Anda di halaman 1dari 9

JAWABAN PERTANYAAN KELOMPOK 3 DI REKAYASA IDE

"REKAYASA HAYATI "

DOSEN PENGAMPU : Dra. Uswatun Hasanah, M.Si.


Nama Anggota Kelompok 3 :
AMITA SIREGAR (4233131081)
BALQIS SAKINAHDYAH HARAHAP (4231131065)
DERMAWATI NAPITUPULU (4233131049)
RAZIQAH FARDANIAH (4233131001)
ROMAULI MAGDALENA (4233131010)

KELOMPOK 1
Pertanyaan ke 1 : .Apa yang terjadi apabila pada proses fermentasi terjadi
kontaminan?
Jawaban : Kontaminan dalam proses fermentasi dapat memiliki dampak negatif terhadap
produksi. Beberapa kemungkinan konsekuensi termasuk:
1. Kehilangan Produk yang Diinginkan:.Kontaminan dapat bersaing dengan mikroorganisme
yang diinginkan selama fermentasi, mengakibatkan produksi produk yang diinginkan menjadi
lebih rendah. Ini dapat berpengaruh pada hasil akhir dan efisiensi proses.
2. Perubahan Kualitas Produk: Kontaminan dapat memengaruhi kualitas produk fermentasi.
Mereka dapat menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak diinginkan atau mengubah
karakteristik organoleptik produk akhir.
3. Kerusakan Peralatan: Beberapa kontaminan dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan
fermentasi. Misalnya, bakteri atau jamur yang tumbuh secara tidak terkendali dapat
menyebabkan korosi atau penyumbatan peralatan.
4. Risiko Kesehatan: Kontaminan patogenik dapat menyebabkan risiko kesehatan bagi
konsumen jika tidak diidentifikasi dan dikendalikan. Ini dapat terjadi terutama pada produk
fermentasi yang tidak melalui proses pasteurisasi atau perlakuan panas lainnya.
5. Biaya Produksi Tambahan: Pengendalian kontaminasi memerlukan upaya tambahan dan
biaya untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah tersebut. Proses pemurnian atau
pembersihan lebih lanjut mungkin diperlukan, yang dapat meningkatkan biaya produksi.
6. Pemusnahan Produk atau Batch Penuh: Dalam beberapa kasus, jika tingkat kontaminasi
terlalu tinggi atau produk tidak memenuhi standar keamanan, mungkin perlu dilakukan
pemusnahan seluruh batch produk.
Pencegahan kontaminasi melibatkan praktek-praktek kebersihan yang ketat, pemantauan
kondisi fermentasi, dan kontrol lingkungan yang baik. Identifikasi dini dan penanganan cepat
kontaminan juga penting untuk meminimalkan dampak negatifnya pada proses fermentasi.

Pertanyaan ke 2 : Apakah setiap makanan fermentasi dapat di kategorikan sebagai


sumber probiotik?
Jawaban : Tidak semua makanan fermentasi dapat dianggap sebagai sumber probiotik.
Untuk dianggap sebagai probiotik, suatu mikroorganisme harus memenuhi sejumlah kriteria
tertentu. Beberapa karakteristik yang membuat mikroorganisme dapat dianggap sebagai
probiotik meliputi:
1. Survival dalam Saluran Pencernaan: Mikroorganisme tersebut harus dapat bertahan hidup
melalui lingkungan asam lambung dan mencapai saluran pencernaan bagian bawah, seperti
usus.
2. Manfaat Kesehatan: Mikroorganisme tersebut harus memberikan manfaat kesehatan bagi
hostnya. Ini dapat mencakup meningkatkan keseimbangan mikroflora usus, memperkuat
sistem kekebalan tubuh, atau memberikan dampak positif lainnya pada kesehatan.
3. Stabilitas Selama Produksi dan Penyimpanan Makanan: Proses produksi dan penyimpanan
makanan fermentasi tidak boleh merusak atau mengurangi jumlah mikroorganisme probiotik
yang efektif.
4. Identifikasi dan Karakterisasi yang Jelas: Mikroorganisme probiotik harus dapat
diidentifikasi dan dikarakterisasi secara jelas, termasuk tingkat kemurnian dan keamanannya.
Beberapa contoh makanan fermentasi yang sering dianggap sebagai sumber probiotik
melibatkan bakteri asam laktat seperti Lactobacillus dan Bifidobacterium. Produk-produk
seperti yogurt, kefir, kimchi, dan beberapa jenis asam lacto-fermented pickles dapat
menyediakan mikroorganisme probiotik. Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua
produk fermentasi mengandung jumlah atau jenis mikroorganisme yang memenuhi kriteria
probiotik, tergantung pada metode fermentasi dan kondisi penyimpanan.

KELOMPOK 2
Pertanyaan ke 1 : Sebutkan beberapa metode analisis DNA yang dapat digunakan
untuk memastikan ketepatan diagnosis dan reaksi terhadap obat dalam konteks
pengendalian obat pintar!
Jawaban : Beberapa metode analisis DNA yang dapat digunakan untuk memastikan
ketepatan diagnosis dan reaksi terhadap obat dalam konteks pengendalian obat pintar
meliputi:
1. Sequencing DNA : Seperti metode Next-Generation Sequencing (NGS) untuk mendeteksi
perubahan genetik yang berkaitan dengan respon terhadap obat.
2. PCR (Polymerase Chain Reaction) : Untuk mengamplifikasi dan mendeteksi sejumlah
kecil DNA, termasuk variasi genetik yang mempengaruhi respons terhadap obat.
3. Genotyping : Mengidentifikasi variasi genetik tertentu yang dapat memengaruhi
pemrosesan obat dalam tubuh.
4. Pharmacogenomics : Menganalisis hubungan antara informasi genetik dan respons
individu terhadap obat tertentu.
5. Microarray Analysis : Mengamati aktivitas gen secara keseluruhan untuk memahami
bagaimana obat dapat memengaruhi ekspresi gen.
6. Metode Bioinformatika : Menggunakan analisis komputasional untuk memahami data
genetik dan meramalkan respons terhadap obat.
Penerapan metode-metode ini dapat membantu personalisasi pengobatan dan meningkatkan
pengendalian obat pintar dengan mempertimbangkan variasi genetik individu.

Pertanyaan ke 2 : Apa perbandingan obat pintar berbasis dna dengan obat biasa atau
obat tradisional yg sering digunakan?
Jawaban : Obat pintar berbasis DNA adalah jenis obat yang menggunakan teknologi DNA
untuk mengirimkan bahan aktif ke dalam tubuh. Ini berbeda dengan obat biasa atau obat
tradisional yang umumnya menggunakan bahan kimia atau bahan alami untuk tujuan
pengobatan. Berikut adalah perbandingan antara obat pintar berbasis DNA dengan obat biasa
atau obat tradisional:
1. Mekanisme kerja: Obat pintar berbasis DNA bekerja dengan mengirimkan DNA atau RNA
ke dalam sel target untuk mengubah aktivitas genetik atau menghasilkan protein tertentu.
Sementara itu, obat biasa atau obat tradisional bekerja dengan berbagai mekanisme, seperti
menghambat enzim, mengikat reseptor, atau merangsang sistem kekebalan tubuh.
2. Spesifik target: Obat pintar berbasis DNA dapat dirancang untuk secara spesifik mengarah
pada gen atau protein yang terlibat dalam penyakit tertentu. Ini memungkinkan pengobatan
yang lebih terarah dan efektif. Di sisi lain, obat biasa atau obat tradisional mungkin memiliki
target yang lebih luas atau tidak spesifik.
3. Efek samping: Karena obat pintar berbasis DNA bekerja secara spesifik pada target gen
atau protein, mereka cenderung memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan
dengan obat biasa atau obat tradisional. Namun, efek samping yang mungkin terjadi pada
obat pintar berbasis DNA masih perlu diteliti lebih lanjut.
4. Pengembangan dan produksi: Pengembangan obat pintar berbasis DNA melibatkan
teknologi yang kompleks dan biaya yang tinggi. Produksi obat pintar berbasis DNA juga
memerlukan fasilitas produksi yang canggih. Di sisi lain, obat biasa atau obat tradisional
umumnya lebih mudah dikembangkan dan diproduksi dengan biaya yang lebih rendah.
5. Bukti klinis: Obat pintar berbasis DNA masih dalam tahap pengembangan dan penelitian
lebih lanjut. Bukti klinis yang kuat tentang keamanan dan efektivitasnya masih perlu
dikumpulkan. Sementara itu, obat biasa atau obat tradisional sering memiliki sejarah
penggunaan yang panjang dan telah melalui uji klinis untuk menunjukkan keamanan dan
efektivitasnya.
Penting untuk dicatat bahwa obat pintar berbasis DNA masih dalam tahap pengembangan dan
belum tersedia secara luas di pasar. Konsultasikan dengan dokter atau profesional kesehatan
sebelum menggunakan jenis obat apa pun.

KELOMPOK 4
Pertanyaan ke 1 : Bagaimana teknologi DNA dapat terintegrasi dalam sistem
pengendalian obat untuk meningkatkan efektivitas pengobatan?
Jawaban : Teknologi DNA dapat terintegrasi dalam sistem pengendalian obat untuk
meningkatkan efektivitas pengobatan melalui beberapa pendekatan inovatif, termasuk:
1. Personalisasi Pengobatan (Precision Medicine)*: Analisis DNA pasien dapat memberikan
informasi tentang variasi genetik yang memengaruhi respons terhadap obat. Dengan
memahami profil genetik individu, pengobatan dapat dipersonalisasi untuk meningkatkan
efektivitas dan mengurangi risiko efek samping.
2. Farmakogenomika : Menggunakan informasi genetik untuk memahami bagaimana tubuh
memproses obat-obatan. Ini membantu dalam penyesuaian dosis obat agar sesuai dengan
karakteristik genetik pasien, mengoptimalkan respons terapeutik.
3. Biosensor DNA : Penggunaan biosensor DNA dapat memonitor tingkat obat dalam tubuh
secara real-time. Ini memungkinkan pengaturan dosis obat berdasarkan kebutuhan individu,
mencegah over-dosis atau under-dosis.
4. Nanoteknologi DNA : Penggunaan nanoteknologi DNA dalam pengiriman obat dapat
meningkatkan targetting obat ke sel-sel tertentu. Ini dapat mengurangi efek samping dan
meningkatkan akurasi pengiriman obat ke area yang membutuhkan.
5. Terapi Gen (Gene Therapy) : Menggunakan teknologi DNA untuk mengganti atau
memperbaiki gen yang bermasalah dalam penyakit genetik. Ini membuka jalan untuk
pengobatan yang lebih mendasar dan berorientasi pada penyebab penyakit.
6. Biomarker DNA : Identifikasi biomarker DNA dapat membantu dalam diagnosis dini
penyakit dan pemantauan respons terhadap pengobatan. Ini memungkinkan intervensi yang
lebih tepat waktu dan efektif.
Integrasi teknologi DNA dalam pengendalian obat tidak hanya meningkatkan efektivitas
pengobatan tetapi juga memungkinkan pendekatan yang lebih tepat sasaran dan personalisasi,
membawa dampak positif dalam pelayanan kesehatan.

Pertanyaan ke 2 : Bagaimana pengaruh penggunaan tanaman hasil rekayasa genetika


terhadap ekosistem?
Jawaban : Penggunaan tanaman hasil rekayasa genetika dapat memiliki berbagai pengaruh
terhadap ekosistem, baik positif maupun negatif. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan
melibatkan:
Pengaruh Positif :
1. Ketahanan terhadap Hama dan Penyakit : Tanaman transgenik yang dirancang untuk
resisten terhadap hama atau penyakit dapat mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia,
mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
2. Efisiensi Penggunaan Air dan Nutrisi : Tanaman yang dimodifikasi genetik untuk bertahan
di bawah kondisi lingkungan tertentu dapat menghasilkan hasil yang lebih baik dengan
menggunakan lebih sedikit air atau nutrisi, membantu dalam pengelolaan sumber daya alam.
3. Peningkatan Hasil Pertanian : Tanaman transgenik yang dirancang untuk meningkatkan
hasil dapat membantu memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat secara global tanpa
harus membuka lahan pertanian baru.

Pengaruh Negatif:
1. Resistensi Terhadap Herbisida: Penggunaan tanaman yang tahan terhadap herbisida
tertentu dapat mengakibatkan penggunaan herbisida yang berlebihan, yang dapat merusak
lingkungan dan menyebabkan resistensi gulma.
2. Ketidakseimbangan Ekosistem: Pengenalan tanaman transgenik dapat menyebabkan
perubahan dalam struktur dan fungsi ekosistem, terutama jika tanaman tersebut menjadi
invasif atau mempengaruhi organisme non-target.
3. Potensi Transfer Gen ke Alam Liar: Ada kekhawatiran bahwa gen yang dimasukkan ke
dalam tanaman transgenik dapat berpindah ke tanaman liar terkait, yang dapat menghasilkan
dampak tak terduga pada ekosistem.
4. Keragaman Genetik : Monokultur tanaman transgenik yang luas dapat mengurangi
keragaman genetik, meningkatkan risiko terhadap serangan hama atau penyakit yang dapat
mengancam keseluruhan tanaman.
Penting untuk mencatat bahwa dampak penggunaan tanaman hasil rekayasa genetika pada
ekosistem dapat bervariasi tergantung pada berbagai faktor, termasuk spesies tanaman,
lingkungan tempat tanaman ditanam, dan praktek pertanian yang digunakan. Oleh karena itu,
evaluasi risiko dan manfaat yang cermat serta regulasi yang ketat diperlukan dalam
pengembangan dan penggunaan tanaman transgenik.

KELOMPOK 5
Pertanyaan ke 1 : Bagaimana rekayasa hayati berperan dalam pengembangan obat-
obatan dan terapi medis?
Jawaban : Rekayasa hayati memiliki peran krusial dalam pengembangan obat-obatan dan
terapi medis. Beberapa kontribusinya melibatkan:
1. Produksi Obat dengan Metode Bioproses : Menggunakan mikroorganisme atau sel-sel
hewan atau tumbuhan untuk menghasilkan obat secara efisien, seperti insulin yang diproduksi
dengan menggunakan bakteri rekombinan.
2. Terapi Gen : Menggunakan rekayasa genetika untuk memodifikasi atau mengganti materi
genetik dalam sel manusia, yang dapat membawa potensi pengobatan untuk penyakit genetik
atau degeneratif.
3. Vaksin Rekombinan : Menggunakan teknik rekayasa genetika untuk menciptakan vaksin
yang lebih efektif dan aman dengan menghasilkan protein antigenik dalam mikroorganisme.
4. Penelitian Obat Targeted : Membuat obat yang dirancang khusus untuk mengenali dan
mengatasi target molekuler tertentu dalam tubuh, mengurangi efek samping dan
meningkatkan efektivitas.
5. Pengembangan Antibiotik : Mencari solusi baru untuk mengatasi resistensi antibiotik
dengan menggunakan teknologi rekayasa genetika untuk mengembangkan antibiotik yang
lebih efektif.
6. Theranostics : Menggabungkan diagnosis dan terapi dalam satu pendekatan,
memungkinkan pemantauan langsung dan penyesuaian pengobatan berdasarkan karakteristik
individu pasien.
Dengan memanfaatkan rekayasa hayati, pengembangan obat dan terapi medis dapat menjadi
lebih efisien, terarah, dan sesuai dengan kebutuhan pasien secara personal. Ini membuka
pintu untuk pendekatan pengobatan yang lebih presisi dan inovatif.

Pertanyaan ke 2 : Apa peran rekayasa hayati dalam pengembangan tanaman trangenik


dan apa manfaatnya?
Jawaban : Rekayasa hayati memiliki peran kunci dalam pengembangan tanaman transgenik,
di mana gen-gen dari spesies lain dimasukkan ke dalam tanaman untuk mencapai sifat-sifat
tertentu. Beberapa manfaat utama dari tanaman transgenik melibatkan:
1. Ketahanan terhadap Hama dan Penyakit : Memasukkan gen yang menyandi ketahanan
terhadap hama atau penyakit tertentu dapat membantu tanaman melawan serangan patogen
tanpa perlu penggunaan pestisida yang berlebihan.
2. Toleransi terhadap Kondisi Lingkungan Ekstrim : Pengembangan tanaman transgenik
dapat melibatkan penyisipan gen yang meningkatkan toleransi tanaman terhadap kondisi
lingkungan yang ekstrim, seperti kekeringan atau tanah yang miskin nutrisi.
3. Peningkatan Hasil Pertanian : Memasukkan sifat-sifat yang meningkatkan hasil tanaman,
seperti pertumbuhan yang lebih cepat atau peningkatan jumlah panen, dapat membantu
memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat di seluruh dunia.
4. Peningkatan Kualitas Nutrisi : Tanaman transgenik dapat dirancang untuk menghasilkan
buah atau biji yang mengandung nutrisi yang lebih tinggi, memberikan manfaat kesehatan
bagi konsumen.
5. Perlindungan Lingkungan : Dengan mengurangi kebutuhan akan pestisida kimia dan
meningkatkan efisiensi penggunaan air, tanaman transgenik dapat membantu melindungi
lingkungan pertanian.
6. Ketahanan terhadap Herbisida : Penggunaan tanaman yang tahan terhadap herbisida
tertentu dapat mempermudah pengendalian gulma dan meningkatkan produktivitas pertanian.
Meskipun terdapat manfaat ini, penting untuk mempertimbangkan dampak lingkungan dan
kesehatan yang mungkin timbul, serta aspek etika dan regulasi yang berkaitan dengan
penggunaan tanaman transgenik.
KELOMPOK 6
Pertanyaan ke 1 : Keanekaragaman pangan di Indonesia merupakan daya dukung
untuk kesejahteraan hidup manusia, bagaimanakah jika rekayasa hayati (Bio-
engineering) tidak terlaksana!
Jawaban : Jika rekayasa hayati atau bio-engineering tidak terlaksana, keanekaragaman
pangan di Indonesia mungkin menghadapi sejumlah tantangan yang dapat mempengaruhi
kesejahteraan hidup manusia. Beberapa dampak yang mungkin timbul termasuk:
1. Kerentanan terhadap Hama dan Penyakit: Tanaman yang lebih tahan terhadap hama dan
penyakit dapat dikembangkan melalui rekayasa hayati. Tanpa ini, pertanian menjadi lebih
rentan terhadap serangan hama dan penyakit, yang dapat mengurangi hasil panen dan
ketersediaan pangan.
2. Ketahanan terhadap Perubahan Iklim: Rekayasa hayati dapat digunakan untuk
mengembangkan tanaman yang lebih tahan terhadap kondisi iklim yang berubah. Tanpa
upaya ini, pertanian Indonesia mungkin menghadapi kesulitan dalam mengatasi dampak
perubahan iklim.
3. Produktivitas dan Kualitas Pangan: Teknologi rekayasa hayati memungkinkan peningkatan
produktivitas tanaman dan kualitas hasil pertanian. Tanpa penerapan bio-engineering, potensi
untuk meningkatkan produksi pangan dengan cara yang efisien dan berkelanjutan mungkin
terbatas.
4. Pangan yang Lebih Bermutu dan Nutritif: Rekayasa hayati dapat digunakan untuk
meningkatkan kandungan nutrisi dalam tanaman pangan. Tanpa ini, ketersediaan pangan
yang kaya gizi mungkin tidak dapat dijamin, berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat.
5. Adaptasi Tanaman terhadap Lingkungan Lokal: Pengembangan varietas tanaman yang
sesuai dengan kondisi lingkungan lokal dapat dilakukan melalui rekayasa hayati. Tanpa ini,
pertanian mungkin menghadapi kesulitan dalam menyesuaikan tanaman dengan perubahan
lingkungan.
Penting untuk dicatat bahwa sambil mengakui manfaat rekayasa hayati, perlindungan
terhadap lingkungan dan keanekaragaman hayati juga penting. Oleh karena itu, penerapan
teknologi ini harus disertai dengan regulasi yang ketat, penelitian ilmiah yang mendalam, dan
pertimbangan etika agar dampaknya dapat dielola dengan bijak.
Pertanyaan ke 2 : Apa yang menjadi landasan dari kelompok kami untuk menciptakan
inovasi rekayasa hayati ini ?
Jawaban : Untuk menciptakan inovasi rekayasa hayati, kelompok kami dapat memiliki
beberapa landasan yang mendasari upaya tersebut. Berikut adalah beberapa landasan yang
mungkin menjadi dasar kelompok kami :
1. Pengetahuan dan pemahaman yang mendalam tentang rekayasa hayati: Kelompok kami
harus memiliki pengetahuan yang kuat tentang prinsip-prinsip dasar rekayasa hayati,
termasuk pemahaman tentang organisme hidup, genetika, biologi molekuler, dan teknik
rekayasa genetika.
2. Tujuan dan visi yang jelas: Kelompok kami harus memiliki tujuan dan visi yang jelas
tentang apa yang ingin dicapai melalui inovasi rekayasa hayati. Misalnya, tujuan kelompok
kami mungkin adalah mengembangkan solusi untuk masalah kesehatan, pertanian, atau
lingkungan melalui penerapan teknologi rekayasa hayati.
3. Etika dan tanggung jawab: Kelompok kami harus memiliki kesadaran etika yang kuat dan
mempertimbangkan implikasi sosial, lingkungan, dan kesehatan dari inovasi rekayasa hayati.
Ini termasuk memastikan keamanan dan keberlanjutan teknologi yang dikembangkan serta
mempertimbangkan dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan.
4. Kolaborasi dan tim kerja: Kelompok kami harus mendorong kolaborasi dan kerja tim yang
efektif antara anggota kelompok. Rekayasa hayati sering melibatkan berbagai disiplin ilmu
dan keahlian, jadi penting untuk memiliki tim yang beragam dan saling melengkapi.
5. Riset dan pengembangan: Kelompok kami harus memiliki fokus yang kuat pada riset dan
pengembangan untuk menghasilkan inovasi rekayasa hayati yang berkualitas. Ini melibatkan
eksperimen, pengujian, dan evaluasi yang cermat untuk memastikan keberhasilan teknologi
yang dikembangkan.
6. Komunikasi dan diseminasi: Kelompok kami harus memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi dan mendiseminasi pengetahuan dan temuan kepada masyarakat luas. Ini
termasuk mengkomunikasikan manfaat, risiko, dan implikasi dari inovasi rekayasa hayati
secara jelas dan transparan.
Dengan memiliki landasan yang kuat dalam hal ini, kelompok kami dapat menciptakan
inovasi rekayasa hayati yang berdampak positif dan berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai