Anda di halaman 1dari 7

KULIAH TAMU KIMIA DASAR KEFARMASIAN

Nama : Enjelina Siahaan

NIM : 151221151

Kelas : C

Pada 1 Oktober 2022 dilaksanakan kuliah tamu untuk mata kuliah Kimia Dasar
Kefarmasian melalui daring zoom. Acara dihadiri oleh seluruh mahasiswa baru Fakultas
Farmasi Unair dengan moderator Prof. Juni Ekowati beserta dosen pengajar lainnya. Kuliah
tamu ini mengundang Bapak Fahrizal D. Nugraha sebagai guest star. Beliau merupakan alumni
Fakultas Farmasi Unair dan sekarang berkecimpung di PT. Kalbio Global Medika bagian
quality.

Topik pembahasan zoom kali ini adalah “Peranan Kimia dalam Farmasi Industri bidang
Product Development”. Materi dimulai dengan pengaplikasian ilmu kimia dalam kehidupan
sehari-hari seperti makanan, minuman, dan obat-obatan sebagai kebutuhan pokok manusia.
Dalam pembuatannya pasti menggunakan bahan kimia yang tentunya aman dikonsumsi
manusia. Bidang industri kimia juga menggunakan proses kimia seperti reaksi kimia dan
metode pengilagan untuk memproduksi material padat, cair, maupun gas. Beberapa produk
kimia yang langsung dipakai konsumen yaitu pelarut, pestisida, natrium carbonat, dan semen.

Konsep ilmu kimia juga digunakan dalam ilmu forensik seperti penelitian menggunakan
analisis DNA, analisis kimia, sidik jari laten, dan lainnya untuk mengidentifikasi jenazah.
Dalam bidang militer, penggunaan bahan kimia dapat ditemukan pada pembuatan nuklir, bom,
dan senjata api lainnya. Sebagai sumber energi alternatif, bahan kimia memegang peranan
penting sebagai sumber daya energi terbarukan dan menggantikan sumber energi tak
terbarukan. Contohnya dapat dilihat dari pemanfaatan sel surya mengubah energi cahaya
matahari menjadi energi kimiawi. Energi kimiawi yang dihasilkan akan digunakan dengan
mengubahnya menjadi energi listrik untuk keperluan barang elektronik di rumah, kantor,
perusahaan, dan lainnya.

Dalam pengembangan senyawa obat baru, peran Kimia Farmasi dimulai dari tahap
primary stage. Tahap ini mencakup tahapan awal pengembangan obat seperti kajian Pustaka
terhadap senyawa yang akan dikembangkan menjadi obat, metode isolasi jika berasal dari
bahan alam, sintesis bahan aktif, pengembnagan metode analisis dan evaluasi baik pada sediaan
farmasi maupun sampel biologis, penentuan target yang dituju, evaluasi aktivitas biologi
hingga mempelajari hubungan antara struktur dan aktivitasnya (Structure Activity Relationship
atau SAR). Dengan demikian, pencarian senyawa calon obat baru dapat terarah lebih baik.

Penambahan gugus tertentu pada posisi yang tertentu pula pada suatu senyawa calon obat baru
dapat meningkatkan atau menurukan aktivitasnya sehingga seorang farmasis dapat
memprediksi khasiat suatu senyawa sebelum diujicobakan pada uji pre klinik. Pada tahap pre
klinik, riset bidang ilmu Kimia Farmasi dapat berperan melakukan evaluasi sifat fisiko-kimia
senyawa obat, baik dalam penyimpanan senyawa tersebut maupun dalam tubuh hewan coba.

Uji pre klinik ini merupakan tahapan untuk menguji caon senyawa obat mengenai kemanjuran
(efficacy) dan keamanannya (safety). Apabila pada uji pre klinik ini senyawa calon obat dinilai
amna dan memiliki khasiat di dalamnya maka pengujian dilanjutkan dengan uji klinik dimana
sudah digunakan dalam sampel manusia.

Saat pengembangan senyawa obat baru, hal menarik dalam penggunaan kimia adalah
penggunaan komputer berkaitan dengan molekul target di dalam desain obat yaitu menelaah
analisis reaksi enzimatik dalam system biologis yang memiliki felevansi farmakologi. Pada
simulais ini memungkinkan mekanisme substrat (inhibitor) enzim dan lebih lanjut terhadap
interaksi energi ikat (binding energy). Dalam dunia ilmu kesehatan dan kimia klinis, analisis
barbiturate, keracunan makanan, deteksi vanadium, serta penggunaan arsen dapat dilakukan
secara spektroskopi. Analisis cobalt dalam vitamin B12, besi dalam haemoglobin darah dan
eritrosit dilakukan dengan teknik elektroforesis atau permesi gel (gel permeation), dan lain-
lain. Pada bidang elektronik, analisis unsur-unsur runut (trace elements) seperti germanium
dalam semi-konduktor dan transisi selenium, kalsium dalam sel-sel foto secara spektroskopi
emisi atau analisis neutron.

Perkembangan tekonologi maju juga memegang peranan penting misalnya penerapan di bidang
nanoteknologi yang berkembang pesat dalam dekade terakhir. Dalam bidang farmasi,
nanoteknologi secara umum dikategorikan menjadi dua jenis penggunaan yaitu untuk diagnosis
dan untuk pengobatan. Untuk penanda atau diagnosis mislanya, dnegan material berukuran
nano, kita dapat meyisipkan pewarna ynag bisa berfluoresense sehingga dokter mudah
menemukannya misalnya jika terdapat penyumbatan atau letak terjadinya tumor atau kanker.
Sedangkan untuk pengobatan, partikel ini lebih berfokus sebagai pembawa/kendaraan bagi
obat yang diberikan. Selain itu, patikel berukuran nanometer di bidang farmasi jika
diaplikasikan ke produk obat, bisa meningkatkan penyerapannya ke dalam tubuh. Kerja usus
cukup selektif sehingga tidak mudah suatu zat untuk menembus ke dalam. Apabila partikel
berukuran lebih kecil maka peluang untuk diserap oleh tubuh lebih baik dan pemberiannya jauh
lebih efektif serta tidak banyak yang terbuang sehingga manfaat yang terkandung dalam obat
tersebut dapat dirasakan.

Perkembangan tekonologi lainnya di bidang farmasi yaitu bioteknologi. Peranannya


dalam budi daya, multiplikasi, rekayasa genetika, dan skrining mikroba endofit yang dapat
menghasilkan metabolit sekunder sangatlah penting dalam rangka pengembangan obat yang
berasal dari tanaman obat. Bahkan dengan kemajuan yang pesat dalam bioteknologi dapat
menghasilkan beberapa jenis tanaman transgenic yang dapat memproduksi vaksin rekombinan.
Saat ini teknik-teknik bioteknologi tanaman telah dimanfaatkan terutama untuk memberikan
karakter baru pada berbagai jenis tanaman. Penekanan pemberian karakter tersebut dapat
dibagi ke dalam beberapa tujuan utama yaitu peningkatan hasil, kandungan nutrisi, kelestarian
lingkungan, dan nilai tambah tanaman tertentu. Contoh tanaman transgenic yang
dikembangkan adalah tanaman obat tradisional. Pengaplikasian bioteknologi lainnya adalah
pembuatan vaksin hepatitis B. Bioteknologi dalam faramsi digunakan untuk membuat molekul
yang lebih besar dan kompleks dengan bantuan sel-sel hidup (sel-sel bakteri, hewan maupun
tanaman). Tidak seperti molekul kecil yang diberikan kepada pasien melalui tablet tetapi
biasanya disuntikkan ke dalam tubuh pasien.

Di bidang farmasi, rekayasa genetika terbukti mampu menghasilkan berbagi jenis obat dengan
kualitas yang lebi baik sehingga memberikan peluang lebih besar dalam upaya penyembuhan
sejumlah penyakit. Tenik rekayasa genetika memungkinkan memperoleh berbagai produk
industri farmasi penting seperti insulin, interferon, dan beberapa hormon pertumbuhan dengan
cara yang lebih efisien. Hal ini dikarenakan gen yang bertanggung jawab atas sintesis produk-
produk tersebut diklon ke dalam sel inang bakteri tertentu yang sangat cepat pertumbuhannya
dan hanya emmerlukan cara kultivasi baiasa. Dengan mentranshfer gen untuk produk protein
yang dikehendaki ke dalam bakteri, ragi, dan jenis sel lainnya yang mudah tumbuh di dalma
kultur seseorang dapat memproduksi protein dalam jumlah besar secara alami yang hanya
terdapat dalam jumlah sangat sedikit.

Perkembangan teknologi dalam pengembangan senyawa obat diaplikasikan dalam


teknologi DNA rekombinan, yaitu pembentukan kombinasi materi genetik yang baru dengan
cara penyisipan molekul DNA ke dalam suatu vektor sehingga memungkinkannya untuk
terintegrasi dan mengalami perbanyakan di dalam suatu sel organisme lain yang berperan
sebagai sel inang. Teknologi DNA rekombinan mempunyai dua segi manfaat. Pertama, dengan
mengisolasi dan mempelajari masing-masing gen akan diperoleh pengetahuan tentang fungsi
dan mekanisme kontrolnya. Kedua, teknologi ini memungkinkan diperolehnya produk gen
tertentu dalam waktu lebih cepat dan jumlah lebih besar daripada produksi secara
konvensional. Pada dasarnya upaya untuk mendapatkan suatu produk yang diinginkan melalui
teknologi DNA rekombinan melibatkan beberapa tahapan tertentu. Tahapan tersebut
diantarnya isolasi DNA kromosom yang akan diklon, pemotongan molekul DNA menjadi
sejumlah fragmen dengan berbagai ukuran, isolasi DNA vektor, penyisipan fragmen DNA ke
dalam vektor untuk menghasilkan molekul DNA rekombinan, transformasi sel inang
menggunakan molekul DNA rekombinan, reisolasi molekul DNA rekombinan dari sel inang,
dan analisis DNA rekombinan.

Alur dalam pengembangan produk umum dalam industri farmasi pastilah berkaitan
dengan bisnis yaitu business development. Bidang pengembangan bisnis terbagi menjadi 2
yaitu Idea generation dan Feasibility & proposal. Pengembangan ide membahas peluncuran
produk baru yang harus disesuaikan dengan permintaan pasar agar produk yang akan
diproduksi laku di pasaran. Selain itu dibutuhkan pula data penjualan IMS dan literatur yang
berkaitan yang nantinya menjadi bahasan saat pertemuan dengan vendor. Semua aspek tersebut
haruslah tertulis dalam proposal. Kriteria yang perlu dipenuhi yakni kelayakan finansial,
kelayakan teknik, kelayakan marketing, serta kelayakan regulasi yang nantinya akan dimuat
dalam proposal pemasaran dan manajemen. Dalam pengembangan bisnis diperlukan analisis
SWOT yang berguna bagi produsen untuk mengetahui produk seperti apa yang sedang
dibutuhkan masyarakat saat ini. Tahapan selanjutnya adalah bidang Reseacrh & Development.
Di Indonesia sendiri, pembuatan obat masih menggunakan skenario senyawa copy maksudnya
senyawa yang sudah ditemukan sebelumnya, belum ada farmasis yang memakai metode
molekul/senyawa baru. Bidang ini mencakup Product development dan Registration.
Pengembangan produk dimulai dari tahap formulasi dalam skala lab. Dilanjutkan dengan
pengembangan metode analisis yang mempelajari bagaimana pengujian spesifikasi obat
tersebut yang hanya membutuhkan bahan aktif dan dikembangkan dalam formula atau sediaan
baru. Pengemasan obat juga diperhatikan agar obat yang diproduksi dapat bertahan lama sesuai
dengan jangka waktunya. Data-data mengenai pembuatan produksi obat dalam bentuk
dokumentasi nantinya akan diregistrasi ke lembaga terkait seperti di Indonesia yaitu Badan
POM (Pengawasan Obat dan Makanan). Akhirnya, produk obat diluncurkan ke pasaran oleh
pihak Manufacturing commercial yang meliputi pengaturan prakiraan, aransemen dari BOM,
pengenalan produk komeersial, pendistribusian, serta aktivitas marketing.

Farmasis dan konsep desain diatur oleh GMP (Good Manufacturing Practice) atau
dalam bahasa Indonesia yaitu CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik). Industri
pengembangan obat secara konvensional masih mengenal grade mount of paper sebab proses
yang dilakukan harus ditulis dalam secarik kertas namun seiring perkembangan zaman dan
digitalisasi digunakan system paperless untuk mengurangi penggunaan kertas. Industri farmasi
adalah salah satu sektor industri yang paling ketat pelaksanaanya bukan hanya di Indoensia,
melainkan juga di dunia sebab tujuan industri ini adalah memproduksi obat yang ditujukan
untuk manusia. Pembuatan obat juga diawasi ketat oleh pihak GMP karena obat ditujukan bagi
mereka yang sedang sakit dimana obat tersebut harus dipastikan keamanannya. Dalam
memformulasikan obat, bahan senyawa yang dipakai harus aman. Apabila terkandung bahan
pengawet dengan kadar yang tidak sesuai dengan kemasan yan tercantum maka produk tersebut
tidak akan disetujui Badan POM untuk diluncurkan ke pasaran. Evaluasi efficacy menjadi
kriteria yang perlu diawasi juga yaitu uji bioekuivalen dimana pengujian dilakukan secara in
vitro dan sediaan obat yang sesuai untuk tubuh. Aspek kualitas dan mutu obat perlu
diimplementasikan dalam obat seperti spesifikasi dan regulasinya. Setelah produk obat telah
memenuhi kriteria yang baik, tahap pendistribusian menerapkan konsep memakai biaya
sekecil-kecilnya dan menjual dengan harga yang lebih tinggi sesuai dengan formula dan
metode analisi yang sederhana untuk mendapatkan keuntungan.

Bidang Research & development mencakup analisis metode tervalidasi, pengemasan


produk, berkas mengenai data produk, dan formula yang aman dimana semua komponen
tersebut diatur dalam compliance atau regulasi. Setelah memenuhi kualiatas yang diinginkan,
produk akhirnya diluncurkan ke pasaran. Tahap RD adalah tahap yang paling banyak
membutuhkan biaya untuk mengetahui data-data yang akan digunakan untuk pengembangan
obat selanjutnya. Untuk menutupi biaya besar yang digunakan, akan dilihat dari keuntungan
yang diperoleh dan selanjutnya akan diproduksi obat tersebut dalam jumlah lebih banyak.

Tahapan pengembangan produk terdiri dari incompatibility study, forced degradation


study, stress test stability, freeze taw study, dan photostability. Dalam memformulasikan
senyawa aktif obat tidak boleh ditambahkan dengan bahan tambahan dimana keduanya saling
berinteraksi sehingga efikasi obat tidak tercapai manfaatnya. Studi degradasi dilakukan untuk
mnegetahui inpurities apa yang terbentuk dengaan formula yang ditetapkan dan mempercepat
pengembangan metode analisis untuk memisahkan antara senyawa bahan aktif yang telah
ditentukan kadarnya dengan inpurities yang dihasilkan. Uji stabilitas dilakukan untuk semua
produk yang dipasarkan dalam skala lab misalnya skala lab 5 kg dan 1 ton. Perbedaan skala
pun memengaruhi bahan yang dipakai dalam obat. Studi freeze taw biasanya berlaku untuk
produk yang penyimpannya dalam keadaan beku atau produk biologi bentuk cair. Bagian
photostability membutuhkan camber khusus menghasilkan cahaya dengan luminasi tertentu
atau perlu paparan sinar matahari.

Pengembangan metode analisis dan validasi sangat penting untuk pengembangan


farmasi dan mencapai data analitik yang andal dan dibutuhkan untuk mencapai tonggak
pengembangan berikutnya. Secara skema diketahui bahwa diperlukan pengembanagn metode
dahulu lalu divalidasi yang nantinya akan digunakan sebagai metode rutin pada bagian
produksi. Apabila ada perubahan formulasi obat atau ingin mengembangkan metode yang lebih
sederhana maka dilakukan revalidasi ulang. Dalam industry farmasi, referensi yang digunakan
adalah Farmakope Indonesia yang memuat monografi sediaan obat yang telah dikembangkan
telah tersedia jika kita memiliki kapabilitas yang sama. Bisa juga menggunakan farmakope
negara lain selain dari Indonesia diantaranya US, British, dan negara lainnya. Keuntungan dari
penggunaan farmakope adalah metode yang dimuat hanya perlu ditiru atau verifikasi saja
namun apabila menggunakan aspek house development, diperlukan validasi penuh.

Pengembangan metode analisis memakai beberapa metode mencakup spot test seperti
test warna, tes presipasi, dan tes kelarutan. Terdapat juga metode titrasi mislanya reaksi asam
basa, argentrometri, kompleksometri, iodometri, dan lainnya. Tahapan titrasi perlu
memperhatian apa saja yang dibutuhkan dari metode yang digunakan. Ada juga metode
spektrofotometri yaitu mempelajari karakter senyawa apakah single component atau multiple
dimana terdiri dari UV/Vis dan Fluorescence. Dilanjutkan dengan metode Atomatic
Absorptions Spectroscopy (AAS) sebagai analisis unsur. Inductively Coupled Plasma (ICP)
merupakan sebuah teknologi pengganti AAS yang bekerja mendeteksi panjang gelombang
yang keluar dari atom tereksitasi dari senyawa logam dalam senyawa obat. Analisis kualitatif
yang banyak digunakan adalah metode Infrared misalnya NIR dan Raman. Motode
kromatografi (TLC, HPLC, GC, UPLC) adalah metode yang paling banyak digunakan di
industry farmasi dimana memisahkan senyawa yang akan dianalisis dengan senyawa yang
tidak dibutuhkan. Teknologi mass spectrophometry sudah canggih dimana menggunakan
metode spektrofotometri, multiple / tandem method (GS-MS, LC-MS/MS), dan lainnya.
Paramater-parameter dari metode validasi mencakup specificity dimana menjelaskan
metode yang spesifik bagi sebuah senyawa. Berikutnya dalah selektif yang membedakan setiap
analit dalam sebuag sampel. Langkah selanjutnya linearitu-range yaitu metode yang
menentukan konsentrasi yang sesuai dengan senyawa obat. Preparasi akurasi yang sama
dengan tingkat pemulihan persiapan sampel misalnya melakukan preparasi sampel yang bisa
mengekstrasi semua analit sebelum dianalisa lebih lanjut. Metode presisi menggambarkan
variasi rendah selama pengulangan pengujian (pengulangan). Tahap presisi menengah untuk
menangkap variasi selama pengujian (analis yang berbeda, dll). Selanjutnya adalah metode
ketahanan dalam variasi ternal (pH yang berbeda, dll). Ada pula variasi kekasaran antar
laboratorium (pengujian kecakapan). Dilakukan batas deteksi yang menunjukkan konsentrasi
terendah dapat dideteksi serta batas kuantifikasi konsentrasi minimum yang dapat dipercaya
untuk variasi yang dapat diterima.

Pengembangan pengemasan menggunakan wadah gelas, botol, dan plastik dimana


menyesuaikan dengan senyawa obat agar tidak terjadi oksidasi. Plastik yang digunakan sebagai
produk sediaan farmasi umunya terbuat dari polimer-polimer contohnya plastic PE, PET, PF,
dan FVC. Selain itu, diperlukan juga desain produk sebagai identitas produk agar tidak terjadi
pemalsuan produk. Studi stabilitas melindungi kemasan obat dari oksidasi dan cahaya langsug.

Anda mungkin juga menyukai