Disusun Oleh :
1. Safira Azka Kamila (22010323120001)
2. Farah Fika Maulidiya (22010323120005)
3. Trecy Novena Br. Sitepu (22010323120010)
4. Fira Jusyifa Az-Zahra (22010323120011)
5. Siti Nurhalimah (22010323140070)
I. Latar Belakang
Baru-baru ini, laporan telah dipublikasikan tentang penggunaan metode
komputasi dan kecerdasan buatan (AI) dalam pengembangan obat. Hal ini disebabkan
oleh fakta bahwa sejumlah besar data atau kumpulan data dari teknik biologi modern
telah menjadi begitu besar, kompleks, dan multidimensi sehingga metode komputasi
klasik tidak mampu memprosesnya dengan tingkat akurasi yang dapat diterima.
Pembelajaran mesin dapat secara akurat mengkarakterisasi beberapa sifat senyawa
seperti afinitas pengikatan target, sifat transpor membran, aspek toksisitas, dan
parameter farmakokinetik atau farmakodinamik tanpa memerlukan sintesis senyawa
yang sebenarnya atau evaluasinya.
Penyakit virus corona 2019, juga dikenal sebagai penyakit virus corona 2019
(COVID-19), pertama kali dilaporkan di Tiongkok pada bulan Desember 2019, dan
penyakit ini telah berkembang menjadi pandemi besar, yang saat ini menyerang 213
negara. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan penyakit ini sebagai darurat
kesehatan masyarakat global pada bulan Januari 2020, sehingga menimbulkan risiko
yang signifikan bagi negara-negara dengan sistem kesehatan yang lemah. Pandemi ini
telah menginfeksi lebih dari 22 juta orang di seluruh dunia (6,48 juta kasus aktif).
Ameneh., Jafari. et al. 2022. Current advances and challenges in COVID-19 vaccine
development: from conventional vaccines to next-generation vaccine
platforms. Pubmed Central. 49(6): 4943–4957.
Wilder-Smith A, Freedman, DO. 2020. Isolation, quarantine, social distancing and
community containment: pivotal role for old-style public health measures in
the novel coronavirus (2019-nCoV) outbreak. Journal Travel Med. 27(2):1–4.