PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang begitu pesat dan
cepatnya dimana hal ini tentunya menuntut pertumbuhan dan perkembangan yang juga
serba cepat di dalam segala sektor kehidupan. Seperti yang telah diketahui, dunia
kefarmasian merupakan salah satu aspek yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.
Oleh karena itu, seiring dengan kemajuan di bidang kesehatan yang lain, seperti
kedokteran dan keperawatan, maka sebagai seorang farmasis memiliki tuntutan dan
tanggung jawab yang besar berkaitan dengan kegiatan di dalam dunia kefarmasiaan, salah
satunya dalam kegiatan teknologi dan formulasi sediaan yang nantinya harus diedarkan
kepada konsumen, yang dalam hal ini adalah pasien melalui pasar. Dengan pertimbangan
sifat dasar manusia yang memiliki perasaan, kekhawatiran, pengharapan, dan persepsi
yang berbeda-beda maka farmasi dituntut tidak hanya dapat memberikan KIE kepada
pasien namun juga dapat memenuhi tuntutan konsumen terhadap suatu obat yang aman,
efektif, acceptable, dan stabil sehingga dapat mencapai suatu efektivitas yang optimal.
Informasi tentang cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, efek terapi yang
dihasilkan obat juga harus disampaikan oleh seorang farmasi agar tujuan pengobatan dan
tujuan dari sediaan obat ini dapat tercapai. Hal di atas tentu menunjukkan peran farmasi
yang tidak hanya berperan sebagai sumber informasi obat melalui KIE namun juga
sebagai formulator dimana seorang farmasis harus dapat menghasilkan suatu produk yang
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh konsumen.
Sediaan farmasi yang beredar saat ini antara lain : tablet, kapsul, serbuk tak
terbagi, suspensi, eliksir, larutan homogen lainnya, suppositoria, injeksi dan masih
banyak lainnya. Sebagai seorang formulator, tentunya seorang farmasi harus dapat
memilih dengan tepat dan teliti bentuk sediaan yang akan dipilih, dimana bentuk sediaan
ini akan sangat menentukan keberhasilan langkah formulasi yang akan dilaksanakan.
Dalam praktikum ini, sediaan likuida yang dipilih yang berupa sirup kering yang setelah
dilakukan rekonstruksi menjadi suspensi. Dalam hal ini, obat yang di formulasi adalah
obat yang digunakan sebagai antibiotik untuk infeksi gram positif dan gram negatif broad
spectrum bactericide untuk penderita yang tahan penisilin.
1
Seiring dengan berkembangnya zaman dan banyaknya bakteri yang mengalami
resisten, ilmu pengetahuan dan teknologi harus dikembangkan pula untuk menciptakan
suatu antibiotic yang bekerja efektif dan tidak mengalami resistensi. Seorang farmasis
harus mampu mengatasi masalah kesehatan dengan ilmu pengetahuannya untuk
memformulasi, memilihkan terapi maupun antibiotic yang tepat untuk pasien. Farmasis
juga dapat menciptakan formulasi atau suatu sediaan yang dapat diterima oleh konsumen.
Selain itu, farmasis menciptakan obat yang sesuai dengan persyaratan mutu yaitu aman,
efektif, dan stabil. Dengan memenuhi persyaratan tersebut farmasis dianggap mampu
meningkatkan kualitas hidup pasien. Farmasis perlu memberikan konseling mengenai
obat kepada pasien secara jelas, dan dengan bahasa yang mudah dimengerti terutama
pasien yang kurang pemahamannya akan pemakaian obat dan hal-hal mengenai obat yang
perlu diperhatikan. Karena dalam percobaan ini sediaan yang diciptakan adalah dry syrup,
farmasis perlu mengingatkan kepada pasien bahwa obat yang diberikan harus ditambah
dengan air dahulu, dikocok dahulu, dan obat hanya bertahan selama 7-14 hari setelah
ditambahkan air. Tugas farmasis tidak hanya sampai pada tahap tersebut, farmasis harus
mengetahui sediaan mana yang paling tepat digunakan untuk pengobatan maupun untuk
keadaan pasien. Sediaan termasuk faktor yang mempengaruhi efektivitas suatu obat pada
suatu terapi pengobatan. Sediaan sangat mempengaruhi suatu obat dihantarkan ke tubuh
pasien sehingga mampu menghasilkan suatu efek. Sediaan yang dipikirkan secara matang
pembuatannya oleh farmasis mampu mempertahankan stabilitas obat tersebu sehingga
obat tidak mudah terdegradasi dan kadarnya tidak turun melebihi kadar yang seharusnya.
1.3 Tujuan
Penelitian dilakukan untuk memperoleh sediaan yang mengandung antibiotika yang
digunakan untuk infeksi gram positif dan gram negative broad spectrum bacteriside untuk
penderita yang tahan penicillin dengan penyusunan Formulasi yang tepat dan memenuhi
semua persyaratan mutu, yang meliputi: aman, efektif, acceptable, stabil
2
1.4 Manfaat
Dapat mengerti secara benar penyusunan formulasi antibiotic broad spectrum untuk
penderita yang tahan penicillin yang memenuhi persyaratan mutu, juga bagaimana
prosedur dalam mengevaluasi sediaan likuida agar didapatkan produk yang terjamin
kualitasya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan
A.1 Pendahuluan
Mikroorganisme merupakan organisme yang berukuran sangat kecil sehingga perlu
menggunakan suatu alat seperti mikroskop karena tidak dapat dilihat menggunakan mata
telanjang. Keanekaragaman mikroorganisme di dunia ini sangat beragam seperti bakteri,
virus dan juga jamur. Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur,
dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak
berwarna dan kontras dengan air, di mana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu
cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi adalah dengan
metode pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu
mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pewarnaan.
A.2 Definisi
Bakteri adalah salah satu golongan organisme prokariot (tidak mempunyai membran
inti). Bakteri sebagai makhluk hidup tentu memiliki informasi genetik berupa DNA, tetapi
tidak terlokalisasi dalam tempat yang khusus (nukleus) dan tidak ada membran inti. Bentuk
DNA bakteri adalah sirkuler, panjang dan biasa disebut sebagai nukleoid. Pada DNA bakteri
tidak mempunyai intron dan hanya tersusun atas ekson saja. Bakteri juga memiliki DNA
ekstrakromosomal yang tergabung menjadi plasmid yang berbentuk kecil dan sirkuler.
A.3 Klasifikasi
Untuk memahani kelompok organisme, diperlukan klasifikasi. Tes biokimia,
pewarnaan Gram, merupakan kriteria yang efektif untuk klasifikasi. Hasil pewarnaan tersebut
dapat mencerminkan perbedaan dasar dan kompleks pada permukaan sel bakteri (struktur
dinding sel), sehingga dapat membagi bakteri menjadi dua kelompok yaitu bakteri gram
positif dan gram negatif.
Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil ungu
sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di bawah
mikroskop, sedangkan bakteri gram negatif akan berwarna merah atau merah muda.
Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan pada perbedaan
4
struktur dinding sel bakteri. Bakteri gram positif seperti Staphylococcus aureus (bakteri
patogen yang umum pada manusia) hanya mempunyai membran plasma tunggal yang
dikelilingi oleh dinding sel tebal berupa peptidoglikan. Sekitar 90 persen dari dinding sel
tersebut tersusun atas peptidoglikan sedangkan sisanya berupa molekul lain. Di sisi lain,
bakteri gram positif (seperti E.coli) memiliki sistem membran ganda di mana membran
plasmanya diselimuti oleh membran luar yang permeabel. Bakteri ini mempunyai dinding sel
tebal yang berupa peptidoglikan, yang terletak di antara membran plasma.
Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahakan zat warna
kristal violet sewaktu proses pewarnaan Gram sehingga akan berwarna merah bila
diamati dengan menggunakan mikroskop. Di sisi lain, bakteri gram positif akan
berwarna ungu. Perbedaan keduanya tersebut didasarkan pada perbedaan struktur
5
dinding sel yang berbeda dan dapat dinyatakan oleh prosedur pewarnaan Gram.
Prosedur ini ditemukan pada tahun 1884 oleh ilmuwan Denmark bernama Christian
Gram dan merupakan prosedur penting dalam klasifikasi bakteri. Bakteri gram
positif seperti Staphylococcus aureus (bakteri patogen yang umum pada manusia)
hanya mempunyai membran plasma tunggal yang dikelilingi dinding sel tebal
berupa peptidoglikan. Sekitar 90% dari dinding sel tersebut tersusun atas
peptidoglikan sedangkan sisanya berupa molekul lain bernama asam teikhoat.
Banyak spesies dari bakteri gram negatif yang bersifat patogen, yang berarti mereka
berbahaya bagi organisme inang. Sifat patogen ini umumnya berkaitan dengan
komponen tertentu pada dinding sel gram negatif, terutama lapisan lipopolisakarida
(dikenal juga dengan LPS atau endotoksin).
6
Lipoprotein melekat pada polisakarida
Kebanyakan tidak mengalami sporulasi
Gram positif dan gram negatif adalah klasifikasi bakteri yang dibedakan dari
cirri-ciri fisik bakteri tersebut. Perbedaan yang mendasar terdapat pada
peptidoglikan yang terkandung dalam dinding sel kedua bakteri tersebut. Pada
bakteri gram positif lapisan peptidoglikan lebih tebal, sedangkan pada gram negatif
lapisan peptidoglikannya lebih tipis. Sehingga saat identifikasi dengan pewarnaan,
bakteri gram positif akan berwarna sedangkan bakteri gram negatif warna akan
hilang saat disiram dengan etanol. Berikut adalah karakteristik bakteri gram positif
dan bakteri gram negatif :
7
endospora endospora
8
Istilah bakterisidal digunakan untuk obat yang menyebabkan kematian
mikroorganisme. Obat bakterisidal yang khas adalah β-laktam (penicillin,sefalosporin)
dan aminoglikosida.
Pada infeksi yang biasanya tidak dapat dikontrol atau dihilangkan oleh mekanisme
inang (misal endokarditis inefektif ), obat bakterisidal dibutuhkan untuk penyembuhan,
dan pengobatan dengan obat bakteriostatik menyebabkan penyakitnya kambuh kembali
segera setelah obat dihentikan. Pada inang dengan daya tahan tubuh yang cukup
(imun,fagositik, dan lain-lain), efek bakteriostatik mungkin cukup untuk melenyapkan
infeksi.
Dinding sel bakteri terdiri dari lapisan tebal peptidoglikan, khususnya pada
mikroba Gram positif yang terdiri dari 40 lapisan peptidoglikan, dan setiap lapisan
terdapat gula amino, N-asetilglukosamin serta N-asetil asam muramat, dengan
demikian merupakan pelindung kehidupan bakteri yang esensiil. Pada gula amino
menempel rantai peptide pendek. Kekakuan akhir dinding sel terus ditentukan oleh
ikatan silang rantai peptide sebagai akibat reaksi dari transpeptidase yang dikatalisis
oleh berbagai enzim. Lapisan peptidoglikan jauh lebih tebal pada dinding sel bakteri
gram positif daripada dinding sel bakteri gram negatif. Hambatan pada sintesis
peptidoglikan oleh obat antimikroba, menyebabkan kematian bakteri. Obat antibakteri
spesifik dapat menghambat reaksi biosintesis peptidoglikan pada beberapa tahapan
tertentu. Kepekaan bakteri terhadap antibiotika β-laktam bergantung pada berbagai
sifat struktur dan fungsional. Untuk mencapai reseptor, obat ini harus menembus
lapisan luar selubung sel. Pada bakteri gram negatif, terdapat membrane fosfolipid
yang dapat menghalangi masuknya obat ini. Apabila obat ini dapat masuk melalui
pori-pori molekul (porin) bagian luar sawar ini,molekul hidrofilik (misalnya
ampisillin dan amoxicillin) dapat lewat lebih mudah daripada penicillin G.Pada
9
bakteri gram positif, tidak terdapat membrane fosfolipid luar dan tidak fungsi
sawarnya.
ANTIBIOTIKA β-LAKTAM
10
penisilin khusus yang merupakan reseptor pada tubuh bakteri, sehingga menyebabkan
inhibisi pada enzim transpeptidase yang berfungsi pada pembentukan rantai peptide
pada lapisan peptidoglikan.
Benzilpenisillin (Penisillin G)
Resorpsi dari penisilin G tidak tahan asam, maka hanya digunakan sebagai
injeksi i.m atau infuse intravena.
Efek samping dari senyawa penisilin memiliki toksisitas yang rendah, tetapi
kadar tinggi dapat mengakibatkan encelopathy fatal, terutama pada keadaan gagal
ginjal. Efek samping utama adalah hipersensitivitas yang dapat mengakibatkan radang
kulit,urticaria dan jarng-jarang shock anafilaktik.
Ampicillin
Derivat Penicillin broad spectrum ini tahan asam dan lebih luas spectrum
kerjanya, yang meliputi banyak kuman gram negative yang hanya peka bagi penicillin
G dalam dosis iv tinggi sekali. Sebetulnya kuman gram negative memiliki membrane
11
fosfolipid di bagian luar yang menghindari akses dari obat ke dinding sel. Tetapi
ampisillin dan amoksisilin dapat melewati membrane fosfolipid ini melalui pori-
porinya. Kuman-kuman yang meproduksi penisilinase tetap resisten terhadap
ampisilin dan amoksisilin. Ampicillin efektif terhadap E.Coli, H.influenzae,
Salmonella dan beberapa suku proteus. Tidak aktif terhadap pseudomonas, Klebsiella,
dan enterococci, sama halnya dengan penisilin G. Khasiatnya terhadap kuman gram
positif lebih ringan daripada penisilin G.
Resorpsinya dari usus 30-40% (dihambat oleh makanan). Plasma t½nya 1-2
jam. Difusinya ke jaringan juga lebih baik. Penetrasinya ke CSS ringan, namun
ternyata dalam dosisi tinggi efektif pada meningitis. Sebagai tambahan, Menurut
Martin Dale ed.28, shelf life ampisilin apabila setelah direkonstitusi dari sediaan sirup
kering bila disimpan dalam suhu kamar hanya dapat bertahan selama 4-5 hari.
Amoksisilin.
Merupakan derivat hidroksi dengan aktivitas sama seperti ampisilin. Tetapi
resorpsinya lebih lengkap dan pesat dengan kadar darah 2x lipat, t½nya kurang lebih
sama, tetapi difusinya ke jaringan dan cairan tubuh lebih baik, antara lain ke dalam air
liur penderita bronchitis kronis.
Kombinasi dengan asam klavulanat (inhibitor kuat bagi β-laktamase bacterial)
membuat antibiotic ini efektif terhadap kuman yang memproduksi penisilinase.
Terutama digunakan terhadap infeksi saluran kemih.
Efek sampingnya gangguan lambung usus dan radang kulit lebih jarang
terjadi. (Obat-obat penting edisi 6 halaman 70,2008).
Ampisillin dan amoksisilin mempunyai spectrum dan aktivitas yang sama,
tetapi amoksisilin lebih mudah diserap usus.
Mekanisme aksi
Obat ini bertindak dengan menghambat sintesis bakteri dinding sel . Ini
menghambat hubungan silang antara rantai linear peptidoglikan polimer yang
12
membentuk komponen utama dari dinding sel dari kedua Gram-
positif dan bakteri Gram-negatif .
Interaksi
Amoksisilin dapat berinteraksi dengan kelompok berikut obat:
Antikoagulan (warfarin misalnya, pradaxa)
Allopurinol (gout pengobatan)
Pil KB
Antibiotik tertentu
Pengobatan kanker (methotrexate)
Obat uricosuric
Vaksin Tifus
Asam Klavulanat
Senyawa β-laktam ini diperoleh dari Streptomyces clavuligerus denagn kerja
antimikroba ringan dan aktivitas intrinsic antibakterinya kecil. Asam ini
merupakan inhibitor β-laktamase poten, yang secara struktur serupa dengan
antibiotic golongan β-laktam. Penggunaan asam klavulanat umumnya
dikombinasikan dengan golongan penisilin lain seperti amoksisilin dan
tikarsilin, guna mengatasi infeksi mikroorganisme penghasil β-laktamase atau
yang sudah tidak sensitive terhadap penicillin. Digunakan pada infeksi yang
penyebabnya adalah kuman yang resisten berkat laktamase. (Katzung, edisi
VI)
Resorpsinya dari usus lebih kurang 70% dan plasma t½nya 65 menit. Efek
sampingnya berupa mual dan muntah terutama pada dosis di atas 600 mg.
(Obat-obat penting halaman 69 edisi keenam)
Obat yang stabil atau tahan terhadap asam lambung dapat diberikan secara
oral, seperti benzilpenisilin sebaiknya diberikan secara im atau iv, dan tidak
dianjurkan diberikan secara intrarektal sebab dapat menimbulkan efek konvulsi atau
kejang.
13
Penisilin dapat terdistribusi ke seluruh tubuh, termasuk persendian, rongga
pericardium, secret empedu, saliva dan ASI, serta menembus plasenta.
Karena bersifat tidak larut lipid, maka tidak dapat menembus sel mammalia,
dengan demikian juga tidak dapat menembus sawar darah otak, kecuali dalam kondisi
inflamasi, obat dapat mencapai kadar terapetik dalam cairan otak.
Eliminasi penisilin sebagian besar melalui renal, dan waktu paruhnya dalam
plasma relative singkat. (Lucia E.W, Aksi Obat edisi 3, halaman 411)
Penicillin merupakan asam organik, terdiri dari satu inti siklik dengan satu
rantai samping. Inti siklik terdiri dari cincin tiazolidin dan cincin betalaktam.
Beberapa penicillin akan berkurang aktivitas antimikrobanya dalam suasana asam
sehingga harus diberikan secara parenteral.
Sejak penicillin mulai digunakan, jenis mikroba yang tadinya sensitif makin
banyak yang menjadi resisten. Mekanisme resisten terhadap penicillin adalah:
Pembentukan enzim betalaktamase misalnya pada kuman S. aureus, H. influenza,
gonokokus dan berbagai batang Gram-negatif.
Enzim autolysin kuman tidak bekerja sehingga timbul sifat toleran kuman terhadap
obat.
Kuman tidak mempunyai dinding sel (misalnya mikoplasma).
Perubahan PBP atau obat tidak dapat mencapai PBP.
Cara terpenting dari kuman untuk melindungi diri terhadap efek mematikan
dari antibiotika beta-laktam adalah pembentukan enzim beta-laktamase. Semula
14
hanya Stafilococci dan E. coli mampu membentuk penisilanase dalam plasmid, yang
mengandung gen-gen (faktor keturunan) untuk sifat ini. Tetapi gen-gen tersebut telah
ditularkan ke kuman lain dengan jalan penggabungan (konyugasi). Maka kini
kebanyakan kuman memiliki kemampuan ini dan resistensi telah disebarluaskan
dengan pesat. Untuk mengatasi masalah resistensi kuman yang amat serius ini, para
peneliti telah mensintesa dua jenis senyawa penicillin, yaitu derivate yang tahan
laktamase dan yang memblokir laktamase. Salah satu derivate yang tahan lactamase
adalah asam klavulanat. Penghambat tersebut tidak memperlihatkan aktivitas
antibakteri, sehingga tidak dapat digunakan sebagai obat tunggal untuk
menanggulangi penyakit infeksi. Bila dikombinasi dengan antibiotik betalaktam
contohnya amoxicilin , penghambat ini akan mengikat betalaktamase, sehingga
antibiotik pasangannya bebas dari pengrusakan oleh enzim tersebut dan dapat
menghambat sintesis dinding sel bakteri yang dituju.
Amoksisilin digunakan dalam pengobatan sejumlah infeksi, termasuk media
yang akut otitis , faringitis streptococcus , pneumonia , infeksi
kulit , Salmonella , penyakit Lyme , dan klamidia infeksi. Hal ini juga digunakan
untuk mencegah endokarditis bakteri pada orang berisiko tinggi yang mengalami gigi
dilakukan, untuk mencegah Streptococcus pneumoniae dan infeksi lain bakteri
dienkapsulasi pada mereka yang tidak limpa , seperti orang dengan penyakit sel sabit ,
dan untuk kedua pencegahan dan pengobatan anthrax.
RESISTENSI PENISILIN
Resistensi bakteri terhadap penisilin umumnya disebabkan oleh beberapa hal, seperti:
15
reseptor penicillin, sehingga terjadi hambatan untuk berikatan dengan cincin β-
laktam. Saat ini methisilin sudah tidak diproduksi lagi.
Proses resistensi yang terjadi pada bakteri Gram negative, seperti ampisillin,
disebabkan oleh proses mutasi kromosom yang mempengaruhi komponen
polisakarida pada membrane terluar. Mutasi dapat berakibat akumulasi antimikroba
aminoglikosida, β-laktam, kloramfenikol, peptida dan tetrasiklin.
EFEK SAMPING
Reaksi alergi merupakan bentuk efek samping yang sering dijumpai pada golongan
penicillin bahkan penicillin G (benzylpenisillin) khususnya menimbulkan salah 1 obat
yang tersering menimbulkan reaksi alergi. Terjadinya reaksi alergi didahului dengan
adanya sensitisasi. Namun mereka yang belum pernah diobati dengan penicillin dapat
juga mengalami reaksi alergi.
Anemia hemolitik oleh penicillin juga terjadi berdasarkan mekanisme reaksi imun
dengan zat anti IgG atau IgM.
B. Persyaratan Mutu
16
Sediaan yang dibuat harus memenuhi persyaratan mutu yang setara dengan ketentuan dari
Farmakope Indonesia IV / USP dan memperhatikan kriteria pendaftaran obat jadi Dep. Kes
RI.
Safety
Aman bagi pekerja.
Toksisitas sudah diketahui dengan pasti & dikendalikan ( tercantum dalam
Farmakope ).
Efficacy : manjur & bermanfaat.
Quality : kualitas ( kemurnian/impurity ) harus memenuhi persyaratan kemurnian
karena zat-zat asing bisa memberikan efek samping.
1. Aman
Yaitu, bermanfaat secara fisiologis / psikologis, tanpa efek samping yang merugikan
atau dengan efek samping yang telah dikendalikan sehingga tidak lebih toksik dari
toksisitas bahan aktif sebelum diformulasi. Dikatakan aman apabila bahan aktif kadarnya
tidak melebihi kriteria yang tertera pada masing-masing monografi difarmakope, yaitu:
Dikatakan aman bila kadarnya tidak melebihi kadar yang tertera pada masing-masing
monografi di Farmakope, yaitu : Amoxicillin : antara 11,2% dan 14,5%
2. Efektif
Yaitu, dengan pemberian dosis sekecil mungkin sudah dapat menimbulkan efek terai
yang optimum dalam waktu yang singkat dengan toksisitas & efek samping yang
minimum ( USP XXII p.324 ).Dosis Amoxicillinefektif pada pemakaian 20 – 40 mg / kg
BB
17
Bahan aktif :
Amoxicillin :
Kelarutan: Sebagian larut dalam air dan dalam metilalcohol, Tidak larut dalam carbon
tetraklorida, kloroform, dan benzena.( MD ed 36 p.203).
5. Stabilitas Mikrobiologi
Diartikan sebagai Sediaan tidak ditumbuhi mikroba sesuai dengan persyaratan
tertentu dan jika sediaan tersebut mengandung zat anti mikroba, maka harus tetap
efektif selama waktu yang telah ditentukan (dari awal pembuatan sampai ke tangan
pasien). (USP XXII p.1703) untuk menghambat pertumbuhan mikroba sehingga
sediaan perlu ditambah pengawet.
6. Stabilitas Farmakologi
Diartikan sebagai efek terapi harus tetap dan tidak mengalami perubahan efek
farmakologi baik dalam proses pembuatan, penyimpanan, distribusi hingga sampai
pada konsumen yang direncanakan atau dari tujuan pengobatan sampai batas waktu
yang ditentukan. (USP XXII p.1703)
7. Stabilitas Toksikologi
18
Diartikan sebagai sediaan tidak boleh mengandung bahan-bahan yang dapat
meracuni jaringan local dan tidak menunjukkan peningkatan toksisitas selama batas
waktu tertentu, baik dalam proses pembuatan, penyimpanan, distribusi hingga
pemakaian. (USP XXII, p.1703)
8. Acceptable
Diartikan prediksi pemenuhan persepsi psikologi konsumen pemakai.
Sediaan mempunyai penampilan, bentuk, estetik yang baik dan menarik
sehingga menumbuhkan rasa senang dan nyaman pada pemakainya (USP
XXI, p. 1346 – 1347)
Organoleptis dapat diterima, seperti rasa dan aroma pisang .
Kontra
Bahan Aktif Efek Utama Efek Samping Indikasi Spesifikasi lain
Indikasi
Amoxicilin Sebagai salah liver :hepatitis, Antibiotik Hipersensi- Amoxicillin tidak aktif karena
satu golongan jaundice terhadap tivitas adanya asam lambung.
antibiotik GI Tract : diare, bakteri beta penicillin&pa
Amoxicillin cepat diabsorbsi
broad mual, muntah. laktamase sien limpatik
daripada ampisilin pada pemberian
spectrum leukaemia
oral.
penicillin
Adanya makanan pada lambung
berfungsi
tidak mengurangi jumlah total yang
untuk
diabsorbsi.
mengobati
infeksi dan
Amoxicillin dapat melewati
plasenta, dalam jumlah kecil
lyme disease
didistribusi pada air susu ibu.
Amoxicillin Memiliki aksi Nausea, vomitting, Infeksi Penicillin Resisten terhadap inaktivasi oleh
19
Trihidrat. bakterisidal diarrhoea, rashes. saluran hipersensitivit gastric acid.
melawan (BNF 59, p.204) kemih, y. Lebih cepat & sempurna diabsorbsi
bakteri gram Kejadian diarrhoea otitits dibandingkan ampicillin ketika
positif, gram lbh kecil media, diberikan secara oral.
negatif cocci, dibandingkan bronchitis, Puncak konsentrasi dlm plasma
bbrp bakteri ampicillin, hepatitis endocarditi adalah 5 micrograms/ml dicapai 1-
gram negatif dan cholestatic s, anthrax, 2 jam setelah dosis 250 mg.
lain spt jaundice untuk H. Pylori Dimetabolisme & dikeluarkan mll
spirochaetes penggunaan eradication. urine.
dgn amoxicillin + (BNF 59, Konsentrasi tinggi ditemukan dlm
actinomycetes clavulanic acid. p.322). empedu & bbrp diekskresikan mll
dgn Erythema Actinomyc feses.
menghambat multiforme, Steven- etes,
sintesis Johson syndrome, anthrax,
dinding sel toxic epidermal. biliary tract
bakteri. (Martindale 36, infection,
Lebih aktif p.202) bronchitis,
melawan endocarditi
Enterococcus s, gastro-
faecalis, enteritis,
Helicobacter gonorrhoea
pylori & , lyme
Salmonella sp disease,
tp kurang aktif pneumonia,
melawan otitits
Shigella sp. media.
Digunakan (MD 36th,
untuk p.203).
actinomycetes
, anthrax,
biliary tract
infection,
bronchitis,
endocarditis,
gastro-entritis,
gonorrhoea,
lyme disease,
infeksi mulut,
otitis media,
pneumonia,
20
thypoid &
parathypoid
fever, infeksi
saluran kemih.
(Martindale
36, p. 202).
Ampicillin Golongan liver :hepatitis , antibiotik Hipersensi Ampisilin diabsorbsi baik dari GI
antibiotik broad jaundice terhadap tivitas tract setelah pemberian oral.
spectrum GI Tract : diare, bakteri penicillin Makanan dapat menganggu
penicillin untuk mual, muntah. beta pasien absorbsi ampisilin, sehingga
mengobati laktamase limpatik pemberian obat 30 menit sebelum
penyakit karena leukaemia makan.
gram + dan Ampisilin diditribusikan dan
gram - konsentrasi terapik dapat dicapai
pada ascitic, pleura, dan cairan
otot.
Ampisilin dapat melewati
plasenta dan jumlah kecil
diditribusikan pada air susu ibu.
Ampisilin dimetabolisme jadi
asam penicilloic dan diekskresi
lewat urin.
pada infeksi
saluran
pernafasan,
saluran
21
kencing dan
GI tract ,
tulang dan
otot,
gonnorheae
dan
septicaemia
Menghambat
aktivitas DNA
girase mll
pengikatan
pada untai
DNA
kromosom.
22
Bahan Aktif yang Terpilih
Amoxicillin Trihidrat
Amoxicillin mempunyai aktivitas yang sama dengan ampisilin tetapi daya
resorbsinya lebih besar (±80%) dengan kadar dalam darah 2x lipat, selain itu
difusinya ke jaringan dan cairan tubuh lebih baik.
Bahan aktif yang terpilih adalah amoxicillin trihidrat yang dikombinasikan dg
Kalium kalvulanat. Amoxicillin trihidrat lebih menguntungkan jika
dikombinasikan dengan kalium klavulanat (Co-amoxiclav) karena keduanya
dapat bekerja sinergis sebagai antibiotik broad spectrum untuk infeksi bakteri
gram positif maupun negatif. Absorbsinya tidak terhamabat oleh makanan,
antasid dan tahan asam, Co-amoxiclav juga memiliki efek samping yang
ringan, efek samping yang berat seperti gangguan asam lambung, usus, dan
rash lebih jarang terjadi. (Obat-obat Penting, ed.5, hal 68).
Amoxycillin tidak stabil dalam larutan berair, oleh karena itu solusinya dipilih
bentuk yang paling tidak larut yaitu amoxycillin trihidrat.
Amoxicillin trihidrat juga merupakan satu golongan antibiotik broad spectrum
penicillin berfungsi untuk mengobati infeksi dan lyme disease. Amoxicillin
trihidrat cepat diabsorbsi daripada ampisilin pada pemberian oral. Efek
samping diare lebih kecil daripada ampicillin. Selain itu, pada amoxicillin
adanya makanan pada lambung tidak mengurangi jumlah total yang
diabsorbsi.(MD 36, p.202)
23
Karakteristik Fisika Kimia
Karakteristik
FISIKA KIMIA
1. Kelarutan 1. pH dalam 0,2% larutan air = 3,5-5,5.
1 : 200 dalam metil alkohol [BP], atau 3,5-6,0 [USP].
Praktis tidak larut dalam kloroform, 2. Amoxicillin trihidrat diserap dari larutan
eter, carbon tetrachloride dan fixed oil. oleh attapulgite dan aluminium
2. Organoleptis magnesium silicate tapi tidak oleh
Warna : putih/ hampir putih magnesium trisilicate/kaolin pd pH 2,1-
Bau : praktis tidak berbau 3,2
Rasa : pahit [The Pharmaceutical Codex 12th,p.729].
Bentuk : serbuk hablur 3. Tidak stabil terhadap udara.
3. Berat jenis = 419,4 4. Tidak stabil dalam air/larutan.
[Martindale 28th, p.1089] 5. Disimpan pada suhu tidak lebih dari
25oC
6. Amoxicillin tidak aktif karena adanya
asam lambung.
7. Amoxicillin cepat diabsorbsi daripada
ampisilin pada pemberian oral.
8. Adanya makanan pada lambung tidak
mengurangi jumlah total yang
diabsorbsi.
9. Amoxicillin dapat melewati plasenta,
dalam jumlah kecil didistribusi pada air
susu ibu.
10. Amoxicillin didistribusikan dengan
konsentrasi yang bervariasi pada
jaringan tubuh dan cairan tubuh.
11. Amoxicillin dimetabolisme jadi asam
peniloic dan diekskresi melalui urin.
12. Inkompatibel dengan attapulgite,
alumuniummagnesium silicate(veegum).
Karakteristik
FISIKA KIMIA
1. Kelarutan 1. pH dalam 1% larutan air antara 5,5-
Sangat mudah larut air 8,0. [Martindale 36th, p.250].
Larut dalam metil alkohol dengan 2. Tidak stabil terhadap udara.
dekomposisi. 3. Stabilitas dalam air tidak bagus, tapi
2. Organoleptis optimal pada pH 6.0-6.3
Warna : putih/hampir putih
Rasa : pahit
Bentuk : serbuk halus
Bau : tidak berbau
24
3. Berat jenis =237,3
[Martindale 36th, p.250]
4. Higroskopis.
Berdasarkan karakteristik fisiko-kimia maka dipilih bentuk sediaan dry sirup supensi karena :
a. Bahan aktif amoxicillin praktis tidak larut air dan dikehendaki dalam bentuk air.
Sehingga dibuat dalam bentuk padatan yang nantinya baru direkonstitusi saat akan
digunakan.
b. Diharapkan setelah direkonstitusi sedian padat yang tidak stabil dalam air menjadi
suspensi sehingga partikel dapat terdispersi merata antara bahan aktif dengan
pembawanya. Dengan penambahan eksipien lain untuk suspending agent dan
pengental untuk mencegah pengendapan dan sediaan lebih mudah dituang dengan
dosis yang merata.
1. CMC Na
Fungsi : Suspending agent
Merupakan suspending agent sintetis, lebih stabil daripada suspending agent alami.
Dalam pembuatan sirup kering ini, CMC-NA juga digunakan sebagai pengikat (binder)
dalam proses pembuatan granul.
Sifat fisiko kimia :
Praktis tidak larut dalam air dan aseton, methanol, etanol, kloroform, eter, larutan garam
jenuh dan air hangat. Dalam air dingin metil selulosa mengembang dan terdispersi
perlahan menuju dispersi koloidal. Larut dalam asam mineral encer.
Organoleptis :
o Warna : putih / putih kekuningan
o Bau : tidak berbau
o Bentuk : serbuk
o Rasa : tidak berasa
o Serbuk stabil, sedikit higroskopis.
2. Asam Sitrat
25
Pemerian : hablur putih tidak berwarna / serbuk putih, tidak berbau, rasa agak asam,
agak higroskopis, merapuh dalam udara kering dan panas.
Kelarutan :
o Dalam etanol 95% (1:1,5)
o Dalam air (1 : <1)
o Sukar larut dalam eter
Fungsi : acidifying agent, anti oksidan, buffering agent, flavor enhancer,chelating
agent
Penggunaan : sebagai buffering agent : larutan buffer 0,1-2%
Konstanta disosiasi :
o pKa1 : 3,128 pada 250C
o pKa2 : 4,76 pada 250C
o pKa3 : 6,396 pada 250C
3. Natrium Fosfat
Pemerian : hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa asam
dan asin
Kelarutan :
o Sangat larut dalam air, terlebih lagi dalam air panas atau mendidih
o Praktis tidak larut dalam etanol 95%
Fungsi : buffering agent, sequestering agent
Penggunaan : sebagai buffering agent, pada pH 6.00 bersama asam sitrat
4. Nipagin
Efek pada rentang pH yang lebar
Mempunyai spektrum antibakteri yang luas, tetepi lebih efektif sebagai antifungi &
ragi
Dapat diabsorbsi oleh plastik
Sukar larut dalam air, oleh karena itu digunakan propilenglikol 2%-5% sebagai
pelarut & untuk meningkatkan aktifitasnya sebagai pengawet
Efektifitas menurun oleh peningkatan pH akibat pembentukan anion fenolat
26
Aktivitas sebagai pengawet diperbaiki atau ditingkatkan dengan menggunakan
kombinasi nipagin : nipasol = 9 : 1 (Remington 17 th ed,p.1168) = 0,18% : 0,02%
(HPE 2nd ed,p.310-312,411)
Mengiritasi mata & kulit
5. Tween 80 / Polysorbat 80
Konsentrasi sebagai wetting agent adalah 0.3-3%.
Fungsi: Sebagai wetting agent (bekerja dengan menggantikan udara yang
menyelubungi permukaan partikel sehingga luas permukaan partikel yang kontak
dengan pelarut lebih besar dengan demikian partikel yang sukar larut dapat lebih
mudah terbasahi oleh pelarut dan mudah terdispersi kembali ketika dikocok.
6. Etanol 70 %
Fungsi: Sebagai pembasah dalam proses granulasi dimana alcohol mudah menguap
sehingga tidak membutuhkan panas tinggi dalam proses penguapan untuk mengeringkan
granul. Dipilih etanol 70% karena kadar airnya lebih tingga daripada etanol 96% dimana
air yang dibutuhkan untuk memberikan daya kohesi antar serbuk untuk membentuk
granul. Jika kadar air terlalu rendah, maka daya kohesi kecil, sehingga tidak terbentuk
granul, tetapi kadar air juga tidak boleh terlalu tinggi karena proses pengguapan menjadi
lama.
7. Etanol 96%
8. Sukrosa
Fungsi : sebagai pemanis & untuk meningkatkan viskositas
Pemerian : Kristal putih tidak berbau atau serbuk halus. Member rasa manis dan
memberi rasa metalik setelah dikecap
Kelarutan :
o Dalam air 1 : 0.5
o Dalam air 1000C 1 : 0.2
o Dalam etanol 95% 1:170
o Dalam etanol 1:400
27
o Dalam gliserin 1:50
o Dalam kloform (praktis tidak larut)
o Dalam propan-2-ol 1 : 400
9. Pisang R & D
Kegunaan : sebagai pewarna (colouring agent)
Kegunaan : untuk memenuhi acceptabilitas dalam hal rasa dan untuk menutupi bau yang
tidak enak dari bahan obat yang digunakan, sehingga dapat menarik perhatian konsumen
untuk meminumnya terutama anak-anak.
28
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
Penyebab Gejala
Bakteri Gram + Bakteri Gram – Rash Fever Inflamasi / radang Mual / Muntah
First Choice : Second Choice: Third Choice : First Choice : Second Choice : Third Choice :
Penicillin Cephalosporin Clindamycin Amoxicillin+clavulanat Cephalosporin Ciprofloxaxin
Amoxicillin Clindamycin Trimetroprim- Ampicillin+sulbactam Tetracycline
sulfametoxazole Erytromycin
Keuntungan: lebih mudah Keuntungan: lebih efektif & Keuntungan: dapat menghambat
berpenetrasi ke dalam mudah diabsorbsi oleh GI aktivitas DNA girase melalui
membrane sel bakteri tract dibandingkan ampicillin pengikatan pada rantai DNA
dibandingkan benzyl kromosom.
penicillin. Kerugian: penggabungan
dgn asam Klavulanat dapat Kerugian: menimbulkan gangguan GI
Kerugian: agak sukar menyebabkan Cholestatic tract ringan dan gangguan SSP dan
diabsorbsi oleh GI tract jaundice dan hepatitis. tidak dapat digunakan untuk anak-anak
bila diberikan secara oral. & remaja dalam masa pertumbuhan.
29
Dosis : 20-40mg/KgBB
dalam dosis tertinggi, tiap 8
jam.
Amoxicillin trihidrat
Bentuk = serbuk hablur
& kalium klavulanat
Amoxicillin Karakteristik Rasa = pahit
tidak stabil dalam air.
Trihidrat Fisika Bau = tidak berbau Warna
= putih Kelarutan = 1:400
dlm air, 1:1000 dlm alcohol
Stabil :
+ Pengawet: nipagin
+Suspending agent : CMC Na
Karakteristik mudah diabsorbsi
+ Wetting agent : tween
Biologik oleh GI tract
+ Dapar : asam sitrat dan Na fosfat
30
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1.1 ALAT
1. pH meter 11. Magnetic stirrer + magnetic bar
2. Viskometer 12. Mortir + stamper
3. Mikroskop 13. Pengayak mesh 40
4. Timbangan digital 14. Pengayak mesh 30
5. Kertas perkamen 15. Pengayak mesh 20
6. Gelas ukur 16. Oven
7. Beaker glass 17. Sendok tanduk
8. Pengaduk kaca
9. Pipet tetes
10. Botol coklat
4.1.2 BAHAN
1. Amoxicillin trihidrat
2. Kalium klavulanat
3. Nipagin (methylparaben)
4. CMC Na
5. Tween 80 (polysorbate 80)
6. Sukrosa
7. Raspberry flavour
8. Pewarna merah
9. Asam sitrat
10. Na3 sitrat
11. Etanol 70%
12. Etanol 96%
13. Aqua purificata
31
4.2 KERANGKA OPERASIONAL
Kalibrasi botol 60 ml
- Timbang
60
- x(a)gram Sisanya digunakan
120
= (b) gram untuk evaluasi akhir
32
4.3 METODE KERJA
N TahapanPerlakuan Alat
o
1 Kalibrasi botol coklat 60 ml Botol coklat, gelas ukur
2 Timbangan digital, mortir +
Timbang nipagin 225 mg, gerus ad halus
stamper
3 Timbangan digital, mortir +
Timbang CMC Na 1,5g, gerus ad halus
stamper
4 2 + 3, campur ad homogen Mortir + stamper
5 Pembuatan dapar pH 6,0:
a. Timbang Na2HPO4•2H2O 660 mg, gerus ad halus Timbangan digital, mortir +
b. Timbang NaH2PO4•2H2O 4110 mg, gerus ad halus stamper
c. a + b, campur ad homogen
6 Timbang sunset yellow 1,5 mg Timbangan digital
7 Timbang sukrosa 45g yang telah diayak pada pengayak Timbangan digital, pengayak
mesh 40
8 4 + 5 + 6 + 7, campur ad homogen Mortir + stamper
9 Ditimbang 10% dari no. 8 untuk cek pH, ditambah aqua
purificata 15 ml.
Timbangan digital, beaker
Cek pH:
glass, gelas ukur, pengaduk
Jika < 6,0 + Na3sitrat
Jika > 6,0 + As. sitrat
10 Timbangan digital, mortir +
Timbang amoxicillin trihidrat 6300mg, gerus ad halus
stamper
11 Timbangan digital, mortir +
Timbang kalium klavulanat 1,4175g, gerus ad halus
stamper
12 10 + 11, campur ad homogen Mortir + stamper
13 Timbang tween 80, 3g + etanol 96% ad larut Timbangan digital, beaker
glass
14 12 + 13, campur ad homogen Mortir + stamper
15 90% sisanya dari no. 8 diambil, kemudian ukur etanol 70%
sebanyak 10 ml, ditambahkan ad terbentuk massa granul Mortir + stamper, gelas ukur
(catat volume etanol yang digunakan)
16 No. 15 diayak dengan pengayak mesh 20 Pengayak
17 No. 16 dikeringkan pada oven suhu 50°C selama 15 menit Oven
18 No. 17 diayak dengan pengayak mesh 30 Pengayak
19 14 + 18, campur ad homogen, kemudian dimasukkan ke
Mortir + stamper, botol coklat
botol dalam bentuk granul
20 Sisanya digunakan untuk evaluasi akhir
33
1. Takaran / Dosis Bahan Aktif
Amoxicillin
Pustaka Dosis
Martindale 36th , p. 203 Dosis oral : 250 – 500 mg tiap 8 jam / 500
– 875 mg tiap 12 jam
Anak- anak diatas 10 tahun : 125-250 mg
tiap 8 jam
Dibawah 40 kg : 20 – 40 mg / kg BB
sehari dalam dosis terbagi, tiap 8 jam / 25
– 45 mg / kg BB sehari dalam dosis
terbagi, tiap 12 jam
2. Perhitungan Dosis
34
Dipilih 20 mg / kg BB, 3x sehari =20 mg : 3 = 6,67 mg/kg BB → Martindale 36th , p. 203
6 16 16 x 6,67mg = 106,72mg
13 35 35 x 6,67mg = 233,45mg
Aturan pakai :
1 – 4 tahun = sehari 3 x ½ takaran (2,5 ml)
5 – 9 tahun = sehari 3 x 1 takaran (5 ml)
10 – 12 tahun = sehari 3 x 1 ½ takaran (7,5 ml)
13 – 14 tahun = sehari 3 x 2 takaran (10 ml)
35
2 : 1
149.5 : 74.75
Volume Kemasan : 3 x 5 x 4 = 60 mL
36
4. Rancangan Formula Awal
R/ Amoxicillin Trihidrat 200 mg
Kalium Klavulanat 50 mg
Na2HPO4.2H20 0.44 %
NaH2PO4 2,74 %
Sukrosa 60 %
CMC Na 1%
Tween 80 0,2 %
Nipagin 0,15 %
37
Jumlah Jumlah Jumlah tiap Jumlah tiap
Nama Bahan Kadar
tiap 5 mL tiap 60 mL 150 mL 60.000 mL
Kalium
47,5 mg 567 g 1,4175 g 567 g
Kalvulanat
Sukrosa 30 % 3g 36 g 90 g 36000 g
Etanol 70 % qs qs qs qs Qs
Essence banana qs qs qs Qs Qs
Ad 60.000
Aqua Ad 5 mL Ad 5 mL Ad 60 mL Ad 150 mL
mL
= 0,65700459 g ~ 0,4380%
= 4,1056755 g ~ 2.73711 %
38
Perhitungan ADI (Aceptable Daily Intake )
39
Spesifikasi sediaan yang akan diproduksi
40
BAB V
EVALUASI, HASIL PENELITIAN dan
ANALISIS HASIL PENELITIAN
41
samping tabung, kemudian pasang kembali bagian penutupnya,
pastikan tiada gelembung udara.
vi. Dibersihkan bagian permukaan secara menyeluruh.
vii. Ditiimbang secara akurat, catat beratnya (m1)
m 1−m
viii. Dihitung densitas menggunakan persamaan, ρ=
v
C. Viskositas
Alat/instrumen: viscometer stormer 80202
Metode kerja
i. Menentukan nilai tetapan Kv viskometer:
- Diletakkan viskometer pada posisi yang benar.
- Diisi mantel dengan aquadem secukupnya.
- Dimasukkan gliserin p.a ke dalam cup sampai batas tanda
- Dinaikkan posisi cup beserta penyangganya sampai bob tercelup
seluruh permukaannya.
- Disiapkan stopwatch, dipasang beban,di lepaskan rem dan
dilakukan pengamatan waktu yang diperlukan untuk menempuh
100 putaran,
- Ditambahkan beban dan lakukan pengamatan dengan cara yang
sama.
- Dilakukan penambahan beban berikutnya dan diamati sampai
diperoleh 9 titik pengamatan,
- Dihitung rpm-nya dan tentukan Kv nya dari harga viskositas
gliserin p.a. yang diketahui.
iii. dilakukan percobaan penentuan sifat alir bahan yang diperiksa dengan
menggunakan prosedur cara kerja 1 dan 2 di atas (dengan susunan berat
42
beban yang berbeda) dan dengan menggunakan harga Kv yang diperoleh
pada percobaan cara kerja 1 hitung viskositas bahan yang diperiksa.
E. Uji redispersi
Alat/instrumen: gelas ukur, stopwatch
Metode kerja :
- Hasil dari rekonstitusi didiamkan semalaman
- Ukur waktu yang dibutuhkan untuk mendispersikan kembali sedian
yang terbentuk sampai menjadi suspense kembali
-
F. Penetapan Kadar Bahan Aktif ( Tidak dilakukan )
Penetapan kadar yang dilihat dari sediaan injeksi asam askorbat ( FI V hal 150)
Alat : Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) – HPLC
Cara :
Fase Gerak : larutkan 15,6 g natrium difosfat dibasa P dan 12,2 g kalium fosfat
monobasa P dalam 2000ml air, atur pH hingga 2,5±0,05 dengan penambahan
asam fosfat P. lakukan penyesuaian menurut kesesuaian sistem seperti tertera
pada Kromatografi.
Larutan baku : timbang saksama sejumlah asam askorbat BPFI, larutkan dalam
fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,5mg per ml. (catatan simpan dalam
lemari pendingin dan terlindung dari cahaya hingga saat digunakan. Larutan
stabil selama 24jam. Suntikkan dalam waktu 3 jam setelah diambil dari lemari
pendingin).
43
Larutan uji: jika perlu encerkan sejumlah volume injeksi secara bertahap dan
kuantittatif dengan fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,5mg per ml. (catatan
simpan dalam lemari pendingin dan terlindung dari cahaya hingga saat
digunakan. Larutan stabil selama 24jam. Suntikkan dalam waktu 3 jam setelah
diambil dari lemari pendingin).
Sistem Kromatografi: lakukan seperti tertera pada kromatografi. Kromatografi
cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 245nm dan kolom 150mm x 6
mm, berisi bahan L39. Laju alir lebih kurang 0,6ml per menit. Lakukan
kromatografi terhadap larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada prosedur. Efisiensi kolom tidak kurang dari 3500
lempeng teoritis, faktor ikutan tidak lebih dari 1,6 dan simpangan baku relatif
pada penyuntikkan ulang tidak lebih dari 1,5%.
Prosedur : suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama ( lebih kurang 4μl )
larutan baku dan larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan
ukur respons puncak utama. Hitung dalam mg asam askorbat C 6H8O6 per ml zat
uji
Hasil Penelitian
1. Uji pH (spesifikasi pH6,0 + 0.5)
Dapar fosfat-fosfat
Na2HPO4•2H2O = 660mg
NaH2PO4•2H2O = 4110 mg
*pH awal = 6,8 (tidak memenuhi 6 ± 0,5 )
44
Bobot 1000 0,5 1000
Konsentrasi = × = × = 0,320451195M (diperlukan 2,5ml)
Mr V 156,03 10
Dalam 20% sediaan, dibutuhkan:
Bobot NaH2PO4•2H2O = 0,320451195M × 2,5ml × 156,03
= 0,12499999g
≈ 0,125g
Sisa Sediaan (80%):
Bobot NaH2PO4•2H2O = 0,125g × 4 = 0,5g
pH akhir = 6,0
2. Uji Organoleptis
Sebelum Rekonstitusi
Organoleptis Spesifikasi Hasil Kriteria
Bentuk sediaan Serbuk Serbuk +
Warna Kuning Kuring-Jingga +
Bau Pisang Pisang +
Rasa Manis Manis +
Setelah Rekonstitusi
Organoleptis Spesifikasi Hasil Kriteria
Bentuk sediaan Larutan Larutan +
Warna orange orange +
Bau Jeruk Jeruk +
Rasa Manis Manis agak Asam +
45
3. Uji sifat alir
Sebelum Rekonstitusi
Sudut :
Tinggi: 2,9cm ; Diameter = 4,5cm (r = 2,25cm)
2,9 cm
tan α ¿
2,25 cm
α ¿52,193
Kecepatan alir :
Bobot: 50g ; Waktu: 6,67s
50 g
Kecepatan alir =
6,67 s
= 7,50g/s
Berdasarkan teori sudut serbuk ≤ 38° mengindikasikan aliran yang baik, jika
sudut serbuk antara 38° dan 42° mengindikasikan aliran serbuk cukup baik,
dan jika > 42° mengindikasikan aliran serbuk yang kurang baik
Setelah Rekonstitusi
Nama instrument alat : viscometer stormer 80202
Tanggal verifikasi : juni 2016
Tanggal verifikasi selanjutnya : desember 2016
250
=2562,89cps
54,72
300
2. η=560.965 x =2191,55 cps
76,79
46
350
3. η=560.965 x =1930,75 cps
101,69
400
4. η=560.965 x =1690,04 cps
132,77
450
5. η=560.965 x =1318,54 cps
191,45
400
6. η=560.965 x =1558,34 cps
143,99
350
7. η=560.965 x =1657,42 cps
118,46
300
8. η=560.965 x =1767,00 cps
95,24
47
250
200
150
100
50
0
200 250 300 350 400 450 500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
40 60 80 100 120 140 160 180 200
*Hasil:
- Dari kurva hubungan W versus RPM, semakin meningkat beban yang diberikan,
semakin meningkatnya juga RPM. Apabila beban dikurangi, RPM juga semakin
menurun. Namun nilainya lebih besar daripada sebelumnya. (Pseudoplastis, time-
dependent)
- Dari kurva hubungan RPM versus viskositas, semakin meningkat RPM, semakin
menurun juga viskositas. Apabila RPM dikurangi, viskositas juga semakin meningkat.
Namun nilainya lebih kecil daripada sebelumnya. (Thixotropy)
48
- Mungkin terjadi masalah teknis dalam proses pembuatan sediaan atau dalam proses
evaluasi (tidak menunggu selama 30 menit sebelum beban ditangkatkan)
4. Uji Densitas
Piknometer
M pikno + bahan 40,5g
M pikno 28,4 g
M bahan 12,1 g
V pikno 10 ml
ρ bahan 1.21g/ cm3
M
ρ 1 bahan
V
* BJ sediaan > BJ air (1g/cm3)
12,1 g
= =1.21 g/ cm3
10 ml
5. Uji Kelembapan
-Moisture Counter
2,92% - 15 menit
49
IIII IIII
IIII III I
IIII III I
II
13 15 13-15 14 0 0 0 0 0
16 18 16-18 17 0 0 0 0 0
IIII IIII
19 21 IIII IIII 620 12400 248000 4960000
19-21 20 IIII IIII I 31
22 24 22-24 23 0 0 0 0 0
25 27 25-27 26 0 0 0 0 0
28 30 28-30 29 IIII II 7 203 5887 170723 4950967
31 33 31-33 32 0 0 0 0 0
34 36 34-36 35 0 0 0 0 0
37 39 37-39 38 0 0 0 0 0
50124 1081870
jumlah
100 1505 25789 5 9
60
50
40
10-12 13-15 16-18 19-21
30 22-24 25-27 28-30 31-33
34-36 37-39
20
10
0
10-12 13-15 16-18 19-21 22-24 25-27 28-30 31-33 34-36 37-39
Diameter terkecil: 10 µm 3
dvn= ❑ Σ nd ❑ = 70.7986 µm
Diameter terbesar: 30 µm
√ Σn
50
PEMBAHASAN
51
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, organoleptis sediaan memenuhi spesifikasi yang
telah direncanakan, yakni dilihat dari bentuk, bau, warna dan rasa.
Berat jenis sediaan telah memenuhi spesifikasi karena lebih dari berat jenis yang telah
ditentukan.
Sifat alir sediaan belum memenuhi spefikasi karena besifat non-newtonian (dilatan) dan
time dependent (Rheopeksi)
pH sediaan akhir adalah 4,0. pH sediaan kami telah memenuhi spesifikasi
Sediaan yang dibuat belum dapat diproduksi dalam skala besar karena terdapat
ketidaksesuaian spesifikasi sediaan yang diinginkan.
1.2 Saran
Dalam melaksanakan praktikum sebaiknya dilakukan sekuantitatif mungkin agar sediaan
dapat memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.
Pada pelaksanaan uji hendaknya diamati secara tepat dan dengan cara yang benar agar
mendapatkan hasil yang akurat.
Alat untuk pengujian hendaknya disediakan lebih banyak sehingga tidak membuang
waktu untuk menunggu.
52
DAFTAR PUSTAKA
BMJ GROUP. 2013. British National Formulary 66th Edition. London : Pharmaceutical Press
BMJ GROUP. 2009. British National Formulary for Children. London: RPS Publishing
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia edisi 3. Jakarta
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia edisi 4. Jakarta
Drug Information Handbook 19th edition. 2010-2011. Lexi-Comp’s Drug
Reynold, J. Martindale The Extra Pharmacopoeia 28th edition. The Pharmaceutical Press
Reynold, J. Martindale The Extra Pharmacopoeia 36th edition. The Pharmaceutical Press
USCP. 2008. United State Pharmacopeiai 32 thedition. The Unites State Pharmacopoeiai
Conventio
53
54