Anda di halaman 1dari 29

2nd PORTOFOLIO

TUGAS STRUKTUR BANGUNAN

BANGUNAN STRUKTUR
(Dinding-Tangga-Kolom-Balok-Jembatan)

oleh:

RIFHAN MAHYANA
D100230266

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2023/2024
DINDING
Dinding adalah suatu struktur padat yang membatasi dan melindungi suatu ruangan. Pada
umumnya, dinding berfungsi untuk membatasi suatu bangunan dan menyokong struktur
lainnya, membatasi ruang dalam bangunan menjadi ruangan-ruangan, melindungi dan
membatasi suatu ruang dari alam terbuka. Ditinjau dari segi struktur dan kontruksi, dinding
ada yang berupa dinding partisi/pengisi (tidak menahan beban) dan ada yang berupa dinding
struktural (bearing wall). Dinding pengisi yang sifatnya non struktural harus diperkuat dengan
rangka (untuk kayu) dan kolom praktis-sloof-ringbalok.

Gambar Dinding Struktural


Sumber: https://ruangsipil.blogspot.com/2018/04/manfaat-shear-wall-untuk-perkuatan.html

Material untuk membangun dinding pun bermacam-macam mulai dari bata merah, bata ringan,
batako, dinding logam, kayu, kaca hingga panel fiber semen.

 Bahan Pembuatan Dinding

1. Bata Merah

Gambar Bata Merah


Sumber: https://images.app.goo.gl/t5GZ9JMsZQeHNWR78
Terbuat dari tanah liat yang dibakar, batu bata merah ini memiliki daya tahan yang kuat
dan harganya pun relatif murah. Kelebihan dari batu bata merah adalah material ini mampu
mereduksi panas, tidak terpengaruh terhadap perubahan cuaca dan mudah dalam
pemasangannya. Namun kekurangannya dari material ini adalah butuh waktu yang cukup lama
dalam proses pemasangannya karena bentuknya yang pipih.

2. Batako

Gambar Batako
Sumber: https://images.app.goo.gl/C2vVN3APfHW4LULPA

Batako terbuat dari campuran bahan pasir dan semen yang dicetak berbentuk balok.
Kelebihan dari material batako ini adalah harganya yang relatif lebih murah dibandingkan batu
bata merah serta proses pemasangannya juga lebih cepat, karena memiliki ukuran yang besar
disbanding bata merah. Namun kekurangan dari material ini adalah mudah retak dan daya tahan
terhadap beban berat cenderung minim.

3. Bata Ringan/Hebel

Gambar 1.4 Bata Ringan


Sumber: https://images.app.goo.gl/oajWrxiLnYKwbM7w9
Bata ringan adalah bata yang terbuat dari adonan pasir silika, gypsum, batu kapur, semen,
air dan aluminium bubuk. Adonan tersebut kemudian diawetkan dengan cara dipanaskan dan
diberi tekanan tinggi menggunakan alat yang autoclave. Keunggulan dari material ini adalah
berat massa yang ringan sehingga membuat proses pengerjaan berlangsung lebih cepat
dibanding menggunakan batu bata merah. Namun harga bata ringan ini relatif cukup mahal
sehingga tidak direkomendasikan jika ingin hemat dalam pembangunan rumah.

4. GRC (Glassfiber Reinforce Cement)


Gambar 1.5 GRC
Sumber: https://images.app.goo.gl/96C95c4iq45jKMgr7

Material ini terbuat dari serat fiber glass yang dicampur dengan pasir dan semen. Material
ini memiliki sifat non permanen dan bisa dibongkar kembali apabila tidak terpakai. Kelebihan
dari material ini adalah proses pemasangannya lebih mudah dan cepat karena memiliki bobot
yang cukup ringan. Kekurangan dari GRC adalah material ini tidak taham terhadap benturan
dan juga beban berat.

 Jenis-Jenis Dinding

1. Dinding Bata Merah


Penggunaan dinding rumah dengan material batu bata merah bisa dibilang paling favorit
di Indonesia, paling banyak digunakan. Bahan baku dasarnya adalah tanah liat. Dinding jenis
ini sering digunakan karena beberapa faktor, yaitu:
- Harganya terjangkau
- Lebih kokoh, kuat, dan sejuk
- Tahan terhadap api
- Tidak membutuhkan perawatan khusus

 Adapun Cara Pemasangan Bata Merah

a. Pasangan1 bata

Gambar 1.6 Pemasangan 1 Bata


Sumber: https://www.batamerahgarut.com/jenis-pasangan-bata/

Pembuatan dinding bata dengan memasangnya secara melintang dengan panjang bata
sebagai tebal dinding disebut pasangan satu bata. Pada metode ini, bata-bata ditempatkan
secara horizontal dengan panjangnya menjadi ketebalan dinding.
b. Pasangan ½ bata

Gambar 1.7 Pemasangan ½ Bata


Sumber: https://www.batamerahgarut.com/jenis-pasangan-bata/

Pasangan ½ bata adalah cara pemasangan bata merah dengan menggunakan setengah
bagian panjang bata pada setiap lapisannya. Dengan pasangan ½ bata, maka anda akan
mendapatkan dinding dengan ketebalan setengah dari ukuran panjang bata merah. Jenis
pasangan ½ bata cocok digunakan untuk dinding yang tidak memerlukan kekuatan struktural
tinggi, seperti dinding partisi dalam rumah atau dinding non-beban. Misalnya, dinding dapur
dan dinding kamar mandi.

c. Pasangan ¼ bata

Gambar 1.8 Pasangan ¼ Bata


Sumber: https://www.batamerahgarut.com/jenis-pasangan-bata/
Pasangan ¼ bata adalah cara pemasangan bata merah dengan menggunakan satu per
empat bagian panjang bata pada setiap lapisannya. Dengan pasangan ¼ bata, maka anda akan
mendapatkan dinding dengan ketebalan 25 persen dari ukuran panjang bata merah. Jenis
pasangan ini hanya dijumpai pada dinding dinding tipis, seperti dinding pembatas atau dinding
dekoratif.

d. Pasangan ¾ bata
Gambar Pasangan ¾ Bata
Sumber: https://www.batamerahgarut.com/jenis-pasangan-bata/

Pasangan ¾ bata adalah cara pemasangan bata merah dengan menggunakan tiga per
empat bagian panjang bata pada setiap lapisannya. Dengan pasangan ¾ bata, maka anda akan
mendapatkan dinding dengan ketebalan 75 persen dari ukuran panjang bata merah. Jenis
pasangan ini hanya dijumpai pada dinding khusus yang membutuhkan ketebalan berbeda dan
perky penyesuaian desain tertentu.

2. Dinding Batako
Selain menggunakan bata merah Masyarakat Indonesia banyak yang menggunakan
dinding jenis ini untuk membuat bangunan. Tetapi, tidak semua orang menyukai dinding rumah
jenis ini, karena sifatnya yang menyimpan panas membuat hunian cenderung terasa pengap
dan panas. Selain itu juga rentan terhadap guncangan, sehingga kurang aman jika terjadi
gempa. Dinding jenis ini juga sering digunakan karena beberapa factor, yaitu:
- Bobotnya tidak seberat bata merah
- Ukurannya lebih besar, sehingga pengerjaannya cepat selesai
- Kokoh dan kuat tetapi menyimpan panas.
- Harganya relatif terjangkau

3. Dinding Bata Ringan/Hebel


Bata ringan atau hebel terbuat dari campuran berbagai material seperti semen, pasir
kuarsa, gypsum, air, dan sebagainya. Kelebihan dari penggunaan material bata ringan atau
hebel pada dinding rumah karena lebih ringan dan lebih rapi saat pemasangannya. Tetapi jenis
dinding ini jarang dipilih oleh Masyarakat Indonesia, karena bata hebel dapat menyerap panas
sehingga membuat ruangan menjadi panas. Sehingga membuat penghuninya kurang nyaman.
Jenis dinding ini digunakan karena beberapa factor, yaitu:
- Harga relatif terjangkau
- Ukuran yang besar mempercepat pemasangan
- Memiliki ukuran yang presisi, sehingga terlihat rapi

4. Dinding Partisi
Merupakan jenis dinding yang digunakan sebagai sekat atau pembatas antar ruangan
dalam sebuah bangunan. Partisi ini akan membagi ruang menjadi beberapa bagian yang
berbeda. Fungsi partisi ini bukan sebagai dinding penahan beban atau dinding struktural utama,
melainkan sekedar dinding pembatas untuk mengatur dan membatasi ruang dalam sebuah
bangunan. Dinding partisi dapat dibuat dengan menggunakan bahan lembaran multiplek, kayu.
5. Dnding Penahan (Retailing Wall)
Salah satu jenis konstruksi yang dibangun dengan fungsi untuk menahan gaya tekanan
aktif lateral suatu tanah maupun air. Oleh karena itu suatu konstruksi dinding penahan haruslah
direncanakan dan dirancang agar aman terhadap gaya-gaya yang berpotensi menyebabkan
kegagalan struktur.

Gambar Dinding Penahan


Sumber: https://images.app.goo.gl/4srBuuHP5RR8odJDA

 Syarat agar Dinding Awet

1. Pola susunan yang benar


Pola pemasangan bata yang benar adalah dengan ketebalan minimal ½ bata untuk non
structural dan 1 bata untuk structural. Ketika menyusun batu bata atau bahan yang lainnya kita
harus benar-benar memperhatikan pola susunannya, karena pola susunan tersebut benar-benar
mempengaruhi kekuatan dan keawetan sebuah dinding.

2. Tahan Gempa dan Anti rayap


Bangunlah dinding dengan struktur yang kuat dan anti rayap dengan menggunakan
struktur baja ringan. Baja Struktur baja ringn ini membuat dinding lebih awet dan tidak mudah
rapuh.

3. Hindari retak rambut


Hal ini harus diperhatikan ketika melapisi dinding menggunakan plesteran sem. Gosokan
dan siraman airnya harus benar-benar matang agar tidak terdapat retak-retak rambut yang akan
mempengaruhi pada kekuatan dan daya tahan dinding. Karena retak rambut pada dinding akan
mempengaruhi dinding cepat keropos.

4. Bebaskan dari serangan jamur


Jamur dapat merusak konstruksi bata dan plesteran. Bebaskan dinding dari serangan
jamur dengan melalukan perawatan pada dinding agar tidak terkena jamur. Jamur dinding
timbul karena kondisi dinding yang lembap.

5. Perkuat dinding dengan kolom praktis


Hal ini dapat dilakukan dnegan cara menambahkan kolom-kolom untuk memperkuat
dinding. Kolom tersebut sangat berpengaruh terhadap kekuatan dan keawetan dinding pada
bangunan.

6. Bangun dinding dengan campuran beton yang tepat


Salah satu contoh yang kurang bagus adalah kopong dan mudah rapuh, Campuran yang
tepat untuk dinding adalah 1:2 artinya 1 bagian semen dan 2 bagian pasir. Campuran pada
dinding harus tepat, karena berpengaruh pada kekuatan dan keawetan.

7. Pilih struktur baja ringan yang bermutu tinggi


Baja ringan yang bermutu tinggi sering disebut hi-ten yang terdiri dari 55% lapisan
aluminium, 43,5% zinc, dan 1,5% alloy. Selain itu, struktur ini dapat mendukung struktur beban
yang ada diatasnya.

TANGGA
Konstruksi bangunan yang dirancang atau dibuat untuk menghubungkan antar lantai
pada suatu bangunan agar mudah diakses oleh manusia. Tangga terdiri dari anak tangga yang
memiliki tinggi yang sama. Tangga sendiri jua memiliki berbagai macam jenis.

 Dasar Perhitungan Tangga


Pada bangunan lebih dari satu lantai atau bertingkat, keberadaan tangga menjadi sebuah
komponen penting dan paling biasa digunakan sebagai alat bantu transportasi vertikal. Dalam
bangunan (rumah tinggal) posisi tangga haruslah diusahakan pada daerah yang mudah
dijangkau dari segala ruangan.

 Bagian-Bagian Tangga
1. Pondasi Tangga
Pondasi ini sebagai dasar tumpuan atau landasan supaya tangga tidak mengalami
penurunan dan pergeseran. Pondasi tangga ini bisa dari pasangan batu kali, beton bertulang
atau kombinasi dari kedua bahan. Di bawah pangkal tangga harus diberi balok anak sebagai
pengaku pelat lantai, agar lantai tidak menahan beban terpusat yang besar.
Gambar Pomdasi Tangga
Sumber: https://images.app.goo.gl/odAstgjky8aX6Pza6

2. Induk Tangga
Merupakan bagian tangga yang berfungsi mengikat anak tangga. Material yang
digunakan untuk membuat ibu tangga yaitu, beton bertulang, kayu, baja, pelat baja, baja profil
canal, besi. Kombinasi antara ibu tangga dan anak tangga biasanya untuk ibu tangga misalnya,
beton bertulang di padukan dengan anak tangga dari bahan papan kayu, bisa juga keduanya
dari bahan baja, untuk ibu tangga menggunakan profil kanal untuk menopang anak tangga yang
menggunakan pelat baja

3. Lebar Tangga
Lebar tangga yang biasa digunakan (dan diijinkan) dalam bangunan rumah tinggal adalah
minimal 80cm. Tangga dalam bangunan rumah tinggal tidak diharuskan memiliki bordes
(space datar pada ketinggian tertentu untuk beristirahat), karena biasanya hanya terdiri dari 2
atau 3 lantai saja. Lebar tangga untuk 1 orang minimal 60 cm.

4. Kemiringan Tangga
Pada dasarnya, ke iringan tangga dibuat tidak terlalu curam karena untuk memudahkan
penggunan tangga Ketika naik tidak mengeluarkan banyak energi. Dan tidak terlalu landau,
sehingga tidak memerlukan banyak tempat karena terlalu landau. Kemiringan tangga yang
wajar dan biasa digunakan adalah berkisar antara 25-42 derajat, untuk bangunan rumah tinggal
biasa digunakan kemiringan 38 derajat.

5. Lebar dan Tinggi Anak Tangga


Jumlah anak tangga dalam satu tangga diusahkan tidak lebih dari 12 buah anak tangga,
apabila melebihi dianjurkan untuk menggunakan bordes. Satu langkah kaki manusia pada
tempat datar berkisar antara 60-65 cm, sedangkan untuk melangkah naik memerlukan tenaga
2 kali lebih besar daripada melangkah datar.
- Tinggi anak tangga (optrade)= 22-30 cm
- Lebar anak (aantrade)= 14-20 cm
Gambar Anak Tangga
Sumber: https://images.app.goo.gl/ccg3QMWQ83NN5miX6

6. Bordes
Bordes merupakan bagian datar yang dilebarkan pada anak tangga, berfungsi sebagai
tempat beristirahat jika kelelahan Ketika menaiki tangga.

Gambar Bordes Tangga


Sumber: https://images.app.goo.gl/YKM7ZRWkECcFP9mW8

7. Sandaran Tangan
Sandaran tangan/railing perlu dibuat untuk kenyamanan dan keselamatan pengguna
tangga, terutama tangga bebas, yang tidak diapit oleh dinding. Tinggi yang biasa digunakan
adalah antara 80 – 100 cm. Railing harus dibuat dari bahan yang halus/licin agar nyaman dan
tidak melukai telapak tangan.

Gambar Sandaran Tangga


Sumber: https://images.app.goo.gl/jUYBCQh115aMLipQ8

 Macam-Macam Tangga
1. Tangga Lurus
Mode tangga ini mempunyai bentuk memanjan g keatas tanpa adanya cabang atau
belokan, bentuk tangga rumah seperti ini disebut tangga model linear atau tangga lurus. Untuk
menerapkan tangga model ini pada bangunan rumah bertingkat harus memiliki ruangan yang
cukup luas, karena faktor kemiringan tangga ini tidak akan cocok untuk diterapkan pada
ruangan kecil. Tips untuk memilih model tangga lurus yaitu jangan pilih model tangga yang
terlalu curam, karena dapat membahayakan pengguna tangga tersebut.

Gambar Tangga Lurus


Sumber: https://images.app.goo.gl/WR6Z5mXSGQc1Pimt8

2. Tangga Spiral
Jenis tangga yang cocok diaplikasikan untuk rumah dengan ruangan cukup sempit yaitu
tangga spiral atau tangga putar. Tangga spiral ini dapat lebih menghemat ruang dan tidak terlalu
memakan tempat. Tangga spiral ini juga memiliki banyak desain menarik sehingga bisa
menambah estetika keindahan pada ruangan. Namun terdapat beberapa kekurangan pada
tangga model ini. Tangga yang memutar memiliki ukuran lebar yang berbeda pada setiap anak
tangganya, jika belum terbiasa akan membahayakan penggunannya. Selain itu akan sulit juga
untuk memindahkan barang berukuran cukup besar ke atas.

Gambar Tangga Spiral


Sumber: https://images.app.goo.gl/CfkCGPSaZnESxQ6m8
3. Tangga L
Disebut tangga L karena bentuknya yang serupa dengan huruf L, yang terdiri dari dua
arah yang berbeda. Tangga ini merupakan adaptasi dari tangga lurus pada ruang yang terbatas.
Bentuk L menjadi bentuk ideal untuk mengisi sudut ruang. Ruang bawah tangga dapat lebih
efektif digunakan apabila menggunakan tangga bentuk ini.

Gambar Tangga L
Sumber: https://images.app.goo.gl/XJBrd6YxPDqqfTkp7

4. Tangga U
Tangga bentuk U juga sering digunakan, karena bentuknya yang compact dan dapat
diaplikasikan pada sudut, sehingga tidak menggunakan banyak ruang. Pada umumnya
menggunakan satu maupun dua bordes, namun dapat juga diaplikasikan tanpa bordes,
tergantung pada ketersedian ruang dan tinggi jarak antar lantai. Selain itu, kesan elegan dan
mewah juga dihadirkan dengan pemakaian tangga jenis ini. Umumnya aplikasi tangga ini
terdapat pada ruang dengan langit-langit yang relatif lebih tinggi.

Gambar Tangga U
Sumber: https://images.app.goo.gl/SUAjWvVuTzb3ZAww9

 Jenis Tangga Berdasarkan Material


1. Tangga Bata Merah
Jenis tangga ini sudah jarang digunakan lagi untuk membuat bangunan bertingkat, karena
dari segi kekuatan tidak begitu kuat, biayanya juga cukup mahal, dan waktu pengerjaannya
juga lama. Sehingga jenis tangga ini sudah mulai ditinggalkan.
Gambar Dinding Bata Merah
Sumber: https://images.app.goo.gl/M8DT37JggkNxzehcA

2. Tangga Beton
Jenis tangga ini banyak digunakan untuk bangunan bertingkat dua atau lebih, karena
kekuatannya, pengerjaannya yang tidak begitu rumit dan lebih hemat biaya.

Gambar Tanggga Beton


Sumber: https://images.app.goo.gl/PhgeiS9FrkjrRmJZA

3. Tangga Kayu
Tangga jenis ini bisanyan digunakan untuk bangunan sederhana. Kayu yang dipilih untuk
membuat tangga harus mempunyai kualitas yang bagus, karena jika menggunakan sembarang
kayu akan mudah kropos dan akan membahayakan bagi pengguna tangga tersebut.

Gambar Tangga Kayu


Sumber: https://images.app.goo.gl/2gQu1mqPMhH6bDNj7

4. Tangga Baja
Tangga ini digunakan pada bangunan yang sebagian materialnya dari baja. Biasanya
digunakan pada bangunan semi permanen agar ketika dipindah-pindah tidak membutuhkan
biaya yang besar.
Gambar Tangga Baja
Sumber: https://images.app.goo.gl/KWRRSjtuhQiTc94S9
5. Tangga Eskalator
Salah satu transportasi vertikal berupa konveyor untuk mengangkut orang, yang terdiri dari
tangga terpisah yang dapat bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti jalur yang berupa rail atau
rantai yang digerakkan oleh motor.
Karena digerakkan oleh motor listrik, tangga berjalan ini dirancang untuk mengangkut
orang dari bawah ke atas atau sebaliknya. Untuk jarak yang pendek eskalator digunakan di
seluruh dunia untuk mengangkut pejalan kaki yang mana menggunakan elevator tidak
praktisTangga jenis ini sering kita jumpai pada bangunan besar. Seperti mall, bandara, dan
tempat umum lainnya.

Gambar Tangga Eskalator


Sumber: https://images.app.goo.gl/by2KmXiyK6y2AoZ77

 Syarat Konstruksi Tangga


1. Tangga harus bebas dari goncangan keras.
2. Dimensi bordes harus sama dengan atau lebih besar dari lebar tangga antara pegangan
tangan dengan dinding.
3. Semua antride dan optride dalam setiap anak tangga harus sama.
4. Semua tangga harus dilengkapi dengan substansial dan 36 inci pegangan tangan di
ketinggian dari pusat dari tapak yang permanen.
5. Semua pegangan tangan harus memiliki sudut bulat dan permukaan yang halus dan
bebas dari serpihan.
6. Sudut tangga dengan horizontal tidak boleh lebih dari lima puluh derajat dan tidak
kurang dari dua puluh derajat.
7. Anak tangga tidak boleh licin, dan tanpa ada baut, sekrup, atau paku yang
menonjol, akam mencelakai pengguna tangga.

PLAT LANTAI
Plat Lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, merupakan lantai
tingkat pembatas antara tingkat yang satu dengan tingkat yang lain. Plat Lantai didukung oleh
balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan.

 Bentangan Plat Lantai

Gambar Bentangan Plat Lantai


Sumber: https://images.app.goo.gl/JJtrXohKkRBwMa1y9

Pada pengerjaan tulangan pelat lantai, tulangan pelat lantai tersebut harus dikaitkan pada
tulangan balok penumpu sesuai dengan persyaratan yang ada. Dalam perencanaan dan
perhitungan plat lantai harus mengikuti peraturan yang berlaku, yaitu harus sesuai dengan
persyaratan beton bertulang yaitu SNI Beton 1991. Bentangan pada pengerjaan plat lantai
digunakan ukuran 3 x 3, 3 x 4, 3 x 5, 3½ x 4, 3 x 4½, 4 x 4, disesuaikan dengan pengaturan
jarak kolom dan balok portal, jika perlu di tambah balok-anak.

 Syarat Beton Bertulang


1. Tebal pelat lantai minimal 12 cm, sedangkan untuk plat atap tebalnya minimal 7 cm
2. Tulangan harus bersilangan dengan Ø 8 mm dari baja lunak atau baja sedang
3. Perencanaan pelat dengan ketebalan lebih 25 cm harus menggunakan tulangan rangkap
atas bawah
4. Jarak tulangan sejajar minimal 2,5 cm dan maksimalnya 20 cm atau dua kali tebal pelat
terkecil.
5. Tulangan harus terbungkus beton setebal 1 cm, dengan maksud untuk menghindari
terjadinya suatu karat, korosi, atau kebakaran.
6. Pada campuran beton menggunakan 1 pc: 2 ps: 3 kr + air, campuran kedap air 1 pc: 1 ½
ps: 2 ½ kr + air.

 Ketebalan Plat Lantai ditentukan oleh beberapa factor, yaitu:


1. Lebar balok-balok penyangga
2. Bahan material kontruksi
3. Besar beban yang harus didukung

 Jenis-Jenis Plat Lantai


1. Plat Lantai Kayu
Plat lantai ini terbuat dari kayu yang disatukan sehingga menjadi bidang injak yang
luas.Plat lantai ini menjadi pilihan alternative karena harganya murah dan mudah dibentuk.
Tetapi hanya digunakan pada struktur bangunan sederhana.
Gambar Plat Lantai Kayu
Sumber: https://images.app.goo.gl/WpX9pVuPSab4we9e9

2. Plat Lantai Beton


Jenis ini seringkali menjadi pilihan manusia, memang harganya relatif mahal karena
membutuhkan beberapa bahan untuk membuat plat lantai jenis ini. Tetapi kekuatan dan
ketahanan lama sudah tidak diragukan, karena terbuat dari beton bertulang yang dicampur
dengan pasir, semen, kerikil yang membuatnya menjadi kokoh.

Gambar Plat Lantai Beton


Sumber: https://images.app.goo.gl/Vbm8pcdqRirxWXut5

3. Plat Lantai Semen


Dikenal juga dengan nama plat lantai yumen, jenis ini terbuat dari potongan kayu
berukuran 80x90 cm yang dicampur dengan semen. Untuk membangunnya, pertama pasang
kayu bengkirai ukuran 5/7 dengan jarak 40 cm. Setelah itu pasang ring balk di atasnya lalu cor
dengan beton. Lembaran kayu semen yang telah jadi kemudian disusun rapat di atas beton dan
dipasang baut agar lebih kuat. Di sisi lain, jenis plat satu ini ternyata masih baru dan belum
banyak digunakan.

KOLOM
Kolom adalah tiang (pilar) penyangga yang biasanya terbuat dari beton yang bertulang
besi. Sementara menurut Sudarmoko (1996), kolom merupakan suatu struktur tekan yang
memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom
merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya lantai dan runtuhnya bangunan
secara total.
Struktur dalam kolom terbuat dari besi dan beton. Kedua bahan ini memiliki sifat
gabungan yang cukup baik di mana besi merupakan material yang tahan terhadap tarikan,
sedangkan beton merupakan material yang tahan tekanan.
 Material Penyusun
Material struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan
gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan
tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua material ini
dalam struktur beton memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan balok
bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan.
Ditinjau dari fungsinya, material pembentuk beton adalah semen dan air untuk
membentuk pasta semen sebagai perekat yang bersama dengan agregat halus membentuk
mortar yang berfungsi mengikat agregat kasar menjadi satu kesatuan yang kompak.
Agregrat kasar (batu kerikil) berfungsi sebagai pengisi untuk memberikan kekuatan dan
memperkecil penyusutan, sedangkan mortar akan menutupi seluruh permukaan agregat kasar
dimana setelah mengeras akan menjadi satu kesatuan massa yang kompak dan padat.

 Jenis-Jenis Kolom
Jika dilihat berdasarkan bentuk dan susunan tulangnya, adapun jenis kolom terbagi
menjadi tiga kategori. Di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Kolom segi empat atau bujur sangkar dengan tulangan memanjang dan menyengkang
2. Kolom bundar dengan tulangan memanjang dan menyengkang berbentuk spiral.
Adapun fungsi dari tulangan spiral ini adalah memberi kemampuan kolom untuk
menyerap deformasi cukup besar sebelum runtuh sehingga mampu mencegah
terjadinya kehancuran seluruh struktur bangunan sebelum proses redistribusi momen
dan tegangan terwujud
3. Kolom komposit, yaitu gabungan antara beton dan profil baja sebagai pengganti
tulangan di dalamnya

Gambar Jenis-jenis Kolom


Sumber: https://images.app.goo.gl/gbpNErVHrJBzVNyd8

 Fungsi Kolom
Kolom pada sebuah bangunan memiliki fungsi yang sangat vital. Jika melihat penjelasan
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kolom termasuk struktur utama bangunan untuk
meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang),
maupun beban hembusan angin. Keruntuhan dan kegagalan struktur pada kolom menjadi titik
kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya bangunan. Namun yang perlu diingat juga, selain
harus melalui proses perhitungan yang tepat, kondisi tanah pun harus benar-benar mampu
menerima beban dari pondasi.

1. Kolom Utama
Kolom utama sendiri merupakan penyangga beban utama dalam struktur bangunan.
Sama seperti kolom praktis, kolom utama biasanya diaplikasikan pada jarak 3-4meter antara
balok pembentuk bangunan. Selain itu fungsi kolom utama juga berfungsi untuk memperkokoh
bangunan dari kerusakan atau resiko bangunan runtuh.
Tanpa kehadiran kolom utama pada bangunan, dipastikan resiko bangunan roboh sangat
tinggi. Kolom utama ini menjaga atau menopang bobot mulai dari atap rumah dan beban
disalurkan dingga tanah. Mengingat betapa pentingnya kolom utama, jangan lupa untuk
memastikan kolom praktis dan utama terpasang secara sempurna.

2. Kolom Praktis
Kolom praktis sendiri adalah sebuah komponen yang biasanya berbentuk tiang
pembentuk struktur bangunan yang berfungsi membantu kolom utama menopang beban
bangunan. Jika Anda tidak menggunakan kolom jenis praktis pada proses pembangunan, resiko
bangunan retak hingga runtuh bisa saja terjadi. Kolom jenis praktis biasanya dipasang pada
jarak 3-4meter antara dinding bangunan. Hal ini dimaksudkan untuk memperkokoh dan
menghindari keretakan pada dinding.

 Perbedaan Kolom Utama dan Kolom Praktis


Kolom Utama Kolom Praktis
Menahan keseleruhan bangunan Menahan dinding secara horizontal
dalam bentuk vertikal agar tidak retak dan roboh
Komponen utama berbentuk lebih Komponennya tersembunyi dalam
Panjang dan besar serta terlihat dari dinding, sehingga tidak terlihat dari
luar luar
Penempatannya pada pondasi yang Ditempatkan antara dinding dan
cukup dalam balok
Menopang struktur bangunan balok Membantu kolom utama dalam
dan lantai bangunan menopang balok

Gambar Perbedaan Kolom Utama dan Kolom Praktis


Sumber: https://images.app.goo.gl/qYXTP8qxRsT4wDU78

BALOK
Balok adalah elemen struktur yang berfungsi menyalurkan beban ke kolom. Balok
merupakan bagian dari struktur inti bangunan selain kolom dan pondasi. Sehingga
pengecorannya harus dilakukan dengan baik.

 Jenis-jenis Balok
Balok merupakan salah satu komponen yang penting dalam pembangunan. Fungsi balok
yakni sebagai penopang beban-atau rangka penguat horizontal pada bangunan yang berdiri.
Terdapat beberapa jenis balok dalam konstruksi yang sudah berkembang, di antaranya:
1. Balok Sederhaa
Balok sederhana terdapat pada kolom dimana bagian ujung-ujungnya bertumpu. Dengan
menggunakan satu ujung bebas berotasi serta tidak memiliki momen tahan. Balok jenis ini
hampir mirip seperti struktur statis lainnya. Nilai dari semua reaks serta pergeseran serta
momen untuk balok sederhana itu sendiri tidak tergantung bentuk penampang dan juga
materialnya.

Gambar Balok Sederhana


Sumber: https://images.app.goo.gl/fmLgFb5SAaZnH82KA

2. Balok Kantilever
Kantilever adalah satu jenis balok yang diproyeksikan atau struktur kaku lainnya
didukung hanya pada satu ujung tetap Dalam arti lain, balok yang satu ini memiliki guna untuk
menanggung beban di ujung yang tidak memiliki penyangga.

Gambar Balok Kantilever


Sumber: https://www.arsitur.com/2017/10/pengertian-balok-dalam-bangunan-dan.html

3. Balok Teritisan
Balok teristisan adalah balok sederhana yang memanjang melewati salah satu kolom
tumpuannya.

4. Balok dengan Ujung-Ujung Tetap


Balok dengan ujung-ujung tetap (dikaitkan kuat) dibuat untuk menahan translasi dan
rotasi. Ujung-ujung dari balok ini dikunci sedemikian kuat sehingga tidak bergerak ataupun
bertotasi karena momen.

Gambar Balok dengan Ujung-ujung Tetap


Sumber: https://www.arsitur.com/2017/10/pengertian-balok-dalam-bangunan-dan.html

5. Balok Bentangan Tersuspemsi


Bentangan tersuspensi adalah balok sederhana yang ditopang oleh teristisan dari dua
bentang dengan konstruksi sambungan pin pada momen nol.

6. Balok Menerus atau Kontinu


Balok Menerus memanjang secara menerus melewati lebih dari dua kolom tumpuan
untuk menghasilkan kekakuan yang lebih besar dan momen yang lebih kecil dari serangkaian
balok tidak menerus dengan panjang dan beban yang sama.

Gambar Balok Kontinu


Sumber: https://www.arsitur.com/2017/10/pengertian-balok-dalam-bangunan-dan.html

JEMBATAN
Jembatan merupakan struktur yang dibuat untuk menyeberangi jurang atau rintangan
seperti sungai, rel kereta api ataupun jalan raya. Jembatan dibangun untuk penyeberangan
pejalan kaki, kendaraan atau kereta api di atas halangan. Jembatan juga merupakan bagian
dari infrastruktur transportasi darat yang sangat vital dalam aliran perjalanan (traffic flows).
Jembatan sering menjadi komponen kritis dari suatu ruas jalan, karena sebagai penentu beban
maksimum kendaraan yang melewati ruas jalan tersebut.
 Jenis-jenis Jembatan
1. Jembatan di Atas Sungai
Jembatan yang melewati atau menyebrangi sungai di atasnya.

Gambar Jembatan di atas Sungai


Sumber: https://images.app.goo.gl/9iRcxoUVQJLBuXXt7

2. Jembatan di Atas Saluran Irigasi


Jembatan yang melewati saluran irigasi di atasnya.
Gambar Jembatan di atas Irigasi
Sumber: https://images.app.goo.gl/h9CeVhEhzGtufHgb8

3. Jembatan di Atas Lembah


Jembatan yang melewati lembah di atasnya.

Gambar Jembatan di atas lembah


Sumber: https://images.app.goo.gl/ZJdGTTwtNMrrewox5

4. Jembatan di atas Jalan yang ada


Jembatan yang melewati atau menyebrangu jalan yang sudah ada

Gambar Jembatan di atas jalan yang sudah ada


Sumber: https://images.app.goo.gl/CCR9D3cQoccfWac18

 Konstruksi Jembatan
A. Konstruksi Bangunan Atas (Super Structures)
1. Trotoar
Jalur untuk pejalan kaki yang biasanya dibuat lebih tinggi namun tetap sejajar dengan
jalan utama. Bertujuan agar pejalan kaki lebih aman dan bisa dilihat jelas oleh pengendara yang
melintas.
2. Girder
Struktur bagian atas yang berfungsi untuk menyalurkan beban kendaraan pada bagian
atas ke bagian bawah atau abutment.
3. Balok Diafragma
Bagian penyangga dari gelagar-gelagar jembatan yang memanjang dan hanya berfungsi
sebagai balok penyangga biasa bukan sebagai pemikul beban plat lantai.

B. Konstruksi Bangunan Bawah (Substructures)


1. Abutment
Terletak pada kedua ujung pilar-pilar jembatan. Bagian ini berguna untuk menahan
seluruh beban hidup (angin, hujan, kendaraan, dan sebagainya) dan beban mati (beban gelagar,
trotoar, balok, dan lain-lain) pada jembatan. Bagian-bagian abutment:
1. Dinding belakang (back wall)
2. Dinding penahan (breast wall)
3. Dinding sayap (wing wall)
4. Plat injak (approach slab)
5. Konsol pendek untuk jacking (corbel)
6. Tumpuan bearing
7. Pilar Jembatan
8. Pondasi inti yang berada di bagian tengah jembatan, fungsinya sebagai penahan
jembatan dan menyalurkan beban ke tanah.
9. Pier Head

 Definisi Bagian Pokok Jembatan


1. Bangunan Atas
Bangunan yang terletak di atas jembatan. Bangunan ini berfungsi untuk menampung
beban yang diberikan orang lain.
2. Landasan Jembatan
Bagian ini biasanya terletak pada pilar. Berfungsi untuk menyalurkan gaya-gaya reaksi
dari bangunan atas ke bangunan bawah jembatan.
A. Landasan Sendi
Pada tumpuan sendi, tumpuan direncanakan dengan membolehkan adanya rotasi tapi
menahan terjadinya translasi baik pada arah horizontal (RH) maupun vertikal (RV). Tumpuan
sendi sering disebut juga tumpuan engsel karena cara kerjanya yang mirip seperti engsel.
Gambar Landasan Sendi Jembatan
Sumber: https://karetmalang.wordpress.com/2019/04/27/sistem-tumpuan-pada-
jembatan/

B. Landasan Rol
Tumpuan direncanakan dengan membolehkan terjadinya rotasi dan translasi dalam arah
horizontal dan menahan translasi dalam arah vertikal. Jadi bisa dikatakan tumpuan rol hanya
dapat menerima gaya tegak lurus (RV), dan tidak mampu menahan momen. Biasanya
tumpuan ini berbentuk komposit antara baja dan karet, atau juga roller yang terletak di antara
lapisan pelat baja.

Gambar Landasan Rol Jembatan


Sumber: https://karetmalang.wordpress.com/2019/04/27/sistem-tumpuan-pada-
jembatan/

C. Landasan Jepit
Tumpuan jenis ini dapat menahan gaya dalam arah vertikal (Rv), horizontal (Rh), serta
momen (M). Jenis tumpuan jepit tidak mengalami rotasi dan translasi, sehingga sering
disebut tumpuan kaku (rigid). Tumpuan direncanakan seperti balok yang ditanamkan pada
tembokan atau sebagai tumpuan pada balok terusan.

Gambar Landasan Jepit


Sumber: https://karetmalang.wordpress.com/2019/04/27/sistem-tumpuan-pada-
jembatan/

3. Bangunan bawah
Bangunan bawah jembatan umumnya terletak di bawah bangunan atas.

4. Pondasi
Pondasi adalah bagian dari jembatan yang tertanam didalam tanah. Fungsi dari pondasi
adalah untuk menahan beban bangunan yang berada di atasnya dan meneruskannya ke tanah
dasar, baik kearah vertikal maupun kearah horizontal.

Gambar Pondasi Jembatan


Sumber: https://images.app.goo.gl/aVKWf53h2uKhZi8h7

 Jenis-jenis Jembatan
A. Berdasarkan Material
1. Jembatan Kayu
Jembatan kayu lebih sesuai untuk konstruksi sederhana dengan bentang pendek. Hal ini
dikarenan untuk bentang yang panjang material kayu sudah tidak ekonomis lagi. Dari segi
materialnya, kayu mempunyai beberapa kelebihan (relatif ringan, biaya konstruksi yang relatif
murah, dapat dikerjakan dengan alat yang sederhana, tidak mudah dipengaruhi korosi) dan
kekurangan (tidak homogen, mudah terbakar, ada cacat bawaan, perlu pengawetan lebih
lanjut).

Gambar Jembatan Kayu


Sumber: https://images.app.goo.gl/mzBKM6K74ZTfftUi8

2. Jembatan Beton
Konstruksi jembatan beton menggunakan material beton biasanya digunakan untuk jalan
raya. Keunggulan jembatan ini adalah memiliki daya tekan kuat, kuat lentur yang tinggi, dan
lebih awet. Dalam perencanaan jembatan, beban yang dihitung meliputi beban primer, beban
mati, beban hidup, beban kejut, dan beban sekunder.

Gambar Jembatan Beton


Sumber: https://images.app.goo.gl/N7BVCAYdVzpAdgmLA

3. Jembatan Baja
Konstruksi jembatan baja akan diperhitungkan kebutuhan bentangnya, apakah akan
memakai material baja dalam bentuk rangka ataupun baja profil menerus. Jembatan ini
menggunakan berbagai macam komponen dan sistem struktur baja seperti deck, girder, rangka
batang, pelengkung, penahan, dan penggantung kabel.

Gambar Jembatan Baja


Sumber: https://images.app.goo.gl/aMKjnpRzDbU3uBJi7

4. Jembatan Komposit
Jembatan komposit merupakan jembatan yang mengkombinasikan dua atau lebih
material yang berbeda sehingga dapat membentuk satu kesatuan yang memiliki sifat yang lebih
baik. Jembatan komposit yang umumnya digunakan adalah kombinasi antara bahan konstruksi
baja dengan beton bertulang, yaitu dengan mengkombinasikan baja sebagai deck (gelagar) dan
beton bertulang sebagai plat lantai jembatan yang bekerja sama mendukung beban sebagai satu
kesatuan balok.
Gambar Jembatan Komposit
Sumber: https://images.app.goo.gl/W8gYfcTx8BsDcWV6A

5. Suspension bridge
Suspension Bridge adalah jembatan yang menggunakan tumpuan ketegangan kabel
ketimbang tumpuan samping. Umumnya memiliki kabel utama atau kabel baja dan rantai lain
di setiap ujung jembatan. Setiap beban yang terdapat di jembatan berubah menjadi ketegangan
dalam kabel utama, jembatan suspensi modern jangkar kabel ke ujung jembatan itu sendiri,
suspension bridge bertumpu pada kabel vertikal yang terikat tali antara menara dan tumpuan.

Gambar Suspension Bridge


Sumber: https://images.app.goo.gl/WJx6bKwsT2Qbxdsv9

6. Truss Bridge
Truss Bridge adalah jembatan yang segi konstruksi lebih kokoh karena menggunakan
kerangka truss yang berbentuk triangular. Meski tidak menancap ke tanah, namun tiang
jembatan menjadi lebih kaku karena bentuk segitiga yang menghubungkan tiang yang satu
dengan tiang lainnya.

Gambar Truss Bridge


Sumber: https://images.app.goo.gl/L7M2LT7yXJQgKVfK7

7. Beam Bridge
Dikenal juga sebagai jembatan grider, desain kontruksi ini merupakan yang paling
sederhana dalam membuat sebuah jembatan. Umumnya, jembatan ini berbentuk horizontal
lurus, dengan tiang vertikal sebagai tiang pancang untuk memperkokohnya.
Biasanya, tiang pancang terbuat dari baja atau beton yang ditancapkan ke dalam tanah.
Konstruksi beam bridge umum digunakan untuk menghubungkan dua dataran yang
tergolong dekat. Misalnya wilayah yang dipisahkan oleh sungai.

Gambar Beam Bridge


Sumber: https://images.app.goo.gl/fYdVREfbZLuxUNMBA

8. Arch Bridge
Arch atau yang dalam bahasa Inggris berarti lengkungan merupakan jembatan
yang dibuat secara melengkung layaknya busur panah. Meski secara konstruksi lebih
menghemat material (tidak membutuhkan banyak material), namun secara ketahanan,
desain ini lebih kuat dibandingkan dengan beam maupun truss.

Gambar Arch Bridge


Sumber: https://images.app.goo.gl/m3RVF6EMbVQRVcLb9

9. Cable Stayed Bridge


Jembatan cable-stayed menggunakan kabel sebagai elemen pemikul lantai lalu
lintas. Pada cable-stayed kabel langsung ditumpu oleh tower. Jembatan cable-stayed
merupakan gelagar menerus dengan tower satu atau lebih yang terpasang diatas pilar –
pilar jembatan ditengah bentang. Jembatan cable-stayed memiliki titik pusat massa
yang relatif rendah posisinya sehingga jembatan tipe ini sangat baik digunakan pada
daerah dengan resiko gempa dan digunakan untuk variasi panjang.
Gambar Cable Stayed Bridge
Sumber: https://images.app.goo.gl/1Dt1YpZ4w4zSWqM8A

B. Berdasarkan Kegunannya

1. Jembatan Jalan Raya


Jembatan jalan raya merupakan struktur jalan utama yang digunakan untuk melewati
suatu medan yang sulit. Mayoritas jembatan jalan raya tidak dapat digunakan oleh pejalan kaki
karena tidak disediakan jalur khusus untuk pejalan kaki. Jenis ini lebih sering digunakan
kendaraan berupa truck, mobil, bus, dll.

Gambar Jembatan Jalan Raya


Sumber: https://images.app.goo.gl/Pxga2SVVDxfooeA7A

2. Jembatan Jalan Kereta Api


Jembatan kereta api merupakan konstruksi jembatan yang digunakan oleh kereta api, baik
kereta barang ataupun kereta berpenumpang. Tujuannya sama, yakni untuk melintasi medan
yang sulit. Jembatan kereta atau Railway Bridge sangat berpengaruh pada perjalanan kereta
api. Karena dapat mempercepat jalur kereta agar tidak memutar. Jembatan kereta juga harus
dirancang sesuai dengan tingkat kecepatan kereta api.

Gambar Jembatan Kereta Api


Sumber: https://images.app.goo.gl/7Arm35oiBjvixXTU9
3. Jembatan Jalan Air
Jembatan jalan air digunakan untuk emngalirkan debit air unruk melewati suatu jalan
atau medan yang sulit. Jembatan air juga berguna untuk jalan kapal, melewati sungai maupun
jalan.

Gambar Jembatan Air


Sumber: https://images.app.goo.gl/TT17SFkHs1Mqi7HJ6

4. Jembatan Jalan Pipa


Jembatan pipa berfungsi untuk membuat jalan pipa melewati sungai atau yang lain
yang tidak memungkintak penanaman pipa.

Gambar Jembatan Pipa Air


Sumber: https://images.app.goo.gl/73pQRsLs4D3i6urj6
5. Jembatan Penyebrangan
Jembatan peyebrangan hanya digunakan oleh pejalan kaki. Jembatan ini umumnya
terletak di darat maupun di atas sungai. Jenis jembatan ini memudahkan pejalan kaki untuk
melewati medan yang sulit. Jembatan pejalan kaki mulai digunakan sejak zaman Romawi
Kuno, tepatnya 142 SM.

Gambar Jembatan Penyebrangan Orang


Sumber: https://images.app.goo.gl/88LVf2WxvUTYLXmr9

Anda mungkin juga menyukai