Dosen Pengampu :
Bagus Rahmanda, S.H., M.H.
Kelompok 8
Annisa Devy Suryawirawan 11000119120105
Balkis Sonia 11000119140379
Dominikus Marcellino 11000119130707
Nabbilah Nofalia Apni 11000119140217
Sabrina Zahara 11000119140182
Zahra Audrey Padalas 11000119102014
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1 Ni Wayan Anggita Darmayoni I Gede Yusa. “Merger Terkait Dengan Indikasi Penguasaan Pangsa Pasar
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat”. Vol. 5 No. 1, (2017). 4.
pangsa pasar 57,99% yang bersangkutan upstream setelah menguasai PT. Alfa
Retailindo Tbk pada Januari 2008. Sebelum adanya akuisisi PT Carrefour Indonesia
hanya menguasai 46,30% pangsa pasar upstream. KPPU juga melihat bahwa penguasaan
pasar yang dilakukan PT Carrefour telah disalahgunakan oleh PT Carrefour Indonesia
dengan memberlakukan trading term (syarat-syarat perdagangan) kepada para pemasok.
Setelah akuisisi, trading term antara pelaku bisnis, pemasok dan peretail cenderung naik
dari tahun ke tahun tanpa justifikasi yang jelas. Format dan besaran trading terms dinilai
melanggar hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. PT Carrefour juga
denda administratif sebsar Rp 25 miliar dan melepas kepemelikan sahamnya pada PT
Alfa Retailindo Tbk sebesar 25%.
Sedangkan hakim PN Jakarta Selatan berpendapat lain dengan KPPU, majelis
hakim membatalkan putusan KPPU, hakim menilai PT Carrefour mengakuisisi PT Alfa
Retailindo bukan monopoli. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, PT Carrefour
belum melewati batas yang ada pada UU 5 Tahun 1999. Hakim juga menilai PT
Carrefour tidak melanggar posisi dominan sebagaimana disebutkan KPPU baik sebelum
atau sesudah akuisisi.
2 Andi Fahmi Lubis, (et.al.). Hukum Persaingan Usaha Buku Teks (KPPU 2017). 165.
3 Munir Fuady. Hukum Antimonopoli Menyongsong Era Persaingan Sehat. (Bandung: PT Citra Aditya Bakti,
1999). Hlm. 78.
atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
5. Melakukan jual rugi (predatory pricing). Pemasokan produk dengan cara jual rugi
yaitu dengan menetapkan harga yang sangat rendah dengan maksud untuk
menyingkirkan atau mematikan usaha pesaingnya agar tidak mampu lagi bersaing.
6. Penetapan biaya secara curang, yaitu melakukan kecurangan atau manipulasi dalam
menetapkan biaya produksi dan biaya lainnya yang merupakan komponen harga produk
sehingga harga lebih rendah daripada harga sebenarnya.4
3.2. Akibat hukum PT Carrefour Akuisisi PT Alfa Retailindo Tbk Terkait Penguasaaan
Pasar
Pada aturannya dalam Pasal 28 ayat (2) Undang-Undang No 5 Tahun 1999
telah dijelaskan bahwasanya pelaku usah tidak diizinkan untuk melakukan penagmbil
alihan saham pada perusahaan lain jika dalam dilakukannya tindakan tersebut terdapat
potensi tejadinya monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. Dari Pasal 28 ayat (2)
ini pemerintah telah membuat PP yang mengatur tentag pasal ini yaitu PP Nomor 57
Tahun 2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan
Saham Perusahan Yang Dapat Mengakinatkan Terjadinya Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat. 7
7 Pasal 3 ayat (1) PP No 57 tahun 2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan
Pengambilalihan Saham Perusahaan Yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktek Monopoli dan Persaingan
Untuk menilai apakah suatu merger dapat menimbulkan praktik monopoli
danlatau persaingan usaha tidak sehat, Komisi akan melakukan penilaian terhadap
Pemberitahuan maupun Konsultasi Merger, Akuisisi atau Konsolidasi berdasarkan
analisis8
1. Konsentrasi Pasar
Langkah analisis konsentrasi pasar diawali dengan terlebih dahulu
mendefinisikan Pasar Bersangkutan. Pasar Bersangkutan menurut pasal 1 angka 10
Undang-Undang No 5 Tahun 1999 adalah pasar yang berkaitan dengan jangkauan atau
daerah pemasaran tertentu oleh pelaku usaha atas barang dan atau jasa yang sama atau
sejenis atau substitusi dari barang dan atau jasa tersebut.
Dalam kasus ini konsentrasi pasar PT. Carrefour sebelum akuisisi pada tahun
2007 HHI industri mencapai angka 2950.09 dengan nilai CR4 yang mencapai 93.36%
hal tersebut menandakan konsentrasi sangat tinggi dari suatu industri. Setelah akuisisi
pada tahun 2008 tingkat konsentrasi industri semakin meninggi lagi hingga mencapai
angka HHI 3779.16 dan CR4 menjadi 96.70%.
Dari tingkat konsentrasi yang terus meningkat tersebut menunjukkan bahwa
kondisi industri pasar bersangkutan didominasi oleh pelaku usaha tertentu yang dalam
hal ini adalah PT. Carrefour.
Dalam hal ini dapat dilihat dan diukur melalu data-data historis jumlah pelaku
usaha di dalam pasa bersangkutan dari tahun ke tahun. pasca mengakuisisi PT. Carrefour
mempunyai pangsa pasar yang sangat besar di pasar bersangkutan ha1 tersebut membuat
PT. Carrefour Mempunyai Posisi Dominan pada pasar yang bersangkutan. Akibat dari
ha1 tersebut tentu saja membuat pelaku usaha lain yang akan masuk di bidang kegiatan
usaha yang sama pada pasar bersangkutan menjadi sulit bersaing. Hal tersebut
dikarenakan PT. Carrefour mernpunyai penguasaan pasar yang besar pada pasar
bersangkutan tersebut. Dan juga apabila kita melihat Industri Rite1 pada pasar yang
bersangkutan sampai saat ini masih didominasi oleh peritel- peritel besar seperti
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Penguasaan pasar ini merupakan kegiatan yang dilarang karena dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli atau persaingan usaha yang tidak sehat,
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 19, Pasal 20, dan Pasal 21 UU No. 5 tahun 1999.
PT. Carrefour melakukan monopoli pasca mengakuisisi 75% saham PT. Alfa Retailindo
(Alfa) dan Sigmantara Prime Horizon sebesar Rp 674 miliar.
KPPU menyatakan bahwa dari bukti-bukti yang diperoleh selama pemeriksaan
perusahaan itu pangsa pasar meningkat menjadi 57,99% di tahun 2008 pasca
mengakuisisi PT Alfa Retailindo Tbk. perusahaan Carrefour meningkat sebanyak
46,30%.
PT Carrefour, menguasai pasar yang meliputi hypermarket dan supermarket
nasional serta tidak memasukkan hypermarket dan supermarket lokal serta tidak
memasukkan retail modem yang berskala nasional sehingga PT. Carrefour Indonesia
dinyatakan memiliki pangsa pasar downstream di atas 50% (lima puluh persen) dan
memiliki pangsa pasar upstream sebesar 57% (lima puluh tujuh persen).
Pada aturannya dalam Pasal 28 ayat (2) Undang-Undang No 5 Tahun 1999 dijelaskan
bahwasanya pelaku usaha tidak diizinkan untuk melakukan penagmbil alihan saham pada
perusahaan lain jika dalam dilakukannya tindakan tersebut terdapat potensi tejadinya
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
Sehingga PT. Carrefour dapat dijatuhkan hukuman dengan melepaskan
seluruh kepemilikan sahamnya di PT. Alfa Relatilindo selambat-lambatnya satu tahun
setelah putusan KPPU berkekuatan hukum tetap, dan denda sebesar 25 miliar yang hams
disetor ke kas negara sebagai setoran pendapatan denda bidang persaingan usaha. Hal
tersebut telah sesuai dengan pasal47 yang mengatur tentang sanksi administratif dan
denda.
Tetapi PT. Carrefour tidak dapat dikualifikasikan melakukan pelanggaran
terhadap pasal 28 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 karena belum ada
Peraturan Pemerintah yang mengatur lebih lanjut. Hal ini mengakibatkan PT. Carrefour
Indonesia bagi pasar modern ditinjau dari hukum persaingan usaha yaitu menimbulkan
kondisi anti persaingan antar pelaku usaha dalam dunia bisnis khususnya bagi pasar
modern.
4.2. Saran
Untuk menghindari persaingan usaha yang tidak sehat serta mengenai Akuisisi
baik yang tercantum dalain Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 maupun Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007. Para pelaku usaha seharusnya jika berniat untuk
melakukan akuisisi dapat mengkonsultasikan masalahnya serta melaporkan niatnya
kepada pihak yang berwenang yaitu KPPU untuk meminimalisir dampak negatif akibat
dari akuisisi bagi persaingan usaha di Indonesia.
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang praktik monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat.
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan
Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahan Yang Dapat Mengakinatkan Terjadinya
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Karya Imiah
Auliawan, Anggy. (2012). Penguasaan Pasar Oleh PT Carrefour Setelah Akuisisi Saham PT
Alfa Retailindo Tbk. (Tesis). Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Unggul, Y. (2008). Kajian Hukum Terhadap Pelanggaran Penguasaan Pasar Yang Dilakukan
Oleh Distributor Air Minum Dalam Kemansan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat (Studi Kasus: Putusan KPPU No. 22/KPPU-I/2016) . (Skripsi). Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Website/Internet
Hasna, A. Kasus Anti Monopoli Dan Persaingan PT Carrefour Indonesia. Diakses pada 23
Maret 2022, dari
https://www.academia.edu/36409029/KASUS_ANTI_MONOPOLI_DAN_PERSAIN
GAN_PT_CARREFOUR_INDONESIA.
KPPU: Carrefour Terbukti Melakukan Monopoli. Diakses pada 23 Maret 2000, dari
https://money.kompas.com/read/2009/11/03/17533698/kppu.carrefour.terbukti.melak
ukan.monopoli.