Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KOMUNIKASI TERAPEUTIK KEPERAWATAN


(KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA ANAK)

Dosen Pembimbing: Arlina Dhian Sulistyowati, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun oleh:
1. Aziz Kurniawan (202301046)
2. Damar Ranu Wirasto (202301047)
3. Dea Putri Maharani (202301048)
4. Syahdan Adi Kharisma (202301074)

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMMADIYAH KLATEN
2023

PAGE \* MERGEFORMAT 2
Kata Pengantar
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Komunikasi terapeutik pada anak” untuk memenuhi tugas kelompok mata kulia
h Komunikasi Terapeutik Keperawatan.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari anggota k
elompok yang dengan tulus memberikan bantuan, saran, dan kritik sehingga makalah ini d
apat terselesaikan.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Arlina Dhian Sulis
tyowati, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen mata kuliah pemenuhan Komunikasi
Terapeutik Keperawatan yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah
wawasan mengenai kebersihan dan perawatan diri.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurn
a dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun d
ari berbagai pihak.

Klaten, 16 Maret 2024

PAGE \* MERGEFORMAT 2
Daftar Isi

Cover i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii

BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Tujuan 4
1.3 Rumusan Masalah 4

BAB II PEMBAHASAN 5
2.1 Definisi Komunikasi Terapeutik Keperawatan 5
A. Definisi Komunikasi Terapeutik Pada Anak 5
B. Prinsip Prinsip Komunikasi Terapeutik Pada Anak 5
C. Tahap Perkembangan Komunikasi Terapeutik Pada Anak 6
D. Teknik Teknik Komunikasi Terapeutik 8
E. Hambatan Komunikasi Terapeutik Pada Anak 9

BAB III PENUTUP 10


3.1 Kesimpulan 10
3.2 Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 11

PAGE \* MERGEFORMAT 2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PerawatanKomunikasi sebagai alat utama perawat dalam menyampaikan
empati, rasa hormat dan regimen keperawatan pada anak dan keluarga.
Komunikasi efektif juga merupakan hal yang sangat penting dan kunci suksesnya
pemberian asuhan keperawatan/ ketaatan pada regimen keperawatan. Penelitian
telah menunjukkan bahwa komunikasi efektif yang berpusat pada pasien dan
keluarga, mampu meningkatkan kepuasan pasien (Griffith et al., 2003; Little et
al., 2001). Penelitian lain juga melaporkan bahwa ketaatan pasien terhadap
regimen keperawatan meningkat dengan peningkatan komunikasi antara perawat
- pasien - keluarga. Ketaatan pasien dan keluarga terhadap terapi yang telah
direncanakan meningkatkan pencapain hasil perawatan (Arora, 2003) yang pada
akhirnya mampu menurunkan biaya perawatan pasien
(Ahrens et al, 2003).
Komunikasi merupakan suatu bentuk kegiatan dua arah (dialog/trialog)
dan tidak hanya meliputi kata – kata verbal melainkan juga mencakup bentuk –
bentuk komunikasi non-verbal antara lain mimik wajah dan gerak tubuh/gesture.
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan anak.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui pengertian komunikasi terapeutik pada anak.
2. Mengetahui prinsip-prinsip komunikasi terapeutik pada anak.
3. Mengetahui komunikasi terapeutik pada anak sesuai tahap perkembangan.
4. Mengetahui strategi dalam berkomunikasi pada anak.
5. Mendapatkan informasi tentang hambatan yang terjadi pada saat
berkomunikasi pada anak.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan komunikasi terapeutik pada anak?
2. Apakah prinsip komunikasi pada anak?
3. Apa saja komunikasi terapeutik pada anak sesuai tahap perkembangan?
4. Bagaimanakah strategi atau tekhnik dalam berkomunikasi pada anak?
5. Apa saja hambatan yang terjadi pada saat berkomunikasi pada anak?

PAGE \* MERGEFORMAT 2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Komunikasi Terapeutik Keperawatan


A. Definisi
Komunikasi adalah kontak atau hubungan atau penyampaian berita ata
u penerimaan berita yang dilakukan oleh 2 orang atau lebih yang memungkink
an pesan atau berita itu bisa diterima atau dipahami. Dalam melakukan komun
ikasi pada anak perawat perlu memperhatikan berbagai aspek diantaranya adal
ah usia tumbuh kembang anak, cara berkomunikasi dengan anak, metode dala
m berkomunikasi dengan anak tahapan atau langkah-langkah dalam melakuka
n komunikasi dengan anak serta peran orang tua dalam membantu proses kom
unikasi dengan anak sehingga bisa didapatkan informasi yang benar dan akura
t.
Pendekatan komunikasi kesehatan diturunkan dari disiplin ilmu melipu
ti pemasaran sosial, antropologi, analisis prilaku, periklanan, komunikasi pend
idikan, serta ilmu-ilmu sosial yang lain. Hal ini saling melengkapi, saling tukar
menukar, prinsip dan tekhnik umum satu sama lain sehingga masing-masing
memberikan sumbangan yang unik bagi metodeologi komunikasi kesehatan.
Menyampaikan sikap komuniksi meru- pakan sesuatu apa yang harus
dilakukan dalam komunikasi baik secara verbal maupun non verbal.

B. Prinsip Prinsip Untuk Berkomunikasi


a. Sesuai dengan tumbuh kembang.
Pada saat berkomunikasi dengan anak, perawat perlu memperhatikan t
ahapan tumbuh kembang anak karena anak memiliki kemampuan yang berbed
a untuk komunikasi sesuai dengan tahapan tumbuh kembangnya.
b. Memandang anak secara holistik
Ketika berkomunikasi dengan anak, perawat perlu memandanganak se
cara holistic. Misalnya ketika sakit, anak tidak hanya sakitsecara fisik melaink
an juga dapat akit secara psikososial (karenaperpisahan/kehilangan teman).
c. Positif dan mengutamakan kekuatan (strengh-based-aproach)
Mengunggulkan kekuatan atau kelebihan anak adalah penting agaranak
merasa adekuat saat dirawat di rumah sakit.
d. Mampu memenuhi kebutuhan anak termasuk anak dengan
disabilitas/ketidak mampuan yang lain
Selain anak memiliki tahapan tumbuh kembang yang spesifik,beberapa
anak mungkin memiliki keterbatasan yang dapat mengganggu proses komunik
asi. Perawat perlu memperhatikan hambatan ini supaya dapat menyiapkan/me
mfasilitasi proses komunikasi agar lebih efektif.

PAGE \* MERGEFORMAT 2
C. Tahap Perkembangan Komunikasi Terapeutik Pada Anak
a. Masa Bayi
Bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya dengan ka
ta-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi lebih banyak menggunakan
komunikasi nonverbal. Pada saat lapar, haus, basah, dan perasaan tidak nyama
n lainnya, bayi hanya bisa mengekspresikannya dengan cara menangis. Walau
pun demikian, sebenarnya bayi dapat merespon terhadap tingkah laku orang d
ewasa yang berkomunikasi dengannya secara nonverbal, misalnya memberika
n sentuhan, mendekap, menggendong, dan berbicara dengan lemah lembut.
Ada beberapa respon nonverbal yang biasa ditunjukkan bayi, misalnya
menggerakkan badan, tangan, dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi usia
kurang dari 6 bulan sebagai cara menarik perhatian orang. Stranger anxietyata
u cemas dengan orang asing yang tidak dikenalnya adalah ciri prilaku pada ba
yi usia lebih dari 6 bulan, dan perhatiannya berpusat pada dirinya dan ibunya.
Oleh karena itu, perhatikan saat berkomunikasi dengannya. Jangan langsung i
ngin menggendong atau memangkunya karena bayi akan merasa takut. Lakuka
n komunikasi terlebih dahulu dengan ibunya dan atau dengan mainan yang dip
egangnya. Tunjukkan bahwa kita ingin membina hubungan yang baik dengann
ya dan ibunya.

b. Masa Balita (1-5 tahun)


Karakteristik anak usia balita ( terutama anak usia dibawah 3 tahun / to
ddler) merupakan sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai perasaan
takut pada ketidak tahuannya sehingga anak perlu diberitahu tentang apa yang
akan terjadi padanya. Misalnya pada saat akan diukur suhu, anak akan merasa
takut melihat alat yang akan ditempelkan pada tubuhnya. Oleh karena tiu, jelas
kan bagaimana anak akan merasakannya. Beri kesempatan padanya untuk me
megang thermometer sampai dia yakin bahwa alat tersebut tidak berbahaya un
tuknya. Dari aspek bahasa, anak belum mampu berbicara secara fasih. Oleh ka
rena itu saat menjelaskan gunakan kata-kata sederhana, singkat, dan gunakan i
stilah yang dikenalnya. Posisi tubuh yang baik saat bicara dengannya adalah jo
ngkok, duduk di kursi kecil, atau berlutut sehingga pandangan mata kita akan s
ejajar dengannya.
Satu hal yang akan mendorong anak untuk meningkatkan kemampuan
dalam berkomunikasi adalah dengan memberikan pujian atas apa yang telah di
capainya atau ditunjukkannya terhadap perawat dan orangtuanya. Perawat sud
ah harus konsisten dalam berkomunikasi secara verbal maupun nonverbal. Jadi
jangan tertawa atau tersenyum saat melakukan tindakan yang menimbulkan ra
sa nyeri pada anak misalnya diambil darah, dipasang infus, dan lain-lain.

c. Anak Usia (5-8 tahun) atau Tahap Pra Sekolah


Anak usia ini sangat peka terhadap stimulus yang dirasakannya akan m
engancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila perawat akan melakuk
PAGE \* MERGEFORMAT 2
an suatu tindakan ia akan bertanya apa yang dilakukan, untuk apa, dan bagaim
ana cara dilakukan? Anak membutuhkan penjelasan atas pertanyaannya. Guna
kan bahasa yang dapat dimengerti anak dan berikan contoh yang jelas sesuai d
engan kemampuan kognitifnya.

d. Anak Usia (8-12 tahun) atau Tahap Sekolah


Nnak usia sekolah sudah lebih mampu berkomunikasi dengan orang de
wasa. Perbendaharaan kata sudah lebih banyak dikuasai dan anak sudah mamp
u berpikir secara konkret. Apabila akan melakukan tindakan, perawat dapat m
enjelaskan dengan mendemonstrasikan pada mainan anak. Misalnya bagaiman
a perawat akan menyuntik diperagakan terlebih dahulu pada bonekanya.
Teknik yang dapat digunakan :
 Gunakan kata sederhana yang spesifik
 Jelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak
 Jelaskan arti fungsi dan prosedur tindakan
 Jangan menyakiti atau mengancam

e. Tahap Usia Remaja


Fase remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju mas
a dewasa. Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukan dengan
kemampuan berdiskusi dan sudah mulai berpikir secara konseptual, sudah mul
ai menunjukkan perasaan malu, pada anak usia ini sering kali merenung kehid
upan tentang masa depan yang direfleksikan lewat komunikasi. Pola pikir dan
tingkah lakunya merupakan peralihan dari anak-anak menjadi orang dewasa ju
ga. Anak harus diberi kesempatan untuk belajar memecahkan masalah secara
positif.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau
curah pendapat pada teman sebaya atau orang dewasa yang ia percaya, termas
uk perawat yang selalu bersedia menemani dan mendengarkan keluhannya. H
argai identitas diri dan harga dirinya, hindari perkataan/pertamyaan yang dapat
menyinggung harga diri, menimbulkan rasa malu dan kerahasiaan dalam komu
nikasi mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan merupakan masa tr
ansisi dalam bersikap dewasa. beri dukungan atas hal yang telah dicapainya se
cara positif dengan selalu memberikan reinforcement positif. Teknik yang
dapat digunakan :
 Berdiskusi atau curah pendapat sama teman sebaya.
 Hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa
malu.
 Jaga kerahasiaan dalam komunikasi (masa transisi dalam
bersikap dewasa).

PAGE \* MERGEFORMAT 2
D. Teknik Teknik Komunikasi Terapeutik yang Dapat diterapkan Pada
Anak
a. Melalui orang lain atau pihak ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuh
kan kepercayaan diri anak, dengan menghindari secara langsung berkomunika
si dengan melibatkan orang tua secara langsung yang sedang berada di sampin
g anak. Selain itu dapat digunakan cara dengan memberikan komentar tentang
mainan, baju yang sedang dipakainya serta hal lainnya, dengan catatan tidak la
ngsung pada pokok pembicaraan.
b. Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat muda
h diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang
disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, yang da
pat diekspresikan melalui tulisan maupun gambar.
c. Memfasilitasi
Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini eksp
resi anak atau respon anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam memfasilitasi
kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi
anak harus diberikan respons terhadap pesan yang disampaikan melalui mende
ngarkan dengan penuh per- hatian dan jangan merefleksikan ungkapan negatif
yang menunjukkan kesan yang jelek pada anak.
d. Bibliografi
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengeks
presikan perasaan, dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai den
gan pesan yang akan disampaikan kepada anak.
e. Meminta untuk menyebutkan keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan mem
inta anak untuk menyebutkan keinginandapat diketahui berbagai keluhan yang
dirasakan anak dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikira
n anak pada saat itu.
f. Pilihan pro dan kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam nan menentuk
an atau mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pasa situas
i yang menunjukkan pilihan yang positif dan negatif sesuai dengan pendapat a
nak.
f. Penggunaan skala
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan
perasaan sakit pada anak seperti peng- gunaan perasaan nyeri, cemas, sedih da
n lain-lain, dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan sakit
nya.
h. Menulis
Melalui cara ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada ke
adaan sedih, marah atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada anak yan
g jengkel, marah dan diam. Cara ini dapat dilakukan apabila anak sudah memil
iki kemampuan untuk menulis.

PAGE \* MERGEFORMAT 2
i. Menggambar
Seperti halnya menulis menggambar pun dapat digunakan untuk meng
ungkapkan ekspresinya, perasaan jengkel, marah yang biasanya dapat diungka
pkan melalui gambar dan anak akan mengungkapkan perasaannya apabila pe-
rawat menanyakan maksud dari gambar yang ditulisnya.
j. Bermain
Bermain alat efektif pada anak dalam membantu berkomu- nikasi, mel
alui ini hubungan interpersonal antara anak, perawat dan orang di sekitarnya d
apat terjalin, dan pesan- A pesan dapat disampaikan

E. Hambatan Komunikasi Terapeutik Pada Anak


a. Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikas
i pada anak. misalnya ketika ada bencana alam seperti gempa pasti komunikasi
untuk anak – anak akan terlihat panik karena ketakutan.
b. Hambatan Sosio Antro Psikologis
Proses komunikasi berlangsung dalam konteks situasional (situational c
ontext). Ini berarti bahwa komunikator harus memperhatikan situasi ketika ko
munikasi dilangsungkan. Misalnya:
 Pada hambatan sosiologis
 Pada hambatan antropologis
 Pada hambatan psikologis
c. Hambatan Semantic
Jika hambatan sosiologis, antropologis, psikologis terdapat pada pihak k
omunikan, maka hambatan semantic terdapat pada dari komunikator. Misalnya
adanya perbedaan makna dan pengertian pada kata – kata yang pengucapanny
a kurang dimengerti pada anak – anak.
d. Hambatan mekanis
Dijumpai pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunika
si pada anak. Contohnya anak – anak menonton televisi seperti menonton kart
un, jadi ana – anak bisa mengenal dunia luar.
e. Hambatan ekologis
Yang terjadi disebabkan oleh gangguan lingkungan terhadap proses ber
langsungnya komunikasi. Misalnya ketika ada hujan dan disertai petir pasti an
ak-anak akan terlihat takut mendengar suara petir. Di situasi itulah komunikasi
yang tidak menyenangkan ketika dapat di atasi kormunikator dengan menghin
darkannya jauh sebelum atau dengan mengatasi pada saat ia sedang berkomuni
kasi.

PAGE \* MERGEFORMAT 2
BAB III
PENUTUP

2.2 Kesimpulan Dan Saran


a. Kesimpulan
Komunikasi terapeutik pada anak dapat disimpulkan bahwa komunikas
i pada anak merupakan bagian penting dalam membangun kepercayaan diri kit
a dengan anak. Secara umum pengertian komunikasi anak merupakan proses p
ertukaran informasi yang disampaikan oleh anak kepada orang lain dengan har
apan orang yang diajak dalam pertukaran informasi tersebut maupun memenu
hi kebutuhannya. Dalam tinjauan ilmu keperawatan anak, anak merupakan ses
eorang yang membutuhkan suatu perhatian dan kasih sayang, sebagai kebutuh
an khusus anak yang dapat dipenuhi dengan cara komunikasi baik secara verb
al maupun non verbal yang dapat menumbuhkan kepercayaan pada anak sehin
gga tujuan komunikasi dapat tercapai.

b. Saran
Diharapkan mahasiswa dapat memahami makalah ini bisa memberikan
masukan bagi perawat terutama perawat yang bekerja pada ruang keperawatan
anak, sehingga kami menyarankan agar teman – teman perawat membaca dan
memahami isi makalah ini sehingga menjadi bekal bila berinteraksi dengan an
ak sesuai perkembangan anak dan mengatasi hambatan pada saat berkomunika
si kepada anak. Dan kami mohon maaf sebanyak-banyaknya makalah ini sang
at jauh dari kata sempurna untuk itu kami meminta kritik dan sarannya agar m
akalah ini menjadi lebih baik kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Supartini, Yupi. 2004. KONSEP DASAR KEPERAWATAN ANAK. Jakarta. EGC

Ferika Indarwati, S.Kep., Ns., MNg. 2019. KONSEP KOMUNIKASI DASAR


KEPERAWATAN ANAK 1. Yogyakarta

PAGE \* MERGEFORMAT 2
Damaiyanti, Mukhripah. 2010. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik
Keperawatan. Bandung: PT Refika Aditama

Aziz, Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta:


Salemba Medika.

Ns. Nunung Nurhasanah,S.Kep. 2010. Ilmu KomuDalam Komteks Keperawatan untuk Maha
siswa Keperawatan. Jakarta.

https://sricahyani.wordpress.com/2018/11/10/komunikasi-terapeutik-pada-anak/

PAGE \* MERGEFORMAT 2

Anda mungkin juga menyukai