Anda di halaman 1dari 10

AR4229 ARSITEKTUR TANGGAP BENCANA

TUGAS 3 :
KUIS “KRITERIA DESAIN ARSITEKTUR TANGGAP BENCANA TSUNAMI”

Disusun oleh:

Ade Suci Rahmadona 15221064

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN
KEBIJAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2024
Pertanyaan 1 : Jelaskan apa saja strategi desain untuk mencapai tsunami resistant
building?

A. Lokasi
Aspek terpenting dalam membangun bangunan tahan tsunami adalah pemilihan
lokasinya. Pelajari apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat memilih lokasi
pembangunan.

1. Perencanaan lahan

Ketika mendesain lahan untuk perumahan, area yang lebih rawan terhadap
tsunami sebaiknya didesain untuk menjadi lahan dengan ukuran besar. Lahan yang
besar berarti kepadatan penduduk yang rendah. Jumlah rumah yang lebih sedikit juga
berarti jumlah puing yang lebih sedikit, puing-puing tersebut berasal dari bangunan yang
hancur terkena tsunami.

2. Menghindari Dataran Rendah

Hindari membangun rumah didataran rendah atau celukan. Usahakan


membangun didataran yang lebih tinggi. Paling penting, dirikan bangunan jauh dari garis
pantai dan daerah rawan bencana.

3. Strategi Untuk Mengurangi Risiko di Wilayah Berbahaya


Ketika membangun rumah di daerah berisiko tsunami, ada empat strategi
penting yang dapat diadopsi untuk mengurangi kekuatan destruktif gelombang tsunami
Menghindari: Meninggikan bangunan menggunakan struktur podium di atas batas
maksimum perkiraan tinggi gelombang dilokasi tersebut.
Memperlambat: Menciptakan gesekan: hutan, lereng, selokan, tanggul, hutan bakau di
pesisir pantai dan rumah dapat mengurangi kekuatan gelombang.
Membelokkan: Memandu gelombang tsunami dengan menempatkan dinding yang
bersiku dan parit dilokasi-lokasi strategis dimana gelombang diperkiran datang.
Memblokir: Menghentikan kekuatan gelombang dengan memperkuat struktur: dinding
penahan gelombang laut, konstruksi yang kokoh, dan tanggul. Metode ini memiliki efek
samping yang tidak diinginkan: dapat memperkuat ketinggian gelombang atau
mengubah arah energi tsunami yang merusak pindah ke daerah lain.

4. Sebuah Rumah Panggung


Ketika dataran tinggi tidak tersedia, bangunan
sebaiknya dibangun dengan struktur panggung. Di
daerah pesisir pantai, sebaiknya bangunan diangkat
dari dasar permukaan tanah. Hal ini membantu
mengurangi kerusakan dari banjir akibat tsunami
ataupun gelombang pasang.

5. Dampak Lokasi terhadap Keselamatan dan Biaya


Bangunan yang terletak jauh dari pantai
mungkin kurang menarik, tetapi memiliki beberapa
keuntungan bagi pemilik, karena lebih aman terhadap
kerusakan, biaya membangun dan memelihara
bangunan lebih murah.

Sementara bangunan yang menghadap pantai memiliki pemandangan yang lebih


baik tapi lebih rentan ketika terjadi tsunami atau pun gelombang pasang, biaya
membangun dan memelihara bangunan juga lebih tinggi.

B. Pondasi

1. Pondasi
Pondasi bangunan harus: pertama, cukup
dalam untuk menahan gerusan air dan efek erosi;
kedua, cukup kuat untuk menahan banjir, gelombang
dan puing-puing akibat tsunami; terakhir, mampu
menyalurkan kekuatan angin dan seismik ke tanah.
Pondasi tiang pancang dianjurkan karena mampu
mencegah struktur bangunan tetap tegak lurus.
C. Rencana dan Bentuk Bangunan
Kekokohan keseluruhan struktur tergantung pada denah dan bentuk bangunan.
Penting untuk dipahami bahwa tsunami sering kali diawali dengan gempa bumi yang
kekuatannya bisa melemah jika tidak, struktur tersebut akan tahan terhadap tsunami.

1. Simetris
Bangunan dengan denah yang simetri lebih
aman dan stabil dibandingan dengan denah assimetri.
Disarankan untuk membagi bangunan menjadi
beberapa bagian dengan bentuk simetri.

2. Bangunan dengan Perimeter Dinding yang Panjang


Hindari membuat bangunan dengan bentuk
denah C H T didaerah rawan bencana. Semakin
kompak bentuk bangunan, semakin baik stabilitasnya.
Contohnya bentuk persegi lebih baik disbanding
bentuk persegi panjang.

3. Persegi vs Persegi Panjang


Bangunan berbentuk persegi lebih aman
dibandingkan bangunan yang berbentuk persegi
panjang dengan dinding lebih panjang dari 7m.

4. Mendesain Teras
Rumah dengan beranda samping lebih mudah
rusak dibandingkan dengan rumah dengan beranda
yang berada ditengah atau simetris dikedua sisi.

5. Bangunan Panjang
Bangunan berbentuk panjang lebih mudah
rusak atau roboh dibandingkan dengan bangunan
yang lebih pendek. Hindari membangun rumah dengan
panjang lebih dari tiga kali lebarnya, disarankan untuk
membagi bangunan menjadi dua unit terpisah
D. Desain Atap

1. Jumlah Lereng
Disarankan untuk membangun rumah dengan
atap berbentuk limas daripada perisai karena bentuk
limas lebih kuat dan stabil.

2. Sudut Kemiringan dan Menjorok


Kemiringan atap sebaiknya antara 20 sampai
35 derajat, sedangkan perpanjangan atap sebaiknya
sekitar 0.5m. Dalam iklim yang tropis dan lembab
seperti Indonesia, bentuk atap seperti ini membantu
mengalirkan air hujan.

E. Standard Desain : Dinding

1. Panjang Dinding
Dinding yang lebih panjang dari 7m bisa roboh
dengan mudah apabila tidak dikuatkan dengan
membangun dinding dalam

2. Dinding Partisi

Dinding partisi yang dibangun ketika dinding luar sudah selesai dibangun lebih
rentan roboh., sedangkan Dinding partisi harus dibangun bersama dengan seluruh
dinding bangunan.
3. Ketebalan Dinding
Disarankan untuk membangun dinding yang
memiliki ketebalan cukup (15-23cm) daripada dinding
yang tipis dan tinggi.

4. Parapet Batu
Dinding tembok pembatas dengan material
bata lebih mudah roboh dibandingkan dengan dinding
tembok yang rendah dan diperkuat dengan susuran
dari bahan logam.

5. Struktur Penahan Beban


Dalam struktur bantalan beban, tidak dianjurkan
untuk menggunakan dinding bata tipis ( <150mm),
karena lebih lemah dalam menghadapi tsunami /
gempa di daerah rawan bencana.

6. Dinding Bambu
Ketika membangun di dataran rendah (yang
sebenarnya tidak aman) tidak bisa dihindari dan
anggaran merupakan kendala, salah satu solusinya
adalah membangun struktur utama menggunakan
kolom beton bertulang, dinding bata disisi samping dan
dinding sementara dari material dinding bambu di
bagian tengah.
Sehingga ketika ada gelombang tsunami, air dapat langsung merusak dinding
sementara tetapi struktur lainnya tetap aman, utuh dan tidak rusak. Namun, desain
rumah ini tidak dimaksudkan sebagai tempat berlindung dari tsunami, tetapi mudah dan
murah untuk merekonstruksi pasca tsunami, dikarenakan struktur utama diharapkan
masih tetap kokoh pasca bencana. Desain rumah ini terjangkau biayanya dan tidak
mengurangi kenyamanan penghuni.

7. Dinding Beban Tinggi


Dinding pada atap lebih mudah runtuh, sama seperti dinding tembok pembatas.
Usahakan membangunnya tidak lebih tinggi dari 230mm dan diperkuat dengan besi baja
tulangan dalam, sehingga dinding atap lebih kokoh.

8. Dinding Pelana
Dinding atap pelana sebaiknya memiliki
ketinggian sekitar 1m di atas permukaan atap. Jika
desain dinding lebih tinggi dari 1m, lebih aman untuk
menggunakan bahan yang ringan seperti papan seng
atau papan kayu.

F. Standard Desain : Bukaan


Bukaan dinding, seperti jendela dan pintu, berperan penting dalam menentukan
kekuatan dan kekokohan struktur rumah.

1. Jumlah Bukaan Dinding


Terlalu banyak bukaan yang jaraknya
berdekatan membuat dinding menjadi mudah ambruk.
Bukaan harus dibatasi dengan ukuran dan jumlahnya.
Di ruangan kecil dengan ukuran sekitar 12m2, satu
bukaan di satu dinding sudah cukup.

2. Jarak antar Bukaan


Jarak "C" di antara dua bukaan sebaiknya
memiliki lebar dan panjang yang memadai. Sedangkan
total besar bukaan sebaiknya tidak terlalu besar
karena dapat melemahkan kekuatan dinding.

3. Bukaan di Sekitar Sudut


Jarak sudut dalam antara pintu dan jendela
tidak boleh terlalu sempit karena dapat melemahkan
kekuatan dinding.
4. Bukaan yang Simetris

Rumah dengan bukaan dinding yang asimetris cenderung lebih mudah rusak
karena kekuatan dinding tidak merata. Dinding tersebut akan runtuh di satu sisi apabila
terjadi tsunami atau gempa. Bila memungkinkan, tempatkan pintu di tengah dinding
dengan bukaan yang ditempatkan secara simetris pada kedua sisi, karena kekuatan
dinding lebih terdistribusi merata.

5. Tingkat Ambang Pintu


Cobalah untuk menggunakan tingkat ambang
yang sama untuk semua bukaan, serta mendesain
jendela dengan ukuran yang sama. Variasi ukuran dan
tingkat ambang yang berbeda membuat dinding lebih
mudah rubuh ketika terjadi gempa bumi sebelum
tsunami.

G. Material dan Struktur

1. Kolom Pasangan Bata


Kolom dengan material bata atau batu tanpa
diperkuat dengan tulangan baja sebaiknya dihindari
karena mudah rubuh ketika ada gempa atau tsunami.
Kolom yang sudah diperkuat dengan tulangan baja
berukuran 12-15mm yang terbungkus dengan beton
dan terkait pada bagian bawah dan atas sangat
direkomendasikan untuk bangunan rumah didaerah
rawan bencana.

2. Kolom Beton Betulang


Tidak adanya balok di kolom beton bertulang melemahkan struktur bangunan
secara keseluruhan, membuatnya tidak aman di saat terjadi bencana. Menggunakan
kolom dan balok beton bertulang membuat struktur bangunan keseluruhan lebih kuat
dan tahan bencana.

3. Atap Datar
Untuk struktur atap datar, jangan
menopangkan kekuatan semen beton bertulang pada
2 dinding saja, karena ketika salah satu dinding rubuh,
seluruh atap akan runtuh juga. Selalu menompangkan
semen beton bertulang pada keempat sisi dinding.

4. Struktur Atap Miring


Dalam struktur atap miring dengan bentang
lebih besar dari 6m, pilih struktur kuda-kuda, bukan
sopi-sopi (struktur dinding, dimana rangka atap
ditopang oleh dinding). Struktur kuda-kuda bekerja
lebih stabil dalam menopang beban atap. Struktur
rangka atap bisa memakai bahan kayu, baja ringan,
ataupun kombinasi keduanya.

5. Mengamankan Sambungan

Jangan menopangkan struktur atap ataupun sambungan struktur langsung di


dinding, selalu tempatkan diplat dinding guna mengurangi beban terpusat dan diperkuat
dengan jangkar untuk mengamankan sambungan.

Pertanyaan 2 : Selain arsitek, siapa saja ahli yang terlibat dalam merancang bangunan
tahan tsunami?

Berikut adalah beberapa pemangku kepentingan yang terlibat dalam merancang bangunan
tahan tsunami :
1. Engineer
terkhusus jurusan teknik sipil yang ahli konstruksi dan struktur dalam hal ini
bertugas untuk mengumpulkan data penyelidikan tanah dan peta topografi dari instansi
terkait. Data tersebut digunakan untuk mendesain gambar struktur, menghitung analisis
struktur, merencanakan anggaran biaya dan rencana kerja.

2. Para Ahli
Ahli Geoteknik berperan mempelajari sifat dan kondisi tanah untuk memastikan
ketahanan pondasi bangunan.
Ahli Hidrologi berperan mempelajari sifat dan kondisi air/sedimen di lahan
bangunan
Urban Planner berperan dalam memetakan lokasi bangunan yang aman dari
tsunami
Ahli ekologi berperan untuk membantu mengantisipasi dan menganalisa
lingkungan sebelum terjadinya tsunami.

3. Pejabat Pemerintah / Pemegang Keputusan


kementerian PUPR memiliki tanggung jawab untuk mendukung pembangunan
infrastruktur tahan tsunami dan memenuhi standar keselamatan dari ancaman, tsunami.
BNBP (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), yang memiliki tugas
Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang
mencakup pencegahan bencana, penanganan keadaan darurat bencana, rehabilitasi,
dan rekonstruksi secara adil dan setara.

4. Pemilik Bangunan/Lahan
Menurut Pasal 1369 KUHPerdata, pemilik sebuah gedung bertanggung jawab
atas kerugian yang disebabkan oleh robohnya gedung yang dimilikinya baik secara
keseluruhan maupun sebagian jika ini terjadi karena kelalaian dalam pemeliharaannya,
atau karena suatu cacat dalam pembangunan maupun penataannya.

Anda mungkin juga menyukai