Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS TANTANGAN DAN KEEFEKTIVAN PENDIDIKAN ANTIKORUPSI

PDI-P DALAM MENYARING KADER YANG BERINTEGRITAS

Muhammad Luthfi Maulana (30423078)


Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, Universitas
Islam Negeri KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan, Indonesia
maulanaluthfi316@gmail.com

Abstrak
Artikel ini membahas kompleksitas isu korupsi di Indonesia dengan fokus pada upaya Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi.
Korupsi di Indonesia dianggap kritis, dan peran partai politik, terutama PDI-P, dalam
menanggapi dan mencegahnya menjadi sorotan utama. Meskipun PDI-P telah
mengimplementasikan langkah-langkah seperti pendidikan politik antikorupsi, reformasi
birokrasi, dan penerapan kode etik, masih terdapat kader partai yang terjerat kasus korupsi.
Analisis mencakup peran partai politik sebagai penyalur hubungan antara masyarakat dan
kekuasaan, dengan fokus pada PDI-P sebagai studi kasus. PDI-P memiliki sekolah partai yang
menawarkan pendidikan politik dan telah melakukan reformasi birokrasi untuk meningkatkan
integritas kader. Meskipun demikian, efektivitas upaya ini dipertanyakan mengingat masih
tingginya angka kader PDI-P terlibat korupsi.
Kata Kunci: Korupsi, Partai Politik, PDI-P, Pendidikan Antikorupsi
Abstract
This article discusses the complexity of the issue of corruption in Indonesia with a focus on the
efforts of the Indonesian Democratic Party of Struggle (PDI-P) in preventing and eradicating
corruption. Corruption in Indonesia is considered critical, and the role of political parties,
especially PDI-P, in responding to and preventing it is in the spotlight. Even though PDI-P has
implemented steps such as anti-corruption political education, bureaucratic reform, and the
implementation of a code of ethics, there are still party cadres who are caught in corruption
cases. The analysis covers the role of political parties as conduits of relations between society
and power, with a focus on PDI-P as a case study. PDI-P has a party school that offers political
education and has carried out bureaucratic reforms to improve cadre integrity. However, the
effectiveness of this effort is questionable considering the high number of PDI-P cadres
involved in corruption.
Keywords: Corruption, Political Parties, PDI-P, Anti-Corruption Education

PENDAHULUAN

Mencari sebuah kejujuran adalah hal yang sulit, jika mencarinya di Indonesia. Hal ini
merujuk pada maraknya tindak pidana korupsi yang terjadi di negara ini. Transparency
International mendefinisikan korupsi sebagai tindakan tidak wajar dan tidak sah yang
dilakukan oleh pejabat publik, termasuk politikus dan pegawai negeri yang bertujuan
memperkaya diri sendiri maupun orang-orang yang mempunyai hubungan terkait dengan
dirinya.1 Oleh karenanya, korupsi dapat disimpulkan sebagai kegiatan penyalahgunaan
kekuasaan publik yang dilakukan oleh pihak pemangku kekuasaan atau pemangku jabatan.
Merujuk pada definisi tersebut, secara harfiah korupsi dapat diartikan sebagai tindakan
pencurian, perampasan, maupun suatu perbuatan ketidakjujuran. Korupsi yang ada di
Indonesia sedang di tahap kritis atau memerlukan tindakan segera karena banyaknya kasus,
mulai dari pejabat legislatif sampai pejabat eksekutif.

Dilihat dari latar belakang Indonesia yang merupakan negara demokrasi, yang mana
pengisian kekuasaan dilakukan dengan cara-cara demokrasi. Maka, jika para pejabat yang
menduduki posisi berasal dari partai politik yang berpartisipasi dalam pemilihan umum terlibat
dalam tindakan korupsi, seharusnya partai politik tersebut bertanggung jawab atas tindakan
anggotanya. Minimalnya, partai politik seharusnya memiliki sistem internal untuk mencegah
korupsi dan mengambil langkah-langkah untuk memberantasnya. Upaya pencegahan merujuk
pada langkah-langkah yang diambil dalam rangka mencegah terjadinya tindak pidana korupsi
atau tindak pidana yang terkait.2 Dengan demikian, upaya pencegahan menjadi kunci strategis
dalam mengurangi risiko dan melindungi integritas serta keberlanjutan sistem pencegahan
tindak pidana korupsi.

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDI-P ialah salah satu dari sekian banyak
partai di Indonesia yang memberikan pelajaran terhadap kader-kadernya mengenai pendidikan
antikorupsi. PDI-P secara tegas menyatakan perangnya terhadap korupsi. Oleh karenanya,
dalam sekolah partai yang mereka bentuk guna membentuk dan mencetak kader yang
berkualitas, mereka memasukkan materi pendidikan antikorupsi untuk membentuk kader yang
memiliki rasa integritas yang tinggi. PDI-P juga sadar akan perspektif masyarakat Indonesia
yang memandang DPR, merupakan salah satu lembaga terkorup di Indonesia. Bahkan, menurut
laporan dari Transparency International Indonesia (TII), masyarakat Indonesia menganggap
bahwa aktor terkorup di Indonesia adalah politisi dari partai politik.3

1
Anas Salahudin, Pendidikan Anti Korupsi (Bandung: Pustaka Setia, 2018), hlm. 32.
2
Bambang Waluyo, Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi: Strategi dan Optimalisasi (Jakarta: Sinar
Grafika, 2016), hlm. 38.
3
Maria Silvya E. Wangga, "Pertanggungjawaban Pidana Partai Politik sebagai Badan Hukum dalam
Tindak Pidana Korupsi", Integritas: Jurnal Antikorupsi (1), No. 2, (Jakarta: 2018), hlm. 257.
Namun, dari praktek yang ada, menarik untuk dilihat ketika banyak pula kader PDI-P
yang tetap terjerat kasus korupsi. Efektivitas dari pendidikan antikorupsi yang dilakukan oleh
PDI-P pun perlu dipertanyakan. Kemudian, sebagai pembanding menarik pula untuk
membandingkannya dengan partai lain yang tidak memiliki sistem birokrasi kepartaian seperti
PDI-P. Walaupun seharusnya, dengan sistem birokrasi kepartaian yang matang serta memiliki
sistem pendidikan partai yang mencetak kader berintegritas tinggi, tingkat korupsi politisi PDI-
P tidak sepatutnya setinggi partai yang lainnya.

Dalam konteks yang telah dijelaskan, penulis bertujuan untuk mengulas permasalahan
korupsi di Indonesia. Peran partai politik dalam upaya memberantas korupsi juga menjadi
fokus analisis, mengingat partai politik memiliki peran krusial sebagai garda terdepan dalam
mencegah tindak pidana korupsi. Dalam hal ini, perhatian khusus diberikan pada PDI-P yang
dikenal memiliki sistem pendidikan antikorupsi. Pentingnya menganalisis efektivitas
pendekatan ini diperkuat oleh kenyataan bahwa masih ada banyak politisi dari PDI-P yang
terlibat dalam kasus korupsi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
konten analisis, dengan fokus pada berbagai informasi tertulis yang berkaitan dengan
pendidikan antikorupsi dan upaya PDI Perjuangan dalam pencegahan dan pemberantasan
korupsi.

PEMBAHASAN

Partai politik sebagai badan hukum mempunyai peranan penting tersendiri dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya dalam penegakan korupsi di Indonesia.
Terlebih lagi jika dilihat dari fungsinya, partai politik berperan sebagai penghubung antara
masyarakat dan kekuasaan. Proses-proses pengambilan keputusan negara juga seringkali
melibatkan keterlibatan partai politik. Intervensi partai politik dalam pengambilan keputusan
negara bisa dilakukan melalui komunikasi ketua partai kepada presiden, maupun penyampaian
aspirasi seorang politisi pada lembaga legislatif, dalam hal ini DPR. Cara-cara tersebut
dimaksudkan untuk mendapatkan simpati maupun dukungan dari masyarakat secara masif.
Pemaparan tersebut sejalan dengan pendapat Sigmun Neuman, yang menyatakan bahwa partai
politik ialah sebagai organisasi yang bergerak pada kegiatan politik dalam rangka menguasai
suatu pemerintahan serta merebut simpati ataupun dukungan dari rakyat atas dasar persaingan
dengan golongan lain yang berbeda pandangan.4

Dengan berdasar pengertian tersebut, partai politik sebagai penyalur hubungan antara
masyarakat dan kekuasaan seharusnya menunjukkan contoh yang luhur dan bukan
menampakkan sisi negatif. Partai politik secara tidak langsung memiliki tanggung jawab
moral, karena kerap kali pemangku jabatan baik di level legislatif maupun eksekutif berasal
dari partai politik. Dalam hal ini, partai politiklah sebagai pencipta atau produser politisi-
politisi yang mewakili rakyat dalam pengisian jabatan kekuasaan. Relasi antara politisi dengan
partai politiknya pun tidak hanya sekedar politis. Lebih dari itu, partai politik sejatinya
memiliki peran strategis dalam mencerdaskan bangsa melalui pendidikan politik.5 Namun pada
prakteknya, hal ini tidak dioptimalkan dengan baik oleh partai politik yang ada dengan
membuat sebuah sistem kelembagaan pendidikan anti korupsi.

Dari sekian banyaknya kasus korupsi yang terjadi di Indonesia, dalam data KPK pada
tahun 2018 di kuartal ketiga sebanyak 35-87% tersangka merupakan seorang politisi dari partai
politik. Hal ini menunjukan lemahnya integritas dari sebuah partai politik di Indonesia.
Penyebab utama dari tingginya angka seorang politisi menjadi tersangka ialah lemahnya sanksi
etis dan moral dari sebuah partai politik ketika seorang kadernya melakukan korupsi. Selain
itu, minimnya transparansi pendanaan partai juga salah satu faktor utamanya. Dari dua variabel
tersebut, faktor ketiga yang menjadi penyebab paling utamanya ialah rekruitmen kader dari
partai politik itu sendiri.6 Jika seorang kader dari salah satu partai politik terjerat kasus,
masyarakat cenderung mempertanyakan integritas politikus terkait melalui sistem rekruitmen
partai politiknya.

Hal tersebut pada akhirnya yang dilihat oleh PDI-P. Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan pada akhirnya merombak birokrasi internal partainya dan membenahi sistem-
sistem yang ada, hingga sistem rekruitmen kadernya guna menciptakan kader yang
berintegritas dalam upaya pemberantasan kasus korupsi. Dalam menentukan posisi pemangku
jabatan, PDI-P melakukan proses penjaringan yang ketat dengan peserta yang dianggap bisa
bekerja kolektif dengan partai serta mempunyai pengalaman yang baik dan kapabilitas

4
Erlanda Juliansyah Putra, Gagasan Pembubaran Partai Politik Korup di Indonesia (Depok: PT
Rajagrafindo Persada, 2017), hlm. 17.
5
Mirza Satria Buana (dkk), "Paradigma Pendidikan Politik Antikorupsi dan Kesetaraan Gender di Partai
Politik", Integritas: Jurnal Antikorupsi (7), No. 1, (Jakarta: 2021), hlm. 25-26.
6
Mirza Satria Buana (dkk), "Paradigma Pendidikan Politik Antikorupsi dan Kesetaraan……hlm. 26.
kepemimpinan yang sudah teruji di level masyarakat.7 Langkah-langkah reformasi birokrasi
diambil oleh PDI-P, dengan harap partai ini dapat menjadi kekuatan politik yang lebih
transparan, efisien, dan memiliki kader-kader terbaik untuk mewujudkan tujuan pemberantasan
korupsi. Dalam hal ini, secara tidak langsung PDIP telah melakukan tanggung jawabnya
terhadap pendidikan politik pada masyarakat.

PDI-P secara tegas pada AD/ART-nya menyatakan perlawanannya terhadap korupsi.


Bahkan, AD/ART yang mereka dasarkan pada semangat Bung Karno memuat poin kaderisasi
dalam pendidikan politik, kaderisasi partai, sekolah politik, hingga komunitas juang.8
Keseluruhan program tersebut merupakan bentuk komimen PDI-P dalam penentangan
terhadap korupsi. Lebih lanjut, jika terdapat kader yang terjerat korupsi, itu adalah sebuah
bentuk pengingkaran terhadap Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Politisi PDI-P yang
melakukan korupsi dianggap telah ingkar dan tidak patuh terhadap arahan ketua umum, lebih
lanjut arahan partai.9 Kepatuhan terhadap ketua umum ini merupakan bentuk dari pendidikan
politik antikorupsi secara tersirat dari PDI-P.

Disiplin partai yang diterapkan oleh PDI-P terbilang cukup tinggi. PDI-P dengan teguh
dan tegas dalam penerapan kedisiplinan pada segala perilaku kepartaiannya. Tingginya angka
kader PDI-P yang terjerat korupsi membuat partai ini menjadi semakin ketat dalam penerapan
kode etik dan disiplin pada setiap kadernya. Setiap anggota partai berkewajiban menjalankan
tanggung jawabnya dalam menegakkan kode etik dan disiplin partai yang ada sebagai bentuk
kepatuhan terhadap partai. Garis besar kode etik partai PDI-P ialah menitik beratkan segalanya
pada kepentingan umum dibanding kepentingan pribadi. Sehingga, para kader PDI-P
diharapkan dapat menjalankan tugasnya pada lingkup kemasyarakatan dengan baik dan
menjaga nama baik partai dengan cara menjaga keintegritasan dirinya.

Secara rinci, substansi kode etik PDI-P berisikan peraturan-peraturan yang


mengarahkan para kader untuk menghindari tindak pidana korupsi. Intisari yang termuat dalam
kode etik seperti, tidak mencampuri urusan pribadi, mencegah terjadinya penyelewengan,
menolak segala bentuk suap (baik melalui secara langsung maupun melalui perantara kerabat),

7
Melky J. Pangemanan (dkk), "Rekrutmen Calon Kepala Daerah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
Di Kabupaten Minahasa Utara", Society: Jurnal Ilmu Sosial & Pengelolaan Sumberdaya Pembangunan (1), No.
24, (Manado: 2016), hlm. 14.
8
Mirza Satria Buana (dkk), "Paradigma Pendidikan Politik Antikorupsi dan Kesetaraan……hlm. 31.
9
Ayu Yuriska, “UPAYA PDI PERJUANGAN DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN
KORUPSI KEPALA DAERAH,” Skripsi Sarjana Sosial (Jakarta: Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2020), hlm. 71.
hingga berperilaku sederhana dan santun agar bisa menjadi suri tauladan bagi masyarakat.10
Secara tidak langsung, PDI-P menerapkan pendidikan antikorupsinya pada substansi yang
termuat pada kode etik dan disiplin partai. Hal ini menunjukkan komitmen kuat dalam
pemberantasan korupsi dari PDI-P.

Sekolah partai PDI-P dibentuk sebagai implementasi dari tanggung jawab dan peran
dalam memberikan pendidikan politik, dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, hak,
dan tanggung jawab anggota partai dalam konteks kehidupan bersosial, berbangsa, dan
bernegara.11 Melalui pendidikan politik di sekolah partai, anggota partai diharapkan dapat lebih
memahami hak-hak dan kewajiban mereka dalam konteks masyarakat, negara, dan bangsa,
sehingga mampu berkontribusi secara positif dalam pembangunan dan kepemimpinan.
Program pendidikan ini bertujuan untuk menciptakan kader partai yang tidak hanya kompeten
secara politik, tetapi juga memiliki integritas dan kesadaran moral yang tinggi, sehingga dapat
memperkuat peran partai dalam memajukan kehidupan politik dan sosial di masyarakat.
Sehingga, hasilnya diharapkan anggota partai dapat menjadi agen perubahan yang berkualitas,
memiliki wawasan luas, serta siap mengemban tugas politik dengan penuh tanggung jawab.

Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa upaya PDI-P dalam pengentasan
korupsi dalam internal partainya ada tiga aspek utama. Kode etik dan disiplin partai menjadi
salah satu upaya pencegahan tahap awal pada para kader. Kemudian, proses rekruitmen yang
ketat dan terawasi sehingga kader yang terjaring akan terjamin indeks integritasnya.
Selanjutnya, sekolah partai sebagai bentuk pertanggungjawaban partai dari sebuah pendidikan
politik. PDI-P dalam hal ini sadar akan persepsi masyarakat terhadap partai politik yang ada di
Indonesia. Masyarakat cenderung memandang setiap partai politik perlu andil bertanggung
jawab pada pelanggaran terhadap ketentuan hukum dan perundang-undangan yang dilakukan
oleh kader parpol. Teori ini juga sering disebut dengan teori strict.12

Masyarakat di Indonesia memiliki anggapan kritis bahwasanya menyatakan partai


politik tidak bertanggung jawab atas tindak pidana korupsi yang melibatkannya jelas
bertentangan dengan prinsip dan norma hukum.13 Upaya yang dilakukan PDI-P sudah terbilang
bagus dengan adanya pendidikan politik antikorupsi yang dilakukannya. Hanya saja, sistem

10
Ayu Yuriska, “UPAYA PDI PERJUANGAN DALAM PENCEGAHAN DAN PEMB……hlm. 51.
11
Ayu Yuriska, “UPAYA PDI PERJUANGAN DALAM PENCEGAHAN DAN PEMB……hlm. 65.
12
Zainal Arifin Mochtar, "PERTANGGUNGJAWABAN PARTAI POLITIK YANG MELAKUKAN
TINDAK PIDANA KORUPSI", Mimbar Hukum (31), No. 2, (Yogyakarta: 2019), hlm. 160.
13
Agil Oktaryal dan Proborini Hastuti, "Desain Penegakan Hukum Korupsi Partai Politik di Indonesia",
Integritas: Jurnal Antikorupsi (7), No. 1, (Jakarta: 2021), hlm. 13.
yang dimiliki PDI-P ini tidak tersosialisasikan dengan baik, sehingga kerapkali masyarakat
memandang partai ini cenderung sebelah mata. Mengingat, PDI-P merupakan partai penguasa
dan beberapa kali kadernya masih ada yang terjerat kasus korupsi.

Efektivitas sistem pendidikan politik antikorupsi dari PDI-P pun pada akhirnya
dipertanyakan. Dengan sistem birokrasi kepartaian yang baru, PDI-P seharusnya sudah satu
langkah lebih maju dari partai politik lainnya di Indonesia yang belum menerapkan sistem
serupa. Namun, dilihat dari data Indonesian Corruption Watch (ICW) pada periode 2014-2019,
PDI-P berada pada posisi ketiga teratas dalam menyumbangkan kader korupsi pada kawasan
legislatif dengan 2 politisi. Hal ini sangat berbanding jauh dengan Partai Golkar yang
menyumbangkan 8 politisinya sehingga menduduki posisi pertama pada penyumbang kader
korupsi. Sedangkan jika dilihat dari sisi keaktifan keanggotaan dewan, ketika ditotal secara
keseluruhan Partai Golkar tetap menjadi partai dengan penyumbang kader korupsi terbanyak
dengan angka 52 politisi. Sedangkan PDI-P berada di posisi nomor dua dengan angka 34
politisi.14

KESIMPULAN

Kompleksitas isu korupsi di Indonesia memang menjadi permasalahan serius.


Meskipun PDI-P secara tegas menyatakan perlawanannya terhadap korupsi dan telah
melakukan langkah-langkah seperti pendidikan politik antikorupsi dan reformasi internal,
kenyataannya masih terdapat kader-kader partai yang terjerat dalam kasus korupsi. Hal ini
menunjukkan bahwa upaya PDI-P belum sepenuhnya efektif dalam mencegah dan
memberantas korupsi di internal partainya. Meskipun demikian, perlu diakui bahwa langkah-
langkah seperti penerapan kode etik dan disiplin partai, proses rekruitmen yang ketat, serta
pendidikan politik antikorupsi dan pendidikan politik melalui sekolah partai adalah langkah-
langkah yang positif dalam meningkatkan integritas kader-kader politik.

Pada akhirnya, partai politik berperan penting dalam pencegahan dan pemberantasan
korupsi di Indonesia. Partai politik tidak hanya menjadi lembaga yang mengajukan kandidat
dalam pemilihan umum, tetapi juga memiliki tanggung jawab moral dan politik terhadap
integritas dan perilaku anggotanya. Meskipun masih terdapat tantangan dan pertanyaan terkait

14
ICW, "Evaluasi DPR 2014-2019: Periode Minim Prestasi, Penuh Kontroversi," 7 April 2019,
(https://antikorupsi.org/sites/default/files/siaran_pers_icw_-_evaluasi_dpr_2014-2019_0.pdf), Diakses tanggal
14 Desember 2023.
efektivitas langkah-langkah yang diambil, upaya PDI-P memberikan contoh bahwa partai
politik dapat aktif terlibat dalam menciptakan kader-kader yang memiliki kesadaran moral
tinggi dan berkomitmen melawan korupsi. Dengan meningkatnya transparansi, akuntabilitas,
dan pendidikan politik yang lebih efektif, partai politik dapat menjadi agen perubahan yang
lebih kuat dalam mendorong integritas dan pemberantasan korupsi di tingkat nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Buana, Mirza Satria dkk. "Paradigma Pendidikan Politik Antikorupsi dan Kesetaraan Gender
di Partai Politik". Integritas: Jurnal Antikorupsi, Vol. 7, No. 1. (2021): 23-42.
ICW. "Evaluasi DPR 2014-2019: Periode Minim Prestasi, Penuh Kontroversi".
Antikorupsi.org, 7 April 2019, Diakses 14 Desember 2023,
https://antikorupsi.org/sites/default/files/siaran_pers_icw_-_evaluasi_dpr_2014-
2019_0.pdf
Mochtar, Zainal Arifin. "PERTANGGUNGJAWABAN PARTAI POLITIK YANG
MELAKUKAN TINDAK PIDANA KORUPSI". Mimbar Hukum, Vol. 31, No. 2.
(2019): 158-173.
Oktaryal, Agil dan Proborini Hastuti. "Desain Penegakan Hukum Korupsi Partai Politik di
Indonesia". Integritas: Jurnal Antikorupsi, Vol. 7, No. 1. (2021): 1-22.
Pangemanan, Melky J dkk. "Rekrutmen Calon Kepala Daerah Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan Di Kabupaten Minahasa Utara". Society: Jurnal Ilmu Sosial &
Pengelolaan Sumberdaya Pembangunan, Vol. 1, No. 24. (2016): 1-18.
Putra, Erlanda Juliansyah. 2017. Gagasan Pembubaran Partai Politik Korup di Indonesia.
Depok: PT Rajagrafindo Persada.
Salahudin, Anas. 2016. Pendidikan Anti Korupsi. Bandung: Pustaka Setia.
Waluyo, Bambang. 2016. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi: Strategi dan Optimalisasi.
Jakarta: Sinar Grafika.
Wangga, Maria Silvya E. "Pertanggungjawaban Pidana Partai Politik sebagai Badan Hukum
dalam Tindak Pidana Korupsi". Integritas: Jurnal Antikorupsi, Vol.1, No. 2. (2018):
255-278.
Yuriska, Ayu. 2013. UPAYA PDI PERJUANGAN DALAM PENCEGAHAN DAN
PEMBERANTASAN KORUPSI KEPALA DAERAH. Skripsi. Jakarta. UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai