Anda di halaman 1dari 3

Nama : Suhirto Konoras

Npm : 202012001
Mata Kuliah : Aspek Hukum

Tugas 2
Kasus Monopoli atau Oligopoli yang menyalahi aturan Undang-undang Monopoli

Kasus 1 Monopoli Carrefour

Seiring dengan perkembangan, persaingan usaha , khususnya pada bidang ritel diantara
pelaku usaha semakin keras. Untuk mengantisipasinya, Pemerintah dan DPR menerbitkan
Undang Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Praktek Antimonopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat. Dengan hadirnya undang-undang tersebut dan lembaga yang mengawasi
pelaksanaannya, yaitu KPPU, diharapkan para pelaku usaha dapat bersaing secara sehat
sehingga seluruh kegiatan ekonomi dapat berlangsung lebih efisien dan memberi manfaat bagi
konsumen.

Di dalam kenyataan yang terjadi, penegakan hukum UU praktek monopoli dan


persaingan usaha tidak sehat ini masih lemah. Dan kelemahan tersebut ”dimanfaatkan” oleh
pihak CARREFOUR Indonesia untuk melakukan ekspansi bisnis dengan mengakuisisi PT Alfa
Retailindo Tbk. Dengan mengakuisisi 75 persen saham PT Alfa Retailindo Tbk dari Prime Horizon
Pte Ltd dan PT Sigmantara Alfindo. Berdasarkan laporan yang masuk ke KPPU, pangsa pasar
Carrefour untuk sektor ritel dinilai telah melebihi batas yang dianggap wajar, sehingga
berpotensi menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat. Kasus PT Carrefour sebagai
Pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999. Salah satu aksi perusahaan yang cukup sering dilakukan
adalah pengambil alihan atau akuisisi. Dalam UU No.40/2007 tentang Perseroan terbatas
disebutkan bahwa hanya saham yang dapat diambil alih. Jadi, asset dan yang lainnya tidak
dapat di akuisisi. Akuisisi biasanya menjadi salah satu jalan untuk meningkatkan efisiensi dan
kinerja perusahaan. Dalam bahasa inggrisnya dikenal dengan istilah acquisition atau take over .
pengertian acquisition atau take over adalah pengambilalihan suatu kepentingan pengendalian
perusahaan oleh suatu perusahaan lain. Istilah Take over sendiri memiliki 2 ungkapan ,
1.Friendly take over (akuisisi biasa) 2. hostile take over (akuisisi yang bersifat “mencaplok”)
Pengambilalihan tersebut ditempuh dengan cara membeli saham dari perusahaan tersebut.

Dalam sidang KPPU tanggal 4 november 2009, Majelis Komisi menyatakan Carrefour
terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 17 (1) dan Pasal 25 (1) huruf a UU
No.5/1999 tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.. Pasal 17 UU
No. 5/1999, yang memuat ketentuan mengenai larangan bagi pelaku usaha untuk melakukan
penguasaan pasar, sedangkan Pasal 25 (1) UU No.5/1999 memuat ketentuan terkait dengan
posisi dominan.

Majelis Komisi menyebutkan berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh selama


pemeriksaan perusahaan itu pangsa pasar perusahaan ritel itu meningkat menjadi 57,99%
(2008) pasca mengakuisisi Alfa Retailindo. Pada 2007, pangsa pasar perusahaan ini sebesar
46,30%. sehingga secara hukum memenuhi kualifikasi menguasai pasar dan mempunyai posisi
dominan, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 17 Ayat 2 UU No.5 Tahun 1999.

Berdasarkan pemeriksaan, menurut Majelis KPPU, penguasaan pasar dan posisi


dominan ini disalahgunakan kepada para pemasok dengan meningkatkan dan memaksakan
potongan-potongan harga pembelian barang-barang pemasok melalui skema trading terms.
Pasca akuisisi Alfa Retailindo, sambungnya, potongan trading terms kepada pemasok
meningkat dalam kisaran 13%-20%. Pemasok, menurut majelis Komisi, tidak berdaya menolak
kenaikan tersebut karena nilai penjualan pemasok di Carrefour cukup signifikan.

Kasus 2 Monopoli Apple terhadap harga E-book

Pada Agustus 2011, gugatan class action ditujukan pada Apple dan sejumlah penerbit
karena dianggap mempermainkah harga ebook secara ilegal.. Yakni, CBS Corp., Lagardere SCA,
Hachette Book Group, Pearson Plc., Penguin Group, Macmillan, dan HarperCollins Publishers
Inc., anak perusahaan News Corp. Para penerbit ini mendistribusikan buku elektroniknya (e-
book) melalui jaringan Apple, yang dikelola iTune. Melalui kerja sama yang terjadi sejak tahun
2010 ini, Apple langsung memangkas hasil penjualan sebesar 30 persen.Dan kini setelah
beberapa bulan berselang, kasus tersebut masih berlanjut, yang artinya Apple harus
berhadapan dengan pihak pemerintah dengan tuduhan bekerjasama dengan beberapa penerbit
untuk menaikkan harga ebook populer yang tentu saja dianggap merugikan konsumen. Pihak
Apple dengan tegas tidak ingin berdamai pada kasus ini dan ingin menyelesaikan melalui jalur
hukum.

Dua dari lima penerbit tergugat, Macmillan dan Penguin Group, juga melakukan langkah
sama seperti yang dilakukan Apple pada saat sesi dengar pendapat di kantor divisi anti-
monopoli perdagangan Departemen Hukum Amerika.
Lembaga berwenang di Amerika dan Eropa sedang melakukan investigasi atas dugaan
praktek monopoli dan persaingan tidak sehat yang dilakukan Apple beserta mitranya itu.
Seorang sumber yang mengetahui kasus ini,seperti dikutip Reuters, menuturkan materi yang
diselidiki adalah dugaan penggunaan harga tetap (fixed price), menjegal pesaing, dan
merugikan konsumen. Sebelumnya pemerintah Amerika telah menentukan harga tetap untuk
ebook pada 2010 saat iPad 1 rilis. Harga ebook kemudian terus melonjak rata-rata $2 – $3 tiap
3 hari di awal 2010. Dalam kasus ini, sebenarnya dipicu oleh model penetapan harga semena-
mena oleh sejumlah penerbit. Apple sebagai ‘distributor’ ikut terseret.

Anda mungkin juga menyukai