Anda di halaman 1dari 4

Essay

Mengenai Cyber Law

Disusun Oleh :

Andri Adam (10118792)

Lukman Hakim (13118835)

4KA32

JURUSAN SISTEM INFORMASI

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS GUNADARMA

ATA 2021/2022
Membahas Peraturan keamanan siber di indonesia

Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan pengguna internet keempat terbesar di dunia.
Hal ini membuat sebuah peluang sekaligus ancaman besar dengan perkembangan teknologi
informasi dan internet.

Dengan memanfaatkan teknologi informasi Indonesia dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi


karena dapat mendukung pertumbuhan usaha kecil menengah (UKM).

Dengan memiliki begitu banyak pengguna internet di Indonesia saat ini membuat Indonesia harus
berhadapan dengan begitu banyak ancaman keamanan dunia maya.

Indonesia sudah sering mengalami serangan siber karena negara ini memiliki sistem keamanan
yang kurang baik.

Pada tahun 2018 saja ada sekitar 232 juta serangan siber yang tercatat. Diperkirakan serangan
semacam ini dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar yang mungkin hampir seperlima dari
anggaran negara Indonesia. Serangan siber ini kebanyakan merupakan kasus peretasan yang
menargetkan situs pemerintah dan perusahaan.

Untuk menghadapi serangan-serangan ini, pemerintah telah mengeluarkan beberapa peraturan dan
membuat beberapa Lembaga di kementerian pertahanan dan kepolisian. Namun, itu saja belum
cukup. Karena Indonesia perlu terus meningkatkan keamanannya dengan hukum yang lebih kuat
dalam membangun sistem dan industri keamanan digitalnya.

Peraturan saat ini seperti Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) dan Peraturan
Pemerintah tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik (PP PSTE), masih belum
mencakup penanganan penyadapan dalam dunia maya atau tata Kelola e-commerce. Peraturan ini
juga tidak mengatur peran pemerintah dalam sistem keamanan siber. Sehingga saat ini pemerintah
perlu mendorong disahkannya rancangan undang-undang (RUU) tentang keamanan siber di Dewan
Perwakilan Rakyat(DPR).

RUU ini penting untuk membantu pemerintah dalam membedakan mana yang penanganan
serangan terhadap pertahanan siber dengan kejahatan siber. Serangan terhadap pertahanan siber
akan menargetkan keamanan nasional. Penyerangan ini dilakukan oleh Sebagian besar teroris atau
negara asing yang sedang bermusuhan. Sedangkan kejahatan siber bermaksud pada setiap
pelanggaran criminal di dunia maya. Saat ini tampaknya pemerintah masih tidak bisa membedakan
keduannya.

Misalnya saja dalam Peraturan Menteri Pertahanan Tahun 2014 tentang Pedoman Pertahanan Siber
yang mengidentifikasi pelaku pertahanan siber seperti aktivis peretas dan kelompok kejahatan
terorganisir. Padahal kedua aktor tersebut tidak menargetkan pemerintah atau infrastruktur kritis
nasional. Karena mereka juga tidak memiliki kemampuan untuk secara efektif dalam
membahayakan negara.
Identifikasi yang salah ini akan menimbulkan kebingungan institusi mana yang harus merespon
serangan itu yakni antara Kementerian Pertahanan atau Polri. Sehingga batas keduanya harus
diperjelas agar dalam jangka panjang tidak ada tumpang tindih antara lembaga pemerintah dalam
menanggapi serangan sejenis.

Kementerian pertahanan dan polri perlu menciptakan koordinasi yang baik karena kemhan dan
polri adalah dua dari beberapa lembaga yang menjaga keamanan siber di Indonesia. Pada tahun
2017, pemerintah membentuk Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dimana kemhan menangani
serangan terhadap siber dan mendirikan Pusat pertahanan siber untuk membangun keamanan
siber, sementara polri mengurus kejahatan siber dengan membentuk direktorat Cybercrime dan
Kementerian komunikasi dan informatika juga mendirikan tim yang disebut Id-SIRTII/CC
(Indonesia security incident response team on internet infrastructure/coordination center agar
memastikan keamanan internet di Indonesia.

Untuk dapat mewujudkan sistem keamanan siber yang kuat atau solid, pemerintah harus
memastikan bahwa infrastruktur digitalnya aman. Untuk peningkatan sistem keamanan digital
dapat dimulai dengan memperbarui teknologi keamanan siber untuk beradaptasi dengan ancaman
siber baru.

Selain itu, pemerintah juga perlu memperkuat badan hukum perlindungan data pribadi dengan cara
membuat sistem perlindungan data pengguna yang menerapkan prinsip-prinsip yang menghormati
perlindungan privasi pengguna pada tingkat regulasi dan sistem teknis layanan online dan
mengecualikan kemungkinan mentransfer kendali data pribadi ke sistem.

Prinsip-prinsip ini telah banyak diterapkan di negara-negara maju untuk mengatur perlindungan
data pribadi, dimana prinsip ini dikenal dengan sebutan General Data Protection Regulation (GDPR).

Prinsip yang mendukung privasi pengguna mempunyai tujuh prinsip utama, yaitu proaktif bukan
reaktif, mengutamakan privasi pengguna, perlindungan data terintegrasi dalam desain, fungsi
maksimal, keamanan total, transparansi, dan menghormati privasi pengguna yang secara umum
prinsip-prinsip tersebut sudah ada dan tersebar di regulasi peraturan di Indonesia.

Sayangnya, peraturan holistik dari ketujuh prinsip tersebut di atas tidak ada pada tataran
undang-undang dan hanya terfragmentasi ke dalam berbagai peraturan pelaksana yang berbeda.
Padahal, dengan pesatnya perkembangan teknologi dan semakin banyaknya pengguna layanan
berbasis teknologi di Indonesia upaya perlindungan data pribadi memerlukan kerangka hukum
yang lebih ketat untuk menjamin hak warga negara atau masyarakat atas keamanan datanya.

Hal ini penting agar dapat menjadi landasan hukum yang matang untuk implementasi perlindungan
data pribadi di Indonesia yang lebih baik di masa mendatang dan untuk menghindari hal-hal yang
dapat merugikan pengguna agar data data pribadi mereka tidak disalah gunakan oleh pihak yang
tidak bertanggung jawab.
Daftar Pustaka

[1] Annisa Rahma Diasti, Faiz Rahman. Bagaimana mewujudkan UU Perlindungan Data
Pribadi yang kuat di Indonesia.
https://theconversation.com/bagaimana-mewujudkan-uu-perlindungan-data-pribadi-yang-kuat-di
-indonesia-132498. 4 Maret 2020. Diakses pada tanggal 14 April 2022.

[2] Tangguh Chairil. Mewujudkan keamanan siber bagi indonesia: Apa yang harus
dilakukan?.
https://theconversation.com/mewujudkan-keamanan-siber-bagi-indonesia-apa-yang-harus-dilaku
kan-116813. 9 Maret 2019. Diakses pada tanggal 14 April 2022.

[3] Tangguh Chairil. Sebelum RUU Keamanan dan Ketahanan Siber disahkan, pasal-pasal
“otoriter” perlu dihapuskan.
https://theconversation.com/sebelum-ruu-keamanan-dan-ketahanan-siber-disahkan-pasal-pasal-o
toriter-perlu-dihapuskan-122955. 4 September 2019. Di akses pada tanggal 14 April 2022.

Anda mungkin juga menyukai