Anda di halaman 1dari 2

Studi Kasus

Pada bulan Januari 20X1, PT. Carrefour Indonesia (“Carrefour”) sebagai perpanjangan
dari Hypermarket Perancis di Indonesia, mengakuisisi 75% saham pengusaha
minimarket lokal, PT Alfa Retailindo Tbk (“Alfa”), dengan harga Rp 674 M (sekitar USD
79 juta). Akuisisi ini oleh berbagai kalangan dilihat tidak hanya sekedar ekpansi dari
Carrefour ke bisnis minimarket tapi juga sebagai usaha Carrefour untuk memperkuat
kepemimpinan dan penguasaan pasar di industri retail Indonesia yang berkembang
pesat dan menguntungkan.
Setelah adanya akuisisi Alfa oleh Carrefour, KPPU memulai penyelidikan apakah akuisisi
tersebut bertentangan atau tidak dengan UU Anti-Monopoli. Pada bulan Februari 20X1,
KKPU menemukan bahwa akuisisi tersebut melanggar UU Anti Monopoli karena :
1. Peningkatan market share Carrefour Hypermarket dan Supermarket dari 44,75%
ke 66,73% yang membuat Carrefour memiliki posisi yang dominan di pasar.
2. Carrefour menggunakan posisi dominan yang dimilikinya untuk mendikte
aturan/ketentuan perdagangan yang tidak adil terhadap supplier. Hal ini
bertentangan terhadap pasal 25 UU No.5 tahun 1999 tentang Anti Monopoli.
Carrefour didenda Rp 25 M (sekitar USD 2,7 juta) dan diperintahkan untuk menarik
kembali (divestasi) sahamnya di Alfa dalam waktu 1 tahun. Carrefour mengajukan
banding di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dengan alasan sebagai berikut :
1. Pangsa Pasar Carrefour setelah Akuisisi
Pasal 17 dari UU Anti Monopoli melarang pelaku usaha menguasai pasar secara
dominan, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat. Ayat (2) menyebutkan bahkwa pelaku usaha dapat
dikatakan memiliki penguasaan pasar yang dominan, apabila mereka menguasai
50% atau lebih pangsa pasar (market share) suatu barang atau jasa tertentu.
Berdasarkan penyelidikan KPPU, faktanya setelah akuisisi Alfa, market share
Carrefour meningkat hingga lebih dari 50% market share Hypermarket dan
Supermarket di Indonesia.
2. Ketentuan perdagangan antara Supplier dan Carrefour
Temuan KPPU juga didasarkan pada berbagai laporan dari supplier yang
berhubungan Carrefour yang mengklaim bahwa setelah akuisisi, Carrefour
memegang posisi dominan di pasar Hypermarket dan Supermarket dan
menggunakan posisi dominan yang dimilikinya untuk menekan supplier untuk
menyetujui tranding term (aturan perdagangan) yang diajukan oleh Carrefour.
Hal ini melanggar pasal 25 UU anti monopoli.
Terdapat bukti bahwa setelah akuisisi, supplier Carrefour harus menanggung biaya
listing, fixed rebate (potogan harga tetap), biaya promosi dan biaya terkait lainnya.
Diduga bahwa market share Carrefour meningkat pesat setelah akuisisi Alfa, yang
membuat supplier tidak punya pilihan lain selain menyetujui permintaan Carrefour.
Pada bulan Februari 20X2, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tidak menyetujui
keputusan KKPU dan menyatakan bahwa akuisisi Alfa oleh Carrefour tidak melanggar UU
Anti Monopoli. Pada bulan Maret 20X2, KPPU mengajukan banding atas putusan tunda
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan ke Mahkamah Agung.

Pertanyaan
1. Carrefour melakukan akuisisi Alfa, apa pengaruhnya terjadap market pasar retail?
2. Carrefour melakukan akuisisi Alfa, apakah ada lingkungan pasar retail yang
dominan?
3. Dengan menguasai pasar retail, Carrefour memiliki daya tawar terhadap supplier
sehingga memperoleh harga yang relatif murah untuk kemudian dijual ke
konsumen dengan harga yang kompetitif. Apakah Carrefour menerapkan strategi
keunggulan bersaing?
1. Pengaruhnya terhadap market retail
Dengan adanya akuisisi PT Alfa Retailindo Tbk oleh PT Carefour Indonesia biaya
yang ditanggung oleh pemasok (supplier) mengalami kenaikan yang cukup
signifikan. Kenaikan biaya yang dimaksud adalah beban untuk promosi, diskon
promosi, dan biaya rabat yang mengalami kenaikan sebesar 20%, dari 13%
sebelum dilakukan akuisisi PT Alfa Retailindo Tbk oleh PT Carefour Indonesia
menjadi 33% pasca akuisisi. Akibat yang ditimbulkan dari kenaikan biaya
tersebut berimbas kepada harga jual kepada konsumen yang tinggi. Menurut
Ahmad Junaidi (Dirkom KPPU), kerugian bagi konsumen yang ditimbulkan atas
akuisisi ini nilainya mencapai triliunan rupiah.
(https://bisnis.tempo.co/read/1574179/penjelasan-resmi-bukalapak-soal-dana-
rp-14-triliun-untuk-akuisisi-startup diakses pada tanggal 31 Maret 2022)

Anda mungkin juga menyukai