Oleh :
dr. Teuku Fadlian Syah
C125171008
Pembimbing:
Dr. dr. Mirna Muis, Sp.Rad (K)
dr. Rafikah Rauf, M.Kes., Sp.Rad (K)
Dr. dr. Andi Alfian Zainuddin, M.KM.
Penguji :
Dr. dr. Nugraha Utama Pelupessy, Sp.OG(K)
dr. Sri Asriyani, Sp.Rad (K)., M.Med.Ed
1
DAFTAR ISI
Halaman sampul...........................................................................................1
Daftar Isi.......................................................................................................2
Daftar Tabel..................................................................................................5
Bab I Pendahuluan.......................................................................................5
A. Latar Belakang...................................................................................5
B. Rumusan Masalah..............................................................................7
C. Tujuan Penelitian................................................................................7
D. Hipotesis Penelitian............................................................................8
E. Manfaat Penelitian..............................................................................8
A. Anatomi Pelvis...................................................................................9
C. Pelvimetri...........................................................................................15
D. CT Scan 3D Pelvis.............................................................................22
A. Kerangka Teori...................................................................................27
B. Kerangka Konsep...............................................................................28
A. Desan Penelitian.................................................................................29
2
C. Populasi dan Sampel Penelitian.........................................................29
F. Identifikasi Variabel...........................................................................30
G. Definisi Operasional...........................................................................31
H. Prosedur Penelitian.............................................................................32
K. Alur Penelitian....................................................................................34
A. Hasil………………………………………….…………………….36
B. Pembahasan………………………………………...………………45
A. Kesimpulan…………………………………….….………………..47
B. Saran…………………………………….……..……….…………..47
Daftar Pustaka..............................................................................................48
3
DAFTAR GAMBAR
klasifikasi usia................................................................................................20
4
DAFTAR TABEL
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelvis atau yang disebut juga panggul adalah bagian tubuh dengan
bentuk menyerupai baskom (basin) dengan tepi yang melebar pada kedua sisi.
Pada manusia, panggul dibentuk oleh dua buah tulang pelvis yang bergabung
kearah posterior pada sacrum dan kearah anterior pada simfisis pubis. Daerah
baskom pada panggul akan memuat isi abdomen bagian bawah. Bagian yang
menyerupai baskom ini akan lebih lebar pada wanita daripada pria, hal ini
disebabkan fungsi dari daerah yang melebar ini untuk melahirkan bayi.
Tulang panggul manusia memiliki tiga bagian yang menyatu, yaitu ilium,
iskium, dan pubis. Ketiga bagian tersebut bersatu pada asetabulum yaitu
daerah yang menyerupai soket dari sendi panggul (Bontrager, Kenneth L.,
Secara fungsional panggul terdiri atas dua bagian yang terdiri dari
pelvis mayor dan pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis diatas linea
yang lebih penting adalah pelvis minor, dibatasi oleh pintu atas panggul
(inlet) dan pintu bawah panggul (outlet). Pelvis minor berbentuk saluran yang
dalam proses persalinan (Bontrager, Kenneth L., 2020; Snell, R., 2006).
Saat ini terdapat dua jenis pelvimetri yaitu pelvimetri klinis dan
kasar pintu atas panggul, panggul tengah dan pintu bawah panggul.
6
Sedangkan pelvimetri radiologis adalah pengukuran dengan menggunakan
tepat dengan cara pengukuran manual yaitu diameter tranversa pintu atas dan
lebih baik untuk memilih titik pengukuran secara akurat (Liao K. D., et al.
2018).
Ukuran pelvimetri tidak selalu konstan akan tetapi dapat berubah akibat
dan fiksasi sakrum pada posisi yang lebih horizontal akibat penuaan. Seperti
al. 2017).
7
dapat dikaitkan dengan adaptasi seusia hidup dari sistem tulang panggul
untuk posisi duduk yang terkait dengan peningkatan beban pada tuberositas
transversal dari outlet memberikan bukti untuk bentuk panggul kecil yang
penggerak bipedal yang efisien. Oleh karena itu, perubahan terkait usia dapat
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
pemeriksaan CT Scan 3D
2. Tujuan Khusus
8
a. Menilai ukuran konjugata vera, konjugata obstretika, konjugata diagonal,
CT Scan 3D
D. Hipotesis Penelitian
CT Scan 3D
E. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritik
b. Manfaat Metodologi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan data dan acuan
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Pelvis
serta tiga sendi ; sendi sakroiliaka, simfisis pubis dan sendi pinggul. Sendi
pintu atas panggul, rongga panggul, dan pintu keluar panggul. (Kjeldsen,
L. L. et al, 2021).
akhir columna vertebralis. Pelvis dibagi menjadi dua daerah : (Drake RL,
2012)
regiones abdominales.
10
Cavitas pelvis yang berbentuk mangkuk ditutupi oleh pelvis minor
yang terdiri dari apertura pelvis superior/pelvic inlet, dinding, dan dasar.
11
obturatoria. Sebuah canalis obturatorius kecil tetap terbuka ke arah
sebagai jalur komunikasi antara extremitas inferior dan cavitas pelvis. Tepi
posterior tulang ditandai oleh dua incisurae yang dipisahkan oleh spina
besar. Tepi anterior yang tidak beraturan dari tulang pelvicum ditandai
oleh spina iliaca anterior superior (SIAS), spina iliaca anterior inferior
lubang masuk, dinding, dan satu lubang keluar. Lubang masuknya terbuka,
2012)
12
Promontorium sacrum menonjol ke dalam lubang masuk. membentuk
terminalis (yaitu, linea arcuata, pecten ossis pubis, atau linea pectinea,
b. Dinding pelvis
13
c. Apertura pelvis inferior/pelvic outlet
anterior belah ketupat ini dibatasi terutama oleh tulang dan bagian
d. Dasar pelvis
corong dan ke arah superior melekat pada dinding pelvis, yang terdiri
masing sisi, garis lingkar tempat lekat diaphragma pelvis pada dinding
14
pelvis yang berbentuk silindris, melintas di antara foramen
status sosial yang rendah, usia dan jumlah kehamilan. Betti dkk. (2017)
15
pada ukuran dan bentuk os coxae, dimana penelitiannya menunjukkan
tulang panggul yang lebih besar. Faktor penting lainnya adalah defisiensi
panggul lebih rata. Pengaruh tingkat aktivitas pada bentuk panggul juga
telah ditunjukkan oleh penelitian lain. (Musielak B et al, 2019., Betti et al,
2017)
C. Pelvimetri
rongga panggul cukup untuk dilalui janin dengan ukuran rata-rata, dalam
ketika janin lebih besar dari panggul ibu. Prediksi dari FPD dan penentuan
mode persalinan yang paling tepat tetap menjadi tantangan bagi dokter
16
pelvimetri telah dilakukan langsung pada mayat untuk menentukan
dan/atau ultrasound (US) (Perlman et al, 2018., Salk Ismail et al, 2016)
pada tingkat yang berbeda untuk tujuan deskriptif ; (Salk, Ismail et al,
adalah jarak dari tanjung sakral ke margin atas (konjugat sejati), tidak
jauh dari margin atas (konjugat obstetrik), dan margin bawah (konjugat
yakni sebagai bagian terluas dari panggul. Diameter oblik ialah garis
yang berlawanan.
Ini adalah bagian terbesar dari rongga panggul dan dibatasi oleh titik
tengah posterior dari pubis anterior, bagian atas dari dari foramen
17
tengah permukaan posterior dari pubis ke junction dari vertebra sakral
Hal ini digambarkan oleh tepi bawah pubis anterior, spina ischiadika
Dibentuk oleh dua bidang segitiga dengan basis yang sama dengan
dan kiri, diameter transversal, dan diameter sagital anterior dan posterior.
pintu keluar panggul. (C) Pengukuran konjugata vera (a), obstetrik (b), dan
pintu atas panggul (a), bidang diameter terbesar (d) dan terkecil (e), dan
18
Gambar 2.4 Pengukuran yang digunakan pada Pelvimetri
(Drake RL, 2012)
Pengukuran Pelvimetri
Jarak antara pusat promontorium sakralis dan batas atas simfisis pubis
Jarak antara pusat promontorium sakralis dan batas bawah simfisis pubis
19
Jarak Memanjang Antara tepi medial spina iskiadika dan batas medial
20
Penelitian oleh Vázquez-Barragán dkk. tahun 2016, melaporkan bahwa
rata-rata keseluruhan dari setiap diameter yang diperoleh dari 290 sampel
21
Sedangkan studi Lorenzo L dkk., 2021dalam kepustakaannya
mengatakan bahwa ukuran ACD kurang lebih 11 cm, OCD kurang lebih
10,5 cm, DCD lebih kurang 12,5 cm, ISD lebih kurang 10 cm, ITD
Indikasi Pemeriksaan
1970)
22
c. Pasien yang pemeriksaan antenatalnya menunjukkan kemungkinan
intranatal)
f. Dugaan Makrosomia
D. CT Scan Pelvis 3D
23
memungkinkan pengukuran tidak langsung dan menghargai bentuk
lebih baik, dan mengurangi dosis radiasi pada ibu dan janin. Magnetic
menjadi alternatif yang baik, penggunaan MRI tetap dibatasi oleh masalah
dimensi dari kerangka manusia dengan resolusi spasial yang sangat baik.
metode ini juga akurat, lebih sedikit memakan waktu, mudah digunakan
pada bidang pintu masuk panggul, panggul tengah, dan pintu keluar
dimana janin dapat melewatinya (Shah et al 2020., Salk Ismail et al, 2016)
24
pada pasien dengan riwayat persalinan pervaginam dan distosia terkait
25
sangat baik. Mereka menyarankan agar diameter panggul dapat diukur
sesuai dengan tinggi badan, ukuran tubuh, dan bentuk panggul. Pada
midpelvis pada kelompok usia <35 tahun secara signifikan lebih rendah
peningkatan angka operasi caesar lebih banyak pada wanita <35 tahun.
26
diameter outlet sagital dapat dikaitkan dengan kemiringan anterior basis
sakral dan fiksasi sakrum pada posisi yang lebih horizontal seiring dengan
signifikan secara statistik pada ISD sehubungan dengan usia. Hal ini
tengah tidak bergantung pada usia. Hal ini dapat dijelaskan dengan
dari arsitektur panggul pada wanita dan pria, sebuah studi CT pelvimetri,
pintu masuk dan keluar panggul bawah. Sementara rongga tengah kurang
setinggi spina iskiadika tidak tergantung pada usia. Secara umum, tren
terkait usia umum diamati pada panggul wanita dan pria, kecuali proporsi
diameter pada level spina iskiadika, yang menurun hanya pada laki-laki.
27
Untuk parameter yang terkait dengan penyakit dasar panggul, perubahan
28
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Teori
29
B. Kerangka Konsep
30
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Sudirohusodo Makassar.
2022
korelatif adalah:
31
n=¿ ¿
n=¿ ¿
n=53
Keterangan
1. Kriteria Inklusi
a. Perempuan
2. Kriteria Eksklusi
32
F. Identifikasi Variabel
berikut :
G. Definisi Operasional
a. Pelvimetrik
b. Jenis Kelamin
c. Usia
d. Konjugata Vera
33
Panjang jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium (lebih
e. Konjugata Obstetrika
L, et al 2021).
f. Konjugata Diagonal
g. Diameter Interspinosus
h. Diameter Intertuberous
i. Diameter Transversa
H. Prosedur Penelitian
34
sampel berdasarkan kriteria penelitian kemudian data di input dan dianalisis
kelayakan etik (ethical clearance) dari komisi etik penelitian biomedis pada
lembar persetujuan untuk ikut dalam penelitian secara sukarela. Bila karena
a. Analisis Univariat
b. Analisis Bivariat
Uji Pearson adalah salah satu dari beberapa jenis uji korelasi yang
berskala interval atau rasio, di mana dengan uji ini akan mengembalikan
nilai koefisien korelasi yang nilainya berkisar antara -1, 0 dan 1. Nilai -1
35
korelasi dan nilai 1 berarti ada korelasi positif yang sempurna.
36
K. Alur Penelitian
Pemeriksaan CT Scan 3D
Pengukuran Pelvimetrik
Analisis data
Hasil Penelitian
37
BAB V
HASIL PENELITIAN
pengambilan data sampel diambil melalui data rekam medis pasien yang
27%
32%
38
Berdasarkan Tabel 1.1 diketahui bahwa kategori usia 20 s/d 29 tahun atau
paling sedikit, sedangkan pada usia 40 s/d 49 tahun terdapat sampel sebanyak
Tabel 1.2 Hasil uji hubungan pelvimetri dengan usia berdasarkan hasil
pemeriksaan CT scan 3D
39
2. Hasil Uji Korelasi Spearman
bahwa korelasi antar dua variable yang saling berlawanan, sedangkan hasil
0.601
0.315
0.283 0.283
0.226
0.199
0.161
0.1
0.021 0.041
a0.003 a a l s us0.001 a
er rt ik n su ro rs
a
V e go i no e s ve
at st Di
a p Tu
b
an
ng Ob rs Tr
ju ta ta te er
n ga I n et er
Ko ga un er am et
j un nj et Di am
Ko
n Ko a m Di
Di
Dari hasil uji diatas didapatkan bahwa besarnya koefisien korelasi variable
usia dengan Konjugata vera adalah sebesar -0,0283 yang berarti terdapat
korelasi antara Konjugata vera dengan usia, hal ini dikarenakan nilai sig (2-
tailed) yang diperoleh adalah 0.003 (lebih kecil dari 0,05) Sehingga hipotesis
Dari hasil uji diatas didapatkan bahwa besarnya koefisien korelasi variable
usia dengan Konjugata Obstetrika adalah sebesar -0,283 yang berarti terdapat
korelasi antara Konjugata vera dengan usia, hal ini dikarenakan nilai sig (2-
40
tailed) yang diperoleh adalah 0.021 (lebih kecil dari 0,05) Sehingga hipotesis
Dari Hasil uji diatas diketahui bahwa nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,041
atau lebih kecil dari 0,05 sehingga diketahui bahwa ada korelasi antara usia
Dari Hasil uji diatas diketahui bahwa nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,100
atau lebih besar dari 0,05 sehingga diketahui bahwa tidak ada korelasi antara
Dari hasil uji diatas didapatkan bahwa besarnya koefisien korelasi variable
usia dengan Diameter Tuberous adalah sebesar -0,249 yang berarti terdapat
korelasi antara Konjugata vera dengan usia, hal ini dikarenakan nilai sig (2-
tailed) yang diperoleh adalah 0.001 (lebih kecil dari 0,05) Sehingga hipotesis
Dari Hasil uji diatas diketahui bahwa nilai sig. (2-tailed) sebesar 0.601atau
lebih besar dari 0,05 sehingga diketahui bahwa tidak ada korelasi antara usia
41
Tabel 1.4 Keterangan Interpretasi Uji Spearman
42
BAB VI
PEMBAHASAN
A. PEMBAHASAN
tahun memiliki diameter pinggul yang lebih sempit,selain itu wanita yang
ukuran diantara 10,7 dan 12,5 (Daghighi et al). Secara teoritis terdapat
panggul itu sendiri (Shahla et al, 2019). Hal ini memungkinkan lebih
terdapat juga penelitian yang menunjukkan bahwa suhu serta curah hujan
43
dimana penelitiannya menunjukkan bahwa individu dari lingkungan
44
BAB VII
A. Kesimpulan
usia
B. Saran
1. Penelitian ini hanya menganalisis satu jenis variable yaitu usia, saran
melahirkan
45
DAFTAR PUSTAKA
Betti, L. Human Variation in Pelvic Shape and the Effects of Climate and Past
697. doi:10.1002/ar.23542
10 th Ed.
Kjeldsen, L. L., Blankholm, A. D., Jurik, A. G., Salvig, J. D., & Maimburg, R. D.
Kolesova, O., Kolesovs, A., & Vetra, J. Age-related trends of lesser pelvic
46
study. Anatomy & Cell Biology, 2017. 50(4), 265.
doi:10.5115/acb.2017.50.4.265
Korhonen, U., Taipale, P., & Heinonen, S. (2013). Assessment of Bony Pelvis and
5. doi:10.1155/2013/763782
Laura Lorenzon & Fabiano Bini & Federica Landolfi & Serena Quinzi &
Genoveffa Balducci & Franco Marinozzi & Alberto Biondi & Roberto
Persiani & Domenico D’Ugo1 & Flavio Tirelli & Elsa Iannicelli. 3D
36:977–986. https://doi.org/10.1007/s00384-020-03802-9
Liao, K. D., Yu, Y. H., Li, Y. G., Chen, L., Peng, C., Liu, P., … Wang, Y. Three-
Mochtar R. Sinopsis obstetric. 3nd ed, Jakarta :EGC 2011; 81-86, 359-364
Musielak B, Kubicka AM, Rychlik M, et al. Variation in pelvic shape and size in
doi:10.7717/peerj.6433
birth canal: correlation between the pubic arch angle, the interspinous
47
Safitri, Widayanti Ratna. "Analisis Korelasi Pearson Dalam Menentukan
Salk, Ismail., Ali Cetin, Sultan Salk, Meral Cetin. Pelvimetry by Three-
Shah, Ritest K., Desai, Jalpa N, Upadhyay, Ajay R. A study of lesser pelvic
313–316. dx.doi.org/10.22317/jcms.12201904
Bumi Aksara.
48
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Tarsito, Bandung
95022016000100043
49