 2023 by Misel Editor

Panduan Praktis
Penggunaan Timer PLC: Teori dan
Tipsnya
Dalam dunia otomasi industri, timer PLC (Programmable Logic Controller) merupakan salah satu
komponen yang sangat penting. Timer digunakan untuk mengatur waktu dan mengendalikan
berbagai proses yang melibatkan waktu dalam sistem otomasi. Dengan menggunakan timer PLC yang
tepat, Anda dapat mengoptimalkan efisiensi operasional, meningkatkan produktivitas, dan
mengurangi kesalahan manusia.
Artikel ini akan membahas secara detail teori dasar mengenai timer PLC, fungsi-fungsi utamanya,
hingga tips dalam penggunaannya. Jadi simak artikel ini sampai selesai.

Apa Itu Timer PLC?


Timer PLC (Programmable Logic Controller) adalah fungsi dalam sistem PLC yang digunakan untuk
mengatur waktu operasi dari suatu proses atau peralatan. Timer PLC dapat digunakan untuk mengatur
waktu delay, waktu penghitungan mundur (countdown), atau waktu siklus pengulangan (cycling).
Dalam pengaturan waktu delay, Timer PLC dapat digunakan untuk memulai atau menghentikan suatu
tindakan setelah jangka waktu tertentu. Penggunaan Timer PLC juga berguna dalam waktu
penghitungan mundur (countdown), dimana Timer PLC akan menghitung mundur dari suatu waktu
yang ditentukan. Selain itu, Timer PLC juga dapat digunakan untuk mengatur waktu siklus
pengulangan (cycling). Timer ini akan mengatur waktu interval antara pengulangan suatu tindakan.
Dengan menggunakan Timer PLC, waktu operasi suatu proses atau peralatan dapat dikontrol dengan
presisi. Ini sangat penting dalam sistem otomasi industri di mana waktu yang tepat diperlukan untuk
menjaga efisiensi dan keamanan operasi.

Sirkuit Internal Timer PLC


Cara kerja rangkaian timer didasarkan pada empat komponen utama, dimana setiap komponen
internal rangkaian timer memiliki berbagai fitur dan fungsi. Dan berikut adalah beberapa istilah dasar
yang perlu Anda pahami tentang timer yang digunakan pada PLC.

1. Modul Input dan Output


Modul yang berfungsi menerima sinyal input disebut sebagai modul input. Modul input ini harus
terhubung ke rangkaian timer untuk menyediakan sinyal input yang diperlukan.
Sementara modul yang berfungsi mengirimkan sinyal output disebut sebagai modul output.
Modul output ini diperlukan untuk menghubungkan rangkaian timer dengan sistem lainnya.

2. Sumber Daya
Modul daya menyediakan pasokan listrik yang diperlukan untuk menjalankan rangkaian timer. Modul
ini dapat terhubung dengan sumber tegangan AC (seperti 120, 230 V AC) atau sumber tegangan DC
(seperti 5, 12, 24 V DC).

3. Tampilan Timer Digital


Timer digital menampilkan pengaturan waktu dan nilai waktu yang telah berlalu.
Dalam konteks otomatisasi, nilai waktu dapat ditampilkan dalam satuan milidetik (ms). Hal ini
memudahkan Anda untuk melacak sistem otomatisasi yang Anda buat.

Teori Dasar Timer PLC


Timer dalam Programmable Logic Controller (PLC) adalah perangkat yang digunakan untuk mengatur
waktu dan jadwal dalam sistem otomasi. Berikut ini adalah beberapa jenis timer yang umum
digunakan dalam PLC:
• Timer On-Delay (TON): Timer ini menghasilkan sinyal output setelah waktu tunda tertentu
setelah sinyal input diaktifkan. Output tetap aktif selama timer berjalan dan berhenti ketika
waktu tunda habis.
• Timer Off-Delay (TOF): Timer ini menghasilkan sinyal output setelah waktu tunda tertentu
setelah sinyal input tidak aktif. Output tetap non-aktif selama timer berjalan dan aktif setelah
waktu tunda habis.
• Retentive On/Off Timer (RTO): Timer ini menyimpan waktu tunda terakhirnya ketika
sinyal input berhenti. Setelah sinyal input aktif kembali, timer melanjutkan perhitungan waktu
dari nilai terakhir yang disimpan.

Cara Menggunakan Timer dalam PLC


Untuk menggunakan timer dalam PLC, Anda dapat mengikuti langkah-langkah berikut:
1. Tentukan jenis timer yang sesuai dengan kebutuhan aplikasi Anda, seperti Timer On-Delay,
Timer Off-Delay, Retentive On/Off Timer, atau jenis lainnya.
2. Pastikan PLC Anda terhubung dengan perangkat input dan output yang sesuai. Periksa
koneksi dan konfigurasi perangkat keras yang terlibat.
3. Buka perangkat lunak pemrograman PLC yang digunakan, seperti Siemens Step 7, Allen-
Bradley RSLogix, atau perangkat lunak lainnya yang kompatibel dengan PLC Anda.
4. Buat program PLC dan tentukan variabel atau bit yang akan digunakan untuk timer. Anda
dapat menggunakan variabel numerik untuk menyimpan nilai waktu atau variabel bit untuk
mengontrol timer.
5. Tentukan pengaturan timer, seperti waktu tunda atau durasi yang diinginkan. Atur nilai waktu
atau kondisi yang mengaktifkan dan menonaktifkan timer.
6. Programkan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh PLC ketika timer mencapai kondisi
tertentu. Misalnya, mengaktifkan output saat timer mencapai waktu tertentu atau
menghentikan proses ketika waktu tunda habis.
7. Simpan program PLC yang telah Anda buat ke dalam PLC. Pastikan program disimpan dengan
benar dan siap untuk dijalankan.
8. Jalankan program PLC dan periksa apakah timer berfungsi sesuai yang diharapkan. Monitor
kondisi input, output, dan nilai timer saat program berjalan.
9. Jika diperlukan, lakukan pengujian dan pemecahan masalah untuk
memastikan timer beroperasi dengan benar. Periksa logika program, nilai variabel, dan kondisi
perangkat keras untuk menemukan dan memperbaiki kesalahan jika ada.
10. Setelah memastikan timer berfungsi dengan baik, gunakan timer dalam aplikasi PLC sesuai
kebutuhan Anda. Pastikan untuk memantau dan memelihara timer secara berkala untuk
menjaga kinerja dan keandalannya.

Peran Penting Timer PLC dalam


Mengendalikan Waktu Operasi pada Sistem
Otomatis
Timer dalam PLC memainkan peran yang sangat penting dalam mengendalikan waktu operasi dalam
sistem otomatis. Berikut ini adalah beberapa peran penting timer PLC dalam mengatur waktu operasi:
• Sinkronisasi peristiwa
• Pengaturan delay
• Waktu pemrosesan
• Pengaturan jadwal
• Kontrol sirkuit
• Efisiensi energi
Cara Mengatur Waktu Timer dalam PLC
Menggunakan Perhitungan Matematis
Untuk mengatur waktu timer dalam PLC menggunakan perhitungan matematis, Anda dapat mengikuti
langkah-langkah berikut:
• Tentukan jenis timer yang ingin Anda atur menggunakan perhitungan matematis. Misalnya,
kita akan menggunakan Timer On-Delay sebagai contoh.
• Tentukan variabel numerik yang akan digunakan untuk menyimpan waktu tunda yang
dihitung secara matematis.
• Tentukan rumus atau persamaan matematis yang akan digunakan untuk menghitung waktu
tunda berdasarkan parameter tertentu.
• Programkan PLC Anda menggunakan perangkat lunak pemrograman yang sesuai, seperti
Siemens Step 7 atau Allen-Bradley RSLogix.
• Buat variabel dan timer dalam program PLC. Atur variabel Variabel A dan Variabel B sesuai
dengan nilai yang Anda inginkan. Variabel ini dapat diubah secara dinamis melalui masukan
atau perintah lain dalam PLC.
• Gunakan perhitungan matematis yang telah ditentukan untuk mengatur nilai waktu tunda
pada timer.
• Jalankan program PLC dan periksa apakah timer berperilaku sesuai dengan perhitungan
matematis yang telah Anda tentukan. Perhatikan bahwa timer akan mulai menghitung waktu
tunda setelah sinyal input diaktifkan.
• Jika diperlukan, lakukan pengujian dan pemecahan masalah untuk
memastikan timer berfungsi dengan benar berdasarkan perhitungan matematis. Periksa logika
program, nilai variabel, dan kondisi perangkat keras untuk menemukan dan memperbaiki
kesalahan jika ada.

Contoh Penggunaan Timer dalam Aplikasi


Praktis di Industri
Penggunaan timer dalam aplikasi praktis di industri memiliki berbagai macam contoh, di antaranya
adalah:
• Pengendalian proses produksi seperti mengatur waktu pengadukan, pencampuran bahan,
pemanasan, pendinginan, atau waktu eksekusi langkah-langkah tertentu dalam proses
produksi.
• Jadwal pemeliharaan dan perawatan peralatan industri sehingga membantu menghindari
kegagalan peralatan yang tak terduga dan meningkatkan masa pakai peralatan.
• Kontrol sistem pencahayaan, seperti di pabrik, gudang, atau area parkir.
• Pengaturan proses pengemasan produk seperti digunakan untuk mengatur waktu proses
pengeringan, pengisian, dan penyegelan kemasan produk.
• Pengendalian sistem pemanas dan pendingin industri untuk mengatur waktu operasi dan
suhu.
• Sistem penyiraman otomatis pada waktu tertentu sehingga irigasi dapat diatur dengan presisi,
mengoptimalkan penggunaan air dan menjaga kondisi tanaman yang optimal.

Tips Praktis untuk Mengatur Timer PLC


Secara Efektif
Berikut ini adalah beberapa tips praktis untuk mengatur timer PLC secara efektif:
• Pahami jenis timer
• Tentukan waktu yang akurat
• Gunakan timer eksternal jika diperlukan
• Atur prioritas timer
• Gunakan tanda pengenal yang jelas
• Uji timer secara menyeluruh
• Gunakan dokumentasi yang baik
• Update dan periksa secara berkala

Anda mungkin juga menyukai