Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang begitu pesat dan
cepatnya dimana hal ini tentunya menuntut pertumbuhan dan perkembangan yang juga
serba cepat di dalam segala sektor kehidupan. Seperti yang telah diketahui, dunia
kefarmasian merupakan salah satu aspek yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.
Oleh karena itu, seiring dengan kemajuan di bidang kesehatan yang lain, seperti
kedokteran dan keperawatan, maka sebagai seorang farmasis memiliki tuntutan dan
tanggung jawab yang besar berkaitan dengan kegiatan di dalam dunia kefarmasiaan, salah
satunya dalam kegiatan teknologi dan formulasi sediaan yang nantinya harus diedarkan
kepada konsumen, yang dalam hal ini adalah pasien melalui pasar. Dengan pertimbangan
sifat dasar manusia yang memiliki perasaan, kekhawatiran, pengharapan, dan persepsi
yang berbeda-beda maka farmasi dituntut tidak hanya dapat memberikan KIE kepada
pasien namun juga dapat memenuhi tuntutan konsumen terhadap suatu obat yang aman,
efektif, acceptable, dan stabil sehingga dapat mencapai suatu efektivitas yang optimal.
Informasi tentang cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, efek terapi yang
dihasilkan obat juga harus disampaikan oleh seorang farmasi agar tujuan pengobatan dan
tujuan dari sediaan obat ini dapat tercapai. Hal di atas tentu menunjukkan peran farmasi
yang tidak hanya berperan sebagai sumber informasi obat melalui KIE namun juga
sebagai formulator dimana seorang farmasis harus dapat menghasilkan suatu produk yang
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh konsumen.
Sediaan farmasi yang beredar saat ini antara lain : tablet, kapsul, serbuk tak
terbagi, suspensi, eliksir, larutan homogen lainnya, suppositoria, injeksi dan masih
banyak lainnya. Sebagai seorang formulator, tentunya seorang farmasi harus dapat
memilih dengan tepat dan teliti bentuk sediaan yang akan dipilih, dimana bentuk sediaan
ini akan sangat menentukan keberhasilan langkah formulasi yang akan dilaksanakan.
Dalam praktikum ini, sediaan likuida yang dipilih yang berupa sirup kering yang setelah
dilakukan rekonstruksi menjadi suspensi. Dalam hal ini, obat yang di formulasi adalah
obat yang digunakan sebagai antibiotik untuk infeksi gram positif dan gram negatif broad
spectrum bactericide untuk penderita yang tahan penisilin.

1
Seiring dengan berkembangnya zaman dan banyaknya bakteri yang mengalami
resisten, ilmu pengetahuan dan teknologi harus dikembangkan pula untuk menciptakan
suatu antibiotic yang bekerja efektif dan tidak mengalami resistensi. Seorang farmasis
harus mampu mengatasi masalah kesehatan dengan ilmu pengetahuannya untuk
memformulasi, memilihkan terapi maupun antibiotic yang tepat untuk pasien. Farmasis
juga dapat menciptakan formulasi atau suatu sediaan yang dapat diterima oleh konsumen.
Selain itu, farmasis menciptakan obat yang sesuai dengan persyaratan mutu yaitu aman,
efektif, dan stabil. Dengan memenuhi persyaratan tersebut farmasis dianggap mampu
meningkatkan kualitas hidup pasien. Farmasis perlu memberikan konseling mengenai
obat kepada pasien secara jelas, dan dengan bahasa yang mudah dimengerti terutama
pasien yang kurang pemahamannya akan pemakaian obat dan hal-hal mengenai obat yang
perlu diperhatikan. Karena dalam percobaan ini sediaan yang diciptakan adalah dry syrup,
farmasis perlu mengingatkan kepada pasien bahwa obat yang diberikan harus ditambah
dengan air dahulu, dikocok dahulu, dan obat hanya bertahan selama 7-14 hari setelah
ditambahkan air. Tugas farmasis tidak hanya sampai pada tahap tersebut, farmasis harus
mengetahui sediaan mana yang paling tepat digunakan untuk pengobatan maupun untuk
keadaan pasien. Sediaan termasuk faktor yang mempengaruhi efektivitas suatu obat pada
suatu terapi pengobatan. Sediaan sangat mempengaruhi suatu obat dihantarkan ke tubuh
pasien sehingga mampu menghasilkan suatu efek. Sediaan yang dipikirkan secara matang
pembuatannya oleh farmasis mampu mempertahankan stabilitas obat tersebu sehingga
obat tidak mudah terdegradasi dan kadarnya tidak turun melebihi kadar yang seharusnya.

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan yang ditemui adalah membuat sediaan likuida yang mengandung
antibiotika yang digunakan untuk infeksi gram positif dan gram negative (broad spectrum
bacteriside) untuk penderita yang tahan penicillin yang sesuai dengan persyaratan mutu
yang harus di penuhi dalam pembuatan sediaan farmasi.

1.3 Tujuan
Penelitian dilakukan untuk memperoleh sediaan yang mengandung antibiotika yang
digunakan untuk infeksi gram positif dan gram negative broad spectrum bacteriside untuk
penderita yang tahan penicillin dengan penyusunan Formulasi yang tepat dan memenuhi
semua persyaratan mutu, yang meliputi: aman, efektif, acceptable, stabil

2
1.4 Manfaat
Dapat mengerti secara benar penyusunan formulasi antibiotic broad spectrum untuk
penderita yang tahan penicillin yang memenuhi persyaratan mutu, juga bagaimana
prosedur dalam mengevaluasi sediaan likuida agar didapatkan produk yang terjamin
kualitasya.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan

A.1 Pendahuluan
Mikroorganisme merupakan organisme yang berukuran sangat kecil sehingga perlu
menggunakan suatu alat seperti mikroskop karena tidak dapat dilihat menggunakan mata
telanjang. Keanekaragaman mikroorganisme di dunia ini sangat beragam seperti bakteri,
virus dan juga jamur. Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur,
dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak
berwarna dan kontras dengan air, di mana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu
cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi adalah dengan
metode pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu
mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pewarnaan.
A.2 Definisi
Bakteri adalah salah satu golongan organisme prokariot (tidak mempunyai membran
inti). Bakteri sebagai makhluk hidup tentu memiliki informasi genetik berupa DNA, tetapi
tidak terlokalisasi dalam tempat yang khusus (nukleus) dan tidak ada membran inti. Bentuk
DNA bakteri adalah sirkuler, panjang dan biasa disebut sebagai nukleoid. Pada DNA bakteri
tidak mempunyai intron dan hanya tersusun atas ekson saja. Bakteri juga memiliki DNA
ekstrakromosomal yang tergabung menjadi plasmid yang berbentuk kecil dan sirkuler.

A.3 Klasifikasi
Untuk memahani kelompok organisme, diperlukan klasifikasi. Tes biokimia,
pewarnaan Gram, merupakan kriteria yang efektif untuk klasifikasi. Hasil pewarnaan tersebut
dapat mencerminkan perbedaan dasar dan kompleks pada permukaan sel bakteri (struktur
dinding sel), sehingga dapat membagi bakteri menjadi dua kelompok yaitu bakteri gram
positif dan gram negatif.

Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil ungu
sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di bawah
mikroskop, sedangkan bakteri gram negatif akan berwarna merah atau merah muda.
Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan pada perbedaan

4
struktur dinding sel bakteri. Bakteri gram positif seperti Staphylococcus aureus (bakteri
patogen yang umum pada manusia) hanya mempunyai membran plasma tunggal yang
dikelilingi oleh dinding sel tebal berupa peptidoglikan. Sekitar 90 persen dari dinding sel
tersebut tersusun atas peptidoglikan sedangkan sisanya berupa molekul lain. Di sisi lain,
bakteri gram positif (seperti E.coli) memiliki sistem membran ganda di mana membran
plasmanya diselimuti oleh membran luar yang permeabel. Bakteri ini mempunyai dinding sel
tebal yang berupa peptidoglikan, yang terletak di antara membran plasma.

Karakteristik yang dimiliki oleh bakteri gram positif :


Memiliki cytoplasmic lipid membran
Memiliki lapisan peptidoglikan yang tebal
Terdapat asam teichoic dan lipoid yang membentuk lapisan asam lipoteichoic
yang berguna untuk chelatting agent dan untuk adhesi pada tipe tertentu.
Beberapa spesies memiliki kapsul polisakarida
Beberapa spesies memiliki flagellum
Jika terdapat akan diperkuat oleh adanya 2 cincin, berbeda dengan bakteri gram
negatif yang flagellumnya diperkuat oleh 4 cincin.

Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahakan zat warna
kristal violet sewaktu proses pewarnaan Gram sehingga akan berwarna merah bila
diamati dengan menggunakan mikroskop. Di sisi lain, bakteri gram positif akan
berwarna ungu. Perbedaan keduanya tersebut didasarkan pada perbedaan struktur

5
dinding sel yang berbeda dan dapat dinyatakan oleh prosedur pewarnaan Gram.
Prosedur ini ditemukan pada tahun 1884 oleh ilmuwan Denmark bernama Christian
Gram dan merupakan prosedur penting dalam klasifikasi bakteri. Bakteri gram
positif seperti Staphylococcus aureus (bakteri patogen yang umum pada manusia)
hanya mempunyai membran plasma tunggal yang dikelilingi dinding sel tebal
berupa peptidoglikan. Sekitar 90% dari dinding sel tersebut tersusun atas
peptidoglikan sedangkan sisanya berupa molekul lain bernama asam teikhoat.
Banyak spesies dari bakteri gram negatif yang bersifat patogen, yang berarti mereka
berbahaya bagi organisme inang. Sifat patogen ini umumnya berkaitan dengan
komponen tertentu pada dinding sel gram negatif, terutama lapisan lipopolisakarida
(dikenal juga dengan LPS atau endotoksin).

Karakteristik bakteri gram negatif :


Memiliki cytoplasmic membran
Lapisan peptidoglikan yang tipis
Memiliki membrane tambahan di luar lapisan peptidoglikan yang dipisahkan
oleh spasium periplasmik
Membran luar terdiri atas Lipopolisakarida (LPS) yang tersusun oleh lipid A,
inti polisakarida, antigen O
Terdapat porin di membrane luar sebagai pori-pori untuk molekul tertentu
Memiliki S-layer (surface layer) yang melekat langsung pada membran luar
Jika memiliki flagella, maka akan disokong oleh 4 buah cincin
Tidak memiliki asam teichoic atau asam lipoteichoic

6
Lipoprotein melekat pada polisakarida
Kebanyakan tidak mengalami sporulasi

Gram positif dan gram negatif adalah klasifikasi bakteri yang dibedakan dari
cirri-ciri fisik bakteri tersebut. Perbedaan yang mendasar terdapat pada
peptidoglikan yang terkandung dalam dinding sel kedua bakteri tersebut. Pada
bakteri gram positif lapisan peptidoglikan lebih tebal, sedangkan pada gram negatif
lapisan peptidoglikannya lebih tipis. Sehingga saat identifikasi dengan pewarnaan,
bakteri gram positif akan berwarna sedangkan bakteri gram negatif warna akan
hilang saat disiram dengan etanol. Berikut adalah karakteristik bakteri gram positif
dan bakteri gram negatif :

Karakteristik Bakteri gram positif Bakteri gram negatif


Dinding sel Homogen dan tebal (20-80 nm) Peptidoglikan (2-7 nm)
serta sebagian besar tersusun dari diantara membran dalam
peptidoglikan. Polisakarida lain dan luar, serta adanya
dan asam teichoic dapat ikut membrane luar (7-8 nm
menyusun membrane sel. tebalnya) yang terdiri dari
lipid, protein, dan
lipopolisakarida.
Bentuk sel Bulat, batang, atau filament Bulat, oval, batang lurus
atau melingkar seperti tand
koma, heliks atau filament,
beberapa mempunyai
selubung atau kapsul.
Reproduksi Pembelahan biner Pembelahan biner,
terkadang pertunasan
Metabolisme Kemoorganoheterotrof Fototrof, kemolitoautotrof,
atau kemoorganoheterotrof
Motilitas Kebanyakan non motil, bila motil Motil atau nonmotil.
tipe flagella nya adalah petritikus Bentuk flagella dapat
bervariasi-polar, lopotrikus,
peritrikus
Anggota tubuh Biasanya tidak memiliki apendase Dapat memiliki pili,
(apendase) fimbriae, tangkai
Endospora Beberapa grup dapat membentuk Tidak dapat membentuk

7
endospora endospora

Jenis- jenis Antibiotik :


1. Narrow spectrum : Antibiotik spektrum sempit yaitu kelompok antibiotik yang aktif
hanya terhadap satu atau sekelompok mikroorganisme tertentu. Misalnya INH yang
hanya aktif terhadap micobacteria TB.
2. Antibiotik spektrum diperluas (extended spectrum) yaitu antibiotik yang efektif untuk
bakteri gram positif, namun juga efektif terhadap beberapa bakteri gram negatif.
Contoh ampisilin.
3. Antibiotik spektrum luas (broad spectrum) yaitu antibiotika yang efektif untuk
kelompok besar organisme gram posistif dan negatif. Contoh tetrasiklin dan
kloramfenikol.

Obat antimikroba sering disebut sebagai bakteriostatik atau bakterisidal. Istilah


bakteriostatik menggambarkan suatu obat yang sewaktu-waktu menghambat
pertumbuhan mikroorganisme. Keberhasilan pengobatan ini sering bergantung pada peran
mekanisme pertahanan tubuh inang. Lebih jauh efeknya dapat berubah: apabila obat
dihilangkan, organism akan tumbuh kembali, dan infeksi atau penyakit akan
kambuh.Obat bakteriostatik yang khas adalah tetrasiklin dan sulfonamide.

8
Istilah bakterisidal digunakan untuk obat yang menyebabkan kematian
mikroorganisme. Obat bakterisidal yang khas adalah β-laktam (penicillin,sefalosporin)
dan aminoglikosida.

Pada infeksi yang biasanya tidak dapat dikontrol atau dihilangkan oleh mekanisme
inang (misal endokarditis inefektif ), obat bakterisidal dibutuhkan untuk penyembuhan,
dan pengobatan dengan obat bakteriostatik menyebabkan penyakitnya kambuh kembali
segera setelah obat dihentikan. Pada inang dengan daya tahan tubuh yang cukup
(imun,fagositik, dan lain-lain), efek bakteriostatik mungkin cukup untuk melenyapkan
infeksi.

Walaupun demikian, istilah bakteriostatik dan bakterisidal adalah relative, bukan


absolut. Kadang-kadang pengobatan jangka panjang dengan obat-obat bakteriostatik
dapat membunuh populasi bakteri tertentu (misalnya kloramfenikol dan meningokokus),
sedangkan dengan obat bakterisidal mungkin gagal (misalnya penicillin G dan
enterokokus), baik in vitro maupun in vivo.(Katzung, edisi VI, halaman 699)

SINTESIS PEPTIDOGLIKAN DAN AKSI ANTIBAKTERI

Dinding sel bakteri terdiri dari lapisan tebal peptidoglikan, khususnya pada
mikroba Gram positif yang terdiri dari 40 lapisan peptidoglikan, dan setiap lapisan
terdapat gula amino, N-asetilglukosamin serta N-asetil asam muramat, dengan
demikian merupakan pelindung kehidupan bakteri yang esensiil. Pada gula amino
menempel rantai peptide pendek. Kekakuan akhir dinding sel terus ditentukan oleh
ikatan silang rantai peptide sebagai akibat reaksi dari transpeptidase yang dikatalisis
oleh berbagai enzim. Lapisan peptidoglikan jauh lebih tebal pada dinding sel bakteri
gram positif daripada dinding sel bakteri gram negatif. Hambatan pada sintesis
peptidoglikan oleh obat antimikroba, menyebabkan kematian bakteri. Obat antibakteri
spesifik dapat menghambat reaksi biosintesis peptidoglikan pada beberapa tahapan
tertentu. Kepekaan bakteri terhadap antibiotika β-laktam bergantung pada berbagai
sifat struktur dan fungsional. Untuk mencapai reseptor, obat ini harus menembus
lapisan luar selubung sel. Pada bakteri gram negatif, terdapat membrane fosfolipid
yang dapat menghalangi masuknya obat ini. Apabila obat ini dapat masuk melalui
pori-pori molekul (porin) bagian luar sawar ini,molekul hidrofilik (misalnya
ampisillin dan amoxicillin) dapat lewat lebih mudah daripada penicillin G.Pada

9
bakteri gram positif, tidak terdapat membrane fosfolipid luar dan tidak fungsi
sawarnya.

ANTIBIOTIKA β-LAKTAM

Antibiotika β-laktam memiliki cincin β-laktam yang berkhasiat antimikroba.


Termasuk golongan β-laktam adalah :

- Golongan penisilin (benzilpenisilin, fenoksimetilpenisilin), aminopenisilin


(amoksisilin,ampisilin,flukloksasilin), ureidopenisillin(opiperasilin),
amidinipenisillin(pivmesilinam), karboksipenisilin (tikarsilin)
- Sefalosporin
- Sefamisin
- Golongan monobaktam
- Golongan karbapenem

(Lucia,E.W, aksi obat 3)

Tidak adanya toksisitas antibiotik β-laktam terhadap sel mamalia dapat


dihubungkan dengan tidak adanya jenis dinding sel pada bakteri, dengan
peptidoglikannya, pada sel hewan.Perbedaan kepekaan jenis bakteri gram positif dan
gram negative terhadap berbagai jenis penicillin mungkin bergantung pada perbedaan
struktur dalam dinding selnya-misalnya, jumlah peptidoglikan: adanya reseptor, pori-
pori dan lipid; sifat ikatan silang; aktivitas enzim autolitik-yang menentukan
penetrasi, pengikatan dan aktivitas obat tersebut.(Katzung edisiVI, halaman 701)

MEKANISME AKSI PENISILIN

Penisilin mengandung cincin thiazolidin yang merupakan rantai samping yang


berikatan dengan cincin β-laktam. Rantai samping tersebut sangat menentukan potensi
anti bakteri dari golongan penisilin. Antibakteri β-laktam menghambat reaksi akhir
sintesis lapisan peptidoglikan pada dinding sel bakteri. Pembentukan lapisan
peptidoglikan bakteri terdiri dari 3 fase. Pada fase terakhir terjadi proses ikatan silang
dengan memanfaatkan enzim transpeptidase. Efek antibakteri β-laktam menyebabkan
gangguan osmotic transmembran sehingga sel menjadi membengkak, selanjutnya
bakteri ruptur dan mati. Beberapa sel bakteri mengandung enzim, yang apabila
diaktivasi menyebabkan sel lisis. Antibakteri β-laktam berikatan dengan protein

10
penisilin khusus yang merupakan reseptor pada tubuh bakteri, sehingga menyebabkan
inhibisi pada enzim transpeptidase yang berfungsi pada pembentukan rantai peptide
pada lapisan peptidoglikan.

Manfaat Klinis antibiotika golongan penisilin antara lain sebagai berikut :

 Benzilpenisillin (Penisillin G)

Penisillin G adalah salah 1 antibiotik berspektrum sempit yang dihasilkan oleh


Penicillium chrysogenum. Semula berkhasiat kuat terhadap terutama Cocci
(staphylococcus, meningcoccus, streptococcus, pneumococcus), tetapi kini 80% lebih
dari kedua kuman pertama sudah menjadi resisten. Resistensi ini dikarenakan kuman-
kuman ini memproduksi enzim (β-laktamase, penisilinase) yang dapat membuka
cincin β-laktam, gugusan yang integritasnya esensial bagi kegiatan antibacterial dari
kelompok antibiotika ini.

Meskipun sudah dikenal banyak derivatnya dan antibiotika lain, namun


penicillin induk ini masih banyak sekali digunakan berkat bakterisidnya yang amat
kuat dan toksisitasnya yang realtif rendah. Pen-G antara lain masih merupakan pilihan
pertama pada infeksi dengan kuman-kuman gram positif.

Resorpsi dari penisilin G tidak tahan asam, maka hanya digunakan sebagai
injeksi i.m atau infuse intravena.

Distribusinya ke jaringan dan cairan intraseluler baik ( sendi,pleura, pericard,


empedu) juga kadarnya di hati, ginjal, usus dan limfa baik. Penetrasinya ke jaringan
otak dan cairan intra okuler buruk.

Efek samping dari senyawa penisilin memiliki toksisitas yang rendah, tetapi
kadar tinggi dapat mengakibatkan encelopathy fatal, terutama pada keadaan gagal
ginjal. Efek samping utama adalah hipersensitivitas yang dapat mengakibatkan radang
kulit,urticaria dan jarng-jarang shock anafilaktik.

 Ampicillin

Derivat Penicillin broad spectrum ini tahan asam dan lebih luas spectrum
kerjanya, yang meliputi banyak kuman gram negative yang hanya peka bagi penicillin
G dalam dosis iv tinggi sekali. Sebetulnya kuman gram negative memiliki membrane

11
fosfolipid di bagian luar yang menghindari akses dari obat ke dinding sel. Tetapi
ampisillin dan amoksisilin dapat melewati membrane fosfolipid ini melalui pori-
porinya. Kuman-kuman yang meproduksi penisilinase tetap resisten terhadap
ampisilin dan amoksisilin. Ampicillin efektif terhadap E.Coli, H.influenzae,
Salmonella dan beberapa suku proteus. Tidak aktif terhadap pseudomonas, Klebsiella,
dan enterococci, sama halnya dengan penisilin G. Khasiatnya terhadap kuman gram
positif lebih ringan daripada penisilin G.

Resorpsinya dari usus 30-40% (dihambat oleh makanan). Plasma t½nya 1-2
jam. Difusinya ke jaringan juga lebih baik. Penetrasinya ke CSS ringan, namun
ternyata dalam dosisi tinggi efektif pada meningitis. Sebagai tambahan, Menurut
Martin Dale ed.28, shelf life ampisilin apabila setelah direkonstitusi dari sediaan sirup
kering bila disimpan dalam suhu kamar hanya dapat bertahan selama 4-5 hari.

Efek sampingnya apabila dibandingkan dengan derivate penisilin lain,


ampisilin lebih sering menimbulkan gangguan lambung-usus yang mungkin ada
kaitannya dengan penyerapannya yang kurang baik. Begitu pula reaksi alergi kulit
(rash,ruam) dapat terjadi. (Obat-obat penting edisi 6 halaman 70,2008)

 Amoksisilin.
Merupakan derivat hidroksi dengan aktivitas sama seperti ampisilin. Tetapi
resorpsinya lebih lengkap dan pesat dengan kadar darah 2x lipat, t½nya kurang lebih
sama, tetapi difusinya ke jaringan dan cairan tubuh lebih baik, antara lain ke dalam air
liur penderita bronchitis kronis.
Kombinasi dengan asam klavulanat (inhibitor kuat bagi β-laktamase bacterial)
membuat antibiotic ini efektif terhadap kuman yang memproduksi penisilinase.
Terutama digunakan terhadap infeksi saluran kemih.
Efek sampingnya gangguan lambung usus dan radang kulit lebih jarang
terjadi. (Obat-obat penting edisi 6 halaman 70,2008).
Ampisillin dan amoksisilin mempunyai spectrum dan aktivitas yang sama,
tetapi amoksisilin lebih mudah diserap usus.

 Mekanisme aksi 
Obat ini bertindak dengan menghambat sintesis bakteri dinding sel . Ini
menghambat hubungan silang antara rantai linear peptidoglikan polimer yang

12
membentuk komponen utama dari dinding sel dari kedua Gram-
positif dan bakteri Gram-negatif .
 Interaksi
Amoksisilin dapat berinteraksi dengan kelompok berikut obat:
 Antikoagulan (warfarin misalnya, pradaxa) 
 Allopurinol (gout pengobatan)
 Pil KB 
 Antibiotik tertentu
 Pengobatan kanker (methotrexate)
 Obat uricosuric
 Vaksin Tifus

 Asam Klavulanat
Senyawa β-laktam ini diperoleh dari Streptomyces clavuligerus denagn kerja
antimikroba ringan dan aktivitas intrinsic antibakterinya kecil. Asam ini
merupakan inhibitor β-laktamase poten, yang secara struktur serupa dengan
antibiotic golongan β-laktam. Penggunaan asam klavulanat umumnya
dikombinasikan dengan golongan penisilin lain seperti amoksisilin dan
tikarsilin, guna mengatasi infeksi mikroorganisme penghasil β-laktamase atau
yang sudah tidak sensitive terhadap penicillin. Digunakan pada infeksi yang
penyebabnya adalah kuman yang resisten berkat laktamase. (Katzung, edisi
VI)
Resorpsinya dari usus lebih kurang 70% dan plasma t½nya 65 menit. Efek
sampingnya berupa mual dan muntah terutama pada dosis di atas 600 mg.
(Obat-obat penting halaman 69 edisi keenam)

Aspek farmakokinetika pada golongan penisilin yang perlu diketahui antara


lain :

 Obat yang stabil atau tahan terhadap asam lambung dapat diberikan secara
oral, seperti benzilpenisilin sebaiknya diberikan secara im atau iv, dan tidak
dianjurkan diberikan secara intrarektal sebab dapat menimbulkan efek konvulsi atau
kejang.

13
 Penisilin dapat terdistribusi ke seluruh tubuh, termasuk persendian, rongga
pericardium, secret empedu, saliva dan ASI, serta menembus plasenta.
 Karena bersifat tidak larut lipid, maka tidak dapat menembus sel mammalia,
dengan demikian juga tidak dapat menembus sawar darah otak, kecuali dalam kondisi
inflamasi, obat dapat mencapai kadar terapetik dalam cairan otak.
 Eliminasi penisilin sebagian besar melalui renal, dan waktu paruhnya dalam
plasma relative singkat. (Lucia E.W, Aksi Obat edisi 3, halaman 411)

Cara Kerja Antibiotik


Setiap antibiotik dapat memiliki mekanisme kerja yang khas dalam
peranannya  menghambat/membunuh bakteri patogen. Namun secara umum,
berdasarkan cara kerjanya antibiotik dapat digolongkan menjadi:
1. Antibiotik bakterisida, yaitu antibiotik yang dapat menyebabkan kematian
mikroba pada konsentrasi yang dapat dicapai secara klinis. Contoh: beta laktam,
glikoprotein, aminoglikosida, kuinolon dan metronidazol.
2. Antibiotik bakteriostatik, yaitu antibiotik yang menghambat pertumbuhan mikroba
pada konsentrasi yang dapat dicapai secara klinis. Contoh: klindamisin,
makrolida, sulfonamida, trimetoprim, tetrasiklin dan kloramfenikol.

Penicillin merupakan asam organik, terdiri dari satu inti siklik dengan satu
rantai samping. Inti siklik terdiri dari cincin tiazolidin dan cincin betalaktam.
Beberapa penicillin akan berkurang aktivitas antimikrobanya dalam suasana asam
sehingga harus diberikan secara parenteral.
Sejak penicillin mulai digunakan, jenis mikroba yang tadinya sensitif makin
banyak yang menjadi resisten. Mekanisme resisten terhadap penicillin adalah:
 Pembentukan enzim betalaktamase misalnya pada kuman S. aureus, H. influenza,
gonokokus dan berbagai batang Gram-negatif.
 Enzim autolysin kuman tidak bekerja sehingga timbul sifat toleran kuman terhadap
obat.
 Kuman tidak mempunyai dinding sel (misalnya mikoplasma).
 Perubahan PBP atau obat tidak dapat mencapai PBP.
Cara terpenting dari kuman untuk melindungi diri terhadap efek mematikan
dari antibiotika beta-laktam adalah pembentukan enzim beta-laktamase. Semula

14
hanya Stafilococci dan E. coli mampu membentuk penisilanase dalam plasmid, yang
mengandung gen-gen (faktor keturunan) untuk sifat ini. Tetapi gen-gen tersebut telah
ditularkan ke kuman lain dengan jalan penggabungan (konyugasi). Maka kini
kebanyakan kuman memiliki kemampuan ini dan resistensi telah disebarluaskan
dengan pesat. Untuk mengatasi masalah resistensi kuman yang amat serius ini, para
peneliti telah mensintesa dua jenis senyawa penicillin, yaitu derivate yang tahan
laktamase dan yang memblokir laktamase. Salah satu derivate yang tahan lactamase
adalah asam klavulanat. Penghambat tersebut tidak memperlihatkan aktivitas
antibakteri, sehingga tidak dapat digunakan sebagai obat tunggal untuk
menanggulangi penyakit infeksi. Bila dikombinasi dengan antibiotik betalaktam
contohnya amoxicilin , penghambat ini akan mengikat betalaktamase, sehingga
antibiotik pasangannya bebas dari pengrusakan oleh enzim tersebut dan dapat
menghambat sintesis dinding sel bakteri yang dituju.
Amoksisilin digunakan dalam pengobatan sejumlah infeksi, termasuk media
yang akut otitis , faringitis streptococcus , pneumonia , infeksi
kulit , Salmonella , penyakit Lyme , dan klamidia infeksi. Hal ini juga digunakan
untuk mencegah endokarditis bakteri pada orang berisiko tinggi yang mengalami gigi
dilakukan, untuk mencegah Streptococcus pneumoniae dan infeksi lain bakteri
dienkapsulasi pada mereka yang tidak limpa , seperti orang dengan penyakit sel sabit ,
dan untuk kedua pencegahan dan pengobatan anthrax.

RESISTENSI PENISILIN

Resistensi bakteri terhadap penisilin umumnya disebabkan oleh beberapa hal, seperti:

 Produksi enzim β-laktamase, yang menghidrolisa cincin β-laktam. Beberapa


bakteri Gram positif merilis enzim β-laktamase ekstraseluler. Pada bakteri Gram
negative, enzim β-laktamase terletak diantara membran dalam dan luar pada rongga
periplasmik. β-laktamase diproduksi oleh bermacam mikroorganisme. Informasi
untuk produksi β-laktamase pada plasmid ditransfer melalui proses konjugasi ke
bakteri yang lain.
 Proses resistensi pada gonococcus dan resistensi methisilin terhadap
Staphylococcus aureus (MRSA), terjadi melalui perubahan atau mutasi protein

15
reseptor penicillin, sehingga terjadi hambatan untuk berikatan dengan cincin β-
laktam. Saat ini methisilin sudah tidak diproduksi lagi.
 Proses resistensi yang terjadi pada bakteri Gram negative, seperti ampisillin,
disebabkan oleh proses mutasi kromosom yang mempengaruhi komponen
polisakarida pada membrane terluar. Mutasi dapat berakibat akumulasi antimikroba
aminoglikosida, β-laktam, kloramfenikol, peptida dan tetrasiklin.

EFEK SAMPING

Reaksi alergi merupakan bentuk efek samping yang sering dijumpai pada golongan
penicillin bahkan penicillin G (benzylpenisillin) khususnya menimbulkan salah 1 obat
yang tersering menimbulkan reaksi alergi. Terjadinya reaksi alergi didahului dengan
adanya sensitisasi. Namun mereka yang belum pernah diobati dengan penicillin dapat
juga mengalami reaksi alergi.

Nefropati oleh penicillin ( penicillin G, metisilin dan ampicillin),berupa


nefritis interstisiu, diperkirakan terjadi berdasarkan mekanisme reaksi imun.

Anemia hemolitik oleh penicillin juga terjadi berdasarkan mekanisme reaksi imun
dengan zat anti IgG atau IgM.

Kombinasi Amoksisilin dan Kalium Klavulanat (Co-amoxiclav).


Amoksisilin tunggal in vitro aktif terhadap berbagai kuman aerobik dan
anaerobik Gram-positif dan Gram-negatif bukan penghasil betalaktamase. Kombinasi
amoksisilin dan kalium klavulanat tidak meningkatkan aktivitas in vitro terhadap
kuman yang sensitive tersebut, tetapi memperluas spectrum aktivitasnya terhadap
kuman penghasil betalaktamase yang intrinsik termasuk strain yang sensitif.
Kedua komponen obat kombinasi ini profil farmakokinetiknya mirip dan tidak
saling menghambat. Absorbsi kalium klavulanat tidak dipengaruhi oleh makanan,
susu atau antasida. Kombinasi amoksisilin dan kalium klavulanat diindikasikan
sebagai obat alternatif untuk berbagai infeksi oleh jenis bakteri Gram-positif dan
Gram-negatif yang termasuk cakupan spectrum aktivitasnya amoksisilin tetapi
memproduksi betalaktamase, selain itu juga kuman anaerob.

B. Persyaratan Mutu

16
Sediaan yang dibuat harus memenuhi persyaratan mutu yang setara dengan ketentuan dari
Farmakope Indonesia IV / USP dan memperhatikan kriteria pendaftaran obat jadi Dep. Kes
RI.

 Safety
 Aman bagi pekerja.
 Toksisitas sudah diketahui dengan pasti & dikendalikan ( tercantum dalam
Farmakope ).
 Efficacy : manjur & bermanfaat.
 Quality : kualitas ( kemurnian/impurity ) harus memenuhi persyaratan kemurnian
karena zat-zat asing bisa memberikan efek samping.

1. Aman
Yaitu, bermanfaat secara fisiologis / psikologis, tanpa efek samping yang merugikan
atau dengan efek samping yang telah dikendalikan sehingga tidak lebih toksik dari
toksisitas bahan aktif sebelum diformulasi. Dikatakan aman apabila bahan aktif kadarnya
tidak melebihi kriteria yang tertera pada masing-masing monografi difarmakope, yaitu:
Dikatakan aman bila kadarnya tidak melebihi kadar yang tertera pada masing-masing
monografi di Farmakope, yaitu : Amoxicillin : antara 11,2% dan 14,5%

2. Efektif
Yaitu, dengan pemberian dosis sekecil mungkin sudah dapat menimbulkan efek terai
yang optimum dalam waktu yang singkat dengan toksisitas & efek samping yang
minimum ( USP XXII p.324 ).Dosis Amoxicillinefektif pada pemakaian 20 – 40 mg / kg
BB

3. Stabilitas Fisika ( USP XXII p.1703 )


Sifat fisika permulaan (asli) termasuk penampilan, keseragaman, viskositas,
organoleptis harus tetap ( tidak berubah )dari mulai dibuat sampai ke tangan pasien,
meliputi:
 Berat jenis sediaan > berat jenis air.
 Viskositas sediaan < viskositas air.
 Sifat alir : pseudoplastik
 Homogenitas partikel tersebar merata.

17
Bahan aktif :
 Amoxicillin :
Kelarutan: Sebagian larut dalam air dan dalam metilalcohol, Tidak larut dalam carbon
tetraklorida, kloroform, dan benzena.( MD ed 36 p.203).

4. Stabilitas Kimia ( USP XXII p.1703 )


Secara kimia antara komponen tidak saling berinteraksi yang dapat menimbulkan
perubahan potensi, warna, pH, dan bentuk sediaan. Setiap bahanaktif mempunyai sifat
kimia yang tetap & kadar ataupun potensi yang sesuai dengan etiket dalam batas yang
telah ditentukan, meliputi:
 pH stabil (rentang pH di mana stabil/pH optimum biasanya terletak di tengah-tengah
pH stabil).
 Untuk bahan aktif :
 Amoxicillin, rentang pH : 3,5-6,0

5. Stabilitas Mikrobiologi
Diartikan sebagai Sediaan tidak ditumbuhi mikroba sesuai dengan persyaratan
tertentu dan jika sediaan tersebut mengandung zat anti mikroba, maka harus tetap
efektif selama waktu yang telah ditentukan (dari awal pembuatan sampai ke tangan
pasien). (USP XXII p.1703) untuk menghambat pertumbuhan mikroba sehingga
sediaan perlu ditambah pengawet.

Pada sediaan tidak boleh ada bakteri Salmonella sp, Pseudomonas


aeruginosa, Proteus mirabilis, Serratia marcescens, Staphylococcus aureus, Candida
sp, Bacterium antranum, P.multhophilia. (Lachmann ed.3 hal 964).

6. Stabilitas Farmakologi
Diartikan sebagai efek terapi harus tetap dan tidak mengalami perubahan efek
farmakologi baik dalam proses pembuatan, penyimpanan, distribusi hingga sampai
pada konsumen yang direncanakan atau dari tujuan pengobatan sampai batas waktu
yang ditentukan. (USP XXII p.1703)

7. Stabilitas Toksikologi

18
Diartikan sebagai sediaan tidak boleh mengandung bahan-bahan yang dapat
meracuni jaringan local dan tidak menunjukkan peningkatan toksisitas selama batas
waktu tertentu, baik dalam proses pembuatan, penyimpanan, distribusi hingga
pemakaian. (USP XXII, p.1703)
8. Acceptable
Diartikan prediksi pemenuhan persepsi psikologi konsumen pemakai.
 Sediaan mempunyai penampilan, bentuk, estetik yang baik dan menarik
sehingga menumbuhkan rasa senang dan nyaman pada pemakainya (USP
XXI, p. 1346 – 1347)
 Organoleptis dapat diterima, seperti rasa dan aroma pisang .

Perbandingan Bahan Aktif

Kontra
Bahan Aktif Efek Utama Efek Samping Indikasi Spesifikasi lain
Indikasi
Amoxicilin  Sebagai salah  liver :hepatitis, Antibiotik Hipersensi-  Amoxicillin tidak aktif karena
satu golongan jaundice terhadap tivitas adanya asam lambung.
antibiotik  GI Tract : diare, bakteri beta penicillin&pa
 Amoxicillin cepat diabsorbsi
broad mual, muntah. laktamase sien limpatik
daripada ampisilin pada pemberian
spectrum leukaemia
oral.
penicillin
 Adanya makanan pada lambung
berfungsi
tidak mengurangi jumlah total yang
untuk
diabsorbsi.
mengobati
infeksi dan
 Amoxicillin dapat melewati
plasenta, dalam jumlah kecil
lyme disease
didistribusi pada air susu ibu.

 Amoxicillin didistribusikan dengan


konsentrasi yang bervariasi pada
jaringan tubuh dan cairan tubuh.

 Amoxicillin dimetabolisme jadi


asam peniloic dan diekskresi
melalui urin.

 Inkompatibel dengan attapulgite,


alumunium magnesium
silicate(veegum).

Amoxicillin  Memiliki aksi  Nausea, vomitting,  Infeksi Penicillin  Resisten terhadap inaktivasi oleh

19
Trihidrat. bakterisidal diarrhoea, rashes. saluran hipersensitivit gastric acid.
melawan (BNF 59, p.204) kemih, y.  Lebih cepat & sempurna diabsorbsi
bakteri gram  Kejadian diarrhoea otitits dibandingkan ampicillin ketika
positif, gram lbh kecil media, diberikan secara oral.
negatif cocci, dibandingkan bronchitis,  Puncak konsentrasi dlm plasma
bbrp bakteri ampicillin, hepatitis endocarditi adalah 5 micrograms/ml dicapai 1-
gram negatif dan cholestatic s, anthrax, 2 jam setelah dosis 250 mg.
lain spt jaundice untuk H. Pylori  Dimetabolisme & dikeluarkan mll
spirochaetes penggunaan eradication. urine.
dgn amoxicillin + (BNF 59,  Konsentrasi tinggi ditemukan dlm
actinomycetes clavulanic acid. p.322). empedu & bbrp diekskresikan mll
dgn Erythema  Actinomyc feses.
menghambat multiforme, Steven- etes,
sintesis Johson syndrome, anthrax,
dinding sel toxic epidermal. biliary tract
bakteri. (Martindale 36, infection,
 Lebih aktif p.202) bronchitis,
melawan endocarditi
Enterococcus s, gastro-
faecalis, enteritis,
Helicobacter gonorrhoea
pylori & , lyme
Salmonella sp disease,
tp kurang aktif pneumonia,
melawan otitits
Shigella sp. media.
 Digunakan (MD 36th,
untuk p.203).
actinomycetes
, anthrax,
biliary tract
infection,
bronchitis,
endocarditis,
gastro-entritis,
gonorrhoea,
lyme disease,
infeksi mulut,
otitis media,
pneumonia,

20
thypoid &
parathypoid
fever, infeksi
saluran kemih.
(Martindale
36, p. 202).

Ampicillin Golongan  liver :hepatitis , antibiotik  Hipersensi  Ampisilin diabsorbsi baik dari GI
antibiotik broad jaundice terhadap tivitas tract setelah pemberian oral.
spectrum  GI Tract : diare, bakteri penicillin  Makanan dapat menganggu
penicillin untuk mual, muntah. beta  pasien absorbsi ampisilin, sehingga
mengobati laktamase limpatik pemberian obat 30 menit sebelum
penyakit karena leukaemia makan.
gram + dan  Ampisilin diditribusikan dan
gram - konsentrasi terapik dapat dicapai
pada ascitic, pleura, dan cairan
otot.
 Ampisilin dapat melewati
plasenta dan jumlah kecil
diditribusikan pada air susu ibu.
 Ampisilin dimetabolisme jadi
asam penicilloic dan diekskresi
lewat urin.

Ciprofloxaxin  Ciprofloxaxin  GI tract: nausea, Sebagai Tidak  Absorbsi ciprofloxaxin tablet


merupakan muntah, diare, antimikroba( digunakan diganggu oleh adanya makanan
golongan nyeri abdomen, broad pada ibu
 Ciprofloxaxin didistribusikan
antibiotik dispesia spectrum) hamil dan
pada tubuh dan jaringan dengan
quinolon yang  CNS: sakit kepala, menyusui
penetrasi yang baik.
daya pusing, insomnia
 Ciprofloxaxin melewati plasenta
antimikroba  Cardiovaskuler:
dan diditribusikan pada air susu
untuk gram + takikardia,
ibu .
dan gram -, hipotensi, oedema,
chlamidia,
 Konsentrasi paling tinggi pada
syncope, dan
ginjal.
dan berkeringat
mycobacteri (MD 36 p. 244)  Waktu eliminasi 3-5 jam

pada infeksi
saluran
pernafasan,
saluran

21
kencing dan
GI tract ,
tulang dan
otot,
gonnorheae
dan
septicaemia
 Menghambat
aktivitas DNA
girase mll
pengikatan
pada untai
DNA
kromosom.

22
Bahan Aktif yang Terpilih

 Amoxicillin Trihidrat
 Amoxicillin mempunyai aktivitas yang sama dengan ampisilin tetapi daya
resorbsinya lebih besar (±80%) dengan kadar dalam darah 2x lipat, selain itu
difusinya ke jaringan dan cairan tubuh lebih baik.
 Bahan aktif yang terpilih adalah amoxicillin trihidrat yang dikombinasikan dg
Kalium kalvulanat. Amoxicillin trihidrat lebih menguntungkan jika
dikombinasikan dengan kalium klavulanat (Co-amoxiclav) karena keduanya
dapat bekerja sinergis sebagai antibiotik broad spectrum untuk infeksi bakteri
gram positif maupun negatif. Absorbsinya tidak terhamabat oleh makanan,
antasid dan tahan asam, Co-amoxiclav juga memiliki efek samping yang
ringan, efek samping yang berat seperti gangguan asam lambung, usus, dan
rash lebih jarang terjadi. (Obat-obat Penting, ed.5, hal 68).

Ada 2 macam amoxycillin:


 Amoxycillin sodium : sangat larut air (pH larutan 10%=8-10)
 Amoxycillin trihidrat : sedikit larut dalam air.

Dari kedua jenis tersebut dipilih amoxycillin trihidrat dengan alasan:

 Amoxycillin tidak stabil dalam larutan berair, oleh karena itu solusinya dipilih
bentuk yang paling tidak larut yaitu amoxycillin trihidrat.
 Amoxicillin trihidrat juga merupakan satu golongan antibiotik broad spectrum
penicillin berfungsi untuk mengobati infeksi dan lyme disease. Amoxicillin
trihidrat cepat diabsorbsi daripada ampisilin pada pemberian oral. Efek
samping diare lebih kecil daripada ampicillin. Selain itu, pada amoxicillin
adanya makanan pada lambung tidak mengurangi jumlah total yang
diabsorbsi.(MD 36, p.202)

Pemilihan Bentuk Sediaan

23
Karakteristik Fisika Kimia

 Amoxicillin Trihidrat (C16H19N3NaO5S)

Karakteristik
FISIKA KIMIA
1. Kelarutan 1. pH dalam 0,2% larutan air = 3,5-5,5.
 1 : 200 dalam metil alkohol [BP], atau 3,5-6,0 [USP].
 Praktis tidak larut dalam kloroform, 2. Amoxicillin trihidrat diserap dari larutan
eter, carbon tetrachloride dan fixed oil. oleh attapulgite dan aluminium
2. Organoleptis magnesium silicate tapi tidak oleh
 Warna : putih/ hampir putih magnesium trisilicate/kaolin pd pH 2,1-
 Bau : praktis tidak berbau 3,2
 Rasa : pahit [The Pharmaceutical Codex 12th,p.729].
 Bentuk : serbuk hablur 3. Tidak stabil terhadap udara.
3. Berat jenis = 419,4 4. Tidak stabil dalam air/larutan.
[Martindale 28th, p.1089] 5. Disimpan pada suhu tidak lebih dari
25oC
6. Amoxicillin tidak aktif karena adanya
asam lambung.
7. Amoxicillin cepat diabsorbsi daripada
ampisilin pada pemberian oral.
8. Adanya makanan pada lambung tidak
mengurangi jumlah total yang
diabsorbsi.
9. Amoxicillin dapat melewati plasenta,
dalam jumlah kecil didistribusi pada air
susu ibu.
10. Amoxicillin didistribusikan dengan
konsentrasi yang bervariasi pada
jaringan tubuh dan cairan tubuh.
11. Amoxicillin dimetabolisme jadi asam
peniloic dan diekskresi melalui urin.
12. Inkompatibel dengan attapulgite,
alumuniummagnesium silicate(veegum).

 Kalium klavulanat (C8H8KNO5)

Karakteristik
FISIKA KIMIA
1. Kelarutan 1. pH dalam 1% larutan air antara 5,5-
 Sangat mudah larut air 8,0. [Martindale 36th, p.250].
 Larut dalam metil alkohol dengan 2. Tidak stabil terhadap udara.
dekomposisi. 3. Stabilitas dalam air tidak bagus, tapi
2. Organoleptis optimal pada pH 6.0-6.3
 Warna : putih/hampir putih
 Rasa : pahit
 Bentuk : serbuk halus
 Bau : tidak berbau

24
3. Berat jenis =237,3
[Martindale 36th, p.250]
4. Higroskopis.

Berdasarkan karakteristik fisiko-kimia maka dipilih bentuk sediaan dry sirup supensi karena :
a. Bahan aktif amoxicillin praktis tidak larut air dan dikehendaki dalam bentuk air.
Sehingga dibuat dalam bentuk padatan yang nantinya baru direkonstitusi saat akan
digunakan.
b. Diharapkan setelah direkonstitusi sedian padat yang tidak stabil dalam air menjadi
suspensi sehingga partikel dapat terdispersi merata antara bahan aktif dengan
pembawanya. Dengan penambahan eksipien lain untuk suspending agent dan
pengental untuk mencegah pengendapan dan sediaan lebih mudah dituang dengan
dosis yang merata.

Pemilihan Bahan Tambahan

1. CMC Na
 Fungsi : Suspending agent
Merupakan suspending agent sintetis, lebih stabil daripada suspending agent alami.
Dalam pembuatan sirup kering ini, CMC-NA juga digunakan sebagai pengikat (binder)
dalam proses pembuatan granul.
 Sifat fisiko kimia :
Praktis tidak larut dalam air dan aseton, methanol, etanol, kloroform, eter, larutan garam
jenuh dan air hangat. Dalam air dingin metil selulosa mengembang dan terdispersi
perlahan menuju dispersi koloidal. Larut dalam asam mineral encer.
 Organoleptis :
o Warna : putih / putih kekuningan
o Bau : tidak berbau
o Bentuk : serbuk
o Rasa : tidak berasa
o Serbuk stabil, sedikit higroskopis.

2. Asam Sitrat

25
 Pemerian : hablur putih tidak berwarna / serbuk putih, tidak berbau, rasa agak asam,
agak higroskopis, merapuh dalam udara kering dan panas.
 Kelarutan :
o Dalam etanol 95% (1:1,5)
o Dalam air (1 : <1)
o Sukar larut dalam eter
 Fungsi : acidifying agent, anti oksidan, buffering agent, flavor enhancer,chelating
agent
 Penggunaan : sebagai buffering agent : larutan buffer 0,1-2%
 Konstanta disosiasi :
o pKa1 : 3,128 pada 250C
o pKa2 : 4,76 pada 250C
o pKa3 : 6,396 pada 250C

3. Natrium Fosfat
 Pemerian : hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa asam
dan asin
 Kelarutan :
o Sangat larut dalam air, terlebih lagi dalam air panas atau mendidih
o Praktis tidak larut dalam etanol 95%
 Fungsi : buffering agent, sequestering agent
 Penggunaan : sebagai buffering agent, pada pH 6.00 bersama asam sitrat

4. Nipagin
 Efek pada rentang pH yang lebar
 Mempunyai spektrum antibakteri yang luas, tetepi lebih efektif sebagai antifungi &
ragi
 Dapat diabsorbsi oleh plastik
 Sukar larut dalam air, oleh karena itu digunakan propilenglikol 2%-5% sebagai
pelarut & untuk meningkatkan aktifitasnya sebagai pengawet
Efektifitas menurun oleh peningkatan pH akibat pembentukan anion fenolat

26
 Aktivitas sebagai pengawet diperbaiki atau ditingkatkan dengan menggunakan
kombinasi nipagin : nipasol = 9 : 1 (Remington 17 th ed,p.1168) = 0,18% : 0,02%
(HPE 2nd ed,p.310-312,411)
 Mengiritasi mata & kulit

5. Tween 80 / Polysorbat 80
 Konsentrasi sebagai wetting agent adalah 0.3-3%.
 Fungsi: Sebagai wetting agent (bekerja dengan menggantikan udara yang
menyelubungi permukaan partikel sehingga luas permukaan partikel yang kontak
dengan pelarut lebih besar dengan demikian partikel yang sukar larut dapat lebih
mudah terbasahi oleh pelarut dan mudah terdispersi kembali ketika dikocok.
6. Etanol 70 %

Fungsi: Sebagai pembasah dalam proses granulasi dimana alcohol mudah menguap
sehingga tidak membutuhkan panas tinggi dalam proses penguapan untuk mengeringkan
granul. Dipilih etanol 70% karena kadar airnya lebih tingga daripada etanol 96% dimana
air yang dibutuhkan untuk memberikan daya kohesi antar serbuk untuk membentuk
granul. Jika kadar air terlalu rendah, maka daya kohesi kecil, sehingga tidak terbentuk
granul, tetapi kadar air juga tidak boleh terlalu tinggi karena proses pengguapan menjadi
lama.

7. Etanol 96%

Fungsi : digunakan untuk melarutkan Tween 80

8. Sukrosa
 Fungsi : sebagai pemanis & untuk meningkatkan viskositas
 Pemerian : Kristal putih tidak berbau atau serbuk halus. Member rasa manis dan
memberi rasa metalik setelah dikecap
 Kelarutan :
o Dalam air 1 : 0.5
o Dalam air 1000C 1 : 0.2
o Dalam etanol 95% 1:170
o Dalam etanol 1:400

27
o Dalam gliserin 1:50
o Dalam kloform (praktis tidak larut)
o Dalam propan-2-ol 1 : 400

9. Pisang R & D
Kegunaan : sebagai pewarna (colouring agent)

10. Flavour Kering

Kegunaan : untuk memenuhi acceptabilitas dalam hal rasa dan untuk menutupi bau yang
tidak enak dari bahan obat yang digunakan, sehingga dapat menarik perhatian konsumen
untuk meminumnya terutama anak-anak.

28
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

Infeksi Gram Positif & Gram Negatif

Penyebab Gejala

Bakteri Gram + Bakteri Gram – Rash Fever Inflamasi / radang Mual / Muntah

First Choice : Second Choice: Third Choice : First Choice : Second Choice : Third Choice :
Penicillin Cephalosporin Clindamycin Amoxicillin+clavulanat Cephalosporin Ciprofloxaxin
Amoxicillin Clindamycin Trimetroprim- Ampicillin+sulbactam Tetracycline
sulfametoxazole Erytromycin

Ampicillin Amoxicillin Ciprofloxacin


Trihidrat Trihidrat

Keuntungan: lebih mudah Keuntungan: lebih efektif & Keuntungan: dapat menghambat
berpenetrasi ke dalam mudah diabsorbsi oleh GI aktivitas DNA girase melalui
membrane sel bakteri tract dibandingkan ampicillin pengikatan pada rantai DNA
dibandingkan benzyl kromosom.
penicillin. Kerugian: penggabungan
dgn asam Klavulanat dapat Kerugian: menimbulkan gangguan GI
Kerugian: agak sukar menyebabkan Cholestatic tract ringan dan gangguan SSP dan
diabsorbsi oleh GI tract jaundice dan hepatitis. tidak dapat digunakan untuk anak-anak
bila diberikan secara oral. & remaja dalam masa pertumbuhan.

Bahan aktif terpilih : Amoxicillin Trihidrat dikombinasikan dengan Kalium


Klavulanat

29
Dosis : 20-40mg/KgBB
dalam dosis tertinggi, tiap 8
jam.

Karakteristik Stabil pada pH :


Kimia 3.50-6.00

Amoxicillin trihidrat
Bentuk = serbuk hablur
& kalium klavulanat
Amoxicillin Karakteristik Rasa = pahit
tidak stabil dalam air.
Trihidrat Fisika Bau = tidak berbau Warna
= putih Kelarutan = 1:400
dlm air, 1:1000 dlm alcohol
Stabil :
+ Pengawet: nipagin
+Suspending agent : CMC Na
Karakteristik mudah diabsorbsi
+ Wetting agent : tween
Biologik oleh GI tract
+ Dapar : asam sitrat dan Na fosfat

Persyaratan tidak kurang dr 90% dan tidak


lebih dari 120% dr jumlah yang
Mutu
tertera pada etiket. Acceptable :
Bau: strawberry flavor
Dosis : Kalium Klavulanat : rasio Rasa : manis + sukrosa
Amoxicillin Trihidrat terhadap Warna : merah +strawberry red
kalium klavulanat = 2/4/7 : 1

Karakteristik Stabil pada pH :


6.00 – 6.30
Bentuk sediaan :
Kimia
Dry Sirup

Bentuk = serbuk halus Rasa


= pahit Bau = tidak
Kalium Karakteristik berbau Warna = putih
Klavulanat Fisika Kelarutan = mudah larut air
dan larut metal alcohol dg
dekomposisi.

R/ amoxillin trihidrat 200 mg


Karakteristik mudah diabsorbsi Kalium Klavulanat 50 mg
Biologik oleh GI tract Na2HPO4.2H20 0.44 %
NaH2PO4 2,74%
Sukrosa 30%
Persyaratan tidak kurang dr 90% dan tidak
CMC Na 1%
lebih dari 125% dr jumlah yang
Mutu Tween 80 0,25%
tertera pada etiket.
Nipagin 0,15 %
Sunset yellow 0,0017 %
Etanol 70% q.s
Banana flavor q.s

m.f.l.a Dry Syrup


Suspension 150 ml

30
BAB IV

METODE PENELITIAN
4.1.1 ALAT
1. pH meter 11. Magnetic stirrer + magnetic bar
2. Viskometer 12. Mortir + stamper
3. Mikroskop 13. Pengayak mesh 40
4. Timbangan digital 14. Pengayak mesh 30
5. Kertas perkamen 15. Pengayak mesh 20
6. Gelas ukur 16. Oven
7. Beaker glass 17. Sendok tanduk
8. Pengaduk kaca
9. Pipet tetes
10. Botol coklat

4.1.2 BAHAN
1. Amoxicillin trihidrat
2. Kalium klavulanat
3. Nipagin (methylparaben)
4. CMC Na
5. Tween 80 (polysorbate 80)
6. Sukrosa
7. Raspberry flavour
8. Pewarna merah
9. Asam sitrat
10. Na3 sitrat
11. Etanol 70%
12. Etanol 96%
13. Aqua purificata

31
4.2 KERANGKA OPERASIONAL

Kalibrasi botol 60 ml

Timbang nipagin 225 mg,


gerus ad halus

Timbang CMC Na 1.5g, gerus


ad halus Ditimbang 20% Tambah aqua
untuk cek pH purificata 30 ml
Pembuatan dapar pH 6,0:
a. Timbang Na2HPO4•2H2O
660 mg, gerus ad halus Cek pH:
b. Timbang NaH2PO4•2H2O < 6,0 +Na2HPO4•2H2O
4110 mg, gerus ad halus >6,0 + NaH2PO4•2H2O
c. 1 + 2, campur ad homogen
90% Ukur etanol 70% sebanyak 10
Timbang sunset yellow 1,5g sisanya
ml, ditambahkan ad terbentuk
massa granul (catat volume
etanol yang digunakan)
Timbang sukrosa 45g yang
telah diayak pada pengayak
mesh 40 Diayak dengan mesh 20

Timbang amoxicillin trihidrat Dikeringkan pada oven


6,3 g, gerus ad halus suhu 50°C selama 15 menit

Timbang kalium klavulanat Diayak dengan mesh 30


1,4175 g, gerus ad halus
-Campur ad hom
Timbang tween 80, 3 g + - Timbang B gram dimasukkan ke
etanol 96% ad larut bobot bahan
sisanya 90% = dalam botol
(a) gram

- Timbang
60
- x(a)gram Sisanya digunakan
120
= (b) gram untuk evaluasi akhir

32
4.3 METODE KERJA

Cara Pembuatan Sediaan dalam Skala Laboratorium:

N TahapanPerlakuan Alat
o
1 Kalibrasi botol coklat 60 ml Botol coklat, gelas ukur
2 Timbangan digital, mortir +
Timbang nipagin 225 mg, gerus ad halus
stamper
3 Timbangan digital, mortir +
Timbang CMC Na 1,5g, gerus ad halus
stamper
4 2 + 3, campur ad homogen Mortir + stamper
5 Pembuatan dapar pH 6,0:
a. Timbang Na2HPO4•2H2O 660 mg, gerus ad halus Timbangan digital, mortir +
b. Timbang NaH2PO4•2H2O 4110 mg, gerus ad halus stamper
c. a + b, campur ad homogen
6 Timbang sunset yellow 1,5 mg Timbangan digital
7 Timbang sukrosa 45g yang telah diayak pada pengayak Timbangan digital, pengayak
mesh 40
8 4 + 5 + 6 + 7, campur ad homogen Mortir + stamper
9 Ditimbang 10% dari no. 8 untuk cek pH, ditambah aqua
purificata 15 ml.
Timbangan digital, beaker
Cek pH:
glass, gelas ukur, pengaduk
Jika < 6,0 + Na3sitrat
Jika > 6,0 + As. sitrat
10 Timbangan digital, mortir +
Timbang amoxicillin trihidrat 6300mg, gerus ad halus
stamper
11 Timbangan digital, mortir +
Timbang kalium klavulanat 1,4175g, gerus ad halus
stamper
12 10 + 11, campur ad homogen Mortir + stamper
13 Timbang tween 80, 3g + etanol 96% ad larut Timbangan digital, beaker
glass
14 12 + 13, campur ad homogen Mortir + stamper
15 90% sisanya dari no. 8 diambil, kemudian ukur etanol 70%
sebanyak 10 ml, ditambahkan ad terbentuk massa granul Mortir + stamper, gelas ukur
(catat volume etanol yang digunakan)
16 No. 15 diayak dengan pengayak mesh 20 Pengayak
17 No. 16 dikeringkan pada oven suhu 50°C selama 15 menit Oven
18 No. 17 diayak dengan pengayak mesh 30 Pengayak
19 14 + 18, campur ad homogen, kemudian dimasukkan ke
Mortir + stamper, botol coklat
botol dalam bentuk granul
20 Sisanya digunakan untuk evaluasi akhir

33
1. Takaran / Dosis Bahan Aktif

Dosis (3 macam pustaka) :

 Amoxicillin

Pustaka Dosis

Martindale 36th , p. 203 Dosis oral : 250 – 500 mg tiap 8 jam / 500
– 875 mg tiap 12 jam
Anak- anak diatas 10 tahun : 125-250 mg
tiap 8 jam
Dibawah 40 kg : 20 – 40 mg / kg BB
sehari dalam dosis terbagi, tiap 8 jam / 25
– 45 mg / kg BB sehari dalam dosis
terbagi, tiap 12 jam

Remington’s 18th, p.1186 Untuk dewasa dan anak – anak dengan


berat badan > 20 kg : 250 -500 mg tiap 8
jam

Farmakologi dan Terapi 5th, p.673 Dosis 250 – 500 mg 3x sehari

2. Perhitungan Dosis

 Amoxicillin : 20 – 40 mg / kg BB sehari dalam dosis terbagi, tiap 8 jam

34
Dipilih 20 mg / kg BB, 3x sehari =20 mg : 3 = 6,67 mg/kg BB → Martindale 36th , p. 203

Umur Berat Dosis pd Rentang


(tahun badan Dosis pada Umur tertentu Takaran
) (kg) Umur tertentu

1 7,85 7,85 x 6,67mg = 52,3595mg

2 9,45 9,45 x 6,67mg =63,0315mg ½ tak 70 mg

3 11,2 11,2 x 6,67mg = 74,704mg

4 12,8 12,8 x 6,67mg = 85,376mg

5 14,3 14,3 x 6,67mg = 95,381mg

6 16 16 x 6,67mg = 106,72mg

7 18,2 18,2 x 6,67mg = 121,394mg 1 tak 130 mg

8 20,45 20,45 x 6,67mg = 136,4015mg

9 21,95 21,95 x 6,67mg = 146,4065mg

10 24,3 24,3 x 6,67mg = 162,081mg

11 27,65 27,65 x 6,67mg = 184,4255mg 1 ½ tak 190 mg

12 30,85 30,85 x 6,67mg = 205,7695mg

13 35 35 x 6,67mg = 233,45mg

14 40,4 40,4 x 6,67mg = 269,468mg 2 tak 250 mg

Aturan pakai :
1 – 4 tahun = sehari 3 x ½ takaran (2,5 ml)
5 – 9 tahun = sehari 3 x 1 takaran (5 ml)
10 – 12 tahun = sehari 3 x 1 ½ takaran (7,5 ml)
13 – 14 tahun = sehari 3 x 2 takaran (10 ml)

 Konversi Dosis amoxicillin trihidrat =(MD ed 28, p. 1089)

1,15 g amoxicillin trihidrat ~ 1 g amoxicillin

130 mg amoxicillin → 1.15 g/ 1 g x 130 mg = 149.5 mg

 Kombinasi amoxicillin dengan Kalium Klavulanat (MD ed 35, p. 1089)

Amoxicillin trihidrat : kalium klavulanat

35
2 : 1

149.5 : 74.75

3. Perencanaan Volume Kemasan


Perencanaan volume 1 kemasan
Dosis satu takaran (5 mL) :
 Amoxicillin : 130 mg
 Ciprofloxaxin : 100 mg

Pemakaian : 3x sehari 1 takaran ( 5 mL ) selama 4 hari

Volume Kemasan : 3 x 5 x 4 = 60 mL

Volume skalalab : 150 mL

Alasan volume 1 kemasan 60 mL yaitu :

 Merupakan dosis yang umum digunakan pada anak-anak danmasihefektif.


Pembagian dosis pada volume 5 mL masih dapat ditolerir. Volume 5 mL
termasuk volume efektif karena dosisnya tidak terlalu besar maupun terlalu
kecil. Dengan volume takaran 5 mL sudahbisa melarutkan seluruh bahan aktif.

36
4. Rancangan Formula Awal
R/ Amoxicillin Trihidrat 200 mg

Kalium Klavulanat 50 mg

Na2HPO4.2H20 0.44 %

NaH2PO4 2,74 %

Sukrosa 60 %

CMC Na 1%

Tween 80 0,2 %

Nipagin 0,15 %

Sunset yellow 0,0017 %

Etanol 70% q.s


Banana flavor q.s

m.f.l.a Dry Syrup Suspension 150 ml

37
Jumlah Jumlah Jumlah tiap Jumlah tiap
Nama Bahan Kadar
tiap 5 mL tiap 60 mL 150 mL 60.000 mL

Amoxicillin 200 mg + 5% 210 mg 2520 mg 6.3 g 25,2 g

Kalium
47,5 mg 567 g 1,4175 g 567 g
Kalvulanat

CMC Na 0.5 % 0.05 g 0.6 g 1,5 g 600 g

Tween 80 0.2 % 0,1 g 1,2 g 3g 1200 g

Nipagin 0.15 % 0.0075 g 0.09 g 0.225 g 90 g

Na2HPO4.H2O 0.44 % 0.022 g 0.264 g 0,66 g 264 g

NaH2PO4 2.74 % 0.137 g 1,664 g 4,11 g 1644 g

Sukrosa 30 % 3g 36 g 90 g 36000 g

Etanol 70 % qs qs qs qs Qs

Sunset yellow 0.0017 % 0.05 g 0.6 g 1.5 g 600 g

Essence banana qs qs qs Qs Qs

Ad 60.000
Aqua Ad 5 mL Ad 5 mL Ad 60 mL Ad 150 mL
mL

 Penyusunan Formula Sediaan

 Perhitungan Dapar fosfat -fosfat, PH=6

Na2HPO4.H20 = 6.15 / 50 x150 ml x 35.61 g/L: 1000

= 0,65700459 g ~ 0,4380%

NaH2PO4 = 43,85 mL / 50 x 31,21 g/L : 1000

= 4,1056755 g ~ 2.73711 %

38
 Perhitungan ADI (Aceptable Daily Intake )

NIPAGIN (HPE ed 5 p.446)


10 mg/kg bb per hari
Umur(tahun) BB rata-rata Laki-laki dan ADI untuk Rentang Umur Tertentu(mg/hari)
Perempuan(Kg)
1 7.85 78.5
2 9.45 94.5
3 11.2 112 x = 111.2
4 12.8 128
5 14.3 143
6 16 160
7 18,2 182
8 20,45 x 10 mg / Kg BB 204.5 x = 201.8
9 21,95 219.5
10 24,3 243
11 27,65 276.5
12 30,85 308.5
13 35 350 x = 353.6
14 40,4 404
15 42,9 429
Aturan Pakai :
1 – 5 tahun = sehari 3 x 1/2 tak = 3 x 2.5 ml = 7.5 ml
= 7.5 x 0,18% = 0.0135 g = 13.5 mg/hari
6 – 10 tahun = sehari 3 x 1 tak = 3 x 5 mL = 15 mL
= 15 mL x 0.18% = 0.027 g = 27 mg/hari
11 – 15 tahun = sehari 3 x 1 ½ tak = 3 x 7.5 mL = 22.5 mL
= 22.5 mL x 0.18% = 0.0405 g = 40.5 mg/hari
 Jadi, kadar nipagin dalam formula tidak melebihi ADI yang telah
ditetapkan oleh WHO.

39
 Spesifikasi sediaan yang akan diproduksi

Sebelum Rekonstitusi Sesudah Rekonstitusi


1. Organoleptis sediaan :
 Bentuk : Granul
 Warna: orange muda
 Bau : Aroma pisang
 Rasa : Manis
2. Moisture Content : 2.92 %
3. Kecepatan Alir Granul : 10
gram/detik
4. Sudut istirahat : 35o
5. Ukuran Partikel : 50 – 100 µm
6. Waktu Rekonstitusi : 10 – 15 detik

40
BAB V
EVALUASI, HASIL PENELITIAN dan
ANALISIS HASIL PENELITIAN

Rancangan evaluasi sesudah rekonstitusi

1. Uji yang dilakukan


a. Organoleptis
b. pH
c. berat jenis
d. viskositas
e. ukuran partikel
f. kadar bahan aktif

2. nama peralatan/instrumen yang digunkan dan metode kerja :


A. Uji pH
 Alat/ instrumen : pH meter
 Metode kerja
i. Sediakan larutan yang akan diukur keasamannya
ii. Perhatikan suhu larutan yang akan diukur dengan suhu laruan yang sudah
dikalibrasi
iii. Buka penutup electrode pada alat, celupksn electrode ke dalam cairan yang
akan diukur
iv. Dihidupkan alat pH meter
v. Jika larutan yang diukur pHnya kurang lebih, ditambah dengan
komponen dapar dari larutan yang diukur ad pH sesuai.

B. Uji Berat jenis Sediaan


 Alat/instrumen: piknometer
 Metode kerja:
i. Piknometer dibersihkan dan dikeringkan.
ii. Ditimbang secara akurat piknometer tersebut dan catat beranya (m)
iii. . Dilepaskan bagian penutup dari tabung, sampel didinginkan
hingga 1-3ºC lebih rendah dari suhu yang ditentukan.
iv. Diisi piknometer dengan sampel, kemudian dipasang kembali
tutupnya, hindari adanya gelombang udara.
v. Dinaikkan suhu secara bertahap, ketika termometer menunjukkan
suhu yang ditentukan, apabila sampel mencapai di atas “tanda”,
maka ambil bagian sampel yang berada di atas “tanda” melalui sisi

41
samping tabung, kemudian pasang kembali bagian penutupnya,
pastikan tiada gelembung udara.
vi. Dibersihkan bagian permukaan secara menyeluruh.
vii. Ditiimbang secara akurat, catat beratnya (m1)
m 1−m
viii. Dihitung densitas menggunakan persamaan, ρ=
v

C. Viskositas
 Alat/instrumen: viscometer stormer 80202
 Metode kerja
i. Menentukan nilai tetapan Kv viskometer:
- Diletakkan viskometer pada posisi yang benar.
- Diisi mantel dengan aquadem secukupnya.
- Dimasukkan gliserin p.a ke dalam cup sampai batas tanda
- Dinaikkan posisi cup beserta penyangganya sampai bob tercelup
seluruh permukaannya.
- Disiapkan stopwatch, dipasang beban,di lepaskan rem dan
dilakukan pengamatan waktu yang diperlukan untuk menempuh
100 putaran,
- Ditambahkan beban dan lakukan pengamatan dengan cara yang
sama.
- Dilakukan penambahan beban berikutnya dan diamati sampai
diperoleh 9 titik pengamatan,
- Dihitung rpm-nya dan tentukan Kv nya dari harga viskositas
gliserin p.a. yang diketahui.

ii. Menentukan sifat alir gliserin p.a


Pengamatan di atas dilanjutkan dengan mengurangi beban yang
diberikan secara bertahap dan diamati pada berat badan yang sama
mulai dari beban kedua yang paling berat yang digunakan sampai
beban yang paling ringan yang digunakan.

iii. dilakukan percobaan penentuan sifat alir bahan yang diperiksa dengan
menggunakan prosedur cara kerja 1 dan 2 di atas (dengan susunan berat

42
beban yang berbeda) dan dengan menggunakan harga Kv yang diperoleh
pada percobaan cara kerja 1 hitung viskositas bahan yang diperiksa.

D. Uji ukuran partikel


 Alat/instrumen: mikroskop, obyek glass, cover glass
 Metode kerja :
- Kaliberasi micrometer okuler terhadap obyektif
- Micrometer okuler yang akan dikalebrasi, dipasang di dalam lensa
okuler
- Micrometer obyektif dipsang dibawah lensa obyektif
- Skala 6,0 pada micrometer obyektif dihimpitkan hingga segaris dengan
salah satu skala pada okuler
- Sejumlah skala pasa skala obyektif yang segaris dengan sejumlah
skala, pada skala okuler dicatat.Dilakukan replikasi 3 kali
- Micrometer obyektif dilepas
- Diteteskan suspense pada obyek glass lalu, ditutup dengan cover glass
- Amati ukuran partikel sebanyak 100 data

E. Uji redispersi
 Alat/instrumen: gelas ukur, stopwatch
 Metode kerja :
- Hasil dari rekonstitusi didiamkan semalaman
- Ukur waktu yang dibutuhkan untuk mendispersikan kembali sedian
yang terbentuk sampai menjadi suspense kembali
-
F. Penetapan Kadar Bahan Aktif ( Tidak dilakukan )
Penetapan kadar yang dilihat dari sediaan injeksi asam askorbat ( FI V hal 150)
Alat : Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) – HPLC
Cara :
 Fase Gerak : larutkan 15,6 g natrium difosfat dibasa P dan 12,2 g kalium fosfat
monobasa P dalam 2000ml air, atur pH hingga 2,5±0,05 dengan penambahan
asam fosfat P. lakukan penyesuaian menurut kesesuaian sistem seperti tertera
pada Kromatografi.
 Larutan baku : timbang saksama sejumlah asam askorbat BPFI, larutkan dalam
fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,5mg per ml. (catatan simpan dalam
lemari pendingin dan terlindung dari cahaya hingga saat digunakan. Larutan
stabil selama 24jam. Suntikkan dalam waktu 3 jam setelah diambil dari lemari
pendingin).

43
 Larutan uji: jika perlu encerkan sejumlah volume injeksi secara bertahap dan
kuantittatif dengan fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,5mg per ml. (catatan
simpan dalam lemari pendingin dan terlindung dari cahaya hingga saat
digunakan. Larutan stabil selama 24jam. Suntikkan dalam waktu 3 jam setelah
diambil dari lemari pendingin).
 Sistem Kromatografi: lakukan seperti tertera pada kromatografi. Kromatografi
cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 245nm dan kolom 150mm x 6
mm, berisi bahan L39. Laju alir lebih kurang 0,6ml per menit. Lakukan
kromatografi terhadap larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada prosedur. Efisiensi kolom tidak kurang dari 3500
lempeng teoritis, faktor ikutan tidak lebih dari 1,6 dan simpangan baku relatif
pada penyuntikkan ulang tidak lebih dari 1,5%.
 Prosedur : suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama ( lebih kurang 4μl )
larutan baku dan larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan
ukur respons puncak utama. Hitung dalam mg asam askorbat C 6H8O6 per ml zat
uji

G. Waktu kadaluarsa ( Tidak dilakukan )


 Alat/instrumen: spektofotometer UV
 Metode kerja :
- Diamati absorbansi sediaan dalam waktu tertentu, setelah bahan
aktif tinggal 90%

Hasil Penelitian
1. Uji pH (spesifikasi pH6,0 + 0.5)
 Dapar fosfat-fosfat
 Na2HPO4•2H2O = 660mg
 NaH2PO4•2H2O = 4110 mg
*pH awal = 6,8 (tidak memenuhi 6 ± 0,5 )

 Dilakukan penambahan NaH2PO4•2H2O dengan konsentrasi:

44
Bobot 1000 0,5 1000
Konsentrasi = × = × = 0,320451195M (diperlukan 2,5ml)
Mr V 156,03 10
 Dalam 20% sediaan, dibutuhkan:
Bobot NaH2PO4•2H2O = 0,320451195M × 2,5ml × 156,03
= 0,12499999g
≈ 0,125g
 Sisa Sediaan (80%):
Bobot NaH2PO4•2H2O = 0,125g × 4 = 0,5g
 pH akhir = 6,0

2. Uji Organoleptis

Sebelum Rekonstitusi
Organoleptis Spesifikasi Hasil Kriteria
Bentuk sediaan Serbuk Serbuk +
Warna Kuning Kuring-Jingga +
Bau Pisang Pisang +
Rasa Manis Manis +

Setelah Rekonstitusi
Organoleptis Spesifikasi Hasil Kriteria
Bentuk sediaan Larutan Larutan +
Warna orange orange +
Bau Jeruk Jeruk +
Rasa Manis Manis agak Asam +

45
3. Uji sifat alir
 Sebelum Rekonstitusi
Sudut :
Tinggi: 2,9cm ; Diameter = 4,5cm (r = 2,25cm)
2,9 cm
tan α ¿
2,25 cm
α ¿52,193

Kecepatan alir :
Bobot: 50g ; Waktu: 6,67s
50 g
Kecepatan alir =
6,67 s
= 7,50g/s
Berdasarkan teori sudut serbuk ≤ 38° mengindikasikan aliran yang baik, jika
sudut serbuk antara 38° dan 42° mengindikasikan aliran serbuk cukup baik,
dan jika > 42° mengindikasikan aliran serbuk yang kurang baik

 Setelah Rekonstitusi
Nama instrument alat : viscometer stormer 80202
Tanggal verifikasi : juni 2016
Tanggal verifikasi selanjutnya : desember 2016

beban t (detik) rpm


250g 109,64 detik 55,05 put/menit
1. 300g 78,14 detik 76,92 put/menit
η=560.965
350g 59 detik 101,69 put/menit x
400g 45,19 detik 132,77 put/menit
450g 31,34 detik 191,45 put/menit
400g 41,67 detik 143,99 put/menit
350g 50,65 detik 118,46 put/menit
300g 63,20 detik 95,24 put/menit
250g 90,39 detik 66,67 put/menit

250
=2562,89cps
54,72

300
2. η=560.965 x =2191,55 cps
76,79

46
350
3. η=560.965 x =1930,75 cps
101,69
400
4. η=560.965 x =1690,04 cps
132,77
450
5. η=560.965 x =1318,54 cps
191,45
400
6. η=560.965 x =1558,34 cps
143,99
350
7. η=560.965 x =1657,42 cps
118,46
300
8. η=560.965 x =1767,00 cps
95,24

Beban t (detik) rpm Viskositas


250 g 109,64 detik 54.72 put/menit 2562,88 cps
300 g 78,14 detik 76,79 put/menit 2191,55 cps
350 g 59,00 detik 101,69 put/menit 1930,75 cps
400 g 132,77 detik 132,77 put/menit 1690,04 cps
450 g 191,45 detik 191,45 put/menit 1318,54 cps
400 g 143,99 detik 143,99 put/menit 1558,34 cps
350 g 118,46 detik 118,46 put/menit 1657,42 cps
300 g 95,24 detik 95,24 put/menit 1717,00 cps
250 g 66,67 detik 66,67 put/menit 2103,67 cps
Rata-rata viskositas = 1862,33
250
9. η=560.965 x =2103.51 cps
66,67

47
250

200

150

100

50

0
200 250 300 350 400 450 500

3000
2500
2000
1500
1000
500
0
40 60 80 100 120 140 160 180 200

*Hasil:

- Dari kurva hubungan W versus RPM, semakin meningkat beban yang diberikan,
semakin meningkatnya juga RPM. Apabila beban dikurangi, RPM juga semakin
menurun. Namun nilainya lebih besar daripada sebelumnya. (Pseudoplastis, time-
dependent)

- Dari kurva hubungan RPM versus viskositas, semakin meningkat RPM, semakin
menurun juga viskositas. Apabila RPM dikurangi, viskositas juga semakin meningkat.
Namun nilainya lebih kecil daripada sebelumnya. (Thixotropy)

- Sediaan yang kita buat bersifat non-newtonian (Pseudoplastis) dan time-dependent


(Thixotropy)

- Hasil ini sesuai dengan spesifikasi (Pseudoplastis)

48
- Mungkin terjadi masalah teknis dalam proses pembuatan sediaan atau dalam proses
evaluasi (tidak menunggu selama 30 menit sebelum beban ditangkatkan)

4. Uji Densitas
Piknometer
M pikno + bahan 40,5g
M pikno 28,4 g
M bahan 12,1 g
V pikno 10 ml
ρ bahan 1.21g/ cm3

M
ρ 1 bahan
V
* BJ sediaan > BJ air (1g/cm3)
12,1 g
= =1.21 g/ cm3
10 ml

5. Uji Kelembapan
-Moisture Counter
2,92% - 15 menit

6. Uji ukuran partikel


Batas
10 20 10 10 30 30 10 10
10 20 10 10 20 20 10 10
10 30 10 10 20 20 10 10
10 10 20 10 20 10 10 10
20 10 20 20 jumlah
30 10 10 10
nilai partikel
10 20 10 10 10 20 10 10
Batas Rentang tengah pada nd nd2(µm2 nd3
10 20 20 tally
10 nd4 (µm4)
atas Diameter diame setiap
10 (µm)
30 )
10 (µm3)
10
10 20 10
ter (d) 20 rentang
10 20 10 10
20 10 10 20 (n)
20 10 10 10
10 30 10 20
10 10 10 10
20 20 20 20
10 20 10 10
20 10 10 20
20 10 10 10 20 10 30 10
Bawah
10 12 10-12 11  IIII IIII 62 682 7502 82522 907742
IIII IIII
IIII IIII

49
IIII IIII
IIII III I
IIII III I
II
13 15 13-15 14   0 0 0 0 0
16 18 16-18 17   0 0 0 0 0
 IIII IIII
19 21 IIII IIII 620 12400 248000 4960000
19-21 20 IIII IIII I 31
22 24 22-24 23   0 0 0 0 0
25 27 25-27 26   0 0 0 0 0
28 30 28-30 29   IIII II 7 203 5887 170723 4950967
31 33 31-33 32   0 0 0 0 0
34 36 34-36 35   0 0 0 0 0
37 39 37-39 38   0 0 0 0 0
50124 1081870
jumlah    
    100 1505 25789 5 9

kurva hubungan antara ukuran partikel (µm) terhadap distribusi frekuensi


(n)
70

60

50

40
10-12 13-15 16-18 19-21
30 22-24 25-27 28-30 31-33
34-36 37-39
20

10

0
10-12 13-15 16-18 19-21 22-24 25-27 28-30 31-33 34-36 37-39

Diameter terkecil: 10 µm 3
dvn= ❑ Σ nd ❑ = 70.7986 µm
Diameter terbesar: 30 µm
√ Σn

dsl= Σnd2/Σnd = 257.89 µm


dln= Σnd/Σn = 15.05 µm
dvs= Σnd3/Σnd2 = 19.4364 µm
2
dsn= Σ nd ❑ = 16.0589 µm
√Σn dwn= Σnd4/Σnd3 = 21.5837 µm

50
PEMBAHASAN

 Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, organoleptis sediaan sudah memenuhi spesifikasi


yang telah direncanakan.
 Namun tidak adanya spesifikasi saat rekonstitusi dikarebakan kami salah melalukan uji
pada beakerglass yang seharusnya dilakukan uji pengocokan pada botol 100 ml coklat
 PH sediaan akhir adalah 6,0. pH sediaan kami telah memenuhi spesifikasi
 Berat jenis sediaan telah memenuhi spesifikasi karena lebih dari berat jenis yang telah
ditentukan.
 Sifat alir sediaan sudah memenuhi spefikasi karena besifat Sediaan yang kita buat
bersifat non-newtonian (Pseudoplastis) dan time-dependent (Thixotropy)
 Pada uji ukuran partikel, didapatkan diameter terkecil yang adalah 10 µm dan diameter
terbesar adalah30 µm dari 100 data yang diambil. Jumlah partikel paling banyak
diperoleh pada rentang diameter 10- 12 µm. Ukuran partikel sediaan kami telah
memenuhi spesifikasi (50 µm+5%).

51
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan
 Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, organoleptis sediaan memenuhi spesifikasi yang
telah direncanakan, yakni dilihat dari bentuk, bau, warna dan rasa.
 Berat jenis sediaan telah memenuhi spesifikasi karena lebih dari berat jenis yang telah
ditentukan.
 Sifat alir sediaan belum memenuhi spefikasi karena besifat non-newtonian (dilatan) dan
time dependent (Rheopeksi)
 pH sediaan akhir adalah 4,0. pH sediaan kami telah memenuhi spesifikasi
 Sediaan yang dibuat belum dapat diproduksi dalam skala besar karena terdapat
ketidaksesuaian spesifikasi sediaan yang diinginkan.

1.2 Saran
 Dalam melaksanakan praktikum sebaiknya dilakukan sekuantitatif mungkin agar sediaan
dapat memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.
 Pada pelaksanaan uji hendaknya diamati secara tepat dan dengan cara yang benar agar
mendapatkan hasil yang akurat.
 Alat untuk pengujian hendaknya disediakan lebih banyak sehingga tidak membuang
waktu untuk menunggu.

52
DAFTAR PUSTAKA

 BMJ GROUP. 2013. British National Formulary 66th Edition. London : Pharmaceutical Press
 BMJ GROUP. 2009. British National Formulary for Children. London: RPS Publishing
 Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia edisi 3. Jakarta
 Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia edisi 4. Jakarta
 Drug Information Handbook 19th edition. 2010-2011. Lexi-Comp’s Drug
 Reynold, J. Martindale The Extra Pharmacopoeia 28th edition. The Pharmaceutical Press
 Reynold, J. Martindale The Extra Pharmacopoeia 36th edition. The Pharmaceutical Press
 USCP. 2008. United State Pharmacopeiai 32 thedition. The Unites State Pharmacopoeiai
Conventio

53
54

Anda mungkin juga menyukai