Anda di halaman 1dari 7

Review Kuliah Umum

Nama : Mardiana Shinta Dewi


NIM : 15122162

Chemistry application itu antara lain, foods, pharma, consumer goods, chemical
industry, forensics, energy, military, dan lain lain. Hal menarik dalam penggunaaan kimia
komputasi berkaitan dengan molekul target di dalam desain obat adalah telaah analisis reaksi
enzimatik dalam system biologis yang memiliki relevansi farmakologi, simulasi ini
memungkinkan menjelaskan mekanisme substrat (inhibitor)-enzim dan lebih lanjut terhadap
interaksi substrat enzim pada keadaan transisi melalui analisi energi ikat ( binding energy).
Dalam ilmu kesehatan dan kimia klinis, analisis barbiturate, keracunan makanan, deteksi
vanadium, arsen dalam kuku, dan rambut dapat dilakukan secara spektroskopi. Analisis
kobalt dalam vitamin B12, besi dalam hemoglobin darah dan isolasinya dapat dilakukan
dengan teknik elektroforensis atau permease gel (gel permeation), dan lain lain. Dalam
bidang elektronik, analisis unsur unsur runut (trance element) seperti germanium dalam
semikondukto dan transistor, penentuan selenium, kalsium dalam sel sel foto dilakukan
secara spektroskopi emisi atau analili aktivasi neutron.
Peran kimia farmasi dalam pengembangan obat dimulai dari tahap primary stage.
Tahap ini ini mencakup tahapan awal pengembangan obat seperti kajian pustaka terhadap
senyawa yang akan dikembangkan menjadi obat metode isolasi jika berasal dari bahan alam
sintesis bahan aktif pengembangan metode analisis dan evaluasi baik pada sediaan farmasi
maupun sampel biologis penentuan target yang dituju evaluasi aktivitas biologi hingga
mempelajari hubungan antara struktur dan aktivitasnya dengan demikian pencarian senyawa
calon obat baru menjadi terarah.
Penambahan gugus tertentu pada posisi yang tertentu pula pada suatu senyawa calon
obat baru dapat meningkatkan atau menurunkan aktivitasnya sehingga seorang farmasis dapat
memprediksikan khasiat suatu senyawa sebelum diujicobakan pada uji praklinik pada tahap
pre klinik riset bidang ilmu kimia farmasi dapat berperan melakukan evaluasi sifat
fisikokimia senyawa obat baik dalam penyimpanan maupun dalam tubuh hewan coba.
Uji praklinik ini merupakan tahapan untuk menguji calon senyawa obat mengenai
kemanjuran dan keamanannya apabila pada uji praklinik ini senyawa obat dinilai aman dan
memiliki khasiat maka uji dilanjutkan dengan uji klinik dimana Sudah dipakai kan kepada
sampel manusia.
orang yang berada di industri pasti berhubungan dengan bisnis maka segala sesuatunya di
industri Farmasi berkaitan dengan product development produk-produk baru pasti dimulai
dengan bisnis development. Ada uji visibility dan proposal, Saya tidak akan membahas lebih
lanjut ya, karena kita harus belajar kira-kira mengenai Analisis SWAT pasti analisis itu yang
dilakukan. Pasti analisisnya dilakukan di sana baik financial feasibility, technical feasibility
seperti produk apa yang laku sekarang, lalu ada marketing feasibility, ada regulatory
feasibility, kemudian marketing proposal dan ada management proposal. Setelah mencabai
feasibility, maka tahapan selanjutnya ialaha Reasearch and Development mungkin ini tipikal
yang ada di Indonesia. Saat ini di Indonesia 95% lebih ya untuk pengembangan produk baru
yang semuanya adalah obat-obat generik belum ada yang benar-benar mengembangkan dari
molekul baru atau senyawa baru belum ada. Indonesia semua hampir semua industri Farmasi
mengembangkan adalah menggunakan skenario produk copy obat copy itu semuanya dimulai
dari tahapan formulasi skala lab dan pastinya aku sudah diketahui formulanya yang pas maka
akan ada pengembangan metode analisa Analytical metode akan mengarah ke sana. Kira-kira
bagaimana kita bisa mengevaluasi Critical Quality Attribute. Spesifikasi obat tersebut,
bagaimana cara mengujinya, bagaimana cara mengetesnya. Di tahapan ini tidak ada proses
yang tadi disampaikan seperti tahapan pre klinik itu tidak ada. Jadi tinggal beli bahan
aktifnya itu apa nanti formulanya kita kembangkan formula baru sebagai contoh mungkin
yang paling gampang ya sekarang teman-teman atau adik-adik tahu nggak penemu tempe itu
siapa, kita anggap itu sebagai obat baru bagaimana dulu bisa di develop, saya tidak tahu itu
gimana tiba tiba menemukan tempe. Kemudian sekarang kalau misalnya kita berbicara
mengenai obat copy, maka misalnya tempe itu sebagai bahan aktifnya, nanti dikembangkan
menjadi sediaan baru. Di iris tipis tipis, dikasih tepung, kemudian di goreng jadilah goreng
tempe itu lah sediaan baru. Tempe yang selama ini kita tau bentuknya lembek yang dipotong
1 cm dikasih bawang putih sama garam kemudian di goreng, mungkin sekarang berkembang
lagi. Tempenya dicacah-cacah dicampur lagi misalnya menjadi sediaan lain entah mau jadi
misalnya bubur tempe menjadi sediaan lain. Kira kira gambarannya product developmentnya
yang ada di Indonesia seperti itu, memang kebanyakan kita bahan aktifnya impor. Kemudian
tidak lupa juga adalah mengenai packaging development, di tiga tahapan ini formulation
development, methode analytical development, packaging development adalah sesuatu yang
lamzim dilakukan di industri farmasi klinis. Kemasan yang mau dipakai apa kalau sediaan
injeksi apa boleh menggunakan fiser, kalau tablet apakah mampu meng ampul. Semuanya
dipikirkan di packaging development.Misalnya kita mau blizer, blizer seperti apa. Apakah
pakai PVC-alo, alo-alo maksudnya aluminium foil - aluminium foil teknologinya, itu
semuanya ditetapkan di packaging development. Termasuk juga jangan lupa di packaging
dilakukan mengenai desain, seperti penentuan warna pada kemasan, kenapa yang warna ungu
rasa nya anggur, semua itu dipikirkan di packaging development.
Kemudian ada proses Technical Dossier, proses registrasi karena semua obat yang
dipasarkan di Indonesia pasti melalui pendaftaran di Badan Pom. Semua proses dokumentasi
yang terkait product development itu semuanya dilakukan dokumentasi kemudian kita sebut
namanya technical dossier. Bagaimana cara pembuatannya, dilakukan di tahapan ini. Baru
setelah tahapan yang dilakukan oleh R&B ini dilakukan launching. sudah dilakukan dengan
skala besar, sebelum menuju ke sini, semuanya pasti dilakukan evaluasi tidak luput dari
faktor fisikokimia yang ada di senyawa senyawa yang terlibat dalam proses pengembangan.
Ini hanya tahapan umum saja.
Ini yang sempat saya singgung, megapa farmasi dan konsep desai harus ada yang
ngatur. Siapa yang ngatur? Itu adalah GMP. GMP adalah kepanjangan dari good
manufacturing practice atau CPOB yaitu cara pembuatan obat yang baik. Kalau istilah di
industri konvensional ini adalah great mount of paper, jadi jumlah kertas yang cukup banyak.
Jadi semua proses yang ada harus didokumentasikan, kerjakan yang tertulis dan tulis yang
kamu kerjakan. Namun sekarang semua prosesnya paperless yaitu menggunakan komputer
jadi sudah tidak memakai kertas lagi. Mengapa GMP diimplementasikan di industri farmasi
mulai dari tahap pengembangan produk. Perlu dipahami bahwa yang perlu dipahami bahwa
bukan hanya di Indonesia ya tapi di seluruh dunia industri Farmasi itu masih salah satu sektor
industri yang memiliki aturan yang sangat kompleks. Karena tujuan penggunaannya adalah
untuk manusia. Dan kenapa obat itu diatur penggunaannya, ya karena obat digunakan untuk
menyembuhkan orang yang sakit. Jadi GMP ini digunakan untuk memastikan safety nya
senyawa baru tersebut, bahan bahan yang dipakai untuk formulanya dipastikan aman, seperti
penggunaaan pengawet pada obat yang tidak boleh melebih AD nya, misalnya pemakaian
pengawet 1-5% dari obat itu. Ternyata melebihi seharusnya, ketika ditanya tujuannya agar
obat lebih stabil namun hal ini pasti tidak akan diizinkan oleh BPOM. karena BPOM tahu
penggunaan pengawet maksimum 5%, pasti yang dievaluasi adalah safety nya, bahan bahan
apa saja yang digunakan. Ketika obat seperti paracetamol sirup, paracetamol itu larut dalam
alkohol. Apakah sirup paracetamol itu isinya alkohol semua? Tentu tidak. Bagaimana
teknologi serta teknik mencampurnya sehingga isinya bisa alkohol, itu semua dilakukan
evaluasi. Baru setelah evaluasi memnuhi kaidah yang ditetapkan, maka masuk ke efficacy.
Untuk dapat membuktikan apakah yang padatnya dipastikan selama uji disolusi nanti larut.
Karena hanya larutan yang bisa diabsorbsi oleh tubuh, makanya dilakukan uji invitro jadi
efficacy nya bagaimana, kalau tidak larut jadi potensi absobsi oleh tubuh (potensi
ketersediaan) senyawa tersebut didalam tubuh menjadi kecil. Kalau konsentrasinya tidak
memenuhi batas minimum dari reseptor yang ada didalam tubuh maka tidak akan
menyebabkan efek terapi (efficacy nya tidak dapat). Kemudian mengenai quality, yaitu
complies with specification and regulation semua industri farmasi yang ada didunia ini, pasti
menerapkan yang namanya quality management system ( punya sistem mutu yang diatur).
Aspek sistem mutu apa yang mesti diimplementasikan di farmasi nanti dibaca lebih lanjut.
Berikutnya tidak lupa tadi balik lagi, difarmasi itu pasti ada yang menjalankan bisnis dan
pasti memiliki aspek competitive yakni reasonable cost, bagaimana mengeluarkan biaya
produksi serendah rendahnya, kemudian dijual semahal mahalnya. Semahal mahalnya, jika
lebih mahal dari kompetitor maka lebih laku kompetitornya dari pada kita. Jadi semakin kecil
biaya produksi maka semakin besar keuntungan yang kita peroleh. Caranya dengan kembali
lagi ke pengembagan formula tadi, pakai bahan bahan yang seperti apa, metode analisanya
sesederhana mungkin tidak kompleks dan tidak mahal. Semua aturan ini regulasinya diatur
dalam headline CPOB ( cara pembuatan obat yang baik ).

Kemudian dilanjutkan dengan research dan development, dalam pengembangan ini


terdapat berbagai macam aktivitas, antara lain mengenai validated methode analysis,
packaging development, dan aspek dokumentasi atau dossier. Semua ini digawangi oleh yang
namanya compliance atau regulation, nanti semua aktivitas didalam reasearch and
development ini akan menghasilkan output yakni innovative product, quality product ada
juga quality insurance yang memastikan objek yang sudah dikembangkan itu memnuhi
kaidah kaidah yang sudah ada. Kalau dalam industri farmasi, bagian research and
development ini merupakan bagian yang paling banyak menghabiskan dana. Kira kira produk
yang akan dijual ini, dihasilkan oleh R&D atau oleh bagian produksi. Bagian R&D ini tempat
untuk coba coba, tempat human error dan lain lain hingga menghabiskan banyak dana,
padahal yang didapatkan hanya data saja. Tapi jangan salah, data ini sangat berguna sekali
jika kita kembali lagi ke studi literatur, sehingga data ini dapat digunakan untuk
menghasilkan produk yang inovatif. Dimana produk yang inovatif ini yang nanti akan
menghasilkan uang kembali, jika produk sangat inovatif pasti konsumen senang untuk
membelinya.
Semua ilmu yang didapatkan akan diaplikasikan, terutama di industri farmasi. Kita
masuk ke product development steps yang ada di industri farmasi, yang pertama adalah
incompatibility study pasti ini akan menjadi evaluasi tidak mungkin kita akan
memformulasikan suatu bahan aktif obat dengan bahan tambahan dimana produk itu saling
berinteraksi sehingga menyebabkan potensi efficacy yang tidak tercapai (obatnya menjadi
tidak aktif). Misalnya obat yang berwarna putih tiba tibamenjadi berubah bintik bintik itu
harus kita evaluasi. Kemudian ada yang namanya forced degradation study, salah satu
tujuannya adalah untuk mengetahui impuritis apa yang terbentuk dengan formula yang telah
ditetapkan. Tujuannya untuk mempercepat studi perkembangan metode analisa, supaya dari
awal metode analisa itu kita sudah memisahkan senyawa bahan aktif yang akan ditentukan
kadarnya dengan impuritis yang dihasilkan. Misalnya obat dipaparkan ke panas dengan suhu
60 derajat, kira kira obatnya yang warna putih jadi warna apa, apakah putih kekuningan,
apakah timbul bintik bintik lalu nanti bintik bintik seperti apa ketika dilakukan analisa bisa
dipisahkan atau tidak. Jangan jangan bintik bintik itu ialah impuritis atau degradan dari
senyawa bahan aktifnya, kalau tidak bisa dipisahkan maka akan dihasilkan suatu kadar yang
semu. Misalnya tablet paracetamol 500 miligram, 100 persennya mengandung 500 miligram.
Tapi sebetulnya produk tersebut sudah terdgredasi, makanya secara analisa tidak bisa kita
pisahkan, ini bahaya berarti obatnya standar yakni tidak memberikan efficacy yang
diinginkan. Kemudian selanjutnya adalah stress test stability, pati dilakukan uji stability
untuk semua produk yang akan dipasarkan. Baik itu dilakukan skala lab, yang dinamakan lab
skill stability sebelum dilakukan pembesaran skala kapasitas misalnya skala lab 5 kilo, nanti
skala produksinya 500 kilo itu pasti akan berbeda. Apakah didalam formula yang 5 kg
diperlukan 100 mililiter alkohol, 10 liter alkohol tidak seliniear itu. Aspek aspek ini
semuanya dipelajari di fitokimia. Kemudian freeze taw study, biasanya berlaku pada produk
yang penyimpanannya itu beku. Atau freeze taw study ini biasanya digunakan untuk produk
biologi dalam bentuk cair itu tetap menggunakan freeze taw dalam penyimpanannya, ataupun
dalam perjalanan, misalnya suhu turun ke -1 derajat, padahal suhu seharusnya 5 derajat
hingga produk menjadi beku, bagaimana dengan molekul protein yang ada didalam situ, serta
bahan aktifnya masih stabil atau tidak. Kemudian ada juga yang namanya photostability,
terdapat di industri dan mempunyai chamber khusus yang menghasilkan cahaya dengan
luminasi tertentu. Atau juga bisa dilakukan secara langsung, nyimpennya terpapar sinar
matahari ada yang seperti itu. Tahapan tahapan formulasi tersebut untuk sebuah produk
generik, dimulai dari patent search and literature search, kimianya harus tahu fisikokimianya
harus tahu, kemudian karakterisasi API ( Active pharmaceutical ingredient ) characterization,
karakterisasi dari reference product ini ada hubungannya dengan obat copy, tadi sebutkan
pengembangan obatnya menggunakan uji desolusi terbanding, pembandingnya yang
digunakan ialah reference productnya, obat obat yang biasanya menjadi obat referensi
biasanya obat yang diproduksi oleh multinasional company. Kemudian developing strategy
for formulation of a product based on patent search report, literature, reference, product label,
API charaterixation and reference product characterization. Jangan sampai mengembangkan
obat yang ternyata masih paten, karena bahaya itu dapat dimulai dari literasi. Kemudian
compatibility study yang ada hubungannya dengan incompatibility study, eksperimen atau
trial error di lab bagaimana juga melakukan analyctical methode development. Jadi
diharapkan analyctical methode development nya ini, formula produk yang sudah ditetapkan
itu bisa jadi barengan. Karena yang mengembangkan semua ini termasuk R&D, maka yang
nanti melakukan proses release manufakturnya itu bagian produksi, yang menganalisa sudah
bukan R&D lagi tapi bagian QC atau quality control, maka dilakukan proses analysis
technology transfer (transfer metode analisa ) dari R&D ke QC, bagaimana cara
melakukannya. Karena setelah produknya diproduksi, di production site maka yang
melakukan pengujian adalah QC dengan metode yang sudah tervalidasi. Completion of
prototype formulation. Dissolution profile matching- test vs. reference product, ini ada
hubungannya dengan poin tiga, nanti jika diperlukan bahwa obat ini wajib masuk uji BE,
maka dilakukan uji bioekivalensi sesuai regulasi yang berlaku berapa subjek yang diperlukan
dua pulu atau tiga puluh orang dan dilakukan pada orang yang sehat. Reference product
dengan produk copy yang dihasilkan itu harus mirip. Kemudian stability testing of both test
and reference products at 40 derajat atau 75 persen RH open exposure for 15 days to 30 days,
at 40 derajat atau 75 persen dan 25 derajat atau 60 persen RH closed packing condition for 6
months. Multimedia dissolution prile matching (test vs reference) in water, 0,1 N HCl and
USP buffer media at pH 4.5 and pH 6.8. Checking scalability and reproducibility of prototype
formulation. Matching the stability results of test product with reference product. Pilot bio
study (test product vs. reference product). Process evaluation batch. Exhibit batch with proper
documentation. Pivotal bioequivalence study. Dossier preparation and filing. Semua tahapan
tahapan ini dilakukan selama product development steps, evaluasi evaluasi ilmu yang
diperoleh terlepas semuanya dari tahapan tahapan ini. Harus tau kesetimbangan kimia, lalu
metode titrasi, menggunakan metode stotisficated atau metode sederhana. Kalau di industri
pasti memilih metode yang lebih sederhana. Contohnya seperti titrasi yang tidak memerlukan
preparasi.

Anda mungkin juga menyukai