Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS PENGUASAAN PASAR PADA PT CARREFOUR INDONESIA SETELAH

AKUISISI SAHAM PT ALFA RETAILINDO Tbk BERDASARKAN UU No. 5


TAHUN 1999

Disusun untuk memenuhi Tugas Kapita Selekta Hukum Bisnis Kelas D

Dosen Pengampu :
Bagus Rahmanda, S.H., M.H.

Kelompok 8
Annisa Devy Suryawirawan 11000119120105
Balkis Sonia 11000119140379
Dominikus Marcellino 11000119130707
Nabbilah Nofalia Apni 11000119140217
Sabrina Zahara 11000119140182
Zahra Audrey Padalas 11000119102014

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Persaingan usaha dalam berbisnis yang terjadi antar pelaku usaha sudah sering
terjadi asal tidak menimbulkan yang dapat menjatuhkan pesaing.Dalam dunia usaha
tidak jauh dengan persaingan antara pelaku usaha demi mementingkan keuntungan
usahanya. Atas dasar itu lah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang mendorong
banyak orang menjalankan usahanya yang menimbulkan atau melahirkan persaingan
usaha. Adakalanya persaingan dapat dikatakan sehat atau persaingan tidak sehat.
Persaingan diperlukan oleh para pelaku usaha dengan menguasai pasar tentunya
menguasai pangsa pasar. Ketentuan larangan terdapat kegiatan penguasaan pangsa
pasar diatur dalam pasal 19 - pasal 21 yang mengatur tentang penguasaan pasar
undang-undang nomor 5 tahun 1999 tentang praktik monopoli dan persaingan usaha
tidak sehat.1 Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya penguasaan pasar pada PT
Carrefour Indonesia setelah di akuisisi Saham PT Alfa Retailindo Tbk. Kasus PT
Carrefour sebagai Pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999.
Kasus yang terjadi beberapa tahun lalu, pengambil alihan saham PT Alfa
Reatailindo Tbk oleh PT Carrefour, akuisisi ini menimbulkan berbagai pertanyaan
apakah sesuai dengan UU No. 5 tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas. Setelah melakukan MoU antara PT Carrefour dan PT Alfa
Retailindo, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) sebagai lembaga yang
berwenang untuk mengawasi kegiatan persaingan usaha di Indonesia melihat adanya
dampak negatif dari akuisisi tersebut. Dalam permasalahan ini adanya perbedaaan
pendapat terhadap KPPU dan PN Jakarta Selatan.
KPPU mengatakan, dugaan bahwa PT Carrefour telah melakukan praktik
monopoli setelah mengakuisisi PT Alfa Retailindo Tbk terkait penguasaan pasar.
Akuisisi pada PT Alfa Retailindo Tbk dinyatakan batal demi hukum karena melanggar
Pasal 1320 KUHPer. KPPU menilai bahwa PT Carrefour Indonesia terbukti menguasai

1 Ni Wayan Anggita Darmayoni I Gede Yusa. “Merger Terkait Dengan Indikasi Penguasaan Pangsa Pasar
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat”. Vol. 5 No. 1, (2017). 4.
pangsa pasar 57,99% yang bersangkutan upstream setelah menguasai PT. Alfa
Retailindo Tbk pada Januari 2008. Sebelum adanya akuisisi PT Carrefour Indonesia
hanya menguasai 46,30% pangsa pasar upstream. KPPU juga melihat bahwa penguasaan
pasar yang dilakukan PT Carrefour telah disalahgunakan oleh PT Carrefour Indonesia
dengan memberlakukan trading term (syarat-syarat perdagangan) kepada para pemasok.
Setelah akuisisi, trading term antara pelaku bisnis, pemasok dan peretail cenderung naik
dari tahun ke tahun tanpa justifikasi yang jelas. Format dan besaran trading terms dinilai
melanggar hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. PT Carrefour juga
denda administratif sebsar Rp 25 miliar dan melepas kepemelikan sahamnya pada PT
Alfa Retailindo Tbk sebesar 25%.
Sedangkan hakim PN Jakarta Selatan berpendapat lain dengan KPPU, majelis
hakim membatalkan putusan KPPU, hakim menilai PT Carrefour mengakuisisi PT Alfa
Retailindo bukan monopoli. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, PT Carrefour
belum melewati batas yang ada pada UU 5 Tahun 1999. Hakim juga menilai PT
Carrefour tidak melanggar posisi dominan sebagaimana disebutkan KPPU baik sebelum
atau sesudah akuisisi.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan diteliti
dibatasi sebagai berikut :
1. Bagaimana penguasaan pasar yang dilakukan pada PT Carrefour mengakuisisi PT
Alfa Retailindo Tbk?
2. Apa akibat hukum PT Carrefour akuisisi PT Alfa Retailindo Tbk terkait penguasaaan
pasar?

1.3. Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui hukum mengenai penguasaan pasar secara luas; dan
2. Untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan PT Carrefour mengakuisi PT
Alfa Retailindo Tbk merupakan tindakan penguasaan pasar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Penguasaan Pasar


Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 telah dinyatakan secara
eksplisit bahwa persaingan dalam dunia usaha diperbolehkan, asal tidak melanggar hal-
hal yang dilarang dalam Undang-Undang tersebut. Berdasarkan isi dari Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 pasal per pasal mengenai macam kegiatan yang dilarang dalam
persaingan usaha salah satunya adalah penguasaan pasar. Penguasaan pasar sendiri
memiliki makna yang dapat diartikan pelaku usaha yang melakukan penguasaan di pasar
dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dan pelaku usaha kadang kala
melakukannya dengan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan hukum.2 Pasal 19
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menyatakan bahwa penguasaan dapat dilakukan
dengan cara menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan
kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan; atau menghalangi konsumen atau
pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk tidak melakukan hubungan usaha dengan
pelaku usaha pesaingnya itu; atau membatasi peredaran dan atau penjualan barang dan
atau jasa pada pasar bersangkutan; atau melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku
usaha tertentu.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tidak menentukan pengertian
penguasaan pasar. Namun demikian penguasaan pasar ini adalah kegiatan yang dilarang
karena dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan usaha
yang tidak sehat, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 19, Pasal 20, Pasal 21 Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999. Disamping dilarangnya penguasaan pasar yang besar oleh
satu atau sebagian kecil pelaku pasar, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 juga
melarang penguasaan pasar yang secara tidak adil, yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan/atau praktek persaingan curang.3 Kegiatan yang bersifat
penguasaan pangsa pasar yang dilarang tersebut, diatur dalam Pasal 19 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999, yang menyatakan bahwa pelaku usaha dilarang melakukan satu

2 Andi Fahmi Lubis, (et.al.). Hukum Persaingan Usaha Buku Teks (KPPU 2017). 165.
3 Munir Fuady. Hukum Antimonopoli Menyongsong Era Persaingan Sehat. (Bandung: PT Citra Aditya Bakti,
1999). Hlm. 78.
atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

2.2. Macam-Macam Penguasaan Pasar yang dilarang


Bentuk penguasaan pasar yang dilarang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Menolak pesaing (refusal to deal). Menolak atau menghalang-halangi pelaku usaha


tertentu (pesaing) dalam hal melakukan usaha yang sama pada pasar bersangkutan.

2. Menghalangi konsumen, yaitu menghalang-halangi pihak konsumen dari pelaku


usaha lain (pesaing) untuk tidak melakukan atau meneruskan hubungan usaha dengan
pihak usaha pesaing tersebut. Yang dilakukan oleh pelaku usaha ialah dengan
mengadakan perjanjian antara distributor dari pelaku usaha tersebut yang memasarkan
produknya dengan pihak grosir, pengecer, ritel, atau toko yang menjual produknya
tersebut kepada masyarakat. Dimana pelaku ataupun ritel dapat memasarkan produknya
namun tidak boleh menjual produk-produk lain. Apabila para grosir, pengecer, maupun
ritel ini menjual barang lain maka akan diberhentikan pengiriman barang oleh distributor
dan ini jelas merugikan. Dengan perjanjian inilah kemudian bagi para pelaku usaha lain
akan mengalami kesulitan di dalam memasarkan produknya.

3. Pembatasan peredaran produk, yaitu dengan cara membatasi peredaran dan/atau


penjualan barang dan/atau jasa pada pasar bersangkutan.

4. Diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu pesaingnya.

5. Melakukan jual rugi (predatory pricing). Pemasokan produk dengan cara jual rugi
yaitu dengan menetapkan harga yang sangat rendah dengan maksud untuk
menyingkirkan atau mematikan usaha pesaingnya agar tidak mampu lagi bersaing.

6. Penetapan biaya secara curang, yaitu melakukan kecurangan atau manipulasi dalam
menetapkan biaya produksi dan biaya lainnya yang merupakan komponen harga produk
sehingga harga lebih rendah daripada harga sebenarnya.4

4 Mustafa Kamal Rokan. op. cit. Hlm. 163-165.


Pihak yang dapat melakukan penguasaan pasar adalah para pelaku usaha yang
mempunyai market power, yaitu pelaku usaha yang dapat menguasai pasar sehingga
dapat menentukan harga barang dan atau jasa yang ada di pasar bersangkutan. Kriteria
penguasaan pasar tersebut tidak harus 100%, penguasaan pasar sebesar 50% atau 75%
saja sudah dapat dikatakan mempunyai market power.5

5 Andi Fahmi Lubis. op. cit. Hlm. 140.


BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Penguasaan pasar yang dilakukan pada PT Carrefour mengakuisisi PT Alfa


Retailindo Tbk
Penguasaan pasar oleh sebuah perusahaan atau kelompok perusahaan adalah
perilaku monopolisasi, yaitu tindakan atau upaya perusahaan atau kelompok
perusahaan untuk mempertahankan atau meningkatkan posisi monopoli atau posisi
dominan di suatu pasar bersangkutan.6 Penguasaan pasar ini merupakan kegiatan yang
dilarang karena dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli atau persaingan
usaha yang tidak sehat, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 19, Pasal 20, dan Pasal 21
UU No. 5 tahun 1999.
Kasus PT Carrefour dengan putusan yang dikeluarkan Nomor 09/KPPU-
Lf2009, permulaan kasus ini saat Carrefour diduga melakukan monopoli pasca
mengakuisisi 75% saham PT. Alfa Retailindo (Alfa) dan Sigmantara Prime Horizon
sebesar Rp 674 miliar. KPPU menyatakan bahwa dari bukti-bukti yang diperoleh
selama pemeriksaan perusahaan itu pangsa pasar meningkat menjadi 57,99% di tahun
2008 pasca mengakuisisi PT Alfa Retailindo Tbk. perusahaan Carrefour meningkat
sebanyak 46,30%. Berdasarkan grafik yang telah dianalisis KPPU sebelum akuisisi
pada tahun 2007 HHI industi mencapai angka 2950.09 dengan nilai CR4 yang
mencapai 93.36% ha1 tersebut menandakan konsentrasi sangat tinggi dari suatu
industri. Setelah akuisisi pada tahun 2005 tingkat konsentrasi industri semakin
meninggi lagi hingga mencapai angka HHI 3779.16 dan CR4 menjadi 96.70%. Dari
tingkat konsentrasi yang terus meningkat tersebut menunjukkan bahwa kondisi
industri pasar bersangkutan didominasi oleh pelaku usaha tertentu. Secara hukum PT
Carrefour menguasai pasar dan mempunyai posisi yang dominan, sebagaimana
tercantum dalam Pasal 17 ayat (2) UU No. 5 tahun 1999.
Penguasaan pasar yang dilakukan PT Carrefour, dilihat dari pasar yang
bersangkutan, pasar yang meliputi hypermarket dan supermarket nasional serta tidak
memasukkan hypermarket dan supermarket lokal serta tidak memasukkan retail

6 https://www.kppu.go.id/id/wp-content/uploads/2012/03/Pedoman-Pasal-19.pdf (diakses tanggal 21 Maret


2022.
modem yang berskala nasional yakni minimarket, departemen store maupun grosir
maka adanya karakteristik presentasi yang berbeda sehingga PT. Carrefour Indonesia
dinyatakan memiliki pangsa pasar downstream di atas 50% (lima puluh persen) dan
memiliki pangsa pasar upstream sebesar 57% (lima puluh tujuh persen). Namun
perbedaan dari majelis hakim perhitungan pangsa pasar dilakukan melalui pasar
geografis di wilayah Indonesia bukan outlet atau gerai Alfa Retailindo.
PT Carrefour sebagai badan hukum usaha yang melakukan kegiatan di bidang
perekonomian, dilihat dari tim investigasi KPPU adanya pangsa pasar lebih dari 50%
yaitu 57.99% sepada pasar bersangkutan upstream telah akuisisi PT Alfa Retailindo
Tbk, kenaikan presentase PT Carrefour setelah mengakuisisi PT Alfa Retailindo Tbk
yang menyebabkan dampak negatif bagi pesaing. Penguasaan pasar dan posisi
dominan disalahgunakan juga oleh pemasok melalui skem trading terms dengan
meningkatkan potongan harga pembelian barang pemasok. PT carrefour melakukan
potongan trading tems kepada pemasok meningkat sekitar 13-20%. Secara sosiologis,
persaingan usaha yang tidak sehat yang dilakukan PT. Carrefour Indonesia dengan
menerapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) kepada para pemasok,
berpotensi merugikan Usaha Kecil menengah (UKM) yang memasok kepada PT.
Carrefour Indonesia, serta merugikan peritel tradisional yang disebabkan daya saing
yang kurang berimbang.

3.2. Akibat hukum PT Carrefour Akuisisi PT Alfa Retailindo Tbk Terkait Penguasaaan
Pasar
Pada aturannya dalam Pasal 28 ayat (2) Undang-Undang No 5 Tahun 1999
telah dijelaskan bahwasanya pelaku usah tidak diizinkan untuk melakukan penagmbil
alihan saham pada perusahaan lain jika dalam dilakukannya tindakan tersebut terdapat
potensi tejadinya monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. Dari Pasal 28 ayat (2)
ini pemerintah telah membuat PP yang mengatur tentag pasal ini yaitu PP Nomor 57
Tahun 2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan
Saham Perusahan Yang Dapat Mengakinatkan Terjadinya Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat. 7

7 Pasal 3 ayat (1) PP No 57 tahun 2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan
Pengambilalihan Saham Perusahaan Yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktek Monopoli dan Persaingan
Untuk menilai apakah suatu merger dapat menimbulkan praktik monopoli
danlatau persaingan usaha tidak sehat, Komisi akan melakukan penilaian terhadap
Pemberitahuan maupun Konsultasi Merger, Akuisisi atau Konsolidasi berdasarkan
analisis8
1. Konsentrasi Pasar
Langkah analisis konsentrasi pasar diawali dengan terlebih dahulu
mendefinisikan Pasar Bersangkutan. Pasar Bersangkutan menurut pasal 1 angka 10
Undang-Undang No 5 Tahun 1999 adalah pasar yang berkaitan dengan jangkauan atau
daerah pemasaran tertentu oleh pelaku usaha atas barang dan atau jasa yang sama atau
sejenis atau substitusi dari barang dan atau jasa tersebut.
Dalam kasus ini konsentrasi pasar PT. Carrefour sebelum akuisisi pada tahun
2007 HHI industri mencapai angka 2950.09 dengan nilai CR4 yang mencapai 93.36%
hal tersebut menandakan konsentrasi sangat tinggi dari suatu industri. Setelah akuisisi
pada tahun 2008 tingkat konsentrasi industri semakin meninggi lagi hingga mencapai
angka HHI 3779.16 dan CR4 menjadi 96.70%.
Dari tingkat konsentrasi yang terus meningkat tersebut menunjukkan bahwa
kondisi industri pasar bersangkutan didominasi oleh pelaku usaha tertentu yang dalam
hal ini adalah PT. Carrefour.

2. Hambatan Masuk Ke Pasar

Dalam hal ini dapat dilihat dan diukur melalu data-data historis jumlah pelaku
usaha di dalam pasa bersangkutan dari tahun ke tahun. pasca mengakuisisi PT. Carrefour
mempunyai pangsa pasar yang sangat besar di pasar bersangkutan ha1 tersebut membuat
PT. Carrefour Mempunyai Posisi Dominan pada pasar yang bersangkutan. Akibat dari
ha1 tersebut tentu saja membuat pelaku usaha lain yang akan masuk di bidang kegiatan
usaha yang sama pada pasar bersangkutan menjadi sulit bersaing. Hal tersebut
dikarenakan PT. Carrefour mernpunyai penguasaan pasar yang besar pada pasar
bersangkutan tersebut. Dan juga apabila kita melihat Industri Rite1 pada pasar yang
bersangkutan sampai saat ini masih didominasi oleh peritel- peritel besar seperti

Usaha Tidak Sehat.


8 Peraturan Komisi Nomor 13 Tahun 2010, hal. 16
Carrefour, Giant, dan Lotte. Belum adanya pemain baru pada pasar ini dikarenakan
adanya dominasi dari salah satu peritel besar yaitu PT. Carrefour.

Sehingga dari analisa tesebut, dapat disimpulkan bahwasanya PT. Carrefour


melanggara Pasal 28 ayat (2) karena telah melakukan akuisisi yang dapat menimbulkan
praktek monopoli atau persaingan tidak sehat diantara usaha retail di Indonesia. Sehingga
PT. Carrefour dapat dijatuhkan hukuman dengan melepaskan seluruh kepemilikan
sahamnya di PT. Alfa Relatilindo selambat-lambatnya satu tahun setelah putusan KPPU
berkekuatan hukum tetap, dan denda sebesar 25 miliar yang hams disetor ke kas negara
sebagai setoran pendapatan denda bidang persaingan usaha. Hal tersebut telah sesuai
dengan pasal47 yang mengatur tentang sanksi administratif dan denda.

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Penguasaan pasar ini merupakan kegiatan yang dilarang karena dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli atau persaingan usaha yang tidak sehat,
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 19, Pasal 20, dan Pasal 21 UU No. 5 tahun 1999.
PT. Carrefour melakukan monopoli pasca mengakuisisi 75% saham PT. Alfa Retailindo
(Alfa) dan Sigmantara Prime Horizon sebesar Rp 674 miliar.
KPPU menyatakan bahwa dari bukti-bukti yang diperoleh selama pemeriksaan
perusahaan itu pangsa pasar meningkat menjadi 57,99% di tahun 2008 pasca
mengakuisisi PT Alfa Retailindo Tbk. perusahaan Carrefour meningkat sebanyak
46,30%.
PT Carrefour, menguasai pasar yang meliputi hypermarket dan supermarket
nasional serta tidak memasukkan hypermarket dan supermarket lokal serta tidak
memasukkan retail modem yang berskala nasional sehingga PT. Carrefour Indonesia
dinyatakan memiliki pangsa pasar downstream di atas 50% (lima puluh persen) dan
memiliki pangsa pasar upstream sebesar 57% (lima puluh tujuh persen).
Pada aturannya dalam Pasal 28 ayat (2) Undang-Undang No 5 Tahun 1999 dijelaskan
bahwasanya pelaku usaha tidak diizinkan untuk melakukan penagmbil alihan saham pada
perusahaan lain jika dalam dilakukannya tindakan tersebut terdapat potensi tejadinya
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
Sehingga PT. Carrefour dapat dijatuhkan hukuman dengan melepaskan
seluruh kepemilikan sahamnya di PT. Alfa Relatilindo selambat-lambatnya satu tahun
setelah putusan KPPU berkekuatan hukum tetap, dan denda sebesar 25 miliar yang hams
disetor ke kas negara sebagai setoran pendapatan denda bidang persaingan usaha. Hal
tersebut telah sesuai dengan pasal47 yang mengatur tentang sanksi administratif dan
denda.
Tetapi PT. Carrefour tidak dapat dikualifikasikan melakukan pelanggaran
terhadap pasal 28 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 karena belum ada
Peraturan Pemerintah yang mengatur lebih lanjut. Hal ini mengakibatkan PT. Carrefour
Indonesia bagi pasar modern ditinjau dari hukum persaingan usaha yaitu menimbulkan
kondisi anti persaingan antar pelaku usaha dalam dunia bisnis khususnya bagi pasar
modern.
4.2. Saran

Untuk menghindari persaingan usaha yang tidak sehat serta mengenai Akuisisi
baik yang tercantum dalain Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 maupun Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007. Para pelaku usaha seharusnya jika berniat untuk
melakukan akuisisi dapat mengkonsultasikan masalahnya serta melaporkan niatnya
kepada pihak yang berwenang yaitu KPPU untuk meminimalisir dampak negatif akibat
dari akuisisi bagi persaingan usaha di Indonesia.

Kemudian Pemerintah yaitu DPR sebagai pembuat Undang-Undang bersama


Presiden baiknya dalam membuat suatu Undang-Undang yang terdapat ketentuan khusus
yang diatur oleh Peraturan Pemerintah agar cepat dirancangkan dan disahkan setelah
Undang-Undang tersebut disahkan sehingga tidak terjadi hal seperti Akuisisi PT.
Carefour ini yang dapat merugikan negara dan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang praktik monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat.

Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan
Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahan Yang Dapat Mengakinatkan Terjadinya
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Karya Imiah
Auliawan, Anggy. (2012). Penguasaan Pasar Oleh PT Carrefour Setelah Akuisisi Saham PT
Alfa Retailindo Tbk. (Tesis). Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Unggul, Y. (2008). Kajian Hukum Terhadap Pelanggaran Penguasaan Pasar Yang Dilakukan
Oleh Distributor Air Minum Dalam Kemansan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat (Studi Kasus: Putusan KPPU No. 22/KPPU-I/2016) . (Skripsi). Universitas
Sumatera Utara, Medan.

Website/Internet
Hasna, A. Kasus Anti Monopoli Dan Persaingan PT Carrefour Indonesia. Diakses pada 23
Maret 2022, dari
https://www.academia.edu/36409029/KASUS_ANTI_MONOPOLI_DAN_PERSAIN
GAN_PT_CARREFOUR_INDONESIA.

KPPU: Carrefour Terbukti Melakukan Monopoli. Diakses pada 23 Maret 2000, dari
https://money.kompas.com/read/2009/11/03/17533698/kppu.carrefour.terbukti.melak
ukan.monopoli.

Anda mungkin juga menyukai