Anda di halaman 1dari 7

KELOMPOK 5

LEGAL AUDIT KELAS D


Anggota :
Jeremias Sitohang 1810611
Ifran Wiguna 1810611
Alisya Nur Hidayah 1810611347
Raden Alya 1910611194

Legal Opinion

Mengenai Pelaporan Kepada KPPU Terhadap Perusahaan Sirup GHI

Oleh

Produsen Sirup DEF

A. Latar Belakang

Bahwa Klien kami adalah Perusahaan yang bergerak dibidang penjualan sirup dengan nama
produksi adalah Sirup DEF. Perusahaan produsen Sirup DEF sendiri memiliki saingan di
pasar dengan Produsen Sirup GHI dan menambah ketegangan mendekati bulan Ramadhan
dan Idul Fitri. Pada pemasaran PT DEF (Produsen Merek DEF) sendiri menguasai pangsa
pasar sebesar 25% di Jabodetabek, sedangkan PT GHI (Produesn Merek GHI) menguasai
15% sedangkan perusahaan lainnya menguasai masing- masing tidak lebih dari 5% dari
berbagai macam merek sirup dari perusahaan berbeda. Bahwa kedua pemilik Produsen Sirup
penguasa tersebut sama- sama merupakan pengurus klub Motor Gede di Kabupaten Bogor
dan tidak sengaja melakukan pertemuan dan membahas mengenai kesepakatan mengeluarkan
varian sirup Pandan Wangi namun PT GHI belum berminat mengeluarkan Produk tersebut
secara langsung dan menggantinya dengan Produk varian Vanilla Orange.
B. Permasalahan

- Bahwa Pada tanggal 15 Februari 2019 terjadi pertemuan antara pemegang merek JKL,
MNO, PQR dan STU terkait menaikkan harga sirup rasa Pandan Wangi sebanyak 10%
dari harga normal dan merupakan hal yang wajar menjelang Ramadhan.
- Bahwa Kesepakatan ini disepakati oleh Pemegang Merek namun bocor dan dikatehui
oleh KPPU, namun Perusahaan- perusahaan tersebut menyatakan tidak ada yang salah
dengan membuat kesepakatan kenaikan harga dikarenakan Kelima Merek ini (JKL,
MNO, PQR, STU dan DEF) sedang tidak dalam posisi Dominan.
- Bahwa pemegang Merek GHI yang mengetahu mengenai kesepakatan ini dan merasa
tidak diajak lalu memutuskan mengeluarkan varian rasa pandan wangi, dikarenakan
sesuai riset varian yang paling banyak dicari
- Bahwa pada tanggal 1 April 2019 Perusahaan GHI mengeluarkan produk Sirup Pandan
Wangi dan melancarkan stategi penjualan dengan bekerja sama dengan toko- toko retail
di Jabodetabek untuk memasarkan produk Sirup GHI pada rak terdepan sedangkan untuk
sirup yang lain di pasarkan di rak terbelakang guna menarik perhatian konsumen atas
Produk Sirup GHI
- Bahwa Perusahaan GHI menjanjikan imbalan apabila total penjualan sirup GHI (segala
varian) di atas 100 botol dalam satu bulan (berlaku kelipatannya), maka toko-toko retail
itu akan mendapat pembagian keuntungan 20%

C. Peraturan Perundang- undangan dan Dokumen yang diperiksa

- Undang- undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945


- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Wetboek van Stafrecht)
- Undang- undang No 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat.
- Pasal 15 Ayat 3 b Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek
Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
- Pasal 19 a dan b Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek
Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
- Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2021 Tentang Pelaksanaan Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
- Pasal 1337 KUH Perdata,

D. Pendapat Hukum

Strategi marketing yang dijelaskan diatas memenuhi unsur pelanggaran UU No. 5 Tahun
1999, dimana dalam pasal ini pelaku usaha melarang kegiatan dalam hal ini adalah menyuruh
retail-retail Perusahaan GHI untuk menaruh barang-barang darinya di bagian depan toko dan
produk dari perusahaan lain di taruh di bagian pojok toko. Hal ini mengakibatkan praktik
monopoli atau persaingan usaha yang tidak sehat. Ketentuan ini dengan jelas dilanggar oleh
GHI karena telah mematikan usaha pesaing yang ada di pasar Jabodetabek. Kegiatan
“mematikan” ini dilakukan dengan cara menghambat pemasaran produk DEF dan produsen
lain. Strategi marketing ini telah diputuskan dalam putusan perkaran Nomor 06/KKPU-
L/2004. Dalam kasus tersebut pasal 19 dinyatakan sebagi ketentuan yang dilanggar.
Mengenai pelanggaran pada pasal 19 No. 5 Tahun 1999 diatur dalam pasal 48 berupa
pengenaan pidana pokok dan kemungkinan pidana tambahan. Terhadap pelanggaran pasal 19
pidana dendanya adalah 25 milyar dan maksimal 100 milyar dan pidana pengganti denda
maksimal 6 bulan.
Dalam kasus Perusahaan Sirup GHI yang dipermasalahkan adalah menjanjikan imbalan
apabila total penjualan sirup GHI (segala varian) di atas 100 botol dalam satu bulan (berlaku
kelipatannya), maka toko-toko retail itu akan mendapat pembagian keuntungan 20%. Hal ini
bertentangan dengan Pasal 15 Ayat 3 b Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang
berbunyi, “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian mengenai harga atau potongan harga
tertentu atas barang dan atau jasa, yang memuat persyaratan bahwa pelaku usaha yang
menerima barang dan atau jasa dari pelaku usaha pemasok: … b. tidak akan membeli barang
dan atau jasa yang sama atau sejenis dari pelaku usaha lain yang menjadi pesaing dari pelaku
usaha pemasok.”
Selanjutnya dalam Pasal 19 ayat a dan b Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
dikatakan, “Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri
maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli
dan atau persaingan usaha tidak sehat berupa : a. menolak dan atau menghalangi pelaku
usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan; atau b.
menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk tidak melakukan
hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya itu.” Dalam kasus ini perusahaan GHI
bersekongkol dengan pihak lain (dalam ini toko-toko retail di Jabodetabek)untuk
menghambat produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa pelaku usaha pesaingnya
(dalam hal ini menyingkirkan produk selain GHI dari rak-ra depan toko-toko tersebut).
Dengan maksud agar barang dan/atau jasa yang ditawarkan Atau dipasok di pasar
persangutan (Jabodetabek) menjadi berkurang baik dari jumlah, kualitas, maupun ketepatan
waktu yang diersyaratkan. Dengan strategi marketing GHI, jelas-jelas telah berpotensi
menyebabkan omzet pemasaran DEF berkurang. Data tentang pengurangan omzet ini Tidak
kami peroleh, tetapi sebaiknya disiapkan oleh DEF untuk dokumen apabila kasus ini Tidak
kami peroleh, tetapi sebaiknya disiapkan oleh DEF untuk dokumen apabila kasus ini akan
diproses di KPPU. Hal ini juga Karena Pasal 19 dan 20 bersifak rule of reason dalam Arti
perlu ada akibat yang harus dibuktikan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2021 pasal 1 ayat 1 disebutkan
bahwa “Monopoli adalah penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau atas
penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha.” Dari
Peraturan Pemerintah yang baru ini semakin memperkuat larangan adanya monopoli yang
dilakukan oleh perusahaan GHI. Mengenai sebab terlarang diatur dalam Pasal 1337 KUH
Perdata, yang berbunyi, “Suatu sebab adalah terlarang, jika sebab itu dilarang oleh undang-
undang atau bila sebab itu bertentangan dengan kesusilaan atau dengan ketertiban umum.”
Hah tersebut mengac pada tindakan pertemuan yang dilakkan oleh Perusahaan JKL, MNO,
PQR, dan STU.
Bertitik tolak dari peraturan KPPU No. 6 Tahun 2009, unsur-unsur di dalam Pasal 51 UU
No. 5 Tahun 1999 dijabarkan sebagai berikut:
1. Unsur “pratek monopoli”. Pengertian praktek monopoli menurut Pasal 1 Butir 1 Undang-
Undang Nomor 5 tahun 1999 adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku
usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa
tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan
kepentingan umum. Atas dasar definisi ini, perbuatan perusahaan GHI melakukan praktek
monopoli dengan meminta toko- toko retail di Jabodetabek untuk memasarkan produk Sirup
GHI pada rak terdepan sedangkan untuk sirup yang lain di pasarkan di rak terbelakang guna
menarik perhatian konsumen atas Produk Sirup GHI. Hal ini dapat dikatekorikan pada
Persaingan Usaha tidak sehat.
2. Unsur “persaingan Usaha tidak sehat”. Menurut Pasal 1 Butir 6 Undang-Undang Nomor 5
tahun 1999 persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antarpelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan
dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha. Hal ini juga
dapat merepresentasikan tidakan yang dilakukan oleh perusahaan GHI.
3. Unsur “pelaku usaha”. Dalam Pasal 1butir 5 Undang- undang Nomor 5 Tahun 1999 dijelaskan
bahwa pengertian pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang. Kemudian diperjelas kembali dpada
Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2021 bahwa pelaku usaha dilarang
melakukan kecurangan dalam menetapkan biaya produksi dan biaya lainnya yang menjadi
bagian dari komponen harga barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya
persaingan usaha tidak sehat.

Peraturan KPPU No. 6 Tahun 2009 mengatakan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan
JKL, MNO, PQR dan STU berpotensi untuk melanggar UU No. 5 Tahun 1999 karena dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat. Terbukti
setelah Perusahaan GHI mencoba melakukan berbagai cara untuk tetap memenangkan
produknya di pasar sehingga Perusahaan GHI melakukan monopoli.

E. Kesimpulan dan Rekomendasi Hukum


KESIMPULAN
1) Bahwa menurut pendapat kami kegiatana yang dilakukan perusahaan GHI telah
memenuhi unsur pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999, dimana dalam pasal ini
Perusahaan GHI menyuruh retail-retail Perusahaan GHI untuk menaruh barang-
barang darinya di bagian depan toko dan produk dari perusahaan lain di taruh di
bagian pojok toko.
2) Bahwa dengan adanya unsur menjanjikan imbalan, juga bertentangan dengan Pasal
15 Ayat 3B Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang berbunyi, “Pelaku usaha
dilarang membuat perjanjian mengenai harga atau potongan harga tertentu atas
barang dan atau jasa, yang memuat persyaratan bahwa pelaku usaha yang menerima
barang dan atau jasa dari pelaku usaha pemasok:”
3) Bahwa perkumpulan yang dilakukan oleh JKL, MNO, PQR, dan STU dalam
mengadakan pertemuan dengan tujuan menaikkan harga sirup menjelang lebaran
tanpa adanya perusahaan GHI juga bertentangan dengan Pasal 19 ayat A dan B
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 karna didalamnya dikatakan, “Pelaku usaha
dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku
usaha lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat berupa”
REKOMENDASI
1) Bahwa telah didapatinya Perusahaan GHI melanggar Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999, khususnya Pasal 15 Ayat 3B dan maka dari itu Perusahaan GHI dapat
dilaporkan ke KPPU.
2) Bahwa pertemuan yang dilakukan oleh 5 perusahaan selain GHI, juga menentang
pasal 19 Ayat A dan B Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, oleh karna hal tersebut
itu juga dapat dilaporkan kepada KPPU.
3) Perusahaan DEF dalam hal ini juga perlu menimbang kembali mengenai langkah
yang akan diambil kedepannya, karna perlu diingat kembali perusahaan GHI
melanggar UU Nomor 5 Tahun 1999 dikarenakan tidak diikutsertakan atau diberi
tahunya tentang peretemuan dan maksud dari pertemuan tersebut.

Demikian pendapat hokum kami selaku Advokat/Konsultan Hukum yang independent


dan tidak terafiliasi dengan persereoan. Kami bertanggung jawab atas pendapat hukum (legal
opinion) yang telah dimuat secara tegas dalam surat ini

Hormat Kami,
Kijang & Associates

Anda mungkin juga menyukai